OLEH:
KUPANG
2024
Konsep Dasar Bronkopneumonia
1. Pengertian
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Patofisiologi
Bakteri dan virus penyebab terisap ke paru perifer melalui saluran napas menyebabkan
reaksi jaringan berupa edema, sehingga akan mempermudah proliferasi dan penyebaran
kuman. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadinya sel PMN
(polimofonuklear) fibrin eritrosit, cairan edema dan kuman alveoli. Kelanjutan proses
infeksi berupa deposisi fibril dan leukosit PMN di alveoli dan proses fagositosis yang
cepat dilanjutkan stadium resolusi dengan meningkatnya jumlah sel makrofag di alveoli,
degenerasi sel dan menipisnya febrio serta menghilangkan kuman dan debris (Mansjoer,
2000: 966).
5. WOC
BRONKOPNEUMONI
Kuman berlebih dibronkus Kuman terbawa ke saluran cerna Infeksi saluran napas bawah
Malabsorpsi
Anoreksia MK: Gangguan pertukaran Suplay O2 dalam darah
gas menurun
Frekuensi BAB > 3x/hari
MK: Resiko Defisit Intake nutrisi menurun
nutrisi menurun Hipoksia
MK: Resiko Ketidakseimbangan Edema Alvioli
volume caian
MK: intolerasi aktivitas
Tekanan dinding paru meningkat
7. Komplikasi
8. Penatalaksanaan Medis
A. Pengkajian
Anamnesis
1. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahsa yang digunkan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, nomor register, tanggal
dan jam masuk rumah sakit, dan diagnosis medis.
2. Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchopneumonia mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun pagi selama
minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun produksi sputum (hijau,
putih/ kuning) dan banyak sekali. Penderita biasanya menggunakan otot bantu
pernfasan, dada terlihat hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nnafas
krekels, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
3. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya penderita bronchopneumonia sebelumnya belum pernah menderita
kasus yang sama tetapi mereka mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu
terjadinya bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam jangka
panjang misalnya debu/ asap.
4. Riwayat penyaklit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang paha adalah faktor
predispossisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa
keturunan dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik.
5. Riwayat psikospiritual
Kaji respon emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya, peran klien dalam
keluarga, masyarakat, serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam keluarga maupun masyarakat.
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif (SDKI D.0001 Halaman 18)
Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan,
selama 1x7 jam diharapkan Bersihan jalan catat rasio inspirasi/ ekspirasi
nafas efektif: 2. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya
1. Produksi Sputum Menurun (5) bunyi nafas. Misalnya: mengi,
2. Mengi Menurun (5) krekels dan ronki.
3. Dispnea Menurun (5) 3. Beri posisi semi fowler.
4. Frekuensi Nafas membaik (5) 4. Beri minum hangat sedikit sedikit
tapi sering.
5. Laksanakan tindakan delegatif :
Bronchodilator, mukolitik, untuk
mencairkan dahak sehingga mudah
dikeluarkan.
D. Implementasi
Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.
E. Evaluasi
Amin, Hardhi. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Medis & NANDA
NIC-NOC (Jilid. 1). Jakarta : Media Action Publishing.
Misnadiarly. (2008). Penyakit Infeksi Saluran Nafas Pnemonia Pada Anak Balita, Orang
Dewasa, Usia Lanjut Pnemonia Atypik dan Pnemoni Atypik Mikrobakterium. Jakarta :
EGC