Anda di halaman 1dari 5

ROLE PLAY

PERILAKU KEKERASAN

Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Suwarni Syam
2. Ana Yuliawaty
3. Siti Nadila Yusran
4. Suriani
5. Zulfi Puji Sriastuti
6. Windasari
7. Sitti Khadijah
8. Andi Nurul Fadillah
9. Dian Elviani
10. Siti Hardilah Nasir
11. Oktaviana Kristanti
12. Syerli Mayoka
13. Alen Ansyari
14. Isla Ananda Jarnawi

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2021
PERILAKU KEKERASAN

Skenario
Seorang perempuan berusia 26 tahun dibawa keluarga tangan diikat. Klien berteriak-
teriak. Menurut keluarga klien mengamuk di rumah karena Baim anaknya yang berusia 5
tahun minta dibelikan sepeda, dan klien tidak punya uang. Beberapa hari yang lalu, klien
juga memukul ibu-ibu komplek saat membeli sayur.
Menurut ibu klien, anaknya Ny. Basnah sering mengamuk semenjak ditinggal
suaminya 4 bulan yang lalu, dan pada saat usia 17 tahun klien pernah berobat ke polipsikiatri
di RSU karena putus cinta. Pengobatan klien tidak selesai dan hanya berlangsung selama 1
bulan.

Tahap Orientasi

Perawat : “Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya suwarni syam bisa panggil saya Ai,
saya perawat yang dinas di Rumah Sakit ini. Boleh saya berkenalan bu? Nama ibu siapa?
Senangnya dipanggil siapa?”
Pasien : "Panggil saja bu !"
Perawat : “Bagaimana perasaan ibu saat ini? Masih ada perasaan kesal atau marah?”
Pasien : "Masih"
Perawat : “Baik. Bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang perasaan
marah ibu. Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu? Bagaimana kalau
di ruang tamu?”
Pasien : "Iya. Gak mau. Disini saja !!
Perawat : “oiya baik bu. Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang?”
Bagaimana kalau 20 menit?”
Pasien : (hanya mengangguk)

Tahap Kerja
Perawat Nadil : “Baik bu, kalau boleh saya tahu, apa betul ibu mengamuk karena anak ibu ?”
Klien : “Iya.”
Perawat Nadil : “Apa yang ibu rasakan saat itu ?”
Klien : “Saya kesal sus, rasanya ingin marah-marah saja. Saya itu pusing, saya
nggak punya uang”
Perawat Nadil : “Sejak kapan ibu tidak bisa mengontrol emosi ibu? Apa setelah bercerai
dengan suami ibu? ”
Klien : “Iya sus. Saya nggak terima, semua... semua saya berikan untuknya sus. Saya
mencintai dengan tulus, tetapi dia menceraikan saya. Setelah tahu ia
menikah lagi, saya sakit hati. Saya gak terima dia bahagia, kasian anak saya
sus gak ada ayahnya” (Ny. Basnah menceritakan kisahnya dengan penuh
emosi)
Perawat Nadil : “Apakah saat ibu marah, Ibu merasakan kesal kemudian dada Ibu berdebar-
debar, mata melotot, rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
Klien : “iya”
Perawat Nadil : “Setelah itu apa yang Ibu lakukan”
Klien : “Apa yang ada di sekitar saya, saya lempar dan saya pecahkan,”
Perawat Nadil : “Oh...ya, Jadi Ibu memecahkan barang-barang yang ada disekitar Ibu, apakah
dengan cara ini mereka akan lebih menghargai Ibu?”
Klien : “Tidak, tapi rasanya puas,”
Perawat Nadil : “ Iya, tentu tidak. Apa kerugian dari cara yang Ibu lakukan?”
Klien : “Anak saya ketakutan, keluarga saya jadi berpikir saya gila dan saya dibawa
kesini”
Perawat Nadil : “Betul, anak ibu jadi takut kepada Ibu, barang-barang pecah, harus
mengeluarkan uang untuk membeli barang baru lagi. Menurut Ibu adakah cara lain yang lebih
baik? Maukah Ibu belajar cara mengontrol kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan
kerugian?”
Klien : “Bagaimana?”
Perawat Nadil : ”Ada 2 cara untuk mengontrol kemarahan, Bu. Cara pertama ibu bisa tarik
napas dalam. Cara kedua, ibu bisa memukul bantal atau kasur saat marah
kalau tanda-tanda marah tadi sudah Ibu rasakan, maka Ibu harus tenang, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu hembuskan lewat mulut seperti
mengeluarkan kemarahan. Ayo bu kita coba, tarik napas dari hidung,
bagus.., tahan, dan hembuskan lewat mulut. Coba lagi bu. Nah, lakukan 5
kali. Bagus sekali, Ibu sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaannya?”
Klien : “Agak lebih tenang,”
Perawat Nadil : “Nah, setelah tarik napas dalam yang kita lakukan tadi. Ibu bisa mengontrol
kemarahan dengan memukul bantal. Lampiaskan semua kemarahan,
kekesalan, sakit hati ibu pada bantal ini.” (memberikan bantal pada Ny.
Basnah)
Klien : (memukul bantal)
Perawat Nadil : “Bagus bu, ungkapkan rasa marah yang ibu pendam.” Setelah beberapa saat
Tahap Terminasi
Perawat Nadil : “Bagaimana perasaan ibu, setelah melakukan 2 cara
tadi ?” Klien : “Lebih baik sus..” (tersenyum)
Perawat Nadil : “Sebaiknya latihan ini Ibu lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu
rasa marah itu muncul, Ibu sudah terbiasa melakukannya. Sekarang kita
buat jadwal latihannya ya, berapa kali sehari Ibu mau latihan napas
dalam dan memukul bantal untuk mengontrol kemarahan?”
Klien : “Terserah suster”
Perawat Nadil : “Bagaimana kalau 3 kali sehari, pukul 8 pagi, pukul 12, dan pukul 4 sore ?”
Klien : ”Iya, sus”
Perawat Nadil : ”Baik Bu, ada yang ingin ibu tanyakan?”
Klien : “Tidak ada.”
Perawat Nadil : ”Jadi berapa kali ibu harus latihan tarik napas dalam dan memukul bantal ?”
Klien : “Tiga kali, pukul 8 pagi, 12, dan pukul 4 sore.”
Perawat Nadil : “baik ibu Saya permisi dulu. Kalau ibu perlu sesuatu, ibu bisa menekan
tombol ini. Selamat pagi.”
Klien : “Iya sus.”

Keesokan harinya, perawat 3 datang ke ruangan Ibu Basnah untuk mengajarkan latihan
mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal.
Perawat Ai : “Selamat pagi bu, boleh saya masuk ?”
Klien : “Boleh, silakan masuk.”
Perawat Ai : “Bagaimana kabarnya hari ini bu ?”
Klien : “Alhamdulillah saya sudah lebih tenang sekarang.”
Perawat Ai : “Wah bagus sekali ibu sudah merasa lebih tenang.”

Klien : “Iya.”

Perawat Ai : “Jadi begini bu, sebelumnya perkenalkan terlebih dahulu, nama saya perawat
Ai saya perawat yang bertugas dari pukul 8 pagi sampai pukul 2 siang nanti, tujuan saya
kesini saya ingin mengajarkan ibu bagaimana cara mengontrol perkataan ibu saat marah,
apakah ibu bersedia untuk saya ajari ?”
Klien : “Oh ada lagi yang harus saya pelajari? Kalau begitu silakan ajari saya.”
Perawat Ai : “Baiklah bu, waktu yang kita perlukan kurang lebih 10 menit, ibu mau
latihan disini atau kita latihan di taman ?”
Klien : “Disini saja”
Perawat Ai : “Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Apabila
marah sudah disalurkan melalui tarik nafas dan memukul bantal,
selanjutnya kita perlu berbicara dengan orang yang membuat kita marah.
Ada 3 cara bu, yang pertama meminta dengan baik tanpa marah dengan
nada suara rendah serta tidak menggunakan kata-kata yang kasar
contohnya ‘nak, tolong ambilkan ibu gelas itu’ silakan dipraktikkan bu.”
Klien : “Begini kan? ‘Nak, tolong ambilkan ibu gelas itu’.”
Perawat Ai : “Betul sekali ibu, kita lanjutkan ke cara yang ketiga ya bu, yang ketiga ini
yaitu mengungkapkan perasaan kesal ibu, apabila ada yang membuat ibu
kesal ibu bisa mengutarakan perasaan kesal ibu, contohnya ‘saya jadi
marah dengan perkataan mu itu’ begitu bu silakan di praktikkan.”
Klien : “ ‘Saya tidak suka kalau kamu membicarakan saya seperti itu, kalau kamu
tidak tahu kebenaran dari masalahnya, lebih baik diam saja tidak usah
membicara- kannya’ begitu ya ?”
Perawat Ai ; “Betul sekali ibu, begitu benar sekali, nah ibu harus mulai mempraktikkan ini
ya 3 kali sehari.”
Klien : “Oh iya, saya mengerti.”
Perawat Ai : “Apakah ada yang ingin ibu tanyakan
lagi ?” Klien : “Tidak ada.”
Perawat Ai : “Baiklah bu, kalau tidak ada yang ingin ditanyakan saya permisi dulu ya,
kalau ada perlu apa-apa ibu bisa memanggil saya di ruang jaga perawat ya
bu, saya permisi.”
Klien : “Iya.”

Kesimpulan :
Risiko Perilaku Kekerasan (RPK) adalah keadaan dimana seseorang pernah /mengalami
riwayat melakukan tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri/ orang lain/ lingkungan
baik secara fisik/ emosional/ seksual dan verbal.
Tujuan tindakan untuk klien, ialah klien mampu :
 Mengidentifikasi penyebab, tanda & gejala, serta akibat dari perilaku kekerasan.
 Mengontrol PK dengan cara fisik 1 tarik nafas dalam & cara fisik 2 pukul kasur/bantal.
 Mengontrol PK dengan cara verbal/bicara baik-baik..

Anda mungkin juga menyukai