Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan
gejala penyakit yang disebabkan oleh virus Human Immunodeficiency Virus
(HIV) yang mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia yang berakibat turun atau hilangnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terjangkit dan meninggal karena infeksi, kanker dan lain-lain,
sampai saat ini belum ditemukan vaksin dan pencegahnya. Pengobatan yang
ada saat ini hanya untuk menghambat perkembangan virus dalam darah. Pada
umumnya jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit
pada orang dewasa memakan waktu rata-rata 6-10 tahun. Cara penularan HIV
adalah melalui hubungan seksual yang tidak aman, menggunakan jarum suntik
secara bergantian, transfusi darah yang terinfeksi HIV dan penularan dari ibu
yang terinfeksi HIV ke janin dan bayi. Semua cara penularan HIV dan AIDS
berkaitan dengan perilaku, sehingga perlu adanya intervensi untuk
mengidentifikasi perilaku pada sasaran kelompok beresiko (Depkes RI, 2010).
WHO menggungkapkan bahwa duapuluh tahun sejak ditemukanya virus
HIV secara klinis telah menjangkiti sekitar 56 juta orang di seluruh dunia. 22
juta diantaranya meninggal dunia. Pada akhir tahun 2011, jumlah orang yang
hidup dengan HIV sekitar 34,2 juta. Pada tahun yang sama, sekitar 2,5 juta
2
orang yang baru terinfeksi, dan 1,7 meninggal karena AIDS, termasuk 230
anak-anak. Lebih dari 8 juta orang di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah yang menerima terapi ARV (Antiretroviral) pada akhir 2011.
Kasus AIDS pertama kali di temukan di Indonesia pada tanggal 1 Juli
1987. Situasi HIV/AIDS tahun 1987 sampai dengan Maret 2012 yakni kasus
HIV/AIDS tersebar di 386 (73,9%) dari 498 Kabupaten/ Kota diseluruh (33)
provinsi di Indonesia. Dari total populasi penduduk sebanyak 240 juta jiwa,
Indonesia memiliki prevalensi HIV sebesar 0,24% dengan estimasi ODHA
186.000, bahkan bisa mencapai 200.000. sedangkan jumlah kasus HIV/AIDS
pada tahun 2011 mengalami penurunan, tercatat sebanyak 15.509 dinyatakan
positif HIV dan AIDS mencapai 4.917. turunya jumlah penderita itu juga
berakibat pada angka kematian akibat HIV/AIDS, dari tahun 1987 hingga data
terakhir September 2011, Indonesia berhasil menurunkan angka kematian
hingga dibawah 2%. Hal ini menunjukkan program perlindungan dan
penyembuhan dikatakan berhasil. Target prevalensi penderita AIDS Indonesia
telah mencapai target Millenium Development Gols di tahun 2014 yakni 0,24
% dari target dibawah 0,5 %. Target lainya seperti penggunaan Kondom pada
hubungan seks berisiko tinggi belum tercapai. Saat ini baru 35% perempuan
dan laki-laki yang menggunakan kondom 20%, sementara target di tahun 2014
adalah 65% untuk perempuan dan 50% untuk laki-laki (Depkes RI, 2011).
3
Jumlah komulatif kasus HIV & AIDS di Jawa Tengah sampai dengan
September 2011 tecatat sebayak 4.299 kasus terdiri dari 2.400 kasus pengidap
HIV dan 1.899 kasus AIDS, 555 orang di antaranya sudah meninggal dunia.
Di Kabupaten Temanggung kasus HIV pertama kali di temukan pada
tahun 1997 dengan jumlah 1 kasus, dilaporkan sampai dengan 31 Desember
2011 jumlah HIV & AIDS di kabupaten Temanggung mencapai 172 kasus
yang terdiri dari 91 kasus mengidap HIV dan 81 kasus AIDS, 80 orang di
antaranya sudah meninggal dunia (Dinkes Temanggung, 2011).
Sejauh ini program yang telah dilaksanakan dalam upaya
penanggulangan HIV/AIDS di Kabupaten Temanggung sudah menjadi
kegiatan rutin Dinas Kesehatan maupun dari sektor lain (Dinas Sosial, Dinas
Pendidikan, Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Temanggung), dengan
melaksanakan berbagai kegiatan pencegahan untuk menurunkan kasus
HIV/AIDS di Kabupaten Temanggung, penanggulangan HIV/AIDS Kabupaten
Temanggung tahun 2008-2012 telah menetapkan kebijakan dengan menyusun
rencana strategis (RENSTRA) yaitu, analisis situasi HIV/AIDS yang meliputi:
demografi, sosial budaya, pelayanan kesehatan, dan perkembangan penyakit,
dan program tersebut sudah terlaksana
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan HIV AIDS ?
2. Apa penyebab HIV AIDS ?
3. Bagaimana gejala dari HIV AIDS ?
4. Bagaimana diagnosis dari HIV AIDS ?
5. Bagaimana pengobatan dan pencegahan HIV AIDS ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahuai apa yang di maksud dengan HIV AIDS
2. Untuk mengetahui penyebab dari HIV AIDS
3. Muntuk mengetahui gejala dari t HIV AIDS
4. Untuk mengetahui diagnosis dari HIV AIDS
5. Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan HIV AIDS
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian HIV AIDS


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem
kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi
dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum ditemukan. Dengan
menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan
penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal. AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada
tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi
memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Faktor Risiko HIV dan AIDS

Kelompok orang yang lebih berisiko terinfeksi, antara lain:

 Orang yang melakukan hubungan intim tanpa kondom, baik hubungan sesama
jenis maupun heteroseksual.
 Orang yang sering membuat tato atau melakukan tindik.
 Orang yang terkena infeksi penyakit seksual lain.
 Pengguna narkotika suntik.
 Orang yang berhubungan intim dengan pengguna narkotika suntik.

2. Apa penyebab HIV AIDS ?


Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan
melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik
yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat
menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular.
Semua orang berisiko terinfeksi HIV.

3. Bagaimana gejala dari HIV AIDS ?

Tahap Pertama:

 Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu setelah
terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
 Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.

 Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar getah
bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:

 Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.


 Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
 Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
 Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:

 Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut menjadi
AIDS.
 Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
 Merasa lelah setiap saat.
 Sulit bernapas.
 Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
 Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
 Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
 Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

4. Bagaimana diagnosis dari HIV AIDS


Tes HIV harus dilakukan untuk memastikan seseorang mengidap HIV atau tidak.
Pemeriksaan yang dilakukan sebagai langkah diagnosis adalah dengan mengambil
sampel darah atau urine pengidap untuk diteliti di laboratorium. Jenis pemeriksaan
untuk mendeteksi HIV, antara lain:

 Tes antibodi. Tes ini bertujuan mendeteksi antibodi yang dihasilkan tubuh untuk
melawan infeksi HIV. Meski akurat, perlu waktu 3-12 minggu agar jumlah antibodi
dalam tubuh cukup tinggi untuk terdeteksi saat pemeriksaan.

 Tes antigen. Tes antigen bertujuan mendeteksi protein yang menjadi bagian dari
virus HIV, yaitu p24. Tes antigen tersebut dapat dilakukan 2-6 minggu setelah
pengidap yang dicurigai terinfeksi HIV.
Jika skrining menunjukkan pengidap terinfeksi HIV (HIV positif), pengidap perlu
menjalani tes selanjutnya, untuk memastikan hasil skrining, membantu dokter
mengetahui tahap infeksi yang diderita, serta menentukan metode pengobatan yang
tepat. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah pengidap, untuk
selanjutnya diteliti di laboratorium. Tes tersebut, antara lain:

 Hitung sel CD4. CD4 adalah bagian dari sel darah putih yang dihancurkan oleh
HIV. Jumlah CD4 normal berada dalam rentang 500–1400 sel per milimeter kubik
darah. AIDS terjadi jika hasil hitung sel CD4 di bawah 200 sel per milimeter kubik
darah.
 Pemeriksaan viral load (HIV RNA). Bertujuan untuk menghitung RNA, bagian
dari virus HIV yang berfungsi menggandakan diri. Jumlah RNA yang lebih dari
100.000 kopi per mililiter darah, menandakan infeksi HIV baru saja terjadi atau tidak
tertangani. Sedangkan jumlah RNA yang berada di bawah 10.000 kopi per mililiter
darah, menunjukan perkembangan virus yang tidak terlalu cepat, tetapi kerusakan
pada sistem kekebalan tubuh tetap terjadi.
 Tes resitensi (kekebalan) dilakukan untuk menentukan obat anti HIV jenis apa yang
tepat bagi pengidap. Hal ini dikarenakan beberapa pengidap memiliki resistensi
terhadap obat tertentu.

5. Bagaimana pengobatan dan pencegahan HIV AIDS

Pengobatan HIV dan AIDS


Meskipun sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan HIV, tetapi ada
jenis obat yang dapat memperlambat perkembangan virus. Jenis obat ini disebut
antiretroviral (ARV). ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan
virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel
CD4. Jenis obat ARV memiliki berbagai varian, antara lain Etravirine, Efavirenz,
Lamivudin, Zidovudin, dan juga Nevirapine.
Selama mengonsumsi obat antiretroviral, dokter akan memonitor jumlah virus dan sel
CD4 untuk menilai respons pengidap terhadap pengobatan. Hitung sel CD4 akan
dilakukan tiap 3–6 bulan. Sedangkan pemeriksaan HIV RNA, dilakukan sejak awal
pengobatan, lalu dilanjutkan tiap 3–4 bulan selama masa pengobatan.
Agar perkembangan virus dapat dikendalikan, pengidap harus segera mengonsumsi
ARV begitu didiagnosis mengidap HIV. Risiko pengidap HIV untuk terserang AIDS
akan semakin besar jika pengobatan ditunda, karena virus akan semakin merusak
sistem kekebalan tubuh. Selain itu, penting bagi pengidap untuk mengonsumsi ARV
sesuai petunjuk dokter. Konsumsi obat yang terlewat hanya akan membuat virus HIV
berkembang lebih cepat dan memperburuk kondisi pengidap.
Segera minum obat jika jadwal konsumsi obat pengidap dan tetap ikuti jadwal
berikutnya. Namun jika dosis yang terlewat cukup banyak, segera bicarakan dengan
dokter. Kondisi pengidap juga memengaruhi resep atau dosis yang sesuai. Dokter
juga dapat menggantinya sesuai dengan kondisi pengidap. Selain itu, pengidap juga
boleh untuk mengonsumsi lebih dari 1 obat ARV dalam sehari.

Pencegahan HIV dan AIDS

Terdapat berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV dan
AIDS, antara lain:

 Gunakan kondom yang baru setiap berhubungan intim, baik hubungan intim vaginal
maupun anal.
 Hindari berhubungan intim dengan lebih dari satu pasangan.
 Bersikap jujur kepada pasangan jika mengidap positif HIV, agar pasangan juga
menjalani tes HIV.
 Diskusikan dengan dokter jika didiagnosis positif HIV saat hamil, mengenai
penanganan selanjutnya, dan perencanaan persalinan, untuk mencegah penularan dari
ibu ke janin.
 Bersunat untuk mengurangi risiko infeksi HIV.

Jika menduga baru saja terinfeksi atau tertular virus HIV, seperti setelah melakukan
hubungan intim dengan pengidap HIV, maka harus segera ke dokter. Agar bisa
mendapatkan obat post-exposure prophylaxis (PEP) yang dikonsumsi selama 28 hari
dan terdiri dari 3 obat antiretroviral.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
HIV/AIDS menjadi masalah serius karena bukan hanya merupakan masalah
kesehatan atau persoalan pembangunan, tetapi juga masalah ekonomi, sosial, dan
lain-lain. Berdasarkan sifat dan efeknya, sangatlah unik karena AIDS mematikan
kelompok yang paling produktif dan paling efektif secara reproduksi dalam
masyarakat, yang kemudian berdampak pada mengurangi produktivitas dan
kapasitas dari masyarakat. Dampak yang ditimbulkan AIDS terhadap masyarakat
dapat bersifat permanen atau setidaknya berjangka sangat panjang.
AIDS secara sosial tidak terlihat (invisible) meski demikian kerusakan
yang ditimbulkannya sangatlah nyata. HIV/AIDS karena sifatnya yang sangat
mematikan sehingga menimbulkan rasa malu dan pengucilan dari masyarakat
yang kemudian akan mengiring pada bentuk-bentuk pembungkaman, penolakan,
stigma, dan diskriminasi pada hampir semua sendi kehidupan. Hampir semua
orang yang diduga terinfeksi AIDS tidak memiliki akses terhadap tes HIV, inilah
yang membuat usaha-usaha pencegahan dan penyembuhan menjadi sangat rumit.
Program pencegahan penyebaran HIV/AIDS harus segera dilaksanakan, tak
terkecuali area Lembaga Pemasyarakatan ataupun Rumah Tahanan.

B. Saran
Masa depan bangsa ini harus segera diselamatkan caranya adalah
dengan mendidik dan membimbing generasi muda secara intensif agar
mereka mampu menjadi motor penggerak kemajuan dan mendorong
perubahan kearah yang lebih dinamis, progesif dan produktif. Dengan
demikian diharapkan kedepannya bangsa ini mampu bersaing dengan
negara lainya .
Agar mencapai impian tersebut remaja Indonesia harus tumbuh
secara positif dan kontruktif, serta sebisa mungkin dijauhkan dari telibat
kenakalan remaja. Inialah tantangan riil yang kita hadapi sebagai guru dan
orang tua. Sudah sedemikian lama fenomena maraknya kenakalan remaja
ini dibiarkan begitu saja, seolah hanya di tangani dengan asal-asalan.
Pemerintahan sebagai pemengang utama kebijakan juga dapat
menjalankan perannya, yaitu membuat undang undang pendidikan, undang
undang teknologi komunikasi (yang mengatur tayangan yang layak di
akses di internet, televisi, dan media massa), serta membangun aparat
kepolisian yang kuat.
Dengan permasalahan remaja yang terkena HIV DAN AIDS
dikalangan masyarakat diakibatkan pergaulan bebas remaja yang tidak
terpantau, dengan sebab itupenulis berharap ada pengawasan dari orang
yang bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai