P DENGAN INDUKSI
PERSALINAN DI RS “X” JAKARTA PUSAT
TAHUN 2016
Oleh :
NOVA HERAWATI S
(2013 – 52 – 037)
1.2 Kala II
1) Definisi kala II termasuk lamanya kala II
Kala II diawali saat dilatasi servik lengkap dan diakhiri saat anak sudah lahir.
Lamanya kala II (sejak pembukaan lengkap sampai lahir), rata-rata berlangsung
50 menit untuk nullipara, dan 20 menit pada multipara, tetapi hal ini dapat sangat
bervariasi. Kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomennya dan posisi
bagian presentasi berpengaruh pada durasi kala II. Pada literatur lain, lamanya
kala II bisa berakhir sekitar 20 menit pada multipara dan 2 jam pada primipara.
atau bisa berlangsung rata-rata 1,5 jam pada primigravida dan pada multipara
rata-rata 0,5 jam.
2) Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Segera setelah bayi baru lahir dan tali pusat diikat, letakkan bayi tengkurap di
dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke kulit ibu. Biarkan kontak
kulit ke kulit ini berlangsung setidaknya 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi
dapat menyusu sendiri. Bayi di beri topi dan diselimuti. Ayah atau keluarga dapat
memberi dukungan dan membantu ibu selama proses ini. Ibu deberi dukungan
untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu, menolong bayi bila diperlukan.
3) Kelainan yang sering terjadi pada kala II
a. Inertia uteri
b. Inersia Uteri Primer
c. Inersia Uteri Sekunder
d. Ketuban pecah dini
e. Gawat janin
f. Preeklamsia
g. Eklamsi
4) Peran bidan pada kala II normal maupun dengan kelainan
Kala dua persalinan merupakan pekerjaan yang tersulit bagi ibu. Suhu tubuh
ibu akan meningkat. Ia mengedan selama kontraksi dan ia kelelahan. Petugas
harus mendukung ibu atas usahanya untuk melahirkan bayinya. Berikut adalah
tindakan yang dilakukan selama kala dua pesalinan :
1.4 Kala IV :
a. Definisi kala IV
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu.
b. Kelainan yang sering terjadi pada kala IV
Masa postpartum merupakan masa paling kritis untuk mencegah kematian ibu,
terutama kematian disebabkan karena perdarahan. Selama kala empat, petugas harus
memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan
setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil, maka
ibu harus dipantau lebih sering.
Perdarahan post partum adalah perdarahan sebanyak 500 cc atau lebih setelah kala III
selesai. Pengukuran darah yang keluar sukar untuk dilakukan secara tepat.
Perdarahan postpartum di bagi menjadi :
a) Perdarahan postpartum dini bila perdarahan terjadi dalam 24 jam pertama.
b) Perdarahan postpartum lambat bila perdarahan terjadi setelah 24 jam pertama.
Peran bidan pada kala IV normal maupun dengan kelainan
1) Lakukan rangsangan taktil (masase) uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat.
2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan anda secara melintang
dengan pusat sebagai patokan.
3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan (laserasi atau episiotomi)
perineum.
5) Evaluasi keadaan umum ibu.
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama persalinan kala empat di
bagian belakang partograf, segera setelah asuhan di berikan atau setelah
penilaian dilakukan.
2.2. Indikasi
Menurut, Manuaba 2010, bahwa induksi persalinan dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Indikasi Ibu
a. Berdasarkan penyakit yang diderita
Penyakit ginjal
Penyakit jantung
Penyakit hipertensi
Diabetes Melitus
Keganasan payudara dan porsio
b. Komplikasi kehamilan
Pre-eklamsi
Eklamsi
Berdasarkan kondisi fisik
Kesempitan panggul
Kelainan bentuk panggul
Kelainan bentuk tulang belakang
2) Indikasi Janin
a. Kehamilan lewat waktu
b. Plasenta previa
c. Solusio plasenta
d. Kematian intrauterine
e. Kematian berulang dalam rahim
f. Kelainan congenital
g. Ketuban pecah dini
2.3. Kontraindikasi
Menurut, Manuaba 2010, kontraindikasi pesalinan yang akan dilakukan lebih merugikan
dibandingkan tindakan section casearia langsung.
1) Untuk janin
a. Disproporsi sefalopelvis
b. Malposisi dan malpresentasi janin
c. Denyut jantung janin yang meragukan
2) Untuk ibu
a. Plasenta previa
b. Grande multipara
c. Infeksi herpes dan genital aktif
d. Riwayat insisi uterus klasik atau bedah uterus
e. Distensi rahim yang berlebihan, misalnya pada hidramion
2.7. Patofisiologis
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu, adanya penyakit
penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi, diabetes, kematian janin, ketuban pecah
dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan progresteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim memjadi semakin sensitive terhadap
rangsangan, karena ketegangan psikologis dan kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam
menghadapi kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan
perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian
mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar
estriol dan plasenta laktogen (Manuaba,2010)
Pada tanggal 21 Februari 2016 pukul 11.00 WIB Ny. I.P 26 tahun HPHT 09-09-2016 dan
HP tanggal 16-06-2016, agama Islam, suku sunda, Pendidikan terakhir S1 sistem informasi,
bekerja sebagai swasta. Suami Tn. A umur 40 tahun, agama Islam, suku Sunda, Pendidikan
terakhir S1 Sistem informasi, dan bekerja sebagai swasta. Ny. I.P beralamat di Jl. Kenari II
6 no 261 RT/RW 09/04, kelurahan Kenari, Kecamatan Kenari wilayah Jakarta pusat.
Masuk kamar bersalin dengan alasan dikirim oleh dr R untuk induksi persalinan, sudah
kencang-kencang belum keluar darah lendir, belum keluar air ketuban, dan belum ada rasa
ingin meneran. KU : baik, kesadaran: composmentis, TD: 110/80 mmHg, N: 88 x/menit, S:
36,0C, P: 20 x/menit, BB: 88 kg, TB: 158 cm, konjungtiva tidak anemik, sklera tidak
ikterik, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, payudara normal, punggung normal, reflek
patella (+), edema kaki negative. Pemeriksaan obstetrik: fundus uteri 3 jari bawah px
(33cm), Denyut jantung janin positif (+) 125-130 x/menit. Kontraksi uterus: tidak ada.
Dilakukan pemeriksaan dalam, hasil: portio tebal, posisi portio anteflkesi, konsistensi
lembek, pembukaan 2 jari longgar, ketuban (+), penurunan kepala 2 posisi ?.
Dengan hasil tersebut ditegakkan
Diagnose : G3P1A1 hamil 40 minggu > 5 hari belum inpartu, janin tunggal hidup intra
uterin.
Masalah : cemas
Diagnosa Potensial : tidak ada
Masalah Potensial : kecemasan meningkat
Kebutuhan : informasi, dukungan dan dampingan
Tindakan segera : tidak ada
Rencana asuhan
1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan saat ini
2. Observasi KU dan TTV tiap 4-6 jam
3. Observasi his dan DJJ tiap 1 jam
4. Penuhi hidrasi dan nutrisi
5. Anjurkan teknik relaksasi, rocking
6. Pastikan kandung kemih kosong
7. Evaluasi
21-06-2016
Pukul 11.15 WIB, pasien suda dijelaskan tatib Immanuel, gelang identitas, manajemen
nyeri, IMD, CTG dan induksi persalinan.
Pukul 11.35 WIB, pasien sedang CTG
Pukul 11.55 WIB, pasien selesai CTG, hasil DJJ positif, baseline : 138, Deselerasi : negatif,
Akselerasi ≥ 2x/20’, variabilitas : 2-10 contraction 20-30% , gerak janin 2 ≥ x 20’.
lapor dr. R nas RM 04 instruksi : beri ¼ tablet gastrul, observasi 6 jam PD lapor (pk 18.00).
Pukul 12.00 WIB, pasien diberikan ¼ tablet gastrul I pervaginam DJJ (+) 130-140 x/m
(dopp)
Pukul 12.20 WIB, his (-) kontraksi cukup kuat 30’’ ditunggu 10’ (1x) DJJ (+) 148-156 x/m
(dopp).
Pukul 13.30 WIB, his (-) kontraksi cukup kuat 30’’ ditunggu 10’ (1x) DJJ (+) 144-151 x/m
(dopp).
Pukul 14.30 WIB, TD: 120/80 mmHg, S: 364°C, N: 86x/m, P: 19x/m, palpasi: 3 jbpx, letkep
4/5, puka. His (-) kontraksi cukup kuat 30’’ ditunggu 10’ (1x), DJJ (+) 128-134 x/m (dopp).
Pukul 15.30 WIB, His agak kuat kadang cukup kuat 25-30’’ tiap 3’ DJJ (+) 137-147 x/m
(dopp).
Pukul 16.30 WIB, His cukup kuat 25-30’’ tiap 3’, DJJ (+) 137-146 x/m (dopp).
Pukul 17.30 WIB, His agak kuat 25-30’’ tiap 3’, DJJ (+) 137-147 x/m (dopp).
Pukul 18.00 WIB, PD atas indikasi PP oleh H portio tebal lembek pembukaan 3 cm ketuban
(+) penurunan kepala H2, posisi ? DJJ (+) 144-147 x/m (dopp).
Pukul 18.05 WIB, lapor dr R nasehat RM 04→ observasi his DJJ, pk 21.00 PD lapor, beri
klisma.
Pukul 18.10 WIB, pasien diberi klisma dengan fleet→ berhasil.
Pukul 18.30 WIB, His agak kuat kadang cukup kuat 30-35’’ tiap 3’, DJJ (+) 133-147 x/m
(dopp).
Pukul 19.30 WIB, TD: 110/80 mmHg, S: 363°C, N: 84x/m, palpasi: 3 jbpx, letkep 4/5, puka.
His agak kuat 30’’ tiap 2-3’ DJJ (+) 135-138 x/m (dopp).
Pukul 21.00 WIB, PD a/i PP oleh K portio tebal lembek, pembukaan 5 cm ketuban (+)
nenmpel, kepala H2 posisi ? DJJ (+) 135-139 x/m (dopp).
Pukul 21.05 WIB, lapor dr R nasehat RM 04 instruksi pasang infus dex 5% + 10 IU
syntosinon mulai 8 tpm, 2 jam PD lapor (pk 23.00).
Pukul 21.20 WIB, His cukup kuat 30’’ tiap 2-3’, DJJ (+) 134-141 x/m (dopp).
Pukul 22.20 WIB, His cukup kuat 30’’ tiap 2-3’, DJJ (+) 134-141 x/m (dopp). Tetesan infus
16 tpm.
Pukul 22.25 WIB, PD a/i ingin meneran PD hasil portio tipis berlapis pembukaan 7 cm
ketuban (+), kepala H2 posisi ? banyak darah lendir di sarung tangan DJJ (+) 145-150 x/m
(dopp).
Pukul 23.00 WIB, lapor dr R nasehat RM 04 →lakukan PD 2 jam sekali, lapor dr kembali
saat pembukaan 8 cm, tetesan infus tetap dinaikan. His cukup kuat 35’’ tiap 2’ tetsan infus
16 tpm.
Pukul 24.00 WIB, tetesan infus 20 tpm PD oleh L a/i ingin meneran hasil portio tipis lembek
pembukaan 8 cm ketuban pecah spontan warna putih keruh ±100 cc kepala H2+ posisi
UUK depan DJJ (+) 120-133 x/m.
21-06-2016
Pukul 00.05 WIB, lapor dr R RM 04 → dr akan datang dr R visit PD portio tipis lembek
pembukaan 8 cm ketuban (-) kepala H2 posisi ?
Pukul 00.20 WIB, tetsan infus 24 tpm his cukup kuat 30-35’’ tiap 2’ DJJ (+) 124-130 x/m.
Pukul 00.25 WIB, lahirlah seorang bayi lahir spontan jenis kelamin laki-laki A/S 9/10,
BB:3290 gram PB: 49 cm, tali pusat dijepit dan dipotong ibu disuntik oksitosin 10 IU IM
dan dilakukan PTT.
Pukul 00.30 WIB, placenta lahir spontan lengkap, masase fundus uteri kontraksi uterus baik
pasien diberikan myomergin 1 amp IM, laserasi grade II, dijahit dengan vycril 2.0 robekan
perdarahan total 200 cc kala III: 100 cc kala IV : 100 cc.
Pukul 02.20 WIB, pasien selesai dimandikan KU: baik TD PP : 110/80 mmHg, N: 82x/m, S:
36,8°C., Kontraksi uterus baik, TFU 1 jari dibawah pusat, perdarahan tak bertambah, ibu
belum spontan BAK.
Tgl 22-06-2016
Post partum
Alasan masuk untuk perawatan postpartum KU baik TD: 100/80 S: 369°C, N: 94x/m, P:
19x/m. konjungtiva agak anemik payudara bentuk simetris mamae lembek, puting susu
menonjol colostrum (+) sedikit, kontraksi uterus baik, TFU 1 jari di bawah pusat, luka
jahitan baik, perdarahan pervaginam 1/2 koteks lochea rubra tidak berbau. Sehingga
ditegakkan diagnosa P2A0 postpartum 1 hari, Masalah : nyeri luka jahitan, DP : tidak ada
masalah potensial : nyeri semakin bertambah, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas,
dukungan dan support, Rencana asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi
uterus,perdarahan, 3.anjurkan ibu untuk menyusui bayinya, 4. Ajarkan ibu tekik relaksasi
dan ikat gurita kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, 6. Penuhi nutrisi dan hidrasi
Pasien mengatakan nyeri lukajahitan, Ku baik TD: 110/90 S: 362°C, N: 78x/m, P: 20x/m.
conjungtiva tidak anemik, payudara bentuk simetris mamae lembek putting susu tidak lecet
colostrum (+) sedikit, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahan
pervaginam 1/4 koteks lochea rubra, luka jahitan baik. Sehingga ditegakkan diagnosa P2A0
postpartum hari kedua, Masalah : nyeri luka jahitan, DP : tidak ada masalah potensial : nyeri
semakin bertambah, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas, dukungan dan support,
Rencana asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi uterus dan perdarahan,
3.anjurkan ibu untuk sering menyusi bayinya, 4. Ajarkan ibu teknik relaksasi dan ikat gurita
kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup dan penuhi nutrisi dan hidrasi, 6.
Laksanakan program medic cek lab Hb 12,8 gr/dl.
24-06-2016 pukul 08.00
Pasien mengatakan nyeri luka jahitan, Ku baik TD: 110/70 S: 367°C, N: 84x/m, P: 20x/m.
conjungtiva tidak anemik, payudara bentuk simetris mamae lembek putting susu tidak lecet
colostrum (+) sedang, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahan
pervaginam 1/4 koteks lochea rubra luka jahitan baik. Sehingga ditegakkan diagnosa P2A0
postpartum hari kedua, Masalah : nyeri luka jahitan, DP : tidak ada masalah potensial : nyeri
semakin bertambah, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas, dukungan dan support,
Rencana asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi uterus balutan operasi
dan perdarahan, 3.anjurkan ibu untuk sering menyusi bayinya, 4. Ajarkan ibu teknik
relaksasi dan ikat gurita kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, 6. Anjurkan ibu
untuk mengikuti penyuluhan breast care, 7. Penuhi nutrisi dan hidrasi, 8. Laksanakan
program medik.
Pasien mengatakan nyeri luka jahitan berkurang, Ku baik TD: 110/70 S: 365°C, N: 82x/m,
P: 19x/m. conjungtiva tidak anemik, payudara bentuk simetris mamae lembek putting susu
tidak lecet colostrum (+) banyak, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat,
perdarahan pervaginam 1/4 koteks lochea rubra luka jahitan baik. Sehingga ditegakkan
diagnosa P2A0 postpartum hari kedua, Masalah : nyeri luka jahitan, DP : tidak ada masalah
potensial : nyeri semakin bertambah, kebutuhan : infornmasi tentang masa nifas, dukungan
dan support, Rencana asuhan: 1. Observasi KU dan TTV 2. Observasi kontraksi uterus
balutan operasi dan perdarahan, 3.anjurkan ibu untuk sering menyusi bayinya, 4. Ajarkan
ibu teknik relaksasi dan ikat gurita kencang, 5. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup, 6.
Penuhi nutrisi dan hidrasi, 7. Laksanakan program medik.
BAB IV
PEMBAHASAN
Induksi Persalinan
Induksi persalinan adalah usaha agar persalinan mulai berlangsung sebelum atau sesudah
kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang timbulnya his. (Wiknjosastro hanifa, 2007).
Indikasi melakukan induksi persalinan antara lain:
1) Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah
memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat).
2) Induksi juga dapat dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu menderita
tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes.
3) Ukuran janin terlalu kecil, bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan
beresiko/membahayakan hidup janin.
4) Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan.
Pada kasus Ny. I.P dilakukan induksi karena usia kehamilan sudah aterm tetapi belum ada tanda-
tanda akan lahir. Jadi pada kasus Ny. I.P tidak ada kesenjangan dengan teori.
Menurut (Manuaba, 2009) salah satu jenis induksi persalinan adalah secara medis : infus
oksitosin dan misoprostol pada kasus Ny. I.P diberikan ¼ tablet gastrul dan pada pembukaan 5
cm dipasang infus dextrose + 10 IU syntosinon. Jadi pada kasus I.P tidak ada kesenjangan
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: JNPK-
KR.
Fraser, Diane M., Margaret A. Cooper. 2009. Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.
Manuaba, 2009. Ilmu Kebidanan: Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Saiffudin AB (ed). 2002. Induksi dan Akselerasi persalinan dalam “Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP
Saifuddin AB. 2008. .Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-SP.
Yeyeh, Ai R, Lia Yulianti. 2010.Asuhan Kebidanan, Patologi Kebidanan 4. Jakarta: Trans Info
Media.