Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEBIDANAN

PERSALINAN
KALA 2

Nina Nurkhaini Wahyuningsih 2A


Masalah atau Kegawatdaruratan pada Kala II

Kasus kegawatdaruratan obstetri ialah kasus yang


apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan
yang berat, bahkan kematian ibu dan janinya. Kasus ini
menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayi
baru lahir
Kategori dalam penyulit persalinan kala II

a. Emboli air ketuban


b. Distosia bahu
c. Persalinan dengan Kelainan letak (letak sungsang)
d. Partus lama
e. Preeklamsia
a. Emboli air ketuban

Emboli air ketuban merupakan sindrom dimana cairan ketuban


memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Sebanyak 25% wanita yang
menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam.
Tanda dan Gejala: Sesak nafas, wajah kebiruan, terjadi gangguan
sirkulasi jantung, tekanan darah mendadak turun, nadi kecil/cepat.
b. Distosia bahu

Distosia bahu adalah kondisi darurat oleh karena bila tidak segera
ditangani akan menyebabkan kematian janin dan terdapat ancaman
terjadinya cedera syaraf daerah leher akibat regangan
berlebihan/terjadinya robekan (Widjanarko, 2012)
Tanda dan gejala: sebagian besar kasus tidak dapat diramalkan atau
dicegah, adanya kehamilan yang dugaan berat badan janin melebihi
5000 gram.
c. Persalinan dengan Kelainan Letak
(letak sungsang)
Persalinan letak sungsang adalah persalinan pada bayi dengan
presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan
sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong
merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis
(Manuaba, 1988).
Tanda dan gejala: diatas panggul terasa massa lunak bukan terasa
seperti kepala, teraba 3 tonjolan tulang yaitu tuber ossis ischi dan
ujung ossis sacrum.
d. Partus Lama

Partus lama adalah fase laten lebih dari 8 jam. Persalinan telah
berlangsung 12 jam atau lebih, bayi belum lahir. Dilatasi serviks di kanan
garis waspada persalinan aktif (Syaifuddin AB, 2002).
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24jam pada
primigradiva, dan lebih dari 18 jam pada multigradiva (Mochtar, 1998)
Tanda dan gejala: pembukaan serviks tidak melewati 3cm sesudah 8 jam
inpartu, pembukaan serviks lengkap lalu ibu ingin mengedan tetapi tidak
ada kemajuan (kala II lama)
e. Preeklamsia

Preeklamsia adalah peningkatan tekanan darah yang baru timbul


setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan
penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak
dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam
urin/proteinuria. (Fadlun, 2013).
Tanda dan gejala: tekanan darah 140/90 mmHg setelah gestasi 20
minggu, proteinuria 2g/24 jam atau 2+ pada dipstik, nyeri kepala
menetap atau gangguan penglihatan.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
pada kala II
1. Penataksanaan Emboli Air 2. Penatalaksanaan Distosia Bahu
Ketuban a. Mengenakan sarung tangan
– Bila sesak nafas -> oksigen desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
atau respirator b. Melaksanakan episiotomi
– Bila terjadi gangguan bekuan secukupnya dengan didahului
dengan anastesi lokal.
darah -> transfusi
c. Mengatur posisi ibu Manuver
– Observasi tanda vital
Mc Robert.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
pada kala II
3. Penatalaksanaan Persalinan letak 4. Penatalaksanaan Partus lama
sungsang Fase Laten Memanjang
1. Pada saat masuk kamar bersalin perlu – Bila fase laten lebih dari 8 jam dan tidak
dilakukan penilaian secara cepat dan cermat ada tanda-tanda kemajuan, lakukan
mengenai : keadaan selaput ketuban, fase penilaian ulang terhadap serviks.
persalinan, kondisi janin serta keadaan – Jika tidak ada perubahan pada
umum ibu.
pendataran atau pembukaan serviks dan
2. Dilakukan pengamatan cermat pada DJJ tidak ada gawat janin, mungkin pasien
dan kualitas his dan kemajuan persalinan. belum inpartu
3. Persiapan tenaga penolong persalinan – Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
dan asisten penolong.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
pada kala II
5. Penatalaksanaan Pre-eklamsia
a. Rangsangan untuk menimbulkan kejang dapat berasal dari luar dari penderita
sendiri, dan his persalinan merupakan rangsangan yang kuat.
b. Pada persalinan diperlukan sedativa dan analgetik yang lebih banyak.
c. Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi bahaya perdarahan dalam otak
lebih besar sehingga hendaknya persalinan diakhiri dengan cunam atau ekstraksi
vakum dengan memberikan narkosis umum untuk menghindari rangsangan pada
susunan saraf pusat.
d. Anastsi lokal dapat diberikan bila tekanan darah tidak terlalu tinggi dan penderita
masih sanmolen karena pengaruh obat
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

Fisiologis:
A. KEBUTUHAN OKSIGEN
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu
diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana
oksigen yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin
melalui plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat
menghambat kemajuan persalinan dan dapat mengganggu
kesejahteraan janin.
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

B. KEBUTUHAN CAIRAN DAN NUTRISI


Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan
yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan.
Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV),
ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan makanan
yang cukup (makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber
dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel
tubuh.
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

C. KEBUTUHAN ELIMINASI
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi
oleh bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan
sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

D. KEBUTUHAN HYGIENE (KEBERSIHAN PERSONAL)


Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan
dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene
yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi
kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah,
mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara
kesejahteraan fisik dan psikis.
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

E. KEBUTUHAN ISTIRAHAT
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu
bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala
I, II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan
kesempatan pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan
emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-
sela his).
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

F. POSISI DAN AMBULASI


Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada
kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud
adalah mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I. Bidan harus
memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar
proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin.
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

Psikologis:
A. PEMBERIAN SUGESTI
Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu
dengan pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang
diberikan berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan
memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan sebagaimana
mestinya.
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

B. MENGALIHKAN PERHATIAN
Upaya yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan untuk
mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya
adalah dengan mengajaknya berbicara, sedikit bersenda gurau,
mendengarkan musik kesukaannya atau menonton televisi/film.
Kebutuhan pada Persalinan Kala II

C. MEMBANGUN KEPERCAYAAN
Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam
membangun citra diri positif ibu dan membangun sugesti positif dari
bidan. Ibu bersalin yang memiliki kepercayaan diri yang baik, bahwa
dia mampu melahirkan secara normal, dan dia percaya bahwa proses
persalinan yang dihadapi akan berjalan dengan lancar.
Asuhan Kebidanan Pada Kala II
Persalinan
1. Persiapan Penolong Persalinan
– Sarung tangan, sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril harus
selalu dipakai selama melakukan pemeriksaan dalam.
– Perlengkapan pelindung pribadi, merupakan penghalang atau barier
antara penolong dengan bahan-bahan yang masa untuk menularkan
penyakit.
– Persiapan tempat persalinan,peralatan dan bahan.
– Penyiapan tempat dan lingkungan untuk kelahiran bayi.
– Persiapan ibu dan keluarga.
Asuhan Kebidanan Pada Kala II
Persalinan
2. Pemantauan Kala II
– Periksa denyut jantung setiap 15 menit dan tekanan darah setiap 30
menit.
– Tanya ibu dan palpasi kantung kemih untuk memastikan kantung
kemih kosong.
– Hidrasi dan kondisi umum.
– Upaya untuk meneran.
Asuhan Kebidanan Pada Kala II
Persalinan
3. Pemantauan Ibu dan Janin
– Periksa nadi ibu setiap 30 menit.
– Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit.
– Djj setiap selesai meneran atau setiap 5-10 menit.
– Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan perut
dan periksa dalam setiap 60 menit.
– Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai