DEPARTEMEN
KEPERAWATAN MATERNITAS
OLEH :
NIM : 1920045
2023
LAPORAN PENDAHULUAN PROLONGED SECOND STAGE
A. Definisi
Persalinan kala II lama adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan.
a. Kala II lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 2 jam pada primi, dan
lebih dari 30 menit sampai 1 jam pada multi. (Sinopsis Obsestetri, 2010)
b. Kala II Lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk
nulipara dan multipara. (Sarwono, 2008)
c. Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik pada
primipara maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan
kala I dan atau kala II. ( Wiknjosastro, 2010). Penilaian proses persalinan dengan
menggunakan partograf sangat membantu.
d. Partus Lama adalah perjalanan persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam,
tetapi belum menimbulkan komplikasi maternal atau fetal.
B. Klasifikasi
Kala II adalah persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm)
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Pada
primi berlangsung lebih kurang 2 jam, pada multi berlangsung kira-kira dalam 1 jam.
Kala II adalah persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Pada primi
berlangsung lebih kurang 2 jam, pada multi berlangsung kira-kira dalam 1 jam.
C. Etiologi
Etiologi terjadinya kala II lama ini adalah multi komplek dan tentu saja bergantung
pada pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan
penatalaksanaannya.
D. Manifestasi klinis
1. Pada ibu : Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat,
dan pernafasan cepat. Di daerah local sering dijumpai edema vulva, edema serviks,
cairan berbau terdapat mekonium.
2. Pada janin :
a. DJJ cepat/ tidak teratur, air ketuban terdapat mekonium,kental kehijau-hijauan,
berbau.
b. Kaput succedaneum yang besar.
c. Moulage kepala yang hebat
d. Kematian janin dalam kandungan
a. Janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada primigravida
dipimpin mengedan sejak pembukaan lengkap.
b. Ibu tampak kelelahan dan lemah.
c. Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
d. Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
e. Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
f. Molding-sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki (partograf ++)
g. Lingkaran retraksi patologis (lingkaran Bandl) timbul nyeri di bawah lingkaran
Bandl merupakan tanda akan terjadi ruptura uteri.Tidak adanya his dan syok yang
tiba-tiba merupakan tanda ruptura uteri.
(Wiknjosastro, 2010)
h. Kandung kencing ibu penuh. Kandung kencing yang penuh dapat menahan
turunnya janin dan menyebabkan persalinan lama. Pasien dalam persalinan
seharusnya sering kencing
(Wiknjosastro, 2010)
E. Patofisiologi
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat
megakibatkan kemacetan persalinan. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan
persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya)
serta besarnya caput succedaneum.
Pimpinan persalinan yang salah dari penolong, teknik menekan yang salah, bahkan ibu
bersalin yang kelelahan dan kehabisan tenaga untuk meneran dalam proses persalinan
juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kala II lama.
F. Komplikasi
Efek yang diakibatkan oleh partus lama bisa mengenai ibu maupun janin. Diantaranya:
A. Infeksi Intrapartum
Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus
lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion
menembus amnion dan desisdua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia ,
sepsis dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
B. Ruptur uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus
lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka yang dengan
riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi. antara kepala janin dan dan panggul
sedemikin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga
segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan
ruptur.
C. Cincin retraksi patologis
Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe yang paling
sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini disertai peregangan dan
penipisan berlebihan segmen bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi abdomen
dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.
D. Pembentukan fistula
Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju
untuk jangka waktu lama , maka bagian jalan lahir yang terletak diantaranya akan
mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi sehingga dapat
terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan
munculnya fistula.
E. Cedera otot dasar panggul
Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia penghubungnya merupakan
konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginum terutama apabila
persalinannya sulit.
F. Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin, bila berlanjut dapat
menyebabkan terjadinya gawat janin.
G. Pemeriksaan Penunjang
Prasyarat
Proses
Bidan harus :
a. Memantau dan mencatat secara berkala keadaan ibu dan janin, his dan kemajuan
persalinan pada partograf dan catatan persalinan. Lengkapi semua komponen pada
partograf dengan cermat pada saat pengamatan dilakukan.
b. Jika terdapat penyimpangan dalam kemajuan persalinan (misalnya garis waspada
pada partograf tercapai, his terlalu kuat/cepat/lemah sekali, nadi melemah dan
cepat, atau DJJ menjadi cepat/tidak teratur/lambat), maka lakukan palpasi uterus
dengan teliti untuk
mendeteksi gejala-gejala dan tanda lingkaran retraksi patologis/lingkaran Bandl
c. Jaga agar ibu mendapat hidrasi yang baik selama proses persalinan, anjurkan ibu
agar sering minum.
d. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan, dan merubah posisi selama proses
persalinan dan kelahiran. Jangan biarkan ibu berbaring terlentang selama proses
persalinan dan kelahiran.
e. Minta ibu sering buang air kecil selama proses persalinan (sedikitnya setiap 2
jam). Kandung kemih yang penuh akan memperlambat penurunan bayi dan
membuat ibu tidak nyaman. Pakailah kateter hanya bila ibu tidak bisa kencing
sendiri dan kandung kemih dapat dipalpasi. Hanya gunakan kateter dan karet.
(Hati-hati bila memasang kateter, sebab uretra mudah terluka pada partus
lama/macet).
f. Amati tanda-tanda partus macet dan lama dengan melakukan palpasi abdomen,
manual penurunan janin, dan periksa dalam, menilai penyusupan janin, dan
prabukaan serviks paling sedikit setiap 4 jam selama fase laten dan aktif
persalinan. Catat semua temuan pada partograf. Lihat standar 9 untuk melihat
semua pengamatan yang diperlukan untuk partograf.
g. Selalu amati tanda-tanda gawat ibu atau gawat janin, rujuk dengan cepat dan tepat
jika hal ini terjadi.
h. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir kemudian keringkan
hingga betul-betul kering dengan handuk bersih setiap kali sebelum dan sesudah
melakukan kontak dengan pasien. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih.
Gunakan sarung tangan DTT/steril untuk semua periksa dalam. Selalu
menggunakan tehnik aseptik pada saat melakukan periksa dalam. Periksa dengan
teliti vagina dan kondisinya (jika vagina panas/gejala infeksi dan kering/gejala
ketuban minimal, maka menunjukkan ibu dalam keadaan bahaya). Periksa juga
letak janin, pembukaan serviks serta apakah serviks tipis, tegang atau mengalami
edema. Coba untuk menentukan posisi dan derajat penurunan kepala. Jika ada
kelainan atau bila garis waspada pada partograf melewati persiapkan rujukan yang
tepat.
1) Rujuk dengan tepat untuk fase laten persalinan yang memanjang (0-4 cm):
berlangsung lebih dari 8 jam.
2) Rujuk dengan tepat untuk fase aktif persalinan yang memanjang, pembukaan
kurang dari 1 cm/jam dan garis waspada pada partograf telah dilewati
3) Rujuk dengan tepat untuk kala II persalinan yang memanjang:
— 2 jam meneran untuk primipara
— 1 jam meneran untuk multipara
i. Jika ada tanda dan gejala persalinan macet, gawat janin, atau tanda bahaya pada
ibu, maka ibu dibaringkan miring ke sisi kiri dan berikan cairan IV (Ringer
Laktat). Rujuk segera ke rumah sakit. Dampingi iu untuk menjaga agar keadaan
ibu tetap baik. Jelaskan kepada ibu, suami/keluarganya apa yang terjadi dan
mengapa ibu perlu dibawa ke rumah sakit.
j. Jika dicurigai adanya ruptura uteri (his tiba-tiba berhenti atau syok berat), maka
rujuk segera. Berikan antibiotika dan cairan IV (Ringer Laktat), biasanya
diberikan ampisilin 1 gr IM, diikuti pemberian 500 mg setiap 6 jam secara IM,
lalu 500 mg per oral setiap 6 jam setelah bayi lahir.
k. Bila kondisi ibu/bayi buruk dan pembukaan serviks sudah lengkap, maka bantu
kelahiran bayi dengan ekstraksi vakum (lihat Standar 19).
l. Bila keterlambatan terjadi sesudah kepala lahir (distosia bahu):
1) Lakukan episiotomi
2) Dengan ibu dalam posisi berbaring terlentang, minta ibu melipat kedua paha,
dan menekuk lutut ke arah dada sedekat mungkin. (Minta dua orang untuk
membantu (mungkin suami atau anggota keluarga lainnya) untuk menekan
lutut ibu dengan mantap ke arah dada. (Manuver Mc Robert)
3) Gunakan sarung tangan DTT/steril
4) Lakukan tarikan kepada curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan.
Hindarkan tarikan berlebihan pada kepala karena mungkin akan melukai bayi.
5) Pada saat melakukan tarikan pada kepala, minta seseorang untuk melakukan
tekanan suprapubis ke bawah untuk membantu kelahiran bahu. Jangan pernah
melakukan dorongan pada fundus! Pemberian dorongan pada fundus nantinya
akan dapat mempengaruhi bahu lebih jauh dan menyebabkan ruptura uteri.
6) Jika bahu tetap tidak lahir
— Dengan menggunakan sarung tangan DTT/steril, masukkan satu tangan ke
dalam vagina.
— Berikan tekanan pada bahu anterior ke arah sternum bayi untuk
mengurangi diameter bahu.
7) Kemudian jika bahu masih tetap tidak lahir
— Masukkan satu tangan ke dalam vagina.
— Pegang tulang lengan atas yang berada pada posisi posterior, lengan fleksi
di bagian siku, tempatkan lengan melintang di dada. Cara ini akan
memberikan ruang untuk bahu anterior bergerak di bawah simfisis pubis.
— Mematahkanclavicula bayi hanya dilakukan jika semua pilihan lain telah
gagal.
m. Isi partograf, kartu ibu, dan catatan kemajuan persalinan dengan lengkap dan
menyeuruh. Jika ibu dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas kirimkan satu copy
partograf ibu dan dokumen lain bersama ibu.
H. Penatalaksanaan
- Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan cara mendampingi ibu agar
merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu
- Menjaga kebersihan diri meliputi : ibu tetap dijaga kebersihan agar terhindar dari
infeksi, jika ada darah lender atau cairan ketuban segera dibersihkan.
- Masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu.
- Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
dengan cara menjaga privasi ibu, penjelasan tentang prosedur dan kemajuan
persalinan, penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu.
- Mengatur posisi ibu dalam membimbing mengedan dapat dipilih posisi berikut :
posisi jongkok., menungging, tidur miring, setengah duduk Menjaga kandung kemih
tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih sesering mungkin.
- Memberikan cukup minum, memberi tenaga dan mencegah dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA
Andriani dan Eka, P.2014.Jurnal Janin Besar Dan Inersia Uteri Terhadap Kala II Lama.
Surabaya: Fakultas Ilmu Kebidanan, Universitas Airlangga
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Hidayat, A. A. A., & Uliyah, M. 2018. Praktikum keterampilan dasar praktik klinik: Aplikasi
dasar-dasar praktik kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Abdullah, S,F. 2017. Analisis Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Pada Ny.N Dengan Kala II
Lama Di Rsud Karawang Pada Tahun 2017.