Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PERSALINAN KALA II LAMA

A. DEFINISI
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi
yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi janin dan
yang dapat hidup di dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
persalinan normal (eutosia) adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup bulan
(aterm 37-42 minggu), pada janin letak memanjang dan presentasi belakang kepala,
yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses kelahiran itu berakhir
dalam waktu kurang dari 24 jam, tanpa tindakan atau pertolongan buatan dan tanpa
komplikasi.
Persalinan kala II adalah dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap
(10cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Persalinan kala II lama adalah persalinan
yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih dari 18 jam pada multi.
Persalinan kala II lama adalah ketika serviks mencapai dilatasi penuh, jangka waktu
sampai terjadi kelahiran tidak boleh melewati 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida (Oxorn, 2010).
Berbeda dengan partus tak maju adalah suatu persalinan dengan his yang
adekuat namun tidak menunjukkan kemajuan pada pembukaan serviks, turunnya kepala
dan putaran paksi selama 2 jam terakhir. Biasanya persalinan pada primitua dapat
terjadi lebih lama. Menurut Harjono, persalinan kala II lama atau memanjang
merupakan fase terakhir dari suatu partus yang macet dan berlangsung terlalu lama
sehingga timbul gejala-gejala seperti dehidrasi, infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia dan
kematian janin dalam kandungan (IUFD).

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya persalinan kala II lama yaitu multikomplek atau bergantung pada
pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaanya.
Faktor-faktor penyebabnya adalah :
1. Kelainan letak janin
2. Kelainan panggul
3. Kelainan his dan mengejan
4. Pimpinan partus yang salah
5. Janin besar atau ada kelainan kongenital
6. Primi tua
7. Perut gantung atu grandemulti
8. Ketuban pecah dini

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


Berdasarkan Winkjosastro (2005) bahwa faktor yang mempengaruhi persalinan sebagai
berikut:
a. Power : his dan tenaga mengejan.
b. Passage : ukuran panggul dan otot-otot persalinan.
c. Passenger : terdiri dari janin, plasenta dan air ketuban.
d. Personality (kepribadian) : yang diperhatikan kesiapan ibu dalam menghadapi
persalinan dan sanggup berpartisipasi selama proses persalinan.
e. Provider (penolong) : tenaga terlatih dalam bidang kesehatan

D. TANDA & GEJALA PERSALINAN


 Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda menjelang persalinan sebagai berikut:
a. Untuk primigravida kepala janin telah masuk PAP pada minggu 36 yang disebut
lightening
b. Rasa sesak di daerah epigastrum makin berkurang.
c. Masuknya kepala janin menimbulkan sesak dibagian bawah dan menekan
kandung kemih.
d. Dapat menimbulkan sering kencing atau polakisuria
e. Pemeriksaan tinggi fundus uteri semakin turun; serviks uteri mulai lunak,
sekalipun terdapat pembukaan
f. Braxton Hicks semakin frekuen ditandai dengan:
 Sifatnya ringan, pendek, tidak menentu jumlahnya dalam 10 menit
 Pengaruhnya terhadap effescement dan pembukaan serviks dapat mulai
muncul.
 Kadang-kadang pada multigravida sudah terdapat pembukaan.
 Dengan stripping selaput ketuban akan dapat memicu his semakin frekuen
dan persalinan dapat dimulai.
 Berdasarkan Manuaba (2007) bahwa tanda mulai persalinan adalah timbulnya his
persalinan dengan ciri :
a. Fundul dominant
b. Sifatnya teratur makin lama intervalnya makin pendek
c. Terasa nyeri dari abdomen dan menjalar ke pinggang
d. Menimbulkan perubahan progresif pada serviks berupa perlunakan dan
pembukaan
e. Dengan aktivitas his persalinan makin bertambah

E. TANDA & GEJALA PERSALINAN KALA II


1. Ibu mengeran
2. Perinium menonjol
3. Vulva membuka
4. Tekanan anus
5. Pengeluaran darah dan lendir meningkat
6. Kepala telah turun di dasar panggul

F. GEJALA KLINIK
Gejala klinis pada persalinan kala II lama menurut Mochtar (2009) yaitu sebagai
berikut:
1. Gejala pada ibu :
- Gelisah
- Letih
- Suhu badan meningkat
- Bekeringat
- Nadi cepat
- Pernafasan cepat
- Di daerah lokal sering dijumpai Ring v/d Bandl, edema vulva, edema serviks,
cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium.
2. Gejala pada janin :
- Djj janin cepat/tidak teratur atau bahkan negatif
- Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan dan berbau
- Caput Succedeneum yang besar
- Moulage kepala yang hebat
- IUFD (Intra Uterin Fetal Death)

G. PATOFISIOLOGI
Persalinan kala II lama ditegakan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan
diameter 5-6cm. Kemajuan persalinan dalam kala II dikatakan kurang baik apabila
penurunan kepala janin tidak teratur di jalan lahir, gagalnya pengeluaran pada fase
pengeluaran (Prawirohardjo, 2012).
Kesempitan panggul dapat menyebabkan persalinan yang lama atau persalinan
macet karena adanya gangguan pembukaan yang diakibatkan oleh ketuban pecah dini
yang disebabkan bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga
ketuban sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap tidak
dapat menekan serviks karena tertahan pada pintu atas panggul. Persalinan kadang-
kadang terganggu oleh karena kelainan jalan lahir lunak. Kelainan tersebut terdapat di
vulva, vagina, serviks uterii, dan uterus.
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan
pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat
mengakibatkan kemacetan persalinan. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan
persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya, relaksasinya) serta
besarnya caput succedaneum.
Pimpinan persalinan yang salah dari penolong, teknik meneran yang salah,
bahkan ibu bersalin yang kelelahan dan kehabisan tenaga untuk meneran dalam proses
persalinan juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kala II lama.
H. PROSES PERSALINAN
Berdasarkan Winkjosastro (2005) dan Roestam (2002), bahwa proses persalinan terbagi
menjadi 4 kala yaitu:
 Kala I : Pembukaan serviks.
 Kala II : Kala pengeluaran janin.
 Kala III : Kala pengeluaran plasenta.
 Kala IV : Hingga 1 jam setelah plasenta lahir.

I. KOMPLIKASI PERSALINAN KALA II LAMA


Menurut Wiknjosastro (2010), persalinan kala II lama mengakibatkan beberapa
komplikasi yaitu :
1. Infeksi intrapartum
Infeksi adalah bahaya serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama,
terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus
amion dan menginvasi desidua serta pembuluh kortion sehingga terjadi bakteremia
dan sepsis pada ibu dan janin. Pneumonia pada janin, akibat aspirasi cairan amnion
yang terinfeksi. Pemeriksaan serviks dengan jari tangan akan memasukan bakteri
vagina ke dalam uterus. Pemeriksaan ini harus dibatasi selama persalinan, terutama
apabila dicurigai terjadi persalinan lama.
2. Rupture uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama
partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan mereka dengan riwayat
SC. Apabila disproposi antara kepala janin dan panggul sedemikian besar sehingga
kepala tidak cakap (engaged) dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus
akan menjadi sangat teregang kemudian dapat menyebabkan rupture.
3. Pembentukan fistula
Apabila bagian terendah janin menekan kuat ke pintu atas panggul, tetapi tidak meju
untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak diantaranya
dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Nekrosis akan
terjadi dalam beberapa hari setelah melahirkan karena gangguan sirkulasi,
munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau rektovaginal. Umunya
nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan.
4. Cedera otot-otot dasar panggul
Dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah
akibat upaya mengedan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar
panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomic otot, saraf, dan
jaringan ikat.
Menurut Oxorn (2010), komplikasi yang terjadi pada ibu yaitu :
1. atonia uteri
2. rupture uteri
3. laserasi
4. perdarahan
5. infeksi
6. kelelahan ibu.

J. DIAGNOSIS
a. Janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam pada primigravida
dipimpin mengejan sejak pembukaan lengkap.
b. Ibu tampak kelelahan dan lemah
c. Kontraksi tidak teratur tetapi kuat
d. Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi
e. Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
f. Molding-sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki (partograf ++)
g. Lingkaran retraksi patologis (lingkaran bandl) timbul nyeri di bawah lingkaran
Bandl merupakan tanda akan terjadi rupture uteris. Tidak adanya his dan syok yang
tiba-tiba merupakan rupture uteri (Wiknjosastro, 2010).
h. Kandung kencing ibu penuh. Kandung kencing yang penuh dapat menahan turunya
janin dan menyebabkan persalinan lama. Pasien dalam persalinan seharusnya serig
kencing (Wiknjosastro, 2010).

K. PENANGANAN
a) Menurut Oxorn (2010), penanganan kala II lama yaitu sebagai berikut :
1. Disproporsi
Secio caesaria merupakan indikasi
2. Tandap disproporsi
- Infus oxytocin memperbaiki kontraksi uterus
- Pemecahan ketuban perlu jika ketuban masih utuh
- Pasien harus ditempatkan pada meja bersalin dan dipimpin agar mau mengejan
pada setiap kali his.
- Episiotomi akan mengatasi perineum yang kaku
b) Menurut Wiknjosastro (2009), penanganan kala II lama sebagai berikut:
Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah
oksigen ke plasenta. Maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengejan secara spontan,
mengejan dan menahan nafas yang terlau lama tidak dianjurkan. Perhatikan djj,
bradikardi yang lama mungkin terjadi karena lilitan tali pusat. Apabila ini terjadi,
lakukan tindakan forces atau vakum bila saraf terpenuhi. Bila malpresentasi dan
obstruksi bisa disingkirkan, berikan oxytocin drip, bila setelah 1 jam pemberian
oxytocin tetap tidak ada kemajuan persalinan, lahirkan dengan bantuan vakum.
Apabila persyaratan vakum tidak terpenuhi, maka segera lakukan sc.

L. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II lama yaitu dapat dilakukan
partus spontan, ekstarksi vakum, ekstraksi forceps, secio caesaria, dll. Penatalaksanaan
persalinan yaitu sebagai berikut :
1. Kala I, yaitu :
- Anjurkan ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses persalinan dan
kelahiran bayinya. Dukungan dari suami, orang tua dan kerabat yang sangat
disayangi ibu sangat diperlukan dalam menjalani proses persalinan.
- Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk
berganti posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan
minuman, teman bicara dan memberikan dukungan dan semangat selama
persalinan dan melahirkan bayinya.
- Penolong persalinan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau
kelahiran bayi kepada mereka.
- Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran.
- Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan
kuat dan spontan untuk meneran.
2. KALA II :
- Menjaga kebersihan ibu
- Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
- Mengatur posisi ibu
- Menjaga kandung kemih tetap kosong, anjurkan ibu untuk berkemih
- Berikan cukup minum terutama minuman yang manis
- Ibu dibimbing mengedan selama his dan anjurkan ibu untuk mengambil nafas
diantara kontraksi
- Perikda DJJ setiap selesai kontraksi
- Minta ibu mengedan saat kepala bayi nampak divulva
- Letakkan satu tangan dikepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat
- Tahan perineum dengan satu tangan yang lain
- Jika kepala telah lahir, usap dengan kasa dari lendir dan darah
- Periksa adanya lilitan tali pusat
- Biarkan kepala bayi mengadakan putaran paksi luar dengan sendirinya
- Tempatkan kedua tangan pada posisi biperietal bayi
- Lakukan tarikan lembut kepala bayi kebawah untuk melahirkan bahu anterior
lalu keatas untuk melahirkan bahu posterior.
- Sangga kepala dan leher bayi dengan satu tangan kemudian dengan tangan yang
lain menyusuri badan bayi sampai seluruhnya lahir. Lakakukan penilaian
selintas meliputi: apakah bayi menangis/ bernafas tanpa kesulitan, warna kulit
dan bergerak aktif atau tidak.
- Letakkan bayi diatas perut ibu, keringkan sambil nilai pernafasannya APGAR)
dalam menit pertama
- Lakukan jepit, potong, ikat tali pusat
- Pastikan bayi tetap hangat
3. KALA III :
- Pastikan tidak ada bayi yang kedua
- Berikan oksitosin 10 IU dalam 2 menit pertama segera setelah bayi lahir.
- Lalukan penegangan tali pusat terkendali, tangan kanan menegangkan tali pusat
sementara tangan kiri dengan arah dorsokranial mencengkram uterus.
- Jika plasenta telah lepas dari insersinya, tangan kanan menarik tali pusat
kebawah lalu keatas sesuai dengan kurve jalan lahir sampai plasenta nampak
divulva lalu tangan kanan menerima plasenta kemudian memutar kesatu arah
dengan hati-hati sehingga tidak ada selaput plasenta yang tertinggal dalam jalan
lahir.
- Segera setelah plasenta lahir tangan kiri melakukan massase fundus uteri untuk
menimbulkan kontraksi
- Lakukan pemeriksaan plasenta, pastikan kelengkapannya
- Periksa jalan lahir dengan seksama, mulai dari servik, vagina hingga perineum.
- Lakukan penjahitan jika diperlukan
4. KALA IV :
- Bersihkan ibu sampai ibu merasa nyaman
- Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk mencegah dehidrasi
- Berikan bayinya pada ibu untuk disusui
- Periksa kontraksi uterus dan tanda vital ibu setiap 15 menit pada jam pertama
dan setiap 30 menit pada jam kedua.
- Ajarkan ibu dan keluarganya tentang :
 Bagaimana memeriksa fundus uteri dan menimbulkan kontraksi
 Tanda bahaya bagi ibu dan bayi.
 Pastikan ibu sudah buang air kecil dalam 3 jam pertama

5. TEKNIK TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM


1). Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetelia (vulva).
Sekitar vulva ditutup dengan kain steril.
2). Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk
dengan tonjolan petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada
umumnya dipakai mangkuk dengan diameter terbesar yang dapat dipasang.
3). Dilakukan penghisapan dengan tekanan negatif -0,3 kg/cm2, kemudian dinaikan
-0,2 kg/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. Maksud dari pembuatan
tekanan negatif yang bertahap ini supaya caput succedaneum buatan dapat
terbentuk dengan baik.
4). Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan
lahir atau kulit ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
5). Bila perlu dilakukan anestesi lokal, baik dengan cara infiltrasi maupun blok
pudendal untuk kemudian dilakukan episiotomi.
6). Bersamaan dengan datangnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi
dilakukan dengan cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibu
jari dan jari telunjuk serta jari tangan kiri operator menahan mangkuk supaya
tetap melekat pada kepala janin. Selama ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri
operator tersebut memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan dengan putara paksi
dalam. Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simpisis pubis, arah tarikan
berangsur-angsur dinaikan ke atas sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir,
tekanan negatif dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk
kemudian dilepas. Janin dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta
umumnya dilahirkan secara aktif.
 SYARAT TINDAKAN EKSTRAKSI VAKUM :
1. Pembukaan 7cm atau lebih
2. Kepala di hodge II-III
3. Tidak ada disproporsi kepala panggul
4. Konsistensi kepala normal
5. Ketuban sudah pecah atau dipecahkan

M. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan,
kehamilan dan persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat
keputusan klinik untuk menentukan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan
atau perawatan yang sesuai, meliputi :
 Nama, umur, dan alamat
 Gravida dan para
 Hari pertama haid terakhir
 Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
 Riwayat alergi obat-obat tertentu
 Riwayat kehamilan yang sekarang dan sebelumnya
 Riwayat medis lainnya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung,
berkemih, dan lain-lain)
 Riwayat medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau nyeri
epigastrum bagian atas)
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan
bayinya serta kenyamanan fisik ibu bersalin, meliputi; pemeriksaan abdomen.
Pemeriksaan abdomen digunakan untuk :
 Menentukan tinggi fundus uterus
 Memantau kontraksi usus
 Memantau denyut jantung janin
 Menentukan presentasi
 Menentukan penurunan bagian terbawah janin
Berdasarkan (Prawirohardjo, 2006) bahwa pemeriksaan dalam diperlukan untuk
menilai:
a. Vagina, terutama dindingnya, apakah ada bagian yang menyempit
b. Keadaan serta pembukaan serviks
c. Kapasitas panggul
d. Ada atau tidak adanya penghalang (tumor) pada jalan lahir
e. Sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit umpamanya bartholmitis,
urethritis, sistitis, dan sebagainya
f. Pecah tidaknya ketuban
g. Presentasi kepada janin
h. Turunnya kepala dalam ruang panggul
i. Penilaian besarnya kepala terhadap panggul
j. Apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus telah berlangsung.
Mendokumentasikan hasil anamnesa, pemeriksaan fisik kedalam patograf
meliputi: informasi tentang ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, jam dan waktu,
kontraksi uterus, obat-obatan dan cairan yang diberikan, kondisi ibu dan asuhan
serta pengamatan klinik, mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik (Waspodo, 2007).

2. DIAGNOSA
Herdman (2010), kemungkinan diagnosa yang muncul pada klien dengan
persalinan normal adalah:
 Kala I :
1) Nyeri akut berhubungan agen cedera biologi (tekanan mekanik pada bagian
presentasi,dilatasi atau regangan, tegangan emosional)
2) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina
berulang.
3) Ansietas b.d perubahan status kesehatan.
 Kala II :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologi (tekanan mekanik pada presentasi,
dialatasi/peregangan jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi semakin
intensif).
2) Kerusakan integritas jaringan b.d faktor mekanik (episiotomi, ruptur
perinium).
 Kala III :
1) Nyeri akut b.d agen cedera biologi trauma jaringan , respons fisiologis
setelah melahirkan
 Kala IV :
1) Nyeri akut b.d agen cedera fisik (luka episiotomi)
2) Risiko infeksi b.d kerusakan jaringan (luka episiotomi)
3) Kekurangan volume cairan b.d kegagalan dalam regulasi
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, Ida Bagus Gede. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.

Muchtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri Edisi 2. Jakarta : EGC.

Oxorn, H. (2010). Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : CV ANDI

OFFSET.

Saifuddin. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Winkjosastro, Hanifa, (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.


PATHWAY
Kehamilan 37-42 minggu

Tanda-tanda inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi uterus Partus Pelepasan plasenta Post partum

Tekanan mekanik
Nyeri akut Kekurangan
Nyeri akut volume cairan
Trauma jaringan laserasi
Kelelahan Resiko cedera
Nyeri akut
maternal
Kerusakan
integritas kulit

Anda mungkin juga menyukai