JAKARTA PUSAT
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A. Md.
Kep) pada Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin
DISUSUN OLEH :
1030171037
JANUARI 2020
i
PERSYARATAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 1030171037
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa karya tulis ilmiah yang saya tulis ini adalah benar-
benar bukan merupakan pengambilan alihan tulisan atau fikiran orang lain yang saya akui
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat di buktikan karya tulis ilmiah ini hasil plagiat,
Mengetahui
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa oleh pembimbing dan disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji KTI Program Studi D-III Keperawatan Fakultas Kesehatan
Asuhan Keperawatan Klien Post Operasi Sectio Caesarea dengan Gangguan Mobilitas
Mengetahui
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 1030171037
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji KTI Program Studi D III
TIM PENGUJI
Ketua Penguji :
Anggota Penguji I :
Anggota Penguji II :
Ditetapkan di : Jakarta
iv
KATA PENGHANTAR
Pertama-tama marilah kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulisan ini dapat diselesaikan tepat waktu. Alhamdulillah
dengan semangat yang tinggi pula merupakan modal bagi kami untuk menyelesaikan
proposal ini.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk memberikan wawasan dan
tambahan pengetahuan tentang gangguan mobiltas fisik klien post operasi sectio caesarea.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun orang
lain.
Selama penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini banyak pihak yang telah membnatu dan
selalu memberikan arahan, bimbingan serta doa kepada penulis. Maka, dalam kesempatan
Thamrin
2. Prof. Dr. Kusharisupeni, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas MH.
Thamrin Jakarta
4. Ilah Muhafilah, S.Kp.,M.Kes selaku Pembimbing Utama atas ilmu, waktu, kesabaran
v
5. Bapak dan Ibu dosen serta staf program studi D III Keperawatan Fakultas Kesehatan
6. Kedua orang tuaku tersayang dan tercinta, mama dan ayah telah memberikan doa,
nasihat, dan dorongan baik moril maupun materil sehingga selesai penyusunan Karya
7. Kepada sahabat saya Cahya Rahmadiani, Andariesta Dwi Aryani, Dewi Fitriani,
Setyowati, Nia Minang Sari, Viktoria Sriliyana, yang telah memberikan semangat dan
8. Teman – teman DIII Keperawatan 2019-2020, yang telah banyak membantu dan telah
memberikan motivasi, semangat baik penulisan Karya Tulis Ilmiah ini sampai selesai
vi
DAFTAR ISI
vii
2.1.3 Klasifikasi ………………………………..…………………………....… 12
2.1.4 Patofisiologi …………………………………………………………....... 14
2.1.5 Manifestasi Klinis ………………………….……………………………. 15
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang …………………….………………………….... 15
2.1.7 Penatalaksanaan …………………….………………………….….......… 16
2.1.8 Komplikasi …………………….………………………….……………... 16
2.1.9 Prognosis …………………….………………………….……................. 17
2.1.10 Nasihat Pasca Post Operasi …………………….………………………... 17
2.1.11 Perawatan Pasca Post Operasi …………………….…………………..… 20
2.2 Konsep Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea ……………….... 21
2.2.1 Defisini Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea …..… 21
2.2.2 Tujuan Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea …..….. 21
2.2.3 Manfaat Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea …..… 21
2.2.4 Rentang Gerak Mobilitas Fisik …………………….…………………..... 22
2.2.5 Pelaksanaan Mobilisasi Dini …………………….…………………........ 22
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan …………………….………………………….……... 24
2.3.1 Pengkajian …………………….………………………….……............... 24
2.3.2 Diagnosa Keperawatan ………………….………………………….….... 27
2.3.3 Rencana Keperawatan ………………….………………………….…..... 27
viii
3.8 Etik Penelitian ............................................................................................................ 38
ix
DAFTAR TABEL
x
BAB 1
PENDAHULUAN
Seiring perkembangan zaman, Sectio Caesarea merupakan salah satu operasi bedah
yang paling umum dilakukan didunia saat ini sebagai salah satu cara untuk membantu
proses kelahiran janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparotomi) dan dinding rahim
Menurut Iswandi, 2011 menyebutkan bahwa pada operasi Sectio Caesarea dapat
dilakukan secara terencana maupun segera, dimana pada operasi Sectio Caesarea terencana
(elektif) operasi telah dilaksankan jauh-jauh hari sebelum jadwal melahirkan dengan
Beberapa indikasi pada klien yang dilakukan operasi Sectio Caesarea, antara lain
adalah proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal
(dystosia), detak jantung janin melambat (fetal distress), komplikasi pre-eklamasi, ibu
menderita herpes, putusnya tali pusat, resiko luka parah pada rahim, bayi dalam posisi
sungsang atau letak lintang, bayi besar, masalah plasenta seperti plasenta previa, pernah
mengalami masalah pada penyembuhan perineum, distosia dan Sectio Caesarea berulang.
(Triayan, 2013).
1
Terdapat keuntungan dan kerugian pada persalinan sectio sehingga perlu
Caesarea antara lain adalah dapat menjadi prosedur keselamatan hidup, memiliki
keuntungan yang sangat besar untuk ibu-ibu yang mempunyai komplikasi selama
kehamilannya, dapat diusahan dengan cepat, lebih nyaman untuk klien karena tanggal
persalinan telah direncanakan dan stress kecemasan klien lebih kecil. Adapun kerugian
memilki resiko bedah dan resiko enestesia. Efek samping enestesia meliputi sakit kepala,
mual, muntah. Anestesia juga dapat mempengaruhi bayi menjadi kurang aktif saat lahir,
lama perawatan dirumah sakit dan periode pemulihan yang lebih panjang. Banyak masalah
dan resiko pada ibu seperti resiko cedera usus atau kandung kencing saat operasi, resiko
kehilangan darah lebih besar dan sekitar 2/3 wanita memerlukan transfusi darah, fungsi
usus yang menurun setelah proses Sectio Caesarea, resiko plasenta previa dan plasenta
accreta yang lebih besar pada kehamilan selanjutnya, resiko lebih tinggi terjadinya ruptur
uteri (robeknya dinding rahim pada tempat insisi Sectio Caesarea) dan proses menyusui
lebih sulit akibat ibu merasa tidak nyaman setelah operasi dan tidak segera dapat kontak
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO, 2013) menyatakan
bahwa persalinan dengan Sectio Caesarea di Australia 32%, sedangkan di China terjadi
peningkatan yaitu 24,8% menjadi 27% di tahun 2007-2011. Selama tahun 2007-2011
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat adanya
2
Caesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2013 adalah ± 1.200.000
dari ± 5.690.000 persalinan atau sekital 24.8% dari seluruh persalinan (DepKes RI, 2011).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukan kelahiran dengan metode operasi Sectio Caesarea
sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013,
dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19.9%) dan terendah di Sulawesi Tengah (3,3%).
Hasil laporan rekam medik di Rumah Sakit Abdul Radjak Hospital Salemba Jakarta Pusat
tercatat bahwa angka persalinan dengan Sectio Caesarea pada tahun 2020 sebanyak 20%,
dan data klien post operasi Sectio Caesarea yang mengalami gangguan mobilitas fsiik
Hasil analisis regersi logistik ganda, menunjukan bahwa faktor determinan kejadian
persalinan operasi Sectio Caesarea adalah status ekonomi, wilayah tempat tinggal,
jumlah janin yang dikandung, umur ibu, tinggi badan ibu, penyakit penyulit persalinan,
Memperlihatkan bahwa responden dengan status ekonomi atas 2,55 kali lebih cenderung
untuk melakukan persalinan secara Sectio Caesarea dibandingkan respnden dengan status
sosial ekonomi bawah. Terkait dengan lingkungan temat tinggal, responden yang bertempat
tinggal dikota 1,46 kali lebih cenderung mendapatkan persalinan Sectio Caesarea dari
responden yang tinggal dipedesahan. Variabel lainnya yang juga memiliki hubungan
bermakna dengan kejadian Sectio Caesarea adalah tingkat pendidikan klien, dimana
responden dengan pendidikan tinggi 3,28 kali lebih cenderung untuk melakukan persalinan
Sectio Caesarea dibandingkan responden dengan pendidikan rendah atau tidak tamat SMA
3
dan responden dengan tingkat pendidikan menengah 1,85 kali lebih cenderung untuk
melakukan persalinan Sectio Caesarea dibandingkan responden yang tidak tamat SMA atau
kejadian persalinan Sectio Caesarea adalah pekerjaan responden, dimana responden yang
memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta 1,36 kali lebih cenderung untuk melakukan
persalinan Sectio Caesarea dibandingkan responden yang tidak bekerja. Dalam hal
kesehatan 1,12 kali lebih cenderung melahirkan secara Sectio Caesarea dibandingkan
responden yang tidak memiliki jaminan kesehatan. ( Saptarini & Putri, 2017).
tindakan Sectio Caesarea dapat menimbulkan masalah yang berbeda pada ibu yang
melahirkan pervaginam. Selain mengalami perubahan fisiologis pada masa nifas seperti
invulusi dan laktasi, ibu dengan tindakan Sectio Caesarea ketika efek anastesi hilang maka
akan timbul rasa nyeri disekitar sayatan luka operasi dan rasa nyeri dapat menimbulkan
Latihan pasca partum (mobilisasi) pasca operasi Sectio Caesarea diuraikan berikut
ini. Mobilisasi ibu pasca Sectio Caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya
kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan seksio
sesarea (Martin, 2011). Tujuan mobilisasi Farrer & Helen (2010) menyatakan bahwa
manfaat dilakukan mobilisasi adalah ibu merasa lebih sehat, kuat dan dapat mengurangi
rasa sakit dengan demikian ibu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan, fungsi
4
usus dan kandung kemih lebih baik, merangsang peristaltik usus kembali normal dan
Manfaat mobilisasi setelah pasca operasi dapat menurunkan vena statis, menstimulasi
Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi pada ibu post Sectio Caesarea adalah
fundus uteri teraba lemah sehingga kontraksi uterus tidak ada, maka akan terjadi
yang terbuka sehingga ibu mengalami infeksi yang ditandai suhu tubuh meningkat (Perry &
Poter, 2017).
Upaya yang dilakukan perawat sehingga tidak terjadinya kerugian yang dapat dialami
klien adalah dengan adanya peran perawat yang melakukan berbagai cara. Peran perawat
dalam upaya promotif dilakukan penyuluhan melalui pendidikan kesehatan tentang tahap-
tahap mobilisasi fisik pada klien post Sectio Caesarea. Peran preventif yaitu dengan
membantu mencegah terjadinya gangguan mobilisasi fisik pada klien post Sectio Caesarea
dan mencegah terjadinya komplikasi. Peran perawat dalam upaya kuratif dengan
penderita gangguan mobilitas fisik. Peran perawat dalam upaya rehabilitatif dengan
5
“Asuhan Keperawatan pada Klien post Sectio Caesarea dengan Gangguan Mobilitas Fisik
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini, penulis membatasi dan memfokuskan pada
masalah “Asuhan Keperatawatan dengan klien Post Operasi Sectio Caesarea dengan
Gangguan Mobilitas Fisik” di Rumah Sakit AbdulRadjak Hospital Salemba Jakarta Pusat.
Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO, 2013) menyatakan
bahwa persalinan dengan Sectio Caesarea di Australia 32%, sedangkan di China terjadi
peningkatan yaitu 24,8% menjadi 27% di tahun 2007-2011. Selama tahun 2007-2011
Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) mencatat adanya
Caesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2013 adalah ± 1.200.000
dari ± 5.690.000 persalinan atau sekital 24.8% dari seluruh persalinan (DepKes RI, 2011).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukan kelahiran dengan metode operasi Sectio Caesarea
sebesar 9,8% dari total 49.603 kelahiran sepanjang tahun 2010 sampai dengan 2013,
dengan proporsi tertinggi di DKI Jakarta (19.9%) dan terendah di Sulawesi Tengah (3,3%).
Hasil laporan rekam medik di Rumah Sakit Abdul Radjak Hospital Salemba Jakarta Pusat
tercatat bahwa angka persalinan dengan Sectio Caesarea pada tahun 2020 sebanyak 20%,
6
dan data klien post operasi Sectio Caesarea yang mengalami gangguan mobilitas fsiik
Tujuan umum penulisa karya tulis ilmiah ini yaitu penulis mampu melakukan asuhan
keperawatan pada klien post operasi Sectio Caesarea dengan gangguan mobilitas fisik di
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien yang mengalami post operasi Sectio
b. Menganalisa data keperawatan pada klien yang mengalami post operasi Sectio
c. Menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang mengalami post operasi Sectio
d. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien yang mengalami post operasi Sectio
7
e. Melaksanakan tindakan keperawatan yang klien yang mengalami post operasi Sectio
f. Melakukan evaluasi keperawata pada klien yang mengalami post operasi Sectio
g. Membandingkan asuhan keperawatan pada dua klien post operasi Sectio Caesarea
terhadap klien post operasi Sectio Caesarea dengan gangguan mobilitas fisik sehingga
pada klien post operasi Sectio Caesarea dengan gangguan mobilitas fisik di
8
Sebagai data awal dan bahan perbandingan dengan melakukan penelitian yang
serupa tentang proses asuhan keperawatan pada klien post operasi Sectio Caesarea
9
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
Operasi Sectio Caesarea adalah operasi melahirkan bayi dengan sayatan sepanjang
Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak melalui insisi pada
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut. (Amin & Hardi, 2013).
Dapat disimpulkan bahwa Sectio caesarea adalah suatu pembedahan insisi yang
2.1.2 Indikasi
Menurut Aspiani (2013) indikasi pada janin dan ibu yang melakukan Sectio
Indikasi Ibu yaitu : plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis,
panggung, partus lama (prolongged labor), ruptur uteri mengancam, partus tak maju
10
(obstrukter labor), distosia serviks, pre-eksklamsia dan hypertensi, disfungsi uterus, distosia
jaringan lunak.
Indikasi janin dengan Sectio Caesarea yaitu : letak lintang, letak bokong, presentasi
rangkap bila resposisi tidak berhasil, presentasi dahio dan muka (letak defleksi) bila
Gemelli menurut Easman, Sectio Caesarea dianjurkan apabila janin pertama letak
lintang atau persentasi baru (shoulder presentation), bila terjadi interlok (locking of the
twins), distosia oleh karena tumor, gawat janin, kelainan uterus adalah kelainan uterus
arkuartus, uterus septus, uterus duplekkus dan terdapat tumor dipelvis minor yang
Indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
anterpartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan
janin besar melebihi 4.000 gram. Dan beberapa faktor Sectio Caesarea diatas dapat
CPD (Chepalo Pelvik Disproportion) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan
secara alami. Tulang-tulang panggul merupakn susuan beberapa tulang yang membentuk
rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara
alami. Bentuk panggul yang menunjukan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus melakukan tindakan
11
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi simetris
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarah dan infeksi, pre-eklamasi merupakan penyebab kematian maternal perinatal paling
penting dalm ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu
KPD (Ketuban Pecah Dini) adalah pecahnya sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil
Bayi kembar, tidak selama bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki risiko tejadi komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran
satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lingtang
Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
Kelainan telak janin yaitu : kelainan pada letak kepala letak kepala tengadah. Bagian
terbawah adalah pucak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba UUB yang paling rendah.
Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya lebar, anakmya kecil atau mati, kerusakn
12
dasar panggul, presentasi muka letak kepala tengah (defleksi) sehigga bagian kepala yang
teletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %, presentasi
dahi posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paing depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah menjadi
letak muka atau letak belakang kepala, letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala fundus uteri dan bokong berada dibagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi bokong
2.1.3 Klasifikasi
Secara umum tindakan sectio caesaria dapat dibagi menjadi 3 jenis (Mochtar R, 2013)
yaitu:
Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Dan adapun
keunggulan/kelebihan cara ini antara lain sebagai berikut yaitu : perdarah luka insisi tidak
banyak, penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonial yang baik,
bahaya peritonitis tidak besar, tumpang tindih dari peritonial flap baik sekali untuk
menahan penyebaran isi uterus ke rongga peritonium, perut pada uterus pada umumnya
kuat, sehingga bahaya ruptur uteri tidak besar dikemudian hari. Dan kelemahan/kerugian
adalah sebagai berikut yaitu : luka dapat menyebar kekiri, kanan dan bawah yang
13
menyebabkan putusnya arteri uteriba dan keluhan pada kandungan kemih post operasi
tinggi.
Sectio Korporal atau Klasik dengan Insisi dibuat pada korpus uteri, pembedahan ini
yang lebih mudah dilakukan, hanya disenggelarkan apabila ada halangan umtuk melakukan
Sectio Caesarea transperitonialis profunda misalnya, melekat urat uterus pada dinding
perut karena sectio yang sudah atau insisi segmen bawah uterus mengandung bahaya
perdarah yang banyak. Dan adapun kelebihan dari Sectio Korporal atau Klasik yaitu :
mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik,
sayatan bisa diperpanjang paroksimal atau distal. Dan kekurangan dari Sectio Korporal atau
Klasik yaitu : infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada
peritonealisasi yang baik, untuk persalinan berikutnya sering terjadi ruptur uteri spontan.
demikian tidak membuka kavum obdominal. Dulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap infeksi, pembedahan ini jarang
dilakukan. Rongga peritonium tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
Menurut arah sayatan rahim Sectio Caesarea dapat dilakukan sebagai berikut yaitu :
menurut Kerr,
Berdasarkan saat dilakukan Sectio Caesarea dapat dibagi atas : sectio primer:
direncakan pada waktu antenatal care, Sectio sekunder: tidak direncanakan terlebih dahulu
14
Setelah Sectio Caesarea, dilakukan hyteroktomy dengan indikasi : atonia uteri,
1.1.4 Patofisiologi
Sectio Caesaria merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500
gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini
yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distoria jaringan lunak, plasenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah
dilakukan Sectio Caesaria ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologi yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi post deentris bagi kuman. Oleh karena ini perlu diberikan
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional dan
umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruh terhadap janin maupun ibu anestesi
janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi
dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi pada ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadpa nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena
kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
15
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mobilitas yang menurun maka peristaltik
juga menurun. Makanan yang ada dilambung akan menumpuk dan karena reflek untuk
batuk juga menurun. Makan psien sangat berisiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang
pipa endotracheal. Selain itu mobilitas yang menurun juga berakibat pada perubahn pola
Manifestasi kinis pada klien dengan post Sectio Caesarea, menurut Prawirohardjo,
2013 antara lain : kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml, terpasang
kateter: urin jernih dan pucat, abdomen lunak tidak ada distensi, bising usus tidak ada,
ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru, balutan abdomen tampak sedikit noda,
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan tindakan Sectio Caesarea adalah : hitung
darah lengkap, golongan darah (ABO), dan percocokan silang, tes Coombs, Nb, urinalisis:
mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II, ultrasonogral: melokasikan plasenta
16
maturitas paru janin, tes stres kontraksi atau test non-stres : mengkaji respons janin
1.1.7 Penatalaksaan
2017) yaitu : perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat, fundus uteri harus
sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus tetap berkontraksi dengan kuat, pemberian
analgetik dan antibiotik, pemeriksaan aliran darah uterus paling sedikit 30ml/jam,
pemberian cairan intra vaskuler, 3 liter cairan biasanya memadai untuk 24 jam pertama
setelah pembedahan, ambulasi satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar dari
tempat tidur dengan bantuan orang lain, peratan luka: insisi diperiksa setiap hari, jahitan
kulit (klip) diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan, dan pemeriksaan
1.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan Sectio Caesarea adalah sebagai berikut:
Infeksi puerperal (nifas) jika infeksi puerperal ringan dengan kenaikan suhu beberapa
hari saja, jika sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut
17
sedikit kembung. Dan jika berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya sudah terjadi infeksi intra partal
karena ketuban yang telah pecah terlalu lama. Penanganannya adalah denga pemberian
Perdarahan disebabkan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka,
Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperotinealisasi
terlalu tinggi.
1.1.9 Prognosis
Janin yang ditolong secara Sectio Caesaria sangat tergantung dari keadaan janin sebelum
dilakukan operasi.
Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih 1 tahun, dengan memakai kontrasepsi,
kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik, dianjurkan bersalin
dirumah sakit yang besar, apakah persalinan yang berikut harus dengan Sectio Caesaria
18
1.1.11 Perawatan Post Operasi
Perawatan Awal, letakan pasien dalam posisis untuk pemulihan : seperti tidur miring
dengan kepala agak ekstensi untuk membebaskan jalan nafas lalu letakan lengan diatas
dimuka tubuh agar mudah melalukan pemeriksaan tekanan darah, tungkai bawah agak
tertekuk, bagian atas lebih tertekuk dari pada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.
(Oktiawati, 2013).
Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien : cek tanda vital dan suhu
tubuh setip 15 menit selam jam pertama, kemudian tiap 30 menit pada jam selanjutnya lalu
periksa tiap kesadaran 15 menit sampai sadar. Catatan: patikan ibu tersebut dibawah
pengawasan sampai ia sadar.Yakinkan bahwa jalan nafas bersih dan cukup ventilasi,
tranfusi jika diperlukan, dan jika tanda vital tidak stabil dan hematokrit turun walau
Fungsi Gastrointestinal pada pasien obetric : yang tindakannya tidak terlalu berat
akan kembali normal dalam 12 jam : jika tindakan bedah tidak berat, berikan pasien diet
cair, jika ada tanda infeksi, atau jika sectio caesaria partus macet atau rupture uteri, tunggu
sampai bising usus timbul, jika pasien bisa flatus mulai berikan makanan padat, pemberian
infus diteruskan sampai pasien bisa minum dengan baik, jika pemberian indus melebihi 48
jam berikan cairan elektrolit untuk balance (misalnya kalium klorida 40 mEg dalam 11
cairan infus), dan sebelum keluar dari rumah sakit pasien harus sudah bisa makan makanan
biasa.
19
Pembalutan dan Perawatan Luka jika pada pembalutan luka terjadi perdarahan atau
keluar cairan tidak terlau banyak. Jangan mengganti balutan perkuat pembalut, pantau
keluarnya cairan dan darah, dan jika pendarahan cepat tetap bertambah atau sudah
membasahi setengah atau lebih dari pembalutnya, buka pembalut, inpeksi luka, atasi
penyebabnya dan ganti pembalut baru. Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut
tetapi berikan plester untuk mengencangkannya lalu ganti pembalut dengan cara steril.
Analgesia, pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting dan pemberian sedasi
yang berlebihan akan menghambat mobilitas yang diperlukan waktu pasca bedah.
Perawatan Fungsi Kandung Kemih, jika urin jernih kateter dilepas 8 jam setelah
bedah dan sesudah semalam, jika urin tidak jernih biartkan kateter dipasang sampai urin
jernih. Kateter dipasang 48 jam pada kasus : bedah karena reptura uteri, partus lama atau
partus macet, edema perineum yang luas, sepsis puerperalis/pelvio peritonitis. Jika terjadi
perlukaan pada kandung kemih pasang kateter sampai minimum 7 hari, atau urine jernih,
dan jika sudah tidak memakai antibiotika, berikan nirofurantoin 100 mg per oral per hari
Antibiotika, jika ada tanda infeksi atau klien demam berikan antibiotika bebas demam
dampai 48 jam.
Mengambil Jahitan : jahitan fasia merupakan hal utama pada bedah abdomen,
Demam jika suhu yang melebihi 38°C atau lebih pasca pembedahan harus dicari
penyebabnya, yakinkan pasien tidak panas minimum 24 jam sebelum keluar rumah sakit.
20
Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam, dan menstimulasi
kembali fungsi gastrointestinal normal. Ada beberapa cara ambulasi : pertama dorong dan
menggerakan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam.
21
1.2 Konsep Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea
1.2.1 Definisi Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea
Mobilisasi adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan melakukan suatu
aktivitas/kegiatan. Sedangkan mobilisasi klien post partum adalah suatu pergerakan, posisi
atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan
1.2.2 Tujuan Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea
Klien post Sectio Caesarea perlu melakukan mobilisasi dini untuk membantu
1.2.3 Manfaat Mobilitas Fisik pada Klien Post Operasi Sectio Caesarea
Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak
otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat
kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian klien merasa sehat dan
kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltik usus kembali normal.
Akitivitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula
Mobilitas dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk klien merawat anaknya.
Perubahan yang terjadi pada klien post operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus,
dengan demikian klien cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat.
22
Mencegah terjadinya trambosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah
Rentang gerak pasif, berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakan otot orang lain secara pasif misalnya, perawat mengangkat dan
Rentang gerak aktif, hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi
dengan cara menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya, berbaring klien menggerakan
kakinya. (Oktiawati,2015).
Menurut Alihani 2010 pelaksanaan mobilisasi dini pada klien post Sectio Caesarea terdiri
dari :
Hari pertama, berbaring miring kekanan, dan kekiri yang dapat dimulai sejak 6-10
jam setelah klien sadar dan latihan pernafasan dapat dilakukan klien sambil tidur terlentang
Hari kedua, ibu dapat duduk lima menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu
23
pernafasan dan sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri klien bahwa ia mulai pulih,
kemudian posisi tidur telentang dirubah menjadi setengah duduk, selanjutnya secara
berturut-turut, hari demi hari klien yang sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama
sehari.
Hari ke tiga sampai ke lima, belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari
setelah operasi. Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat
24
1.3 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
Keluhan Utama pada klien dengan post operasi yaitu klien mengeluh nyeri pada luka
bekas operasi, badannya lemah, tidak berani bergerak, dan rasa haus yang berlebihan.
Riwayat Penyakit Sekarang, pada riwayat penyakit sekarang yang perlu dikaji yaitu
jam selesai operasi, kesadaran klien, keadaan umum, letak dan ukuran dari luka operasi
(Aspiani, 2017).
Riwayat Penyakit Dahulu, apakah klien pernah mengalami riwayat tindakan operasi
sebelumnya?.
penyebab pentingnya yang perlu dikaji yaitu penyakit berat yang pernah diderita salah satu
anggita yang ada hubungan dengan operasi misalnya: TBC, DM, dan hypertensi.
Riwayat Obstetri, untuk mengetahui riwayat obstetri pada klien dengan letak lintang
yang perlu diketahui adalah : keadaan haid yang perlu ditanyakan kapan datangnya
menarche siklus haid, hari pertama haid terakhir untuk dapat diketahui yang keluar darah
muda atau darah tua, encer atau menggumpal, lamanya, nyeri atau tidak, pada sebelum dan
sesudah haid, berbau atau tidak, dimana untuk diketahui gambaran tentang keadaan alat
kandungan.
25
Perkawinan, sudah berapa kali kawin dan berapa dengan suami yang sekarang.
Kehamilan, riwayat kehamilan pada klien dengan partus bisa terdapat pada
primi/multigravida. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, ditanya kelangsungan dari
kehamilan dan persalinan serta nifas yang lalu, bagaimana keadaan bayi yang dilahirkan,
apakah cukup bulan atau tidak, kelahiran normal atau tidak, sipa yang menolog persalinan
dan dimana melahirkanya, sehingga mendapat gambaran yang jelas tentang riwayat
Pola Kebiasaan Sehari-hari meurut Virginia Henderson seperti : respirasi pada kasus
post Sectio Caesarea penyulit yang sering ditemukan adalah obstruksi jalan nafas, respirasi
yang tidak adekuat dan respirasi arrest. Nutrisi jika klien setelah selesai operasi pemenuhan
nutrisinya selama puasa melalui infus dan setelah 6 jam baru diberikan minum secara
bertahap dan setelah 8 jam baru diberikan makanan lunak, tapi bila klien dengan lumbal
fungsi langsung diberi makan, minum seperti biasanya, bahkan dianjurkan banyak minum.
Eliminasi meliputi berapa kali BAB, konstitensi, warna, bau, dan klien dengan post
sectio caesaria, untuk BAK melalui dawer cateter yang sebelumnya telah terpasang.
Istirahat/tidur pada klien dengan post Sectio Caesarea mengalami gangguan istirahat tidur
karena adanya rasa nyeri pada daerah operasi dan ada rasa yang tidak enak pada uretra
akibat terpasang dower cateter. Mempertahankan temperatur tubuh dan sirkulasi pada klien
dengan post Sectio Caesarea mengalami gangguan dalam hal temperatur tubuh, suhu tubuh
>37,5°C.
Kebutuhan personal hygiene klien dengan post Sectio Caesarea pada hari pertam dan
kedua sebelum kateter dibuka klien membutuhkan orang lain untuk membersihkan diri
26
dalam hal ini klien harus dimandikan. Dan yang terakhir adalah aktivitasnya, pola aktivitas
dapat terganggu dengan adanya rasa nyeri pada daerah opersi sehingga klien membatasi
gerakan.
Pemeriksaan Fisik yaitu : keadaan umum biasanya lemah, kesadarannya apatis, tanda-
tanda vital biasanya tekanan darah : normal atau menurun <120/90 mmHg, nadi
Pemeriksaan head to toe meliputi : kepala, bentuk wajah simetris atau tidak, keadaan
rambut dan warna kepala. Wajah, apakah ada closma gravidarum, konjungtiva pucat atau
merah, adanya oedema. Mata-telinga-hidung, pada daerah wajah dikaji bentuk wajah,
keadaan mata, hidung, telinga, mulut dan gigi. Leher, perlu dikaji apakah terdapat benjolan
pada leher, pembesaran vena jugularis, dan adanya pembesaran kelenjar tiroid. Dada dan
punggung, perlu dikaji kesimetrisan dada, ada tidaknya retraksi intercostae, pernafasan
tertinggal, suara wheezing, ronchi, bagaimana irama dan frekuensi pernafasan. Pada
jantung dikaji bunyi jantung (interval) adakah bunyi gallop, mur-mur. Payudara/mammae,
apakah puting menonjol atau tidak, areola menhitam, kolostrum. Abdomen, ada tidaknya
distensi abdomen, bagaiman dengan luka operasi adakah perdarahan, berapa tinggi fundus
uterinya, bagaiman dengan bising usus, adakah nyeri tekan. Ekstremitas atas dan bawah,
ekstremitas atas : kesimetrisannya, ujung-ujung jari sianosis atau tidak, ada tidaknya oedem
klien dengan post operasi biasanya terpasang infus lalu ekstremitas bawah :
dengan post operasi sering takut menggerakan kakinya, apakah tanda-tanda hormon, refleks
27
bagaimana warnanya, banyakna, bau serta adakah oedema vulva, bagaimana posisi cateter
terpasang baik atau tidak, apakah lancar dan bagaiman kebersihan klien pada post operasi
yang biasanya akan tampak kotor karena banyak usai darah yang belum dibersihkan.
masyarakat terhadap permasalah kesehatan baik aktual maupun potensial. Dimana perawat
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan akumulasi sekret akibat penurunan
reflek batuk.
prosedur invasif.
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
28
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. (Dermawan,
2012).
Bersihan jalan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret, efek anestesi.
jalan nafas efektif dengan status pernafasan adekuat dengan kriteria hasil : klien mudah
untuk bernafas, tidak ada sianosis, tidak ada dispneu, saturasi O² dalam bats normal, jalan
nafas paten, engeluarkan sekresi secara efektif, klien mempunyai irama dan frekuensi
pernafasan dalam rentang normal, klien mempunyai fungsi paru dalam batas
klien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi bunyi nafas, area penurunan ventilasi atau
tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi nafas tambahan, keluarkan sekret dengan batuk
efektif atau suksion sesuai kebutuhan, anjurkan klien untuk bernafas pelan, nafas dalam dan
batuk, atur posisi klien untuk mengurangi dyspneu, monitor status respirasi dan oksigenasi
sesuai kebutuhan, atur intake cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan. Suksion
jalan nafas (Airway Suctioning) : tentukan kebutuhan untuk suksion oral atau trakheal,
auskultasi bunyi nafas sebelum dan sesudah suksion, informasi pada klien dan keluarga
tentang suksion, aspirasi nasofaring dengan suction sesuai kebutuhan, berikan sedative
sesuai kebutuhan, gunakan universal precaution: sarung tangan dan masker sesuai
Therapy) : bersihkan mulut, hidung dan trakhea dari sekresi sesuai kebutuhan, berikan
tambhan oksigen sesuai permintaan, monitor aliran oksigen, monitor pemberian posisi
29
oksigen, berikan oksigen sesuai kebutuhan, monitor keefektifan terapi oksigen, monitor
Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya jaringan saraf pada daerah luka bekas
operasi yang ditandai dengan klien menyatakan nyeri perut bekas operasi, ekspresi wajah
diharapkan klien dapat : mengontrol nyeri (Pain Control), dengan kriteria : klien dapat
mengetahui penyebab nyeri, onset nyeri. klien mampu menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri, dan tindakan penyegahan nyeri, klien melaporkan
(Pain Level): klien melaporkan nyeri dan pengaruhnya pada tubuh, klien mampu mengenal
skala, intensitas, frekuensi dan lamanya episode nyeri, klien mengatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang, tanda-tanda vital dalam batas normal, ekspresi wajah tenang.
tentang nyeri, meliputi: lokasi, karateristik dan onset, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya yeri dan faktor-faktor presipitasi, observasi isyarat non verbal dari
komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri, ajarkan teknik non
famakologi (misalnya: nafas dalam, teknik distraksi atau massage), evaluasi tentang
keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan, berikan dukungan
terhadap klien dan keluarga, berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa
lama terjadi dan tindakan pencegahan, kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat
30
penyinaran dan lain-lain), tingkatkan istirahat yang cukup, modifikasi tindakan mengontrol
nyeri berdasarkan respon klien, monitor kenyamanan klien terhadap manajemen nyeri,
karakteristik, kualitas, dan keparah sebelum pengobatan, berikan obat dengan prinsip 5
benar, cek riwayat alergi obat, libatkan klien dalam pemilihan analgetik yang akan
digunakan, pilih analgetik secara tepat/ kombinasi lebih dari satu analgetik jika telah
diresepkan, monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgetik pertama kali,
berikan analgetik yang tepat waktu terutama saat nyeri hebat, evaluasi efektivitas analgetik,
Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif yang ditandai dengan klien
mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah. Tujuannya (NOC) : Setelah
(Immnune Status) dengan kriteria hasil : klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi, suhu
(20×/menit), tekanan darah normal (120/70 mmHg), cairan ketuban tidak berbau busuk.
tubuh, keadaan luka post operasi, kondisi vulva, kelelelahan dan malaise), kaji faktor yang
meningkatkan serangan infeksi (misalnya: usia lanjut, status imun menuru dan malnutrisi),
pantau hygiene personal untuk perlindungan terhadap infeksi, monitor tanda dan gejala
31
infeksi sistemik, monitor sel darah putih (White Blood Cell), anjurkan klien atau keluarga
untuk menjaga personal hygiene dan melindungi tubuh terhadap infeksi, anjurkan kepada
pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan klien,
ajarkan klien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala dari infeksi, ajarkan klien dan
infeksi dan kapan harus melaporkan ke petugas kesehatan, bersihkan lingkungan secara
tepat setelah digunakan oleh klien, ganti peralatan klien setiap setelah tindakan, batasi
jumlah pengunjung, gunakan sabun untuk mencuci tangan, gunakan sarung tangan steril,
lakukan perawatan vulva dan perineum, tingkatkan asupan nutrisi dan cairan, pertahankan
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri luka bekas operasi, ditandai
dengan klien mengeluh sakit bila bergerak, keadaan umum lemah, kebutuhan aktivitas klien
tampak dibantu. Tujuan (NOC) : Setelah dilakukan tindakan keperawatan mobilitas klien
meningkat (Mobility level) dengan kriteria hasil : aktivitas fisik meningka dan melaporkan
dalam melakukan mobilitas, observasi penyebab gangguan mobilitas yang dialami klien,
monitor dan catat kemampuan klien dalam mentoleransi aktivitas dan penggunaan keempat
ekstremitasnya, jika memungkinkan observasi tindakan yang dilakukan untuk nyeri dan
sesuai kondisi. Possitioning: mobilisasi sport srea yang terpengaruh jika diperlukan, ubah
posisi tiap 2 jam, monitor integritas kulit pada area yang tertekan. Excercise Therapy:
32
pastikan keterbatasan gerak sendi yang dialami, motivasi klien untuk mempertahankan
pergerakan sendi, pastikan klien bebas dari nyeri sebelum diberikan latihan, pastikan baju
klien longgar, lindungi klien dari trauma selama latihan, beri reinforcement positif,
Tujuan (NOC) : Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...×24 jam klien dapat
menunjukan perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari: madin dengan kriteria hasil :
klien menerima bantuan atau perawatan total dari pemberian perawatan jika diperlukan,
klien mengungkapkan secara verbal kepuasan tenyang kebersihan tubuh dan hygiene mulut,
klien mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk kekamar mandi dan menyediakan
perlengkapan mandi, klien mampu membersihkan dan mengeringkan tubuh, klien mampu
melakukan perawatan mulut. Intervensi (NIC) : Bantu Perawatan Diri (Self Care
Assistance): kaji kemampuan klien untuk menggunakan alat bantu, pantau adanya
perubahan kemampuan fungsi, pantau kemampuan klien dalam melakukan perawatan diri
secara mandiri, pantau kebutuhan klie terhadap perlengkapan alat-alat untuk kebersihan
diri, berpakaian dan makanan, berikan bantuan sampai klien mampu untuk melakukan
perawatan diri, bantu klien dalam menerima ketergantungan pemenuhan kehidupan sehari-
hari, dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu klien jika
hanya diperlukan. Bantu Perawatan Diri: Mandi (Self Care Assistance: Bating) : kaji
membran mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari, kaji kondisi kulit saat mandi,
pantau kebersihan kuku, berdasarkan kemampuan diri klien, berikan bantuan sampaimklien
mampu secara penuh untuk melakukan perawatan diri, letakan sabun, handuk, deodoran,
33
alat cukur, dan peralatan lain yang dibutuhkan disamping tempat tidur/ kamar mandi,
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada karya tulis ilmiah ini desain yang digunakan adalah desian studi kasus. Studi
kasus ini adalah studi untuk melakukan perbandingan atau memahami asuhan keperawatan
pada klien yang mengalami gangguan mobilitas fisik post operasi Sectio Casarea dengan
metode pengambilan data dan dengan sumber yang diperoleh dari klien, keluarga klien,
diberikan kepda seorang pasien pada sebuah pelayanan kesehatan, dengan cara mengikuti
aturan dan kaidah-kaidah keperawatan dan berdasarkan pada masalah yang ada. Sectio
caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui dinding depan perut atau vaginam atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin
Sectio Casarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak melalui insisi pada
35
Mobilisasi atau mobilitas merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan agar dapat memenuhi kebutuhan aktivitas dalam
terarur sehingga dapat beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi
3.3 PARTISIPAN
Subjek yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah 2 klien dengan masalah
keperawatan dan diagnosa medis yang sama yaitu pasien yang mengalami post partum
asuhan keperawatan. Waktu 7 hari dari tanggal 20 Januari 2020 sampai 26 Januari 2020.
36
3.5 PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah : Wawancara (hasil anamnesa, identitas, keluhan riwayat, dan lain-lain), Sumber
a. Wawancara ( hasil anamnesa berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, obstetri, pola
kebiasaan sehari-hari, dan lain-lain), sumber data didapat dari klien, keluarga klien
dan perawat lainnya. Wawancara merupakan suatu cara mendapatkan data dengan
cara menanyakan langsung kepada klien, keluarga ataupun siapapun yang dapat
b. Observasi dan pemeriksaan fisik dengan pendekatan IPPA (Indeks, Palpasi, Perkusi
dan Auskultasi) pada sistem tubuh klien. Adapun pemeriksaan yang dilakukan
meliputi : keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe dan
lain-lain.
c. Studi dokumentasi (hasil dari data lain dan diagnoostik yang relevan). Studi
(Nursalam, 2010).
37
3.6 UJI KEABSAHAN DATA
Dilakukan juga pengamaatan dalam waktu 3 hari mendapatkan data dengan validitis
uji keabsahan data pada penelitian ini menggunakan informasi yang diperoleh dari klien,
perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Pada penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara mengumpulkan fakta tentang
post Sectio Casarea dengan gangguan mobilisasi fisik, data-data di Rumah Sakit
membandingkan dengan teori yang ada. Urutan dalam analisis data sebagai berikut :
a. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari WOD (Wawancara, Observasi dan Dokumentasi) hasil ditulis
dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkip (catatan
terstruktur).
b. Meredukasi data
Dari hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam
bentuk transkip dan dikelompokan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis
c. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien terjamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.
38
d. Kesimpulan
Berdasarkan data yang disajikan kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-
hasil penelitian terlebih dahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan
Salemba Jakarta Pusat sebagai tempat penelitian melalui rekomendasi dari instansi
pendidikan. Masalah etik penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting
manusia, maka segi etik penelitian harus diperhatikan. Masalah etik yang harus
responden. Tujuan informed conset adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
39
3. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan
Masalah etik penelitian keperawatan yaitu masalah yang memberikan jaminan dalam
penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencamntumkan nama
responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode atau initial pada lembar
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etik penelitian keperawatan dengan memberikan jaminan
informasi yang telah di kumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok
40
BAB IV
4.1 Hasil
4.1.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Pada bab 4 ini, penulis akan membahas hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilaksanakan oleh peniliti mengenai Asuhan Keperawatan Post Sectio Caesarea pada Klien
Gangguan Mobilitas Fisik di Ruang Kebidanan R.S. AbdulRadjak Hospital Salemba
Jakarta Pusat yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian, karakteristik responden,
hasil penelitian dan pembahasan. Pengumpulan data dilaksnakan pada tanggal 20 Januari
2020 sampai tanggal 26 Januari 2020 diruang rawat inap yang telah ditentukan.
Gambaran lokasi pengumpulan data Karya Tulis Ilmiah ini di R.S. AbdulRadjak
Hospital Salemba Jakarta Pusat adalah yang dulunya Rumah Sakit MH. Thamrin yang
didirikan pada 13 September 1979 oleh Dr. H. Abdul Radjak, DSOG. Sejak bediri sampai
sekarang yayasan telah memiliki 3 Rumah Sakit dan 7 Klinik Bersalin/Klinik 24 jam yang
lokasinya tersebar diseluruh Jabodetabek. Dibidang tenaga kesehatan pada saat ini yayasan
memiliki program pendidikan D III sebanyak 6 untuk tenaga kesehatan, 1 sekolah tinggi
tenaga kesehatan, dan 2 sekolah tinggi non kesehatan. Dedikasi R.S. Radjak Hospital
Salemba dalam meningkatkan kesehatan pasien tercermin pada program pelayanan
kesehatan yang komprehendif. Sebagai Rumah Sakit yang mengedepankan keselamatan
pasien dan kualitas Rumah Sakit, kami memiliki beberapa layanan unggulan yaitu Pusat
Jantung dan Pembuluh Darah pusat Orthopedi (spine dan lutut), Pusat Urologi.
R.S. AbdulRadjak Hospital Salemba (Yayasan RS MH. Thamrin) merupakan
partisipasi masyarakat dalam meneruskan cita-cita pahlawan nasional Mohammad Husni
Thanrin dalam pembangunan bidang kesehatan di Indonesia khususnya masyarakat betawi
yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan dan pendidikan tenaga kesehatan.
41
4.1.2 Pengkajian
Fokus pengkajian adalah Identitas klien, hasil pemerikasaan fisik, keluhan utama dan
riwayat penyakit (sekarang, dahulu dan keluarga) serta jika diperlukan dapat ditambah
genogram. Presentasi hasil dalam KTI dapat dilakukan dengan teknik uraian atau table.
Bentuk tabel :
a. Identitas Klien
Pedidikan SMK SD
b. Riwayat Penyakit
42
Riwayat penyakit Klien 1 Klien 2
Riwayat persalinan masa Riwayat keguguran pada Riwayat melahirkan normal
lalu usia hamil 4 mgg anak pertama sampai anak
ke tiga
Riwayat persalinan sekarang Operasi SC, ketuban klien Operasi SC, ketuban klien
terlihat sudah pecah namun terlihat sudah pecah namum
pembukaan belum maju. kontraksi tidak ada.
Keluhan utama Ny. D mengatakan lemas Ny. A mengatakan sulit
dan sulit beraktivitas karena beraktivitas karena adanya
nyeri setelah post operasi nyeri dan sakit pada luka
sectio caesarea post operasi sectio caesarea
Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan keluarga Klien mengatakan tidak
tidak mempunyai penyakit, mempunyai riwayat
hanya sakit-sakit ringan saja. penyakit.
Riwayat obstetri Klien mengatakan siklus Klien mengatakan siklus
haid lancar, klien haid lancar, klien
mengatakan ini perkawinan mengatakan ini perkawinan
pertama, klien mengatakan pertama.
riwayat abortus.
43
3×/hari dengan komposisi 3×/hari dengan komposisi
bubur, sayur dan telor. Klien bubur, sayur, dan telor.
mengatakan tidak ada alergi Klien mengatakan tidak ada
makanan dan tidak ada alergi makanan dan tidak
pantangan makanan ada pantangan makanan.
Pola Eliminasi Sebelum sakit Ny. D Sebelum sakit Ny. A
mengatakan BAB rutin mengatakan BAB rutin
1×/hari dan BAK 4-5×/hari. 1×/hari dan BAK 5-6×/hari.
Klien mengatakan tidak ada Klien mengatakan tidak ada
keluhan ketika BAB dan keluhan ketika BAB dan
BAK. Selama dirawat klien BAK. Selama dirawat klien
menggunakan selang menggunakan selang
kateter, urin kuning. kateter, urin kuning.
Pola Personal Hygine Sebelum sakit Ny. D Sebelum sakit Ny. A
mengatakan mandi 2×/hari mengatakan mandi 2×/hari
pagi dan sore, cuci rambut pagi dan sore, cuci rambut
3×/minggu dan dilakukan 3×/minggu dan dilakukan
secara mandiri. Selama secara mandiri. Selama
dirawat di Rumah Sakit dirawat di Rumah Sakit
klien mandi 1×/hari dengan klien mandi 1×/hari dengan
bantuan keluarga klien bantuan keluarga klien
Pola Istrahat dan Tidur Sebelum sakit Ny. D Sebelum sakit Ny. A
mengatakan tidur siang 2 mengatakan tidur siang 1
jam dan tidur malam 7 jam jam dan tidur malam 8 jam
tidak ada kebiasaan sebelum tidak ada kebiasaan sebelum
tidur dan. Selama dirawat di tidur dan. Selama dirawat di
Rumah Sakit klien bedrest Rumah Sakit klien bedrest
selama 6-10 jam sadar dari selama 6-10 jam sadar dari
post operasi sectio caesarea post operasi sectio caesarea
dan tidak tidur siang karena dan tidak tidur siang karena
nyeri nyeri
Pola Aktivitas dan Latihan Sebelum sakit Ny. D Sebelum sakit Ny. A
mengatakan olahraga mengatakan jarang
1×/minggu, lari pagi. berolahraga. Setelah dirawat
Setelah dirawat diRumah di Rumah Sakit aktivitas
44
Sakit aktivitas klien klien sebagian dibantu oleh
sebagian dibantu oleh keluarga klien dan Ny. A
keluarga klien dan Ny. D mengatakan tidak
mengatakan tidak mengetahui mobilisai dini
mengetahui mobilisai dini post operasi sectio caesare.
post operasi sectio caesare. Saat dikaji klien tampak
Saat dikaji klien tampak sulit untuk melakukan
sulit untuk melakukan aktivitas
aktivitas dan Ny. D
mengatakan takut ketika
ingin beraktivitas
d. Pemeriksaan Fisik
45
pernafasan, tidak ada nyeri pernafasan, tidak ada nyeri
tekan, tidak ada polip dan tekan, tidak ada polip dan
tidak pilek tidak pilek
Mulut Mulut bersih, tidak ada Mulut bersih, tidak ada
stomatitis, tidak memakai stomatitis, tidak memakai
gigi palsu, tidak bau mulut. gigi palsu, tidak bau mulut.
Telinga Tidak memakai alat bantu Tidak memakai alat bantu
dengar, bentuk simetrisdan dengar, bentuk simetrisdan
tidak ada penumpukan tidak ada penumpukan
serumen serumen
Leher Tidak benjolan, tidak ada Tidak benjolan, tidak ada
nyeri tekan, dan tidak nyeri tekan, dan tidak
pembesaran tiroid. pembesaran tiroid.
Payudara Ukuran dan bentuk simestri, Ukuran dan bentuk simestri,
tidak ada kelainan, areola tidak ada kelainan, areola
mamae berwarna hitam, mamae berwarna hitam,
puting susu menonjol, puting susu menonjol,
konsistensi kenyal, tidak ada konsistensi kenyal, tidak ada
nyeri tekan. ASI keluar nyeri tekan. ASI keluar
Paru-paru Normal suara paru terdengar Normal suara paru terdengar
vesikuler vesikuler
Jantung Normal, suara jantung Normal, suara jantung
terdengar lupdup, irama terdengar lupdup, irama
teratur. teratur.
Abdomen Terdapat luka Sectio Terdapat luka Sectio
Caesarea yang dibalut Caesarea yang dibalut
kassa, tidak ada rembesan, kassa, tidak ada rembesan,
TFU 3 jari dibawah pusat, TFU 2 jari dibawah pusat,
kontraksi uterus membaik, kontraksi uterus membaik,
Ny. D mengatakan tidak tau Ny. D mengatakan tidak tau
cara perawatan luka post cara perawatan luka post
Sectio Caesarea, terdengar Sectio Caesarea, terdengar
bising usus 14×/menit, bising usus 11×/menit,
terasa keras, terdapat nyeri terdengar bunyi pekak,
tekan pada luka post SC. terasa keras, terdapat nyeri
Ny. D terlihat mengiris tekan pada luka post SC.
46
kesakitan Ny. A terlihat mengiris
kesakitan
Genitalia Genitalia bersih, lokhea Genitalia bersih, lokhea
berwarna merah mudah, berwarna merah mudah,
tidak terdapat tanda-tanda tidak terdapat tanda-tanda
hemoroid, terpasang selang hemoroid, terpasang selang
kateter. kateter.
Kulit Kulit dan kuku bersih, tidak Kulit dan kuku bersih, tidak
ada edema, tugor baik, ada edema, tugor baik,
kapilari refill kurang dari 2 kapilari refill kurang dari 2
detik, tidak terdapat detik, tidak terdapat
sianosis. sianosis.
Data Psiko-Sosial-Spiritual Ny. D mengatakan imngin Ny. A mengatakan imngin
segera pulih, keluarga Ny. D segera pulih, keluarga Ny. A
selalu mendampingi dan selalu mendampingi dan
menemani saat Ny. D menemani saat Ny. A
merasa sakit, Ny. D merasa sakit, Ny. A
beragama Islam dan taat beragama Islam dan taat
dengan ibadahnya. dengan ibadahnya.
e. Hasil Diagnostik
47
EKG Normal / sinus rhytmi Normal / sinus rhytmi
f. Terapi Klien
48
untuk bergerak karena ada
luka post operasi sectio
caesarea
Data Objektif :
- Ny. D tampak malas
untuk bergerak
- Kekuatan ektremitas atas
5 (dapat melawan
tahanan) dan ekstremitas
bawah 4 (dapat melawan
grafitasi tapi tidak kuat).
Data Subjektif : Nyeri akut Trauma jaringan
- Ny. D mengatakan nyeri
saat braktifitas
Data Objektif :
- Klien terlihat meringis
ketika beraktifitas
- P : nyeri tekan trauma
pembedahan sectio
caesarea
- Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R : letak dibagian perut
bawah di ambicilius
- S : skala nyeri 7
- T : timbulnya sering dan
diwaktu yang tidak
menentu
- TD : 120 ×/menit
- RR : 20 ×/menit
- N : 96 ×/menit
- S : 36°C
Data Subjektif : Resiko terjadi infeksi Prosedur invasif
- Ny. D mengatakan tidak
tau cara perawatan luka
49
post operasi sectio
caesarea
Data Objektif :
- Tampak ada luka post
operasi sectio caesarea
- TFU 3jari dibawah pusat
- Tidak ada rembesan
- Kontraksi uterus baik
- TD : 120menit
- RR : 20 ×/menit
- S : 36°C
- Hemoglobin : 10.2
- Leukosit : 15.4
- Trombosit : 282
- Hematokrit : 30.9
- Eritrosit : 3.98
- Glukosa sewaktu : 151
KLIEN 2
Data subjektif : Gangguan mobilitas fisik Nyeri luka bekas operasi
- Ny. A mengatakan sakit
saat beraktifitas karena
adanya luka post operasi
sectio caesarea
- Ny. A mengatakan segala
aktifitas dibantu oleh
keluarga klien dan dibantu
oleh perawat
- Ny. A mengatakan tidak
tau cara mobilisasi pasca
operasi sectio caesarea
Data Objektif :
- Ny. A tampak bedrest
- Kekuatan tonus otot
ekstremitas atas 5 (dapat
melawan tahanan dengan
50
kekuatan penuh) dan
kestremitas bawah 4
(dapat melwan grafitasi
tapi tidak kuat)
Data Subjektif : Nyeri akut Trauma jaringan
- Ny. A mengatakn nyeri
saat beraktifitas
Data Objektif :
- Ny. A tampak meringis
kesakitan
- P : trauma pembedahan
sectio caesarea
- Q : seperti ditusuk-tusuk
- R : dibagian perut
dibawah umbilicius
- S : skala nyeri 8
- T : sering timbul dan tidak
menentu
- Suhu : 36,6°C
- N : 86×/menit
- TD: 110/70 mmHg
- RR : 22 ×/menit
Data Subjektif : Resiko terjadi infeksi Prosedur invasif
- Ny. A mengatakan tidak
tau perawatan luka pasca
operasi sectio caesarea
Data Objektif :
- Tampak ada luka post
operasi sectio caesarea
dibalut dengan kasa steril
- TFU 3 jari dibawah pusat
- Kontraksi baik
- Tidak ada rembesan
- Suhu : 36,6°C
- N : 86×/menit
51
- TD : 110/70 mmHg
- Rr : 22 ×/menit
- Hemoglobin : 11.00
- Leukosit : 14.5
- Trombosit : 300
- Hematokrit : 30.0
- Eritrosit : 3.67
- Glukosa sewaktu : 87
KLIEN 1
Data subjektif : Gangguan mobilitas fisik Nyeri luka bekas operasi
- Ny. D mengatakan sulit
beraktifitas karena ada
luka post operasi sectio
caesarea
- Ny. D mengatakan tidak
tau cara mobilisasi dini
- Ny. D mengatakan takut
untuk bergerak karena ada
luka post operasi sectio
caesarea
Data Objektif :
- Ny. D tampak malas
untuk bergerak.
- Kekuatan ektremitas atas
5 (dapat melawan
tahanan) dan ekstremitas
bawah 4
Data Subjektif : Nyeri Akut Trauma jaringan
- Ny. D mengatakan nyeri
52
saat braktifitas
Data Objektif :
- Klien terlihat meringis
ketika beraktifitas
- P : nyeri tekan trauma
pembedahan sectio
caesarea
- Q : nyeri seperti ditusuk-
tusuk
- R : letak dibagian perut
bawah di ambicilius
- S : skala nyeri 9
- T : timbulnya sering dan
diwaktu yang tidak
menentu
- TD : 120 ×/menit
- RR : 20 ×/menit
- N : 96 ×/menit
- S : 36°C
Data Subjektif : Resiko terjadi infeksi Prosedur invasif
- Ny. D mengatakan tidak
tau cara perawatan luka
post operasi sectio
caesarea
Data Objektif :
- Tampak ada luka post
operasi sectio caesarea
- TFU 3jari dibawah pusat
- Tidak ada rembesan
- Kontraksi uterus baik
- TD : 120 ×/menit
- RR : 20 ×/menit
- N : 96 ×/menit
- S : 36°C
53
- Hemoglobin : 10.2
- Leukosit : 15.4
- Trombosit : 282
- Hematokrit : 30.9
- Eritrosit : 3.98
- Glukosa sewaktu : 151
KLIEN 2
Data subjektif : Gangguan mobilitas fisik Nyeri luka bekas operasi
- Ny. A mengatakan sakit
saat beraktifitas karena
adanya luka post operasi
sectio caesarea
- Ny. A mengatakan segala
aktifitas dibantu oleh
keluarga klien dan dibantu
oleh perawat
- Ny. A mengatakan tidak
tau cara mobilisasi pasca
operasi sectio caesarea
Data Objektif :
- Ny. A tampak bedrest
- Kekuatan tonus otot
ekstremitas atas 5 (dapat
melawan tahanan dengan
kekuatan penuh) dan
kestremitas bawah 4
(dapat melwan grafitasi
tapi tidak kuat).
Data Subjektif : Nyeri akut Trauma jaringan
- Ny. A mengatakn nyeri
saat beraktifitas
Data Objektif :
- Ny. A tampak meringis
kesakitan
- P : trauma pembedahan
54
sectio caesarea
- Q : seperti ditusuk-tusuk
- R : dibagian perut
dibawah umbilicius
- S : skala nyeri 8
- T : sering timbul dan tidak
menentu
- Suhu : 36,6°C
- N : 86×/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR: 22 ×/menit
Data Subjektif : Resiko terjadi infeksi Prosedur invasif
- Ny. A mengatakan tidak
tau perawatan luka pasca
operasi sectio caesarea
Data Objektif :
- Tampak ada luka post
operasi sectio caesarea
dibalut dengan kasa steril
- TFU 3 jari dibawah pusat
- Kontraksi baik
- Suhu : 36,6°C
- N : 86×/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 22 ×/menit
- Hemoglobin : 11.00
- Leukosit : 14.5
- Trombosit : 300
- Hematokrit : 30.0
- Erittrosit : 3.67
- Glukosa sewaktu : 97
- Tidak ada rembesan
55
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
(Tujuan Kriteria Hasil)
KLIEN 1
Gangguan mobilitas fisik b.d 1. Kaji kemampuan dalam 1. Mengetahui sampai
nyeri luka bekas operasi. melaukan mobilitas. sejauh mana
Setelah dilakukan tindakan 2. Obsevasi penyebab kemampuan klien
perawata 3×24 jam mobilitas gangguan mobilitas yang dalam beraktivitas.
klien meningkat (mobility dialami klien. 2. Untuk memandirikan
level) dengan kriteria : 3. Monitor dan catat klien dan
-Aktivitas fisik meningkat. kemampuan klien dalam meminimalisirkan
-Melaporkan perasaan mentoleransi aktivitas dan terjadinya kelemahan
peningkatan kekuatan dan penggunaan keempat fisik yang lebih lanjut.
kemampuan dalam ekstremitas. 3. Mobilisasi
bergerak. 4. Ubah posisi tiap 2 jam. meningkatkan
5. Motivasi klien untuk sirkulasi darah
mempertahankan sehingga
pergerakan sendi. mempercepat
6. Beri reinformecement penyumbuhan luka,
positif. nyeri berkurang, klien
7. Kolaborasi dalam dapat bergerak atau
pemberian terapi analgetik. beraktivitas tanpa
8. Ajarka latihan ROM secara adanya keluhan nyeri.
pasif/aktif. 4. Meningkatkan
9. Kolaborasi dengan pengetahuan klien
fisioterapi. tentang pentingnya
mobilisasi sehingga
memotivasi klien
untuk melakukannya.
Nyeri Akut b.d trauma 1. Kaji secara komprehensif 1. Mengetahui sampai
jaringan. tentang nyeri : lokasi mana tingkat nyeri
Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, yang dialami oleh
keperawatan 3×24 jam frekuensi, kualitas, klien.
diharapkan klien dapat : intensitas nyeri, dan faktor- 2. Melihat perkembangan
56
- Mengontrol nyeri faktor nyeri. keadaan umum klien
dengan kriteria klien 2. Observasi isyarat non dimana rangsang nyeri
mampu menggunakan verbal dari dapat meningkatkan
tekhnik non farmakologi ketidaknyamanan tanda-tanda vital.
untuk mengurangi nyeri komunikasi secara efektif. 3. Mengalihkan perhatian
dan klien melaporkan 3. Gunakan komunikasi ke hal yang lain
nyeri berkurang dengan terapeutik agar klien dapat sehingga tidak terlalu
menggunakan mengekspresikan nyeri. fokus pada nyeri.
managemen nyeri. 4. Ajarkan tekhnik non 4. Relaksasi dengan cara
- Menunjukan tingkat farmakologi : tarik nafas menarik nafas dalam
nyeri dengan kriteria dalam, dan tekhik distraksi membuat otot-otot
klien mampu mengenal atau massage). rileks sehingga nyeri
skala intensitas, 5. Beri dukungan terhadap berkurang.
frekuensi dan lamanya klien dan keluarga klien.
nyeri, klien mengatakan 6. Kontrol faktor-faktor
rasa nyaman setelah lingkungan yang dpat
nyeri berkurang dan mempengaruhi respon klien
ekspresi wajah tenang terhadap ketidaknyamanan :
temperatur ruangan,
penyinaran , dll.
7. Tingkatkan istirahat yang
cukup.
8. Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan respon klien.
9. Monitor kenyamanan klien
terhdap manajemen nyeri.
10. Libatkan keluarga untuk
mengurangi rasa nyeri.
Resiko terjadi infeksi b.d 1. Pantau tanda/gejala infeksi 1. Deteksi dini terhadap
prosedur invasif misalnya suhu tubuh, adanya tanda-tanda
Setelah dilakukan asuhan keadaan luka operasi, dan infeksi. Adanya warna
keperawatan 3×24 jam kelelahan. yang lebih gelap
diharapkan klien dapat 2. Kaji faktor yang disertai bau tidak enak
57
meningkatkan pertahanan meningkatkan serangan mungkin merupakan
tubuh (immnune status) infeksi : usia lanjut, status tanda infeksi.
dengan kriteria : imun menurun, dan 2. Mencegah masuknya
- Klien tidak menunjukan malnutrisi. mikroorganisme
tanda-tanda infeksi. 3. Pantau personal hygiene melalui luka operasi.
- Suhu tubuh normal. untuk perlindungan terhadap 3. Protein berperan
- Nadi normal. infeksi. mengganti sel-sel
- Frekuensi nafas normal. 4. Monitor tanda dan gejala yang rusak dan
- Tekanan darah normal. infeksi sistemik. meningkatkan daya
- Cairan ketuban tidak 5. Anjurkan klien dan keluarga tahan tubuh.
berbau busuk. untuk menjaga personal 4. Mencegah faktor
hygiene dan melindungi resiko penularan.
tubuh terhadap infeksi. 5. Memblok invasi
6. Ajarkan klien dan keluarga berkembangbiaknya
klien tentang tanda-tanda mikroorganisme
dan gejala infeksi, dan dengan merubah PH
kapan harus melapor ke aringan sesuai dengan
petugas kesehatan. spektrum antibiotik
7. Ajarkan klien dan keluarga yang digunakan.
klien bagaimana mencegah
infeksi.
8. Anjurkan pada pengunjung
untuk mencuci tangan
sewaktu masuk.
9. Bersihkan lingkungan
secara tepat setelah
digunakan oleh klien.
KLIEN 2
Gangguan mobilitas fisik b.d 1. Kaji kemampuan dalam 1. Mengetahui sampai
nyeri luka bekas operasi. melaukan mobilitas. sejauh mana
Setelah dilakukan tindakan 2. Obsevasi penyebab kemampuan klien
perawatan 3×24 jam gangguan mobilitas yang dalam beraktivitas.
mobilitas klien meningkat dialami klien. 2. Untuk memandirikan
(mobility level) dengan 3. Monitor dan catat klien dan
kriteria : kemampuan klien dalam meminimalisirkan
58
-Aktivitas fisik meningkat. mentoleransi aktivitas dan terjadinya kelemahan
-Melaporkan perasaan penggunaan keempat fisik yang lebih lanjut.
peningkatan kekuatan dan ekstremitas. 3. Mobilisasi
kemampuan dalam 4. Ubah posisi tiap 2 jam. meningkatkan sirkulasi
bergerak. 5. Motivasi klien untuk darah sehingga
mempertahankan mempercepat
pergerakan sendi. penyumbuhan luka,
6. Beri reinformecement nyeri berkurang, klien
positif. dapat bergerak atau
7. Kolaborasi dalam beraktivitas tanpa
pemberian terapi analgetik. adanya keluhan nyeri.
8. Ajarka latihan ROM secara 4. Meningkatkan
pasif/aktif. pengetahuan klien
9. Kolaborasi dengan tentang pentingnya
fisioterapi. mobilisasi sehingga
memotivasi klien untuk
melakukannya.
Nyeri Akut b.d trauma 1. Kaji secara komprehensif - Mengetahui sampai
jaringan. tentang nyeri : lokasi mana tingkat nyeri
Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, yang dialami oleh
keperawatan 3×24 jam frekuensi, kualitas, klien.
diharapkan klien dapat : intensitas nyeri, dan faktor- - Melihat perkembangan
- Mengontrol nyeri faktor nyeri. keadaan umum klien
dengan kriteria klien 2. Observasi isyarat non verbal dimana rangsang nyeri
mampu menggunakan dari ketidaknyamanan dapat meningkatkan
tekhnik non farmakologi komunikasi secara efektif. tanda-tanda vital.
untuk mengurangi nyeri 3. Gunakan komunikasi - Mengalihkan perhatian
dan klien melaporkan terapeutik agar klien dapat ke hal yang lain
nyeri berkurang dengan mengekspresikan nyeri. sehingga tidak terlalu
menggunakan 4. Ajarkan tekhnik non fokus pada nyeri.
managemen nyeri. farmakologi : tarik nafas - Relaksasi dengan cara
- Menunjukan tingkat dalam, dan tekhik distraksi menarik nafas dalam
nyeri dengan kriteria atau massage). membuat otot-otot
klien mampu mengenal 5. Beri dukungan terhadap rileks sehingga nyeri
59
skala intensitas, klien dan keluarga klien. berkurang.
frekuensi dan lamanya 6. Kontrol faktor-faktor
nyeri, klien mengatakan lingkungan yang dpat
rasa nyaman setelah mempengaruhi respon klien
nyeri berkurang dan terhadap ketidaknyamanan :
ekspresi wajah tenang temperatur ruangan,
penyinaran , dll.
7. Tingkatkan istirahat yang
cukup.
8. Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan respon klien.
9. Monitor kenyamanan klien
terhdap manajemen nyeri.
Libatkan keluarga untuk
mengurangi rasa nyeri.
Resiko terjadi infeksi b.d 1. Pantau tanda/gejala infeksi - Deteksi dini terhadap
prosedur invasif misalnya suhu tubuh, adanya tanda-tanda
Setelah dilakukan asuhan keadaan luka operasi, dan infeksi. Adanya warna
keperawatan 3×24 jam kelelahan. yang lebih gelap
diharapkan klien dapat 2. Kaji faktor yang disertai bau tidak enak
meningkatkan pertahanan meningkatkan serangan mungkin merupakan
tubuh (immnune status) infeksi : usia lanjut, status tanda infeksi.
dengan kriteria : imun menurun, dan - Mencegah masuknya
- Klien tidak menunjukan malnutrisi. mikroorganisme
tanda-tanda infeksi. 3. Pantau personal hygiene melalui luka operasi.
- Suhu tubuh normal. untuk perlindungan terhadap - Protein berperan
- Nadi normal. infeksi. mengganti sel-sel yang
- Frekuensi nafas normal. 4. Monitor tanda dan gejala rusak dan
- Tekanan darah normal. infeksi sistemik. meningkatkan daya
- Cairan ketuban tidak 5. Anjurkan klien dan keluarga tahan tubuh.
berbau busuk. untuk menjaga personal - Mobilisasi
hygiene dan melindungi meningkatkan sirkulasi
tubuh terhadap infeksi. darah sehingga
60
6. Ajarkan klien dan keluarga mempercepat
klien tentang tanda-tanda penyembuhan luka.
dan gejala infeksi, dan - Mencegah faktor
kapan harus melapor ke resiko penularan.
petugas kesehatan. - Memblok invasi
7. Ajarkan klien dan keluarga berkembangbiaknya
klien bagaimana mencegah mikroorganisme
infeksi. dengan merubah PH
8. Anjurkan pada pengunjung aringan sesuai dengan
untuk mencuci tangan spektrum antibiotik
sewaktu masuk. yang digunakan.
9. Bersihkan lingkungan
secara tepat setelah
digunakan oleh klien.
61
62
KLIEN 1 IMPLEMENTASI
Diagnosa 21 Januari 2020 22 Januari 2020 23 Januari 2020
keperawatan
Gangguan 09.00 1. Mengkaji kemampuan 08.00 1. Mengkaji kemampuan 08.0 1. Mengkaji kemampuan
mobilitas fisik b.d WIB WIB
dalam melaukan dalam melaukan 0 dalam melaukan mobilitas.
nyeri luka bekas
WIB
operasi. mobilitas. mobilitas. H : klien mengatakan
H : klien mengatakan H : klien mengatakan sedang belajar berjalan.
telah memiringkan badan sedang belajar untuk 2. Memonitor dan catat
ke kanan dan kekiri. duduk. 08.0 kemampuan klien dalam
5
09.15 2. Mengobservasi penyebab 08.08 2. Memonitor dan catat mentoleransi aktivitas dan
WIB
WIB WIB
gangguan mobilitas yang kemampuan klien dalam penggunaan keempat
dialami klien. mentoleransi aktivitas ekstremitas.
H : klien terlihat dan penggunaan keempat H : klien terlihat sudah
\
terganggu dengan bekas ekstremitas. bisa berjalan kekamar
luka post operasi Sectio H : klien terlihat sudah mandi untuk BAK,
Caesarea. bisa duduk untuk ekstremitas atas kanan dan
09.20
3. Memonitor dan catat memberikan ASI kepada kiri 5, dan ekstremitas
WIB
kemampuan klien dalam anaknya, ekstremitas atas bawah kanan dan kiri 5.
mentoleransi aktivitas dan kanan dan kiri 5, dan 3. Memotivasi klien untuk
penggunaan keempat ekstremitas bawah kanan mempertahankan
08.1
ekstremitas. dan kiri 3. 0 pergerakan sendi.
H : klien terlihat sudah 08.15 3. Memotivasi klien untuk WIB H : klien terlihat
WIB
bisa memiringkan badan mempertahankan termotivasi untuk
kanan dan ke kiri dan pergerakan sendi. melakukan mobilisasi
ekstremitas atas kanan H : klien terlihat dini.
dan kiri 5 termotivasi untuk 4. Beri reinformecement
63
4. Mengubah posisi tiap 2 melakukan mobilisasi positif.
09.30
jam. dini. H : memberitahu klien
WIB
08.1
H : klien telah bisa 4. Beri reinformecement untuk melakukan
08.20 5
mengubah posisi miring positif. WIB mobilisasi agar dihari
WIB
kanan dan miring kiri. H : memberitahu klien ketiga sudah bisa berjalan.
5. Memotivasi klien untuk untuk melakukan 5. Berkolaborasi dalam
10.00 mempertahankan mobilisasi agar dihari pemberian terapi
WIB
pergerakan sendi. ketiga sudah bisa analgetik.
H : klien terlihat berjalan. H : klien telah diberikan
08.2
termotivasi untuk 5. Berkolaborasi dalam obat.
08.25 0
melakukan mobilisasi WIB pemberian terapi WIB 6. Mengajarkan latihan
dini. analgetik. ROM secara pasif/aktif.
6. Beri reinformecement H : klien telah diberikan H : klien mengatakan bisa
10.45
positif. obat. melakukan latihan ROM
WIB
H : memberitahu klien 6. Mengajarkan latihan 7. Berkolaborasi dengan
09.00 08.2
untuk melakukan ROM secara pasif/aktif. fisioterapi.
WIB 5
mobilisasi agar dihari H : klien mengatakan H : klien diberikan latihan
WIB
kedua sudah bisa duduk. bisa melakukan latihan ROM
7. Berkolaborasi dalam ROM
pemberian terapi 7. Berkolaborasi dengan
10.50 08.3
WIB analgetik. 09.05 fisioterapi.
0
WIB
H : klien telah diberikan H : klien diberikan WIB
obat. latihan ROM
8. Mengajarkan latihan
10.55 ROM secara pasif/aktif.
WIB
64
H : klien mengatakan
belum bisa melakukan
latihan ROM
9. Berkolaborasi dengan
11.00 fisioterapi.
WIB
H : klien diberikan latihan
ROM
Nyeri Akut b.d 08.1 1. Mengkaji secara
09.0 1. Mengkaji secara 08.4 1. Mengkaji secara
trauma jaringan. 5 komprehensif tentang nyeri 5 komprehensif tentang 0 komprehensif tentang nyeri
WIB WIB WIB
: lokasi karakteristik, nyeri : lokasi : lokasi karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, karakteristik, durasi, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri, dan faktor- frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, dan faktor-
faktor nyeri. intensitas nyeri, dan faktor nyeri.
H :nyeri tekan trauma faktor-faktor nyeri. H :nyeri tekan trauma
pembedahan sectio H :nyeri tekan trauma pembedahan sectio
caesarea, klien nyeri pembedahan sectio caesarea, klien nyeri
seperti ditusuk-tusuk, letak caesarea, klien nyeri seperti ditusuk-tusuk, letak
dibagian perut bawah di seperti ditusuk-tusuk, dibagian perut bawah di
ambicilius, skala nyeri 9, letak dibagian perut ambicilius, skala nyeri 4,
timbulnya sering dan bawah di ambicilius, skala timbulnya sering dan
diwaktu yang tidak nyeri 7, timbulnya sering diwaktu yang tidak
menentu dan diwaktu yang tidak menentu
2. Mengobservasi isyarat non menentu 2. Menggunakan komunikasi
09.1 08.4
verbal dari 2. Menggunakan terapeutik agar klien dapat
5 09.1 5
WIB ketidaknyamanan 0 komunikasi terapeutik WIB mengekspresikan nyeri.
komunikasi secara efektif. WIB agar klien dapat H : klien mengatakan
65
H : klien terlihat meringis mengekspresikan nyeri. terganggu denga bekas
menahan nyeri bekas luka H : klien mengatakan luka post perasi Sectio
post operasi Sectio terganggu denga bekas Caesarea.
Caesarea. luka post perasi Sectio 3. Mengajarkan tekhnik non
3. Menggunakan komunikasi Caesarea. farmakologi : tarik nafas
terapeutik agar klien dapat 3. Mengajarkan tekhnik non 08.5 dalam, dan tekhik distraksi
08.0 0
mengekspresikan nyeri. farmakologi : tarik nafas atau massage).
0 WIB
WIB H : klien mengatakan 09.1 dalam, dan tekhik H : klien terlihat
terganggu denga bekas 5 distraksi atau massage). menggunakan tekhnik
WIB
luka post perasi Sectio H : klien terlihat tarik nafas dalam untuk
Caesarea. menggunakan tekhnik mengurangi rasa nyeri.
4. Mengajarkan tekhnik non tarik nafas dalam untuk 4. Memberi dukungan
farmakologi : tarik nafas mengurangi rasa nyeri. terhadap klien dan
dalam, dan tekhik distraksi 4. Memberi dukungan keluarga klien.
12.0 09.0
0 atau massage). terhadap klien dan 0 H : klien dan keluarga
WIB H : klien terlihat keluarga klien. WIB terlihat semangat untuk
09.1
menggunakan tekhnik tarik H : klien dan keluarga sembuh
8
nafas dalam untuk WIB terlihat semangat untuk 5. Mengontrol faktor-faktor
mengurangi rasa nyeri. sembuh lingkungan yang dpat
5. Memberi dukungan 5. Mengontrol faktor-faktor mempengaruhi respon
terhadap klien dan lingkungan yang dpat klien terhadap
09.0
keluarga klien. mempengaruhi respon 5 ketidaknyamanan :
H : klien dan keluarga klien terhadap WIB temperatur ruangan,
13.1 09.2
terlihat semangat untuk ketidaknyamanan : penyinaran , dll.
5 0
WIB sembuh WIB temperatur ruangan, H : klien terlihat nyaman
66
6. Mengontrol faktor-faktor penyinaran , dll. dengan ruangan.
lingkungan yang dpat H : klien terlihat nyaman 6. Meningkatkan istirahat
mempengaruhi respon dengan ruangan. yang cukup.
klien terhadap 6. Meningkatkan istirahat H : klien terlihat istirahat
13.2 ketidaknyamanan : yang cukup. dengan cukup.
0 temperatur ruangan, H : klien terlihat istirahat 7. Monitor kenyamanan klien
WIB 09.1
penyinaran , dll. dengan cukup. terhdap manajemen nyeri.
0
H : klien terlihat nyaman 09.2 7. Monitor kenyamanan WIB H : klien terlihat kurang
dengan ruangan. 5 klien terhdap manajemen nyaman jika nyeri muncul.
WIB
7. Meningkatkan istirahat nyeri. 8. Melibatkan keluarga untuk
yang cukup. H : klien terlihat kurang 09.1 mengurangi rasa nyeri.
H : klien terlihat istirahat nyaman jika nyeri 5 H : keluarga klien terlihat
dengan cukup. 09.3 muncul. WIB membantu ketika klien
0
8. Monitor kenyamanan klien 8. Melibatkan keluarga mengalami rasa nyeri.
WIB
13.2 terhdap manajemen nyeri. untuk mengurangi rasa
5 H : klien terlihat kurang nyeri. 09.2
WIB 0
nyaman jika nyeri muncul. H : keluarga klien terlihat
WIB
9. Melibatkan keluarga untuk membantu ketika klien
mengurangi rasa nyeri. mengalami rasa nyeri.
13.3 H : keluarga klien terlihat 09.3
0 5
membantu ketika klien
WIB WIB
mengalami rasa nyeri.
13.3
5
67
WIB
Resiko terjadi 12.1 1. Memantau tanda/gejala 09.3 1. Memantau tanda/gejala 09.1 1. Memantau tanda/gejala
infeksi b.d 5 infeksi misalnya suhu 0 infeksi misalnya suhu 0 infeksi misalnya suhu
WIB WIB WIB
prosedur invasif tubuh, keadaan luka tubuh, keadaan luka tubuh, keadaan luka
operasi, dan kelelahan. operasi, dan kelelahan. operasi, dan kelelahan.
Hasil : suhu : 36,8 °C, Hasil : suhu : 35,8 °C, Hasil : suhu : 36,2 °C,
keadaan luka klien keadaan luka klien terlihat keadaan luka klien terlihat
terlihat tidak ada nanah tidak ada nanah dan berih, tidak ada nanah dan berih,
dan berih, klien klien beraktivitas dengan klien beraktivitas dengan
beraktivitas dengan bertahap. bertahap.
bertahap. 2. Mengkaji faktor yang 2. Mengkaji faktor yang
12.2 2. Mengkaji faktor yang 09.4 meningkatkan serangan 09.1 meningkatkan serangan
5 meningkatkan serangan 5 infeksi : usia lanjut, status 5 infeksi : usia lanjut, status
WIB infeksi : usia lanjut, status WIB imun menurun, dan WIB imun menurun, dan
imun menurun, dan malnutrisi. malnutrisi.
malnutrisi. H : klien terlihat tidak H : klien terlihat tidak
H : klien terlihat tidak mempunyai faktor yang mempunyai faktor yang
mempunyai faktor yang meningkatkan serangan meningkatkan serangan
68
meningkatkan serangan infeksi. infeksi.
infeksi. 3. Memantau personal 3. Memantau personal
3. Memantau personal hygiene untuk hygiene untuk
hygiene untuk 10.1 perlindungan terhadap 09.2 perlindungan terhadap
12.3 perlindungan terhadap 0 infeksi. 0 infeksi.
0 infeksi. WIB H : klien mengatakan WIB H : klien mengatakan
WIB
H : klien mengatakan mengelap badannya mengelap badannya
mengelap badannya dengan bantuan keluarga dengan bantuan keluarga
dengan bantuan keluarga klien. klien.
klien. 4. Memonitor tanda dan 4. Memonitor tanda dan
4. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik. gejala infeksi sistemik.
gejala infeksi sistemik. H : klien terligat tidak H : klien terligat tidak
H : klien terligat tidak 13.2 memiliki tanda dan gejala 09.2 memiliki tanda dan gejala
13.1 0 5
memiliki tanda dan gejala infeksi sistemik. infeksi sistemik.
0 WIB WIB
WIB infeksi sistemik. 5. Menganjurkan klien dan 5. Menganjurkan klien dan
5. Menganjurkan klien dan keluarga untuk menjaga keluarga untuk menjaga
keluarga untuk menjaga personal hygiene dan personal hygiene dan
personal hygiene dan 13.2 melindungi tubuh 09.3 melindungi tubuh terhadap
melindungi tubuh 5 terhadap infeksi. 0 infeksi.
13.1 terhadap infeksi. WIB H : klien mengatakan WIB H : klien mengatakan telah
5
H : klien mengatakan telah paham cara menjaga paham cara menjaga
WIB
telah paham cara menjaga personal hyiegene. personal hyiegene.
personal hyiegene. 6. Mengajarkan klien dan 6. Mengajarkan klien dan
6. Mengajarkan klien dan keluarga klien tentang keluarga klien tentang
keluarga klien tentang tanda-tanda dan gejala tanda-tanda dan gejala
69
tanda-tanda dan gejala infeksi, dan kapan harus infeksi, dan kapan harus
infeksi, dan kapan harus melapor ke petugas melapor ke petugas
13.3 09.3
melapor ke petugas kesehatan. kesehatan.
13.2 0 5
0 kesehatan. WIB H : klien terlihat paham WIB H : klien terlihat paham
WIB 7. H : klien terlihat paham harus melapor ke petugas harus melapor ke petugas
harus melapor ke petugas kesehatan. kesehatan.
kesehatan. 7. Menganjurkan pada 7. Menganjurkan pada
8. Menganjurkan pada pengunjung untuk pengunjung untuk mencuci
pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu tangan sewaktu masuk.
mencuci tangan sewaktu masuk. H : pengunjung mencuci
13.2
5 masuk. H : pengunjung mencuci tangan sebelum dan
WIB H : pengunjung mencuci 13.0 tangan sebelum dan 09.3 sesudah mengunjungi
tangan sebelum dan WIB sesudah mengunjungi 5 klien.
WIB
sesudah mengunjungi klien. 8. Membersihkan lingkungan
13.3
0 klien. 8. Membersihkan secara tepat setelah
WIB 9. Membersihkan lingkungan secara tepat digunakan oleh klien.
lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh H : tempat telah
setelah digunakan oleh klien. dibersihkan.
klien. H : tempat telah
H : tempat telah 13.3 dibersihkan. 09.4
5 0
dibersihkan.
WIB WIB
13.3
0
WIB
70
KLIEN 2 IMPLEMENTASI
Diagnosa 21 Januari 2020 22 Januari 2020 23 Januari 2020
keperawatan
Gangguan 09.00 1. Mengkaji kemampuan 08.00 1. Mengkaji kemampuan 08.0 1. Mengkaji kemampuan
mobilitas fisik b.d WIB WIB
dalam melaukan dalam melaukan 0 dalam melaukan mobilitas.
nyeri luka bekas
WIB
operasi. mobilitas. mobilitas. H : klien mengatakan
H : klien mengatakan H : klien mengatakan sudah bisa berjalan.
telah memiringkan badan sudah bisa belajar untuk 2. Memonitor dan catat
ke kanan dan kekiri dan duduk. 08.0 kemampuan klien dalam
5
09.15 sedikit mengubah posisi 08.08 2. Memonitor dan catat mentoleransi aktivitas dan
WIB
WIB WIB
semifowler. kemampuan klien dalam penggunaan keempat
2. Mengobservasi penyebab mentoleransi aktivitas ekstremitas.
gangguan mobilitas yang dan penggunaan keempat H : klien terlihat sudah
\
dialami klien. ekstremitas. bisa berjalan kekamar
H : klien terlihat H : klien terlihat sudah mandi untuk BAK,
terganggu dengan bekas bisa duduk untuk ekstremitas atas kanan dan
71
09.20 luka post operasi Sectio memberikan ASI kepada kiri 5, dan ekstremitas
WIB
Caesarea. anaknya dan bawah kanan dan kiri 5.
3. Memonitor dan catat menggantikan popok 3. Memotivasi klien untuk
kemampuan klien dalam anaknya, ekstremitas atas 08.1 mempertahankan
mentoleransi aktivitas dan kanan dan kiri 5, dan 0 pergerakan sendi.
penggunaan keempat ekstremitas bawah kanan WIB H : klien terlihat
ekstremitas. dan kiri 3. termotivasi untuk
H : klien terlihat sudah 3. Memotivasi klien untuk melakukan mobilisasi
08.15
bisa memiringkan badan WIB mempertahankan dini.
kanan dan ke kiri, sedikit pergerakan sendi. 4. Beri reinformecement
mengubah posisi H : klien terlihat positif.
09.30
semifowler, dan termotivasi untuk 08.1 H : memberitahu klien
WIB
ekstremitas atas kanan melakukan mobilisasi 5 untuk melakukan
WIB
dan kiri 5 dini. mobilisasi agar dihari
4. Mengubah posisi tiap 2 4. Beri reinformecement ketiga sudah bisa berjalan.
08.20
jam. positif. 5. Berkolaborasi dalam
WIB
10.00 H : klien telah bisa H : memberitahu klien pemberian terapi
WIB
mengubah posisi miring untuk melakukan analgetik.
kanan dan miring kiri. mobilisasi agar dihari 08.2 H : klien telah diberikan
5. Memotivasi klien untuk ketiga sudah bisa 0 obat.
WIB
mempertahankan berjalan. 6. Mengajarkan latihan
pergerakan sendi. 5. Berkolaborasi dalam ROM secara pasif/aktif.
08.25
H : klien terlihat WIB pemberian terapi H : klien mengatakan bisa
10.45
termotivasi untuk analgetik. melakukan latihan ROM
WIB
melakukan mobilisasi H : klien telah diberikan 08.2 7. Berkolaborasi dengan
72
dini. obat. 5 fisioterapi.
6. Beri reinformecement 6. Mengajarkan latihan WIB H : klien diberikan latihan
09.00
positif. WIB ROM secara pasif/aktif. ROM
H : memberitahu klien H : klien mengatakan
10.50 untuk melakukan bisa melakukan latihan 08.3
WIB 0
mobilisasi agar dihari ROM
WIB
kedua sudah bisa duduk. 7. Berkolaborasi dengan
09.05
7. Berkolaborasi dalam fisioterapi.
WIB
pemberian terapi H : klien diberikan
10.55
analgetik. latihan ROM
WIB
H : klien telah diberikan
obat.
8. Mengajarkan latihan
ROM secara pasif/aktif.
11.00 H : klien mengatakan bisa
WIB
melakukan latihan ROM
sedikit-sedikit.
9. Berkolaborasi dengan
fisioterapi.
H : klien diberikan latihan
ROM
Nyeri Akut b.d 08.1 1. Mengkaji secara 09.0 1. Mengkaji secara 08.4 1. Mengkaji secara
trauma jaringan. 5 komprehensif tentang 5 komprehensif tentang 0 komprehensif tentang nyeri
WIB WIB WIB
nyeri : lokasi nyeri : lokasi : lokasi karakteristik,
karakteristik, durasi, karakteristik, durasi, durasi, frekuensi, kualitas,
frekuensi, kualitas, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, dan faktor-
73
intensitas nyeri, dan intensitas nyeri, dan faktor nyeri.
faktor-faktor nyeri. faktor-faktor nyeri. H :nyeri tekan trauma
H :nyeri tekan trauma H :nyeri tekan trauma pembedahan sectio
pembedahan sectio pembedahan sectio caesarea, klien nyeri
caesarea, klien nyeri caesarea, klien nyeri seperti ditusuk-tusuk, letak
seperti ditusuk-tusuk, letak seperti ditusuk-tusuk, dibagian perut bawah di
dibagian perut bawah di letak dibagian perut ambicilius, skala nyeri 3,
ambicilius, skala nyeri 8, bawah di ambicilius, skala timbulnya sering dan
timbulnya sering dan nyeri 5, timbulnya sering diwaktu yang tidak
diwaktu yang tidak dan diwaktu yang tidak menentu
menentu menentu 2. Menggunakan komunikasi
09.1 2. Mengobservasi isyarat non 2. Menggunakan 08.4 terapeutik agar klien dapat
5 verbal dari 09.1 komunikasi terapeutik 5 mengekspresikan nyeri.
WIB 0 WIB
ketidaknyamanan agar klien dapat H : klien mengatakan
WIB
komunikasi secara efektif. mengekspresikan nyeri. terganggu denga bekas
H : klien terlihat meringis H : klien mengatakan luka post perasi Sectio
menahan nyeri bekas luka terganggu denga bekas Caesarea.
post operasi Sectio luka post perasi Sectio 3. Mengajarkan tekhnik non
Caesarea. Caesarea. farmakologi : tarik nafas
3. Menggunakan komunikasi 3. Mengajarkan tekhnik non 08.5 dalam, dan tekhik distraksi
08.0 0
terapeutik agar klien dapat farmakologi : tarik nafas atau massage).
0 WIB
WIB mengekspresikan nyeri. 09.1 dalam, dan tekhik H : klien terlihat
H : klien mengatakan 5 distraksi atau massage). menggunakan tekhnik
WIB
terganggu denga bekas H : klien terlihat tarik nafas dalam untuk
luka post perasi Sectio menggunakan tekhnik mengurangi rasa nyeri.
74
Caesarea. tarik nafas dalam untuk 4. Memberi dukungan
4. Mengajarkan tekhnik non mengurangi rasa nyeri. terhadap klien dan
farmakologi : tarik nafas 4. Memberi dukungan keluarga klien.
12.0 09.0
0 dalam, dan tekhik distraksi terhadap klien dan 0 H : klien dan keluarga
WIB atau massage). keluarga klien. WIB terlihat semangat untuk
H : klien terlihat 09.1 H : klien dan keluarga sembuh
8
menggunakan tekhnik tarik terlihat semangat untuk 5. Mengontrol faktor-faktor
WIB
nafas dalam untuk sembuh lingkungan yang dpat
mengurangi rasa nyeri. 5. Mengontrol faktor-faktor mempengaruhi respon
5. Memberi dukungan lingkungan yang dpat klien terhadap
09.0
terhadap klien dan mempengaruhi respon 5 ketidaknyamanan :
keluarga klien. klien terhadap WIB temperatur ruangan,
13.1 H : klien dan keluarga 09.2 ketidaknyamanan : penyinaran , dll.
5 0
terlihat semangat untuk temperatur ruangan, H : klien terlihat nyaman
WIB WIB
sembuh penyinaran , dll. dengan ruangan.
6. Mengontrol faktor-faktor H : klien terlihat nyaman 6. Meningkatkan istirahat
lingkungan yang dpat dengan ruangan. yang cukup.
mempengaruhi respon 6. Meningkatkan istirahat H : klien terlihat istirahat
13.2 klien terhadap yang cukup. dengan cukup.
0 ketidaknyamanan : H : klien terlihat istirahat 7. Monitor kenyamanan klien
WIB 09.1
temperatur ruangan, dengan cukup. terhdap manajemen nyeri.
0
penyinaran , dll. 09.2 7. Monitor kenyamanan WIB H : klien terlihat kurang
H : klien terlihat nyaman 5 klien terhdap manajemen nyaman jika nyeri muncul.
WIB
dengan ruangan. nyeri. 8. Melibatkan keluarga untuk
7. Meningkatkan istirahat H : klien terlihat kurang 09.1 mengurangi rasa nyeri.
75
yang cukup. nyaman jika nyeri 5 H : keluarga klien terlihat
H : klien terlihat istirahat 09.3 muncul. WIB membantu ketika klien
0
dengan cukup. 8. Melibatkan keluarga mengalami rasa nyeri.
WIB
13.2 8. Monitor kenyamanan klien untuk mengurangi rasa
5 terhdap manajemen nyeri. nyeri. 09.2
WIB H : klien terlihat kurang H : keluarga klien terlihat 0
WIB
nyaman jika nyeri muncul. membantu ketika klien
9. Melibatkan keluarga untuk mengalami rasa nyeri.
13.3 mengurangi rasa nyeri. 09.3
0 5
H : keluarga klien terlihat
WIB WIB
membantu ketika klien
mengalami rasa nyeri.
13.3
5
WIB
Resiko terjadi 12.1 1. Memantau tanda/gejala 09.3 1. Memantau tanda/gejala 09.1 1. Memantau tanda/gejala
infeksi b.d 5 infeksi misalnya suhu 0 infeksi misalnya suhu 0 infeksi misalnya suhu
WIB WIB WIB
prosedur invasif tubuh, keadaan luka tubuh, keadaan luka tubuh, keadaan luka
76
operasi, dan kelelahan. operasi, dan kelelahan. operasi, dan kelelahan.
Hasil : suhu : 36,8 °C, Hasil : suhu : 35,8 °C, Hasil : suhu : 36,2 °C,
keadaan luka klien keadaan luka klien terlihat keadaan luka klien terlihat
terlihat tidak ada nanah tidak ada nanah dan berih, tidak ada nanah dan berih,
dan berih, klien klien beraktivitas dengan klien beraktivitas dengan
beraktivitas dengan bertahap. bertahap.
bertahap. 2. Mengkaji faktor yang 2. Mengkaji faktor yang
2. Mengkaji faktor yang meningkatkan serangan meningkatkan serangan
12.2 meningkatkan serangan 09.4 infeksi : usia lanjut, status 09.1 infeksi : usia lanjut, status
5 5 5
infeksi : usia lanjut, status imun menurun, dan imun menurun, dan
WIB WIB WIB
imun menurun, dan malnutrisi. malnutrisi.
malnutrisi. H : klien terlihat tidak H : klien terlihat tidak
H : klien terlihat tidak mempunyai faktor yang mempunyai faktor yang
mempunyai faktor yang meningkatkan serangan meningkatkan serangan
meningkatkan serangan infeksi. infeksi.
infeksi. 3. Memantau personal 3. Memantau personal
3. Memantau personal hygiene untuk hygiene untuk
hygiene untuk 10.1 perlindungan terhadap 09.2 perlindungan terhadap
12.3 perlindungan terhadap 0 infeksi. 0 infeksi.
0 infeksi. WIB H : klien mengatakan WIB H : klien mengatakan
WIB
H : klien mengatakan mengelap badannya mengelap badannya
mengelap badannya dengan bantuan keluarga dengan bantuan keluarga
dengan bantuan keluarga klien. klien.
klien. 4. Memonitor tanda dan 4. Memonitor tanda dan
4. Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik. gejala infeksi sistemik.
77
gejala infeksi sistemik. H : klien terligat tidak H : klien terligat tidak
H : klien terligat tidak 13.2 memiliki tanda dan gejala 09.2 memiliki tanda dan gejala
13.1 0 5
memiliki tanda dan gejala infeksi sistemik. infeksi sistemik.
0 WIB WIB
WIB infeksi sistemik. 5. Menganjurkan klien dan 5. Menganjurkan klien dan
5. Menganjurkan klien dan keluarga untuk menjaga keluarga untuk menjaga
keluarga untuk menjaga personal hygiene dan personal hygiene dan
personal hygiene dan melindungi tubuh melindungi tubuh terhadap
13.2 09.3
melindungi tubuh 5 terhadap infeksi. 0 infeksi.
13.1 terhadap infeksi. WIB H : klien mengatakan WIB H : klien mengatakan telah
5
H : klien mengatakan telah paham cara menjaga paham cara menjaga
WIB
telah paham cara menjaga personal hyiegene. personal hyiegene.
personal hyiegene. 6. Mengajarkan klien dan 6. Mengajarkan klien dan
6. Mengajarkan klien dan keluarga klien tentang keluarga klien tentang
keluarga klien tentang tanda-tanda dan gejala tanda-tanda dan gejala
tanda-tanda dan gejala infeksi, dan kapan harus infeksi, dan kapan harus
infeksi, dan kapan harus melapor ke petugas melapor ke petugas
13.3 09.3
melapor ke petugas kesehatan. kesehatan.
13.2 0 5
0 kesehatan. WIB H : klien terlihat paham WIB H : klien terlihat paham
WIB 7. H : klien terlihat paham harus melapor ke petugas harus melapor ke petugas
harus melapor ke petugas kesehatan. kesehatan.
kesehatan. 7. Menganjurkan pada 7. Menganjurkan pada
8. Menganjurkan pada pengunjung untuk pengunjung untuk mencuci
pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu tangan sewaktu masuk.
mencuci tangan sewaktu masuk. H : pengunjung mencuci
13.2
5 masuk. H : pengunjung mencuci tangan sebelum dan
78
WIB H : pengunjung mencuci 13.0 tangan sebelum dan 09.3 sesudah mengunjungi
tangan sebelum dan WIB sesudah mengunjungi 5 klien.
WIB
sesudah mengunjungi klien. 8. Membersihkan lingkungan
13.3
0 klien. 8. Membersihkan secara tepat setelah
WIB 9. Membersihkan lingkungan secara tepat digunakan oleh klien.
lingkungan secara tepat setelah digunakan oleh H : tempat telah
setelah digunakan oleh klien. dibersihkan.
klien. H : tempat telah
H : tempat telah 13.3 dibersihkan. 09.4
5 0
dibersihkan.
WIB WIB
13.3
0
WIB
4.1.6 Evaluasi
79
KLIEN 1 EVALUASI
Diagnosa 21 Januari 2020 22 Januari 2020 23 Januari 2020
keperawatan
Gangguan 14.45 S: 14.00 S: 14.25 S:
mobilisasi fisik WIB - Klien mengatakan telah WIB - Klien mengatakan sedang WIB - Klien mengatakan sedang
b.d nyeri luka miringkan badan kanan belajar untuk duduk. belajar untuk berjalan
bekas luka. dan miring kiri. - Klien mengatakan bisa - Klien mengatakan bisa
- Klien mengatakan belum melakukan latihan ROM. melakukan latihan ROM.
bisa melakukan latihan O: O:
ROM. - Klien terlihat sudah bisa - Klien terlihat sudah
O: duduk untuk memberikan bisaberjalan kekamar
- Klien terlihat terganggu ASI kepada anaknya, mandi untuk BAK,
dengan bekas luka post ekstremitas atas kanan ekstremitas atas kanan dan
operasi Sectio Caesarea. dan kiri 5, dan ekstremitas kiri 5, dan ekstremitas
- Klien terlihat sudah bisa bawah kanan dan kiri 3. bawah kanan dan kiri 5.
memiringkan badan - Klien terlihat termotivasi - Klien terlihat termotivasi
kanan dan kiri dan untuk melakukan untuk melakukan
ekstremitas atas kanan mobilisasi sini. mobilisasi sini.
dan kiri 5. - Memberitahu klien untuk - Memberitahu klien untuk
- Klien telah bisa melakukan mobilisasi melakukan mobilisasi agar
mengubah posisi miring agar dihari ketiga sudah dihari ketiga sudah bisa
kanan dan miring kiri. bisa berjalan. berjalan.
- Klien terlihat termotivasi - Klien diberikan obat. - Klien diberikan obat.
untuk melakukan - Klien diberikan pelatihan - Klien diberikan pelatihan
80
mobilisasi sini. ROM. ROM.
- Memberitahu klien untuk A : masalah belum teratasi A : masalah teratasi
melakukan mobilisasi P :intervensi dilanjutkan P : intervensi dihentikan.
agar dihari kedua sudah
bisa duduk.
- Klien diberikan obat.
- Klien diberikan pelatihan
ROM.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Nyeri akut b.d 14.40 S: 14.20 S: 14.00 S:
trauma jaringan WIB - Klien mengatakan nyeri WIB - Klien mengatakan nyeri WIB - Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk, seperti ditusuk-tusuk, seperti ditusuk-tusuk, letak
letak nyeri dibagian letak nyeri dibagian nyeri dibagian bawah
bawah ambicilius, skala bawah ambicilius, skala ambicilius, skala nyeri 4,
nyeri 9, timbulnya sering nyeri 7, timbulnya sering timbulnya sering dan
dan diwaktu yang tidak dan diwaktu yang tidak diwaktu yang tidak
menentu. menentu. menentu.
O: O: O:
- Klien terlihat meringis - Klien terlihat meringis - Klien terlihat meringis
menahan nyeri lekas luka menahan nyeri lekas luka menahan nyeri lekas luka
post operasi Sectio post operasi Sectio post operasi Sectio
Caesarea. Caesarea. Caesarea.
- Klien mengatakan nyeri - Klien terlihat melakukan - Klien terlihat melakukan
seperti ditusuk-tusuk tekhnik relaksasi nafas tekhnik relaksasi nafas
- Klien terlihat melakukan dalam untuk mengurangi dalam untuk mengurangi
81
tekhnik relaksasi nafas rasa nyeri. rasa nyeri.
dalam untuk mengurangi - Klien dan keluarga - Klien dan keluarga terlihat
rasa nyeri. terlihat semnagat untuk semnagat untuk sembuh.
- Klien dan keluarga sembuh. - Klien terlihat nyaman
terlihat semnagat untuk - Klien terlihat nyaman dengan ruangan.
sembuh. dengan ruangan. - Klien terlihat kurang
- Klien terlihat nyaman - Klien terlihat kurang nyaman jika nyeri muncul
dengan ruangan. nyaman jika nyeri muncul - Keluarga terlihat
- Klien terlihat kurang - Keluarga terlihat membantu klien ketika
nyaman jika nyeri membantu klien ketika klien mengalami rasa
muncul klien mengalami rasa nyeri.
- Keluarga terlihat nyeri. A : masalah teratasi.
membantu klien ketika A : masalah belum teratasi. P : intervensi dihentikan.
klien mengalami rasa P : intervensi dilanjutkan.
nyeri.
A : masalah belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.
Resiko infeksi b.d 13.00 S: 13.00 S: 13.00 S:
prosedur invasif. WIB - Klien mengatakan WIB - Klien mengatakan WIB - Klien mengatakan
mengelap badannya mengelap badannya mengelap badannya
dengan bantuan keluarga dengan bantuan keluarga dengan bantuan keluarga
klien. klien. klien.
- Klien mengatakan telah - Klien mengatakan telah - Klien mengatakan telah
paham cara menjaga paham cara menjaga paham cara menjaga
personal hyigene personal hyigene personal hyigene
O: O: O:
82
- Suhu 36.8°C, keadaan - Suhu 35.8°C, keadaan - Suhu 36.2°C, keadaan
luka klien terlihat tidak luka klien terlihat tidak luka klien terlihat tidak
ada nanah dan bersih, ada nanah dan bersih, ada nanah dan bersih,
klien beraktivitas dengan klien beraktivitas dengan klien beraktivitas dengan
bertahap. bertahap. bertahap.
- Klien terlihat tidak - Klien terlihat tidak - Klien terlihat tidak
mempunyai mempunyai mempunyai mempunyai mempunyai mempunyai
faktor yang faktor yang meningkatkan faktor yang meningkatkan
meningkatkan serangan serangan infeksi. serangan infeksi.
infeksi. - Klien terlihat paham - Klien terlihat paham kapan
- Klien terlihat paham kapan harus melapor ke harus melapor ke petugas
kapan harus melapor ke petugas kesehatan. kesehatan.
petugas kesehatan. - Pengunjung mencuci - Pengunjung mencuci
- Pengunjung mencuci tangan sebelum dan tangan sebelum dan
tangan sevelum dan sesudah mengunjungi sesudah mengunjungi
sesudah mengunjungi klien. klien.
klien. A : masalah belum teratasi A : masalah teratasi
A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan. P : intervensi dihentikan.
P : intervensi dilanjutkan.
KLIEN 2 EVALUASI
Diagnosa 21 Januari 2020 22 Januari 2020 23 Januari 2020
keperawatan
Gangguan 14.45 S: 14.00 S: 14.25 S:
mobilisasi fisik WIB - Klien mengatakan telah WIB - Klien mengatakan sudah WIB - Klien mengatakan sudah
83
b.d nyeri luka miringkan badan kanan bisa duduk. bisa berjalan
bekas luka. dan miring kiri. - Klien mengatakan bisa - Klien mengatakan bisa
- Klien mengatakan belum melakukan latihan ROM. melakukan latihan ROM.
bisa melakukan latihan O: O:
ROM. - Klien terlihat sudah bisa - Klien terlihat sudah
O: duduk untuk memberikan bisaberjalan kekamar
- Klien terlihat terganggu ASI kepada anaknya dan mandi untuk BAK,
dengan bekas luka post menggantikan popok ekstremitas atas kanan dan
operasi Sectio Caesarea. anaknya, ekstremitas atas kiri 5, dan ekstremitas
- Klien terlihat sudah bisa kanan dan kiri 5, dan bawah kanan dan kiri 5.
memiringkan badan ekstremitas bawah kanan - Klien terlihat termotivasi
kanan dan kiri, sedikit dan kiri 3. untuk melakukan
mengubah posisi - Klien terlihat termotivasi mobilisasi sini.
semifowler, dan untuk melakukan - Memberitahu klien untuk
ekstremitas atas kanan mobilisasi sini. melakukan mobilisasi agar
dan kiri 5. - Memberitahu klien untuk dihari ketiga sudah bisa
- Klien telah bisa melakukan mobilisasi berjalan.
mengubah posisi miring agar dihari ketiga sudah - Klien diberikan obat.
kanan dan miring kiri. bisa berjalan. - Klien diberikan pelatihan
- Klien terlihat termotivasi - Klien diberikan obat. ROM.
untuk melakukan - Klien diberikan pelatihan A : masalah teratasi
mobilisasi sini. ROM. P : intervensi dihentikan.
- Memberitahu klien untuk A : masalah belum teratasi
melakukan mobilisasi P :intervensi dilanjutkan
agar dihari kedua sudah
84
bisa duduk.
- Klien diberikan obat.
- Klien diberikan pelatihan
ROM.
A : masalah belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan
Nyeri akut b.d 14.40 S: 14.20 S: 14.00 S:
trauma jaringan WIB - Klien mengatakan nyeri WIB - Klien mengatakan nyeri WIB - Klien mengatakan nyeri
seperti ditusuk-tusuk, seperti ditusuk-tusuk, seperti ditusuk-tusuk, letak
letak nyeri dibagian letak nyeri dibagian nyeri dibagian bawah
bawah ambicilius, skala bawah ambicilius, skala ambicilius, skala nyeri 3,
nyeri 8, timbulnya sering nyeri 5, timbulnya sering timbulnya sering dan
dan diwaktu yang tidak dan diwaktu yang tidak diwaktu yang tidak
menentu. menentu. menentu.
O: O: O:
- Klien terlihat meringis - Klien terlihat meringis - Klien terlihat meringis
menahan nyeri lekas luka menahan nyeri lekas luka menahan nyeri lekas luka
post operasi Sectio post operasi Sectio post operasi Sectio
Caesarea. Caesarea. Caesarea.
- Klien mengatakan nyeri - Klien terlihat melakukan - Klien terlihat melakukan
seperti ditusuk-tusuk tekhnik relaksasi nafas tekhnik relaksasi nafas
- Klien terlihat melakukan dalam untuk mengurangi dalam untuk mengurangi
tekhnik relaksasi nafas rasa nyeri. rasa nyeri.
dalam untuk mengurangi - Klien dan keluarga - Klien dan keluarga terlihat
rasa nyeri. terlihat semnagat untuk semnagat untuk sembuh.
- Klien dan keluarga sembuh. - Klien terlihat nyaman
85
terlihat semnagat untuk - Klien terlihat nyaman dengan ruangan.
sembuh. dengan ruangan. - Klien terlihat kurang
- Klien terlihat nyaman - Klien terlihat kurang nyaman jika nyeri muncul
dengan ruangan. nyaman jika nyeri muncul - Keluarga terlihat
- Klien terlihat kurang - Keluarga terlihat membantu klien ketika
nyaman jika nyeri membantu klien ketika klien mengalami rasa
muncul klien mengalami rasa nyeri.
- Keluarga terlihat nyeri. A : masalah teratasi.
membantu klien ketika A : masalah belum teratasi. P : intervensi dihentikan.
klien mengalami rasa P : intervensi dilanjutkan.
nyeri.
A : masalah belum teratasi.
P : intervensi dilanjutkan.
Resiko infeksi b.d 13.00 S: 13.00 S: 13.00 S:
prosedur invasif. WIB - Klien mengatakan WIB - Klien mengatakan WIB - Klien mengatakan
mengelap badannya mengelap badannya mengelap badannya
dengan bantuan keluarga dengan bantuan keluarga dengan bantuan keluarga
klien. klien. klien.
- Klien mengatakan telah - Klien mengatakan telah - Klien mengatakan telah
paham cara menjaga paham cara menjaga paham cara menjaga
personal hyigene personal hyigene personal hyigene
O: O: O:
- Suhu 36.8°C, keadaan - Suhu 35.8°C, keadaan - Suhu 36.2°C, keadaan
luka klien terlihat tidak luka klien terlihat tidak luka klien terlihat tidak
ada nanah dan bersih, ada nanah dan bersih, ada nanah dan bersih,
klien beraktivitas dengan klien beraktivitas dengan klien beraktivitas dengan
86
bertahap. bertahap. bertahap.
- Klien terlihat tidak - Klien terlihat tidak - Klien terlihat tidak
mempunyai mempunyai mempunyai mempunyai mempunyai mempunyai
faktor yang faktor yang meningkatkan faktor yang meningkatkan
meningkatkan serangan serangan infeksi. serangan infeksi.
infeksi. - Klien terlihat paham - Klien terlihat paham kapan
- Klien terlihat paham kapan harus melapor ke harus melapor ke petugas
kapan harus melapor ke petugas kesehatan. kesehatan.
petugas kesehatan. - Pengunjung mencuci - Pengunjung mencuci
- Pengunjung mencuci tangan sebelum dan tangan sebelum dan
tangan sevelum dan sesudah mengunjungi sesudah mengunjungi
sesudah mengunjungi klien. klien.
klien. A : masalah belum teratasi A : masalah teratasi
A : masalah belum teratasi P : intervensi dilanjutkan. P : intervensi dihentikan.
P : intervensi dilanjutkan.
87
4.2 Pembahasan
Pada bab ini penulisan akan membahas tentang perbedaan tentang kasus 1 dan
kasus 2 dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Ny. A dan Ny. D Post Operasi
Sectio Caesarea dengan Gangguan Mobilitas Fisik di Ruangan Kebidanan Rumah
Sakit AbdulRadjak Hospital Salemba Jakarta Pusat”. Dalam membahasan ini penulis
melakukan penelitian sesuai dengan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Dalam melakukann penulisan pembahasan pada kedua klien berjalan dengan
lancar, terlaksananya pembahasan ini karena adanya dukungan dari perawat, klien
dan kleuarga klien.
4.2. 1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam
pengkajian dibutuhkan kecermatan agar data yang terkumpul akurat sehingga dapat
dianalisi untuk mengetahui masalah dan tindakan keperawatan.
Penulis melakukan pengkajian dan anamnesa pada kedua kasus diwaktu yang
berbeda, yaitu pasca post operasi yang berbeda jam
Pemeriksaan fisik dilakukan oleh perawat secara sistematis dan rasional.
Pemeriksaan fisik terdiri dari empat modalitas yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
Pada kasus pertama, untuk masalah riwayat persalinan masa lalu klien 1
mengalami riwayat keguguran pada usia hamil 4 mgg, sedangkan klien 2 riwayat
melahirkan normal anak pertama sampai anak ke tiga, sehinga klien 1 mengalami
trauma untuk melahirkan dengan cara Sectio Caesarea.
Pola Respirasi pada Klien terlihat terpasang O2, klien terlihat mengalami
obstruksi, R : 18 ×/menit, sedangkan pada klien 2 terlihat tenang tidak memakai O2,
klien terlihat tidak mengalami obstruksi, R : 20 ×/menit, karena klien 2 tidak
memiliki kontraksi pada saat pre operasi Sectio Caesarea.
87
Pola nutri pada klien dan klien 2 terdapat data yang normal makan 3×sehari
dengan 1 porsi dihabiskan.
Pola eliminasi pada klien 1 dan klien 2 didapatkan data normal, kedau klien
menggunakan kateter ketika pre operasi dan post operasi sampai 3 hari, di hari ketiga
kateter dilepas agar kedua klien bisa belajar berdiri dan berjalan.
Pola personal hygiene pada klie 1 dan klien 2 didapat data yang normal kedua
klien mengelap badannya dengan bantuan keluarga klien dan mengganti baju dengan
bantuan keluarga klien.
Pola istirahat dan tidur, klien 1 dan klien 2 mengatakan tidak bisa tidur jika
rasa nyeri luka insisi timbul.
Pola aktivitas dan latihan pada klien 1 terlihat lebih banyak bantuan keluarga
dibandingkan klien 2, klien 2 lebih sering berlatih mobilisasi pada klien 2 lebih cepat
melakukan mobilisasi dibanding dengan klien 1
Pemeriksaan fisik pada klien 1 dan klien 2 terdapat luka bekas operasi Sectio
Caesarea ada bagian abdomen panjannya ± 12-17 sentimeter, luka terlihat bersih
tidak ada pembengkakan, dan tidak ada tanda-tanda infeksi, luka dibalut denga kssa
steril.
Menurut teori Oswari 2015, luka perlu ditutup dengan kassa steril, sehingga
sisa darah bisa diserap oleh kassa. Dengan menutup luka dapat mencegah terjadinya
kontaminasi (kemasukan kuman), tersenggol, dan memberikan kepercayaan pada
klien bahwa lukanya diperhatikan oleh peawat.
Proses pengkajian kedua klien berjalan dengan lancar karena adanya dukungan
perawat, klien dan keluarga klien.
88
Diagnosa keperawatan merupakan tahap kedua dari proses keperawatan yang
merupakan tahap penting karena penerapan rencana keperawatan berdasarkan dari
diagnosa keperawatan.
Setelah dilakukan pengkajian penulis menemukan data yang sama antata klien 1
dan klien 2 yaitu klien mengeluh tidak tau cara mobilisasi pasca operasi sectio
caesarea dan klien mengatakan sakit saat beraktifitas karena adanya luka post operasi
sectio caesarea.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien 1 dan klien 2 adalah Gangguan
mobilitas fisik berhubangan dengan nyeri luka bekas operasi.(Sumijatu, 2010).
89
Proses pembutan perencanaan keperawatan pada kedua klien berjalan dengan
baik dan lancar. Terlaksananya hal ini karena adanya dukungan dari klien, keluarga
klien dan perawat.
Terlaksananya hal ini karena adanya dukungan dari klien, keluarga klien dan perawat.
90
4.2. 5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan
dimana tahap untuk melihat perkembangan yang disesuaikan dengan kriteria waktu,
kriteria hasil, dan tujuan yangdicapai. Pada tahap evaluasi penulis melakukan
penilaian terhadap asuhan keperawatan pada Ny. D dan Ny. A dari tanggal 21 Januari
2020 sampai dengan 23 Januari 2020.
Setelah penulis melakukan asuahn keperawatan yang sama selama 3 hari,
penulis melakukan evaluasi keperawatan untuk mengetahui perkembangan kedua
klien setelah diberikan asuhan keperawatan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan
dan evaluasi pada kedua klien tercapai.
Evaluasi kedua klien berjalan dengan lancar, evaluasi dilakukan setelah
tindakan keperawatan 3×24 jam sesuai dengan implementasi yang sudah dilakukan.
Hal ini terlaksana karena adanya dukungan antara klien, keluarga klien dan perawat.
91
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan diagnosa yang muncul pada klien 1 dan klien 2 ditegakan diagnosa
keperawatan yang prioritas adalah gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri luka bekas operasi post Sectio Caesarea.
5.1.4 Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan dalam asuhan keperawatan pada kedua
klien dengan diagnosa keperawatan gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
nyeri bekas luka operasi post Sectio Caesarea disesuaikan dengan perencanaan
92
keperawatan yang telah dibuat oleh penulis, pada klien 1 dan klien 2 semua
perencanaan semua perencanaa yang dibuat diimplementasikan pada klien.
5.1.5 Evaluasi
Dalam melakukan evaluasi tindakan keperawatan penulis mengunaka pedoman
SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planing). Dalam karya tulis ilmiah ini
penulis membahas evaluasi tindakan keperawatn tentang gangguan mobilitas fisik
berhubungan nyeri luka bekas post operasi Sectio Caesarea. Penulis mendapatkan
hasil bahwa mobilitas fisik pada klien 1 dan klien 2 berbeda, bahwa klien 1 lebih
lama dibandingkan dnegan klien 2.
5.2 Saran
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien post operasi Sectio
Caesarea dengan hambatan mobilitas fisik membirakan ulasan dan beberapa
masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Institusi pendidika mampu meningkatan atau mempertahankan mutu
pendidikan yang lebih berkualitas sehingga menciptakan perawat yang
profesional dan terampil dalam melakukan asuhan keperawatan secara
komprehensif berdasarkan ilmu dan etika keperawatan yang ada.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan instansi rumah sakit dapat menjadikan hasil penelitianini
sebagain alternatif maupun dasar pertimbangan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan selama dirumah sakit.
3. Bagi Penulis Selanjutnya
Melihat keterbatasan penelitian yang dilakukan, dalam melakukan penelitian
karya tulis ilmiah ini, penelitian lapoan selanjutnya mengenai asuhan
keperawatan pada klien post operasi Sectio Caesarea dengan defisit perawatan
93
diri dapat memanfaatkan wkru seefektif mungkin sehingga masalah pada klien
tersebut dapat teratasi. Penelitian yang dilakukan oleh penulis masih banyak
kurangnya sehinga membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki
penelitian sehingga dapat diterima oleh pendidikan dan masyarakat banyak.
94
DAFTAR PUSTAKA
Anisa & Oktawati. 2015. Buku Ajar Keterampilan Dasar Keperawatan Maternitas.
Aspiani Reni. 2017. Asuhan Keperawatan Maternitas Aplikasi NANDA, NIC dan
%20II.pdf.
GKIA. 2016. 1001 Langkah Selamatkan Ibu & Anak. Jakarta: Pustaka Bunda, grup
Puspa Swara.
Hartati & Maryunani. 2015. Asuhan Keperawatan Ibu Postpartum Seksio sesarea.
Hidayat & Uliyah. 2016. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jagakarsa-Jakarta
Kosasih & Solehati. 2015. Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan
<http://repository.ump.ac.id/1962/3//DAHLIA%20BAB%20II.PDF>.
Medika.
95