Anda di halaman 1dari 49

PENGKAJIAN ASUHAN

DENGAN KEBUTUHAN
YANG KOMPLEKS PADA
IBU BERSALIN KALA I
DENGAN KOMPLIKASI
Kelompok 3
● Lia Nurmala ● Santi Hasanah
● Nevi Seni Melani ● Santi Maryanti
● Qurrothuayuni Putri S ● Gina Sonia
 
● Rivqoh Saidah A
A. Komplikasi Persalinan
Komplikasi persalinan adalah kondisi
dimana nyawa ibu dan atau janin yang ia
kandung terancam yang disebabkan
oleh gangguan langsung saat
persalinan. Komplikasi persalinan sering
terjadi akibat dari keterlambatan
penanganan persalinan, dan dianggap
sebagai salah satu penyebab terjadinya
kematian ibu bersalin.
Etiologi dan Faktor komplikasi persalinan
Pada penelitian yang dilakukan tahun 1990 yang diadakan oleh
Assesment Safe Motherhood, ditemukan beberapa hal yang dianggap
sebagai penyebab terjadinya komplikasi pada persalinan. Hal tersebut
antara lain :
a. Derajat kesehatan ibu rendah dan kurangnya kesiapan untuk hamil
b. Pemeriksaan antenatal yang diperoleh kurang
c. Pertolongan persalinan dan perawatan pada masa setelah persalinan
dini masih kurang
d. Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum
sepenuhnya mampu melaksanakan deteksi resiko tinggi sedini
mungkin
e. Belum semua rumah sakit kabupaten sebagai tempat rujukan dari
puskesmas mempunyai peralatan yang cukup untuk melaksanakan
fungsi obstetrik esensial
Masalah Komplikasi Persalinan Kala I
1. Partus lama
● Pengertian
● Partus lama adalah persalinan yang tidak mengalami kemajuan pada fase laten dan fase akif. Pada primigravida berlangsung
lebih dari 24 jam. Sedangkan pada multigravida berlangsung lebih dari 18 jam (Sofian, 2012).
● Etiologi
● penyebab utama partus lama meliputi:
● Disproporsi fetopelvik.
● Malpresentasi dan malposisi.
● Kerja uterus yang tidak efisien, termasuk serviks yang kaku.
● Klasifikasi
● Kala I lama diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
● Fase laten memanjang (Prolonged latent phase)
● Merupakan fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam ( Saifuddin, 2013 dan Edwin, 2013).
● Fase aktif memanjang (Prolonged Active Phase)
● Merupakan fase yang lebih panjang dari 12 jam dengan pembukaan serviks kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida
dan 6 jam rata-rata 2,5 jam dengan laju dilatasi serviks kurang dari 1,5 cm per jam pada multigravida
● Patofisiologi
● Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya partus lama meliputi kelainan letak janin seperti letak sungsang, letak lintang,
presentasi muka, dahi dan puncak kepala, Kelainan panggul seperti pelvis terlalu kecil dan CPD (cephalopelvic
disproportion), kelainan his seperti inersiauteri, incoordinate uteri action.
Faktor Predisposisi
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kala I lama antara lain:
1. Primigraviditas
2. Ketuban pecah dini ketika serviks masih menutup, keras, dan belum mendatar
3. Analgesia dan anastesia yang berlebihan pada fase laten
4. Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan dengan orang tua yang menemaninya kerumah sakit.
5. Kelainan kekuatan his dan mengejan

Kelainan his antara lain:


1. Inersia uteri primer atau hipotonik
2. Inersia uteri sekunder
3. His terlampau kuat (hypertonic uterine contraction)
4. Incoordinate uteri action
.
Tanda Klinis
1. Pada ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernapasan cepat
dan meteorismus. Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks,
cairan ketuban yang berbau, terdapat mekonium.
2. Pada janin
Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur bahkan negatif; air ketuban terdapat
mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau.

Diagnosis Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang
antara lain :
1. Pemeriksaan USG untuk mengetahui letak janin
2. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kadar haemoglobin untuk
mengidentifikasi apakah pasien menderita anemia

Prognosis
1. Bagi ibu
Persalinan lama terutama fase aktif memanjang menimbulkan efek terhadap ibu
2. Bagi janin
Asfiksia ,Trauma cerebri,Cedera akibat tindakan ekstraksidan rotasi dengan
forceps yang sulit, Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran
Penatalaksanaan

● Nilai keadaan umum, tanda-tanda vital, tingkat hidrasinya dan tentukan apakah
pasien daam masa persalinan.
● Tentukan keadaan janin:
-Periksa DJJ selama atau segera sesudah his, hitung frekuensinya setidaknya satu
kali dalam 30 menit selama fase aktif.
-Jika tidak ada air ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah,
pertimbangkan adanya indikasi penurunan jumlah air ketuban yang dapat
menyebabkan gawat janin.
-Jika ketuban sudah pecah, air ketuban kehijau-hijauan atau bercampur darah
pikirkan kemungkinan gawat janin.
-Jika terdapat gawat janin lakukan forsep jika memenuhi syarat atau lakukan sectio
caesarea.
● Perbaiki keadaan umum
a-Beri dukungan semangat pada pasien saat persalinan

b-Pemberian intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari melalui infus larutan glukosa. Dehidrasi ditandai
adanya aseton dalam urine harus dicegah.

c-Pengosongan kandung kemih dan usus harus dilakukan.

d-Pemberian sedatif agar ibu dapat istirahat dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik
(tramadol atau pethidine 25 mg dinaikkan sampai maksimum 1 mg /kg atau morfin 10 mg IM). Semua
preparat ini harus digunakan dengan dosis dan waktu tepat sebab dalam jumlah yang berlebihan dapat
mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.

e-Pemeriksaan rectum atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil mungkin. Pemeriksaan ini
menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi.

4. Lakukan penilaian frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf.


5. Evaluasi ulang dengan pemeriksaan vaginal tiap 4 jam.
-Apabila garis tindakan dilewati (memotong) lakukan sectio secarea.
-Apabila ada kemajuan evaluasi setiap 2 jam.
6. Bila tidak didapatkan tanda adanya CPD (Cephalopelvicdisproportion) atau obstruksi.
2. Ketuban Pecah Dini

a. Pengertian
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi inpartu. Ketuban pecah dini
ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung

b. Etiologi
-Multipara dan Grandemultipara
-Hidramnion
-Kelainan letak: sungsang atau lintang
-Cephalo Pelvic Disproportion (CPD)
-Kehamilan ganda
-Pendular abdomen (perut gantung)
c. Tanda dan Gejala
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat,
cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran untuk
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

d. Patofisiologi
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
infeksi atau rendahnya kadar kolagen.
e. Faktor yang mempengaruhi Ketuban Pecah Dini

1. Usia
Usia untuk reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun.

2. Sosial Ekonomi
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas kesehatan di
suatu keluarga.

3. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama sampai
dengan anak terakhir

4. Anemia
Jika persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi persendian
zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia.
5. Perilaku Merokok
Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang intensitas tinggi dapat berpengaruh pada
kondisi ibu hamil.

6. Riwayat KPD
Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.

7. Serviks yang Inkompetensik


Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot- otot leher atau leher
rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah
kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar

8. Tekanan Intra Uterin


Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini, misalnya :
a. Trauma : berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis.
b. Gemelli : Kehamilan kembar dalah suatu kehamilan dua janin atau lebih.
Komplikasi

a. Prognosis Ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi intrapartal/ dalam persalinan, infeksi
puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama, perdarahan post partum, meningkatnya tindakan
operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas maternal.

B. Prognosis Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas (sindrom distes pernapasan,
hipotermia, masalah pemberian makanan neonatal), retinopati premturit, perdarahan intraventrikular,
enterecolitis necroticing, ganggguan otak dan risiko cerebral palsy, hiperbilirubinemia, anemia,
sepsis, prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps uteri,
persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan intrakranial, gagal
ginjal, distres pernapasan), dan oligohidromnion (sindrom deformitas janin, hipoplasia paru,
deformitas ekstremitas dan pertumbuhan janin terhambat), morbiditas dan mortalitas perinatal
Penatalaksanaan

Pastikan diagnosis terlebih dahulu kemudian tentukan umur kehamilan, evaluasi ada tidaknya
infeksi maternal ataupun infeksi janin serta dalam keadaan inpartu terdapat gawat janin.
Penanganan ketuban pecah dini dilakukan secara konservatif dan aktif, pada penanganan
konservatif yaitu rawat di rumah sakit.

Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah 26 minggu karena
mempertahankannya memerlukan waktu lama. Apabila sudah mencapai berat 2000 gram dapat
dipertimbangkan untuk diinduksi

Apabila terjadi kegagalan dalam induksi makan akan disetai infeksi yang diikuti histerektomi.
Pemberian kortikosteroid dengan pertimbangan akan menambah reseptor pematangan paru,
menambah pematangan paru janin. Pemberian batametason 12 mg dengan interval 24 jam, 12
mg tambahan, maksimum dosis 24 mg, dan masa kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison
dapat diulang apabila setelah satu minggu janin belum lahir. Pemberian tokolitik untuk
mengurangi kontraksi uterus dapat diberikan apabila sudah dapat dipastikan tidak terjadi infeksi
korioamninitis. Meghindari sepsis dengan pemberian antibiotik profilaksis.
3. Fetal Distress

a. Pengertian Fetal Distress


Denyut Jantung Janin (DJJ) normal adalah antara 120 dan 160 kali/menit. DJJ dapat direkam secara intermitten dengan
auskultasi menggunakan stetoskop pinard datau secara elektronik menggunakan alat doppler. Janin disebut dalam keadaan
gawat janin atau fetal distress apabila tejadi takikardi atau bradikardi.

b. Macam-Macam Fetal Distress


1. Takikardi
Pengertian
Takikardi adalah kondisi dimana denyut jantung janin > 160 x/ menit yang berlangsung dalam 10 menit atau lebih, sering
dihubungkan dengan penurunan variabilitas. Takikardi ini dikatakan berat jika >180x menit.
Etiologi
-Prematuritas
-Demam maternal
-Hipoksia janin
-Penggunaan obat-obatan pada ibu
-Anomali jantung janin
-Dehidrasi pada ibu
-Diabetes ketoasidosis
-Anemia janin (isoimunisasi Rh, perdarahan fetomaternal, abruptio plasenta)
-Hipertiroidisme Maternal
2. Bradikardi
Pengertian
Bradikardi yaitu Kondisi dimana denyut jantung janin berkisar < 110 x/menit. Perlambatan kurang
< 110x/menit yang progresif atau tiba-tiba menunjukkan dekompensasi janin.
 
Etiologi
-Hipotermi maternal
-Kompresi tali pusat (prolaps tali pusat, kompresi tali pusat intermiten)
-Hipoksia atau asfiksia janin dan penurunan variabilitas
-Stimulasi vagal (valsava maternal, pemeriksaan vagina, penurunan yang cepat, kepala janin pada
posisi posterior atau melintang)
-Anomali jantung janin
-Pengobatan maternal
c. Tanda Gejala
1) DJJ Abnormal dibawah ini dijelaskan denyut jantung janin abnormal adalah sebagai berikut :
a) Denyut jantung janin irreguller dalam persalinan sangat bervariasi dan dapat kembali setelah beberapa
watu. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini menunjukan adanya hipoksia.
b) Bradikardi yang terjadi diluar saat kontraksi, atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukan
adanya gawat janin.
c) Takchikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya :
(1) Demam pada ibu
(2) Obat-obat yang menyebabkan takhikardi (misal: obat tokolitik) Bila ibu tidak mengalami takhikardi,
DJJ yang lebih dari 160 per menit menunjukan adanya anval hipoksia.

d. Patofisiologi
Fetal distress merupakan indikator kondisi yang mendasari terjadinya kekurangan oksigen sementara
atau permanen pada janin, yang dapat menyebabkan hipoksia janin dan asidosis metabolik. Karena
oksigenasi janin tergantung pada oksigenasi ibu dan perfusi plasenta, gangguan oksigenasi ibu, suplai
darah rahim, transfer plasenta atau transportasi gas janin yang dapat menyebabkan hipoksia janin dan
non-reassuring fetal status.
Penatalaksanaan
a. Bila sedang dalam infus oksitosin : STOP
b. Ibu berbaring miring ke kiri
c. Cari penyebab DJJ yang abnormal. Misalnya : ibu demam, atau efek obat tertentu.
Bila penyebab diketahui, atau permasalahannya
d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui hal-hal berikut yaitu kemajuan
persalinan, adakah kompresi tali pusat, air ketuban sedikit?
e. Bila terdapat oligohidramnion akibat ketuban pecah maka kompresi tali pusat dapat
diatasi dengan amnio infusi.
f. Bila DJJ tetap tak normal, segera akhiri persalinan dengan cara yang sesuai syarat
tindakan (EV, FE atau Seksio sesaria)
g. Pada kala II sebanyak 30-40% dapat terjadi bradikardia akibat kompresi, bila
persalinan lancar tidak perlu tindakan
4. Kelainan Letak

a. Bokong
Pengertian
Letak sungsang merupakan keadaan di mana janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Presentasi bokong diartikan
bahwa bagian terendah janin adalah bokong. Presentasi bokong merupakan suatu keadaan
dimana janin dalam posisi membujur/memanjang, kepala berada pada fundus sedangkan
bagian terendah adalah bokong.

Macam-macam Presentasi Bokong


1. Bokong murni (Frank Breech)
2. Bokong sempurna (complete breech)
3. Bokong tidak sempurna (incomplete breech
Posisi bokong di tentukan oleh sacrum, ada 4 posisi :
a) Left sacrum anterior (sacrum kiri depan)
b) Right sacrum anterior (sacrum kanan depan)
c) Left sacrum posterior (sacrum kiri belakang)
d) Right sacrum posterior (sacrum kanan belakang) (Sumarah dkk, 2009).
Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan di
dalam uterus. Kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatife
lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Sehingga janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.

Etiologi
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi adalah :
a. Abnormalitas uterus, misalnya ada mioma uteri, uterus bikornis.
b. Kematian janin/intra uteri fetal death (IUFD) yang sudah lama terjadi.
C. Kehamilan ganda/gemelli.
D. Suatu keadaan dimana janin di dalam uterus memungkinkan untuk aktif bergerak,
contohnya pada multipara, premature, dan hidramnion.
E. Kepala tidak dapat engagement/masuk ke dalam pintu atas panggul/PAP misalnya
adanya hidrosefalus
Penatalaksanaan

Berdasarkan jalan yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi:


1. Persalinan pervaginam
2. Persalinan per abdominal : seksio sesarea

Persalinan presentasi bokong terdapat 3 fase yaitu :


a) Fase lambat, dilakukan sebelum bokong lahir
b) Fase bertindak cepat, setelah bayi lahir sampai pusat
c) Fase lambat, pada saat mulut lahir.
b. Lintang

Pengertian
Letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam uterus dengan
kepala pada sisi yang satu, sedangkan bokong berada pada sisi yang lain

Klasifikasi
(a) Letak kepala
Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu dan bisa di sebelah kanan ibu.
(b) Letak Punggung

Etiologi
(a) Multiparitas disertai dinding uterus dan perut yang lembek
(b) Fiksasi kepala tidak ada, indikasi CPD (cephalopelvic disporpotion)
(c) Hidrosefalus
Penatalaksanaan
Pada pemeriksaan antenatal ditemukan letak lintang, sebaiknya
diusahakan mengubah menjadi presentasi kepala dengan versi luar.
Sebelum melakukan versi luar harus dilakukan pemeriksaan teliti ada
tidaknya panggul sempit, tumor dalam panggul atau plasenta previa,
sebab dapat membahayakan janin dan meskipun versi luar berhasil,
janin mungkin akan memutar kembali. Untuk mencegah janin
memutar kembali ibu dianjurkan menggunakan korset, dan dilakukan
pemeriksaan antenatal ulangan untuk menilai untuk menilai letak
janin
5. Distosia Kelainan Power (HIS)

a. Pengertian
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia dapat disebabkan karena
kelainan HIS (HIS hipotonik dan hipertonik), karena kelainanmbesar anak, bentuk anak
(Hidrocefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letakanak (letak sungsang dan lintang),
serta karena kelainan jalan lahir.

b. Macam-macam
Distosia karena kelainan HIS antara lain berupa:
-Inersia Uteri (Hypotonic uterine contraction )
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah / tidak adekuat
-Tetania Uteri (Hypertonic uterine contraction )
Adalah HIS yang terlampau kuat dan terlalu sering
- Aksi Uterus Inkoordinasi (incoordinate uterine action)
Sifat his yang berubah-ubah,
Etiologi
1. Primigravida, multigravida dan grandemultipara.
2. Herediter, emosi dan ketakutan memegang peranan penting.
3. Salah pimpinan persalinan, atau salah dalam pemberian obat-obatan

Komplikasi
1. Kematian atau jejas kelahiran
2. Bertambahnya resiko infeksi
3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat, pernapasan cepat,
turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria.

Penatalaksanaan
1. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnya gejala-gejala atau
penyulit diatas.
2. Insersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomi dan memberikan
tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit, penanganannya di-seksio sesarea.
CONTOH KASUS
QUIZ
TIME
1. Seorang perempuan, umur 21 tahun, G2P1A0, usia kehamilan 38
minggu, datang ke BPM dengan keluhan mulas. Hasil anamnesis:
ketuban pecah sejak 1 jam yang lalu. Hasil pemeriksaan: KU baik, TD
120/80 mmHg, N 90x/mnt, P 20x/menit, TFU 33 cm, letak lintang, DJJ
140x/mnt, teratur, kontraksi 3x/10’/35’’, porsio tipis lunak, pembukaan
5 cm, ketuban (-). Rencana tindakan apakah yang paling tepat pada
kasus tersebut?

● A. Lakukan rujukan
● B. Monitor kontraksi dan DJJ
● C. Pasang infus, ibu dipuasakan
● D. Rawat pasien sebelum inpartu
● E. Nilai air ketuban dengan lakmus
A. Lakukan rujukan
2. Ny L kenceng-kenceng sejak pagi jam 07.00 WIB VT pembukaan 5
sampai jam 19.00 WIB pembukaan tetap. DJJ 150 x/menit. Bidan
bersiap untuk kolaborasi dengan dokter dan melakukan rujukan.Bila
terjadi fase aktif memanjang pada partograf, yang perlu diidentifikasi
adalah. kecuali?

● A. Inersia uteri
● B. Serviks belum matang
● C. Obstruksi kepala
● D. CPD
● E. malposisi
B. Serviks belum matang
3. Seorang ibu hamil 25 tahun G1PoA0 hamil 41 mg janin tunggal
hidup intra uterine. datang ke PMB jam 06.00 mengeluh keluar air- air
sejak jam 5. Cek BJF 100x/ menit. Periksa dalam pembukaan 5 cm
ketuban sudah pecah kepala HI+ ubun ubun kecil kiri melintang sisa
ketuban jernih. Penataksanaan awal yg tepat adalah

● A. Resusitasi cairan
● B. Oksigenasi
● C. CTG
● D. Induksi persalinan
● E. Panggil ambulance
B. Oksigenasi
4. Ny.S sedang berada di ruang bersalin G3 P2 A0 hamil aterm inpartu
Kala II dengan letak sungsang. Pada saat dilakukan pertolongan
persalinan terjadi tangan menjungkit. Perasat apakah yg harus
dilakukan penolong?

● A. Ekstraksi kaki
● B. Lovset
● C. Mauricau
● D. Klasik
● E. Muller
B. Lovset
5. Ny. S usia 38 tahun G2 P0 A1, datang ke bidan inpartu sisa dukun, kenceng-
kenceng sering dan teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di pimpin mengejan
oleh dukun 3 jam yang lalu. KU Lemah, kelelahan. Tekanan darah 90/60
mmHg, nadi 100x/menit, suhu 39 ◦C, VT pembukaan 8 cm, kepala turun di
hodge III, DJJ 182x/menit.Sesuai kasus diagnose Ny. S adalah…

● A. Partus lama
● B. Partus kasep
● C. Partus macet
● D. Partus lambat
● e. Partus tak maju
A. Partus lama
6. Ny. S usia 38 tahun G2 P0 A1, datang ke PMB inpartu sisa dukun,
kenceng-kenceng sering dan teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di
pimpin mengejan oleh dukun 3 jam yang lalu. KU Lemah, kelelahan.
Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 39 ◦C, VT
pembukaan 8 cm, kepala turun di hodge III, DJJ 182x/menit.
Komplikasi yang dialami Ny. S adalah…

● A. Sepsis
● B. Febris
● C. Fetal distress
● D. Infeksi intra partum
● E. Ruptur Uteri Incompletus
D. Infeksi intra partum
7. Ny. S usia 38 tahun G2 P0 A1, datang ke PMB inpartu sisa dukun,
kenceng-kenceng sering dan teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di
pimpin mengejan oleh dukun 3 jam yang lalu. KU Lemah, kelelahan.
Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 39 ◦C, VT
pembukaan 8 cm, kepala turun di hodge III, DJJ 182x/menit. Dari data
DJJ, janin mengalami…

● A. Infeksi genital
● B. Sepsis intra partum
● C. Infeksi intra uterin
● D. Infeksi ekstra uterin
● E. Fetal distress
E. Fetal distress
8. Ny. S usia 38 tahun G2 P0 A1, datang kePMB inpartu sisa dukun,
kenceng-kenceng sering dan teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di
pimpin mengejan oleh dukun 3 jam yang lalu. KU Lemah, kelelahan.
Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 39 ◦C, VT
pembukaan 8 cm, kepala turun di hodge III, DJJ 182x/menit. Tindakan
yang seharusnya dilakukan oleh bidan pada Ny. S adalah…

● A. Suntik vitamin B12


● B. Rujuk dengan infus
● C. Anjurkan makan dan minum
● D. Pasang infuse RL
● E. Induksi persalinan
B. Rujuk dengan infus
9. Ny. S usia 38 tahun G2 P0 A1, datang ke PMB inpartu sisa dukun,
kenceng-kenceng sering dan teratur sejak 2 hari yang lalu. Telah di
pimpin mengejan oleh dukun 3 jam yang lalu. KU Lemah, kelelahan.
Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 100x/menit, suhu 39 ◦C, VT
pembukaan 8 cm, kepala turun di hodge III, DJJ 182x/menit. Sesuai
data persalinan Ny. S segera di akhiri dengan …

● A. Sectio caesarea
● B. Versi ekstraksi
● C. Forcep ekstraksi
● D. Vaccum ekstraksi
● E. Induksi persalinan
A. Sectio caesarea
10. Seorang perempuan, umur 18 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 37
minggu, kala I di puskesmas PONED, mengeluh keluar darah dan
lendir pervaginam. Hasil anamnesis: mules makin sering, Hasil
pemeriksaan: TD 110/80 mmHg, N 84 x/menit, S 36,5°C, P 18x/menit,
TFU 28 cm, kontraksi 3x/10’/35”, DJJ 144x/ menit, kepala masih bisa
digoyangkan. Rencana pasien dirujuk tanpa pemeriksaan dalam terlebih
dahulu. Alasan apakah yang paling tepat untuk meru- juk pada kasus
tersebut?

● A. Usia ibu
● B. Masa gestasi
● C. Belum inpartu
● D. His belum adekuat
● E. Penurunan kepala 5/5
E. Penurunan kepala 5/5
Th a n k y o u !
ha ve an y q uestions?
Do you

THA
NK
YOU

Anda mungkin juga menyukai