Oleh:
Rosydaniah Zakia Avif
201420401011103
Kelompok B23
Periode:
21 Maret 28 Mei 2016
Pembimbing :
dr. Mohammad Effendi, SpA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG
2016
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Pendahuluan
Bayi berat lahir rendah ialah bayi baru lahir dengan berat badan
lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dimana morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya tetapi juga pada
tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut. (1,6)
Angka bayi berat lahir rendah (BBLR) masih cukup tinggi, terutama di
negara dengan sosio ekonomi rendah. dikarenakan keadaan sosial ekonomi yang
rendah, dimana para ibu yang hamil menderita kekurangan gizi, anemia, dan
komplikasi kehamilan. Selain itu dari segi sarana peralatan, tenaga ahli, dan dana
yang tidak memadai untuk antenatal care. Data statistik menunjukkan sekitar 90
kasus BBLR terjadi di negara berkembang. Di negara berkembang, angka
kematian BBLR mencapai 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat
lahir di atas 2500 gram. (1)
Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2
kategori yaitu BBLR karena premature atau BBLR karena Intrauterine Growth Retardation
(IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang.
Sejak
tahun
1981, frekuensi BBLR telah naik, terutama karena adanya kenaikan jumlah kelahiran preterm.
Sekitar 30% bayi BBLR di Amerika Serikat mengalami dismaturitas, dan dilahirkan sesudah
37 minggu. Di negara-negara yang sedang berkembang sekitar 70% bayi BBLR tergolong
dismaturitas.
Di Negara maju, angka kejadian kelahiran bayi prematur adalah sekitar 6-7%. Di
Negara sedang berkembang, angka kelahiran ini lebih kurang tiga kali lipat. Di Indonesia,
kejadian bayi prematur belum dapat dikemukakan, Jumlah BBLR yang dilaporkan di
Kabupaten Jombang tahun 2010 sebanyak 885 (4,25%) dari 21.426 kelahiran hidup. Jumlah
bayi BBLR ini meningkat dibandingkan tahun 2009 yang terdapat 814 bayi BBLR. Bayi yang
lahir dengan BBLR perlu perawatan khusus karena kondisinya rentan terkena masalah
kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada
saat kelahiran kurang dari 2500 gram. dulu bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau
sama dengan 2500 gram (2500 gram) disebut bayi prematur. Tetapi ternyata morbiditas dan
mortalitas neonatus tidak hanya bergantung pada berat badannya, tetapi juga pada maturitas
bayi itu. (1)
2.2
42 minggu.
bayi kurang bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu
bayi cukup bulan ialah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai
dengan 42 minggu
bayi lebih bulan ialah bayi dengan masa kehamilan lebih dari 42 minggu.
Dari pengertian diatas, bayi BBLR dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1. prematuritas murni
masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan
berat badan pada masa gestasi tersebut, atau biasa disebut dengan
Alat kelamin pada bayi pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis
belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia
minora belum tertutup oleh labia mayora
Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
Fungsi saraf yang belum matang, mengakibatkan reflek hisap, menelan dan
batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisannya lemah
berdasarkan
tanda
kematangan
dan
tanda
kematangan
neuromuskular.
Stadium Bayi Berat Lahir Rendah dengan tanda wastingatau insufisiensi
plasenta (Clifford):
Stadium I
Bayi tampak kurus dan relatif lebih panjang, kulitnya longgar, kering seperti
perkamen, tetapi belum terdapat noda mekonium.
Stadium II
Terdapat tanda stadium I, ditambah warna kehijauan pada kulit plasenta dan
umbilikus, hal ini disebabkan oleh mekonium yang tercampur dalam amnion yang
kemudian akan mengendap ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat
anoksia intrauteri.
Stadium III
Terdapat tanda stadium II ditambah dengan kulit, kuku dan tali pusat yang
berwarna kuning, ditemukan juga anoksia intrauterin yang lama.
2.3
Lubchenko, 1966 Pediatrix, 2001. Kurva ini menggunakan patikan berat badan
yang seharusnya pada umur kehailan tertentu. Kriteria yang digunakan adalah
BMK (Besar Masa Kehamilan), SMK (Sesuai Masa Kehamilan), dan KMK (Kecil
Masa Kehamilan). Berat badan kurang dari presentil ke 10 memiliki makna KMK
(Kecil Masa Kehamilan) atau PJT
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir
bayi dalam jangka waktu 1 jam setelah lahir, dapat diketahui dengan dilakukan
anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.8
A. Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk
menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya BBLR (3):
1. Umur ibu
2. Riwayat hari pertama haid terakir
3. Riwayat persalinan sebelumnya
4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
5. Kenaikan berat badan selama hamil
6. Aktivitas
7. Penyakit yang diderita selama hamil
8. Obat-obatan yang diminum selama hamil
B. Pemeriksaan Fisik.
C. Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain3:
1. Berat badan > 2500 gram
2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa
kehamilan).
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 3:
1. Pemeriksaan Skor Ballard
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan
umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau
didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
2.5
Komplikasi
suhu tubuh, luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding dengan berat
badan sehingga mudah kehilangan panas.
Tanda klinis hipotermia:
Suhu tubuh dibawah normal
Kulit dingin
Akral dingin
Sianosis
c. Sindrom Gawat Nafas
Sampai saat ini penyakit membrane hyaline dianggap terjadi karena defisiensi
pembentukan surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat
yang penting dalam pangembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang
terdiri dari protein, karbohidrat dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah
lesitin dan mulai terbentuk pada kehamilan 22 24 minggu dan berjumlah
lengkap dan mulai berfungsi normal pada minggu ke-35 kehamilan.
Defisiensi Surfaktan menyebabkan gangguan kemampuan paru untuk
mempertahankan stabilitasnya, alveolus akan kembali kolaps setiap akhir
ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif
intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang kuat.
Pada aspirasi mekonium terjadi hipoksia intrauterin akan mengakibatkan janin
mengalami gasping dalam uterus, selain itu mekonium akan dilepaskan dan
bercampur dengan cairan amnion, cairan amnion yang mengandung mekonium
tersebut akan masuk ke dalam paru janin karena inhalasi. Ketika bayi lahir akan
menderita gangguan pernafasan karena melekatnya mekonium dalam saluran
pernafasan.
Tanda klinis sindrom gawat nafas :
Pernafasan cepat
Sianosis perioral
Merintih sewaktu ekspirasi
Retraksi substernal dan interkostal
d. Hipoglikemia.
Penyelidikan kadar gula darah pada 12 jam pertama menunjukkan bahwa
hipoglikemia dapat terjadi sebanyak 50% pada bayi matur. Kecepatan glukosa
yang diambil janin tergantung dari kadar gula darah ibu karena terputusnya
hubungan plasenta dan janin yang menyebabkan terhentinya pemberian glukosa.
Bayi aterm dapat mempertahankan kadar gula darah 50-60 mg/dL selama
72 jam pertama, sedangkan bayi berat badan lahir rendah dalam kadar 40 mg/dL.
Hal ini disebabkan cadangan glikogen yang belum mencukupi. Hipoglikemia
terjadi bila kadar gula darah 20 mg/dL.
Tanda klinis hipoglikemia :
Gemetar
Sianosis
Kesulitan minum
Apatis
Kejang
Keringat dingin
Apnea Intermiten
Hipotermia
Hipoglikemia pada neonatus terjadi bila gula darah < 47 mg/dl, Pada hipoglikemia
berat didapatkan hasil gula darah < 25 mg/dl, dan hipoglikemia ringan/sedang jika
kadar gula darah >25 - <47 mg/dl.
e
Perdarahan Intrakranial
Pembuluh darah pada bayi prematur masih sangat rapuh dan mudah pecah,
diseminated
umum
untuk
bergerak
normal
Letargi
Kejang
Fontanela
Apnea
mayor
tegang
dan
cembung
Sklera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstremitas berwarna
kuning
Letargi
Kemampuan mengisap menurun
Kejang
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai
hiperbilirubinemia adalah :
-
Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan
12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
Ikterus yang disertai berat lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang dari
36
minggu,
asfiksia,
hipoksia,
sindrom
gangguan
pernafasan,
infeksi
2.6
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (1,3)
Bayi berat bayi lahir rendah biasanya tampak haus dan harus diberikan
makanan dini (early feeding), hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya
hipoglikemia, kadar gula darah harus diperiksa setiap 8-12 jam.
Frekuensi pernafasan terutama dalam 24 jam pertama harus selalu diawasi untuk
mengetahui adanya sindrom aspirasi mekonium atau sindrom gangguan pernafasan
idiopatik, sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan lahir dan bila frekuensi
lebih dari 60 x/menit dibuat foto thoraks.
Pencegahan terhadap infeksi sangat penting, karena bayi sangat rentan
terhadap infeksi, yaitu karena pemindahan IgG dari ibu ke janin terganggu.
Temperatur harus diperbaiki, jangan sampai kedinginan karena mudah terjadi
hipotermik, hal ini disebabkan oleh karena luas permukaan tubuh bayi relatif lebih
besar dan jaringan lemak subkutan kurang.
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup di luar
uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan
bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin
dan zat besi.
a. Pengaturan Suhu
Untuk mencegah hipotermi, diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk
bayi, bila dirawat dalam inkubator, maka suhunya unuk bayi dengan berat badan
kurang dari 2000 gram adalah 35 C dan untuk bayi dengan berat badan 2000-2500
gram adalah 34 C, agar bayi dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.
Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60%. Saat ini telah digunakan inkubator
yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor, yang ditempelkan pada kulit bayi.
Kelembaban yang tinggi diperlukan pada bayi dengan sindroma gangguan pernafasan,
suhu inkubator dapat diturunkan 1 C per minggu untuk bayi dengan berat badan
2000 gram dan secara berangsur-angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27 C - 29 C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu pijar atau
petromaks di dekat tempat tidur bayi. Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh
bayi sekitar 36,5C-37,5C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang
diselimuti pada bayi di dalam inkubator, alat ini berguna untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi.
b. Nutrisi Enteral
Pada bayi prematur reflek isap, telan dan batuk belum sempurna, kapasitas
lambung masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang,
disamping itu kebutuhan protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari) agar
berat badan bertambah baik.
Pemberian nutrisi enteral dimulai pada bayi dengan berat lebih dari 1500
gram, dan masa gestasi lebih dari 32 minggu serta tidak terdapat distres dimulai saat
berumur 2-4 jam agar bayi tidak menderita hipoglikemia dan hiperbilirubinemia. Pada
bayi lebih kecil, walaupun tidak distress, jangan diberikan nutrisi enteral selama 1224 jam pertama, lebih baik diberikan infus larutan glukosa 5-10 % sejak lahir dan
diobservasi, bila keadaan bayi stabil maka pemberian nutrisi enteral dapat dimulai.
Syarat lain untuk memulai nutrisi enteral adalah keluarnya mekonium, yang
menunjukkan adanya kontinuitas dan motilitas traktus gastrointestinal.
Masalah yang sering menghambat pemberian nutrisi enteral adalah sindrom
distress pernafasan, sindrom aspirasi, pneumonia, apnea karena prematuritas dan
gagal jantung akibat duktus arteriosus paten
Sebelum pemberian minum pertama harus dilakukan pengisapan cairan
lambung, hal ini perlu untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus dan mencegah
muntah. Pada umumnya bayi dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dapat menyusu
pada ibunya, bayi dengan berat kurang dari 1500 gram kurang mampu mengisap air
susu ibu atau susu botol, terutama pada hari-hari pertama, dalam hal ini bayi diberi
minum melalui sonde lambung (orogastric-intubation).
Sesudah 5 hari bayi dicoba menyusu pada anaknya, bila daya isap cukup baik,
maka pemberian air susu ibu diteruskan. Adakalanya daya isap bayi kecil ini lebih
baik dengan dot dibandingkan dengan puting susu ibu, pada keadaan ini air susu ibu
dipompa dan diberikan melalui botol, cara pemberian melalui susu botol adalah
dengan frekuansi pemberian yang lebih sering dalam jumlah susu yang sedikit.
Frekuensi pemberian minum makin berkurang dengan bertambahnya berat bayi,
jumlah cairan yang diberikan pertama kali adalah 1-5 ml/jam dan jumlahnya dapat
ditambah sedikit demi sedikit setiap 12 jam. Penambahan susu tersebut tergantung
dari jumlah susu yang tertinggal pada pemberian minum sebelumnya, untuk
mencegah regurgitas (muntah) atau distensi abdomen. Banyaknya cairan yang
diberikan adalah 60 ml/kg/hari, dan setiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg/hari pada
akhir minggu kedua.
Bila air susu ibu tidak ada, susunya dapat diganti dengan susu buatan yang
mengandung lemak yang mudah dicerna bayi (middle chain triglycerides) dan
mengandung 20 kalori per 30 ml air atu sekurang-kurangnya bayi mendapat 110
kal/kg berat badan perhari.
Kadang-kadang diperlukan pemberian makanan melalui kateter (polietilen)
yang dapat tinggal di lambung selama 4-5 hari tanpa iritasi, kateter no. 8 untuk bayi
kurang dari 1500 gram dan no.10 untuk bayi diatas 1500 gram. Kateter yang telah
dimasukkan ke dalam lambung dihubungkan dengan botol infus yang berisi susu yang
digantungkan setinggi 1 meter dari atas bayi, susu diberikan dengan tetes yang teratur
sebanyak 60 ml/kg berat badan sehari, dan tiap hari dinaikkan sampai 200 ml/kg berat
badan pada akhir minggu kedua. Bila daya isap dan menelan mulai baik, kateter
secara berangsur-angsur dapat diganti dengan pipet, sendok atau botol dengan dot.
c. Kebutuhan Cairan
Kehilangan air insensible secara tidak langsung terkait dengan umur
kehamilan, keadaan lingkungan, dan status penyakit, bayi preterm yang amat imatur
(<1000 gram) memerlukan sebanyak 2-3 mL/kg/jam. Bayi yang premature akan
kehilangan cairan insisible sebesar 0,6 0,7 ml/kgBB/jam, bila dirawat dalam
incubator. Jumlah cairan yang dianjurkan pada neonatus yang memerlukan susu botol
atau cairan intravena adalah
sampai 100-120 mL/kgBB pada hari ke-2 dan ke-3, dan pada hari ke 4-5 mencapai
150 ml/kgBB, selanjutnya dapat mencapai 160 - 180ml/kgBB/hari.
Bayi lebih prematur dan kecil dimulai dengan 70-100 mL/kgBB pada hari pertama
dan dilanjutkan sampai 150 mL/kgBB atau lebih pada hari ke-3 dan ke-4.
Penimbangan badan setiap hari, pengeluaran urin, pemeriksaan fisik harus dipantau
secara cermat untuk mendeteksi adanya kelainan status hidrasi.
Sodium
Potassium
Kalsium
(cc/kg/hari)
(mEq/kg/hari)
(mEq/kg/hari)
elemental
0
1-2
2-4
(mg/kg/hari)
45
45
45
Hari ke 1
Hari ke 2
Hari ke 3-
60 D10 W
90-110 D10W
120-150
14
D10W
0
2-3
2-4
ASI
ASI
ASI
Formula
Formula
Sapi
Matur
Prematur
Prematur
BBLR
Biasa
+
Energy /
67
70
67
Fortifier
74
80
66
100 ml
Karbohidr
4.6
8.5
6.9
at
Lemak
Protein
Natrium
Kalium
Calcium
Phosphor
3.9
3.4
22
39
30
30
4.2
1.3
7
15
9
5
4
1.8-2.4
22
18
6
5
4
3.7
31
27
38
4.4
2.2
13-20
18
18-27
11-17
3.6
1.5
8
17
12-20
12-18
Memulangkan Bayi
Sebelum pulang bayi harus sudah harus mampu minum sendiri, baik dengan
botol maupun dengan puting susu ibunya, selain itu kenaikan berat badan berkisar
antara 10-30 g/hari dan suhu tubuh tetap normal di ruang biasa.bayi harus tidak
menderita apneu atau bradikardi, dan tidak memerlukan oksigen atau obat yang
diberikan melalui pembuluh darah Biasanya bayi prematur dipulangkan dengan berat
badan lebih dari 2000 gram dan semua masalah berat sudah diatasi.
Selanjutnya bayi harus dipantau secara teratur untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangannya, serta menemukan kelainan yang mungkin baru timbul.
Perawatan di Rumah
Ibu bayi diajarkan cara merawat bayi baru lahir seperti cara memandikan,
merawat tali pusat, memberi ASI/PASI, mengganti popok, dan tidak lupa untuk
memberi tahukan agar tetap kontrol ke balai kesehatan terdekat.
2.6
PROGNOSIS (1,3,7)
Tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi
(makin muda masa gestasi, makin rendah berat bayi makin tinggi angka kematian),
asfiksia, sindrom gangguan pernafasan, perdarahan intraventrikuler, infeksi gangguan
metabolik (asidosis, hipoglikemia, hiperbilirubinemia). Asfiksia sendiri merupakan
komplikasi yang paling serius dari bayi berat lahir rendah, bila tidak segera diatasi
maka prognosis neonatus menjadi buruk.
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan
perawatan pada saat kehamilan, persalinan, post natal (pengaturan suhu lingkungan,
resusitasi, makanan).
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama
: Bayi D.N
: 0 Hari
: 23th/ 23th
Pekerjaan
Alamat
Keadaan Umum
: lemah
Kesadaran
: waspada
Ballard score
: 22 (32-33 minggu)
Score Down
SpO2
Suhu
: 36,0 oC
DJJ
: 128 x/menit
Respirasi
: 50 x/menit
2. Menilai Pertumbuhan :
Berat Badan
: 2160 gram
Panjang Badan
: 38 cm
Lingkar Kepala
: 27 cm
3. Penampakan Umum :
Aktivitas
: menurun
Warna Kulit
: kemerahan
4. Kepala
Bentuk kepala
5. Leher
Rooting refleks (+), hematome pada m. SCM (-), pembesaran kel. Tiroid (-), leher
pendek (-).
6. Muka
o
Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (+/+), rhinore (-/-)
7. Thoraks
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding
dada (+/+) subcostal, sianosis (+).
8. Jantung
S1S2 tunggal regular, mur mur (-), gallop (-).
9. Abdomen
Inspeksi
Perkusi
10. umbilicus
Tampak basah dan mulai mongering, warna kuning kehijauan (-), edema (-),
kemerahan (-) pada pangkal umbilicus.
11. Genitalia
Normal. Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+) halus.
12. Anus dan rektum
Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama.
13. Ekstremitas
Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-)
14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf dalam batas normal
VIII. Pemeriksaan Penunjang
Darah Lengkap 10 Nopember 2009:
Hemoglobin
: 16,6 gr%
Leukosit
: 23.900/mm3
Trombosit
: 217.000/mm3
Hematokrit
: 53,1 %
GDS
: 162 mg%
X. Rencana Terapi
Termoregulasi 36.5-37.5C (inkubator)
Sementara puasa, ogt hari kedua mulai minum susu ASI per sonde 20cc/kg/hr,
tiap hari ditingkatkan 10cc/kg
O2 CPAP
D10% 96cc/hari (60cc/Kg/Hari) dibulatkan 100cc/kg/hari (diturunkan bertahap
per hari hingga akhirnya dihentikan apabila bayi sudah tercukupi cairannya dr
minum/ ASI
Ampicilin 2x80mg
S
Minum (+),
per sonde.
Aktifitas (+)
kurang.
Respon (+).
II
27/04/2016
Minum (+)
per sonde >>.
Aktifitas (+)
sedikit.
Menangis (+)
kuat.
Respon (+).
Minum (+)
>>
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis
(+).
III
28/04/2016
IV
29/04/2016
V
30/04/2016
O
RR: 52 x/m
N: 120 x/m
SpO2: 99% (dgn
O2)
Retraksi
(+)
subcostal.
Sianosis (-)
BB: 1600 g
RR: 50 x/m
N: 130 x/m
SpO2: 100%
Retraksi
(+)
subcostal minimal.
BB: 1520 g
A
BBLR +
prematur
murni.
P
O2 1 l/m.
D10% 80cc/kg/hr
Cek DL
BBLR +
prematur
murni
O2 nasa 1 lpm
D10%110ml
A.Ped 25ml.
Inj.vicc sx 2x
125mg
Ogt ASI per
sonde 8x3ml
O2 nasal 0,8lpm
D10%100ml
A.Ped 30ml.
Lipid 5ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Ogt
ASI
per
sonde 8x5ml
O2 nasal 0,6 lpm
D10%100ml
A.Ped 40ml.
Lipid 5ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Ogt
ASI
per
sonde 8x7ml
O2 nasallowflow
0,5lpm
F2 D10%100ml
A.Ped 50ml.
Lipid 5ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Ogt
ASI
per
sonde 8x7ml
RR: 52 x/m.
N: 140 x/m.
Retraksi
minimal.
BB: 1520 g.
BBLR +
premature
(-) murn
Minum (+)
>>
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis (+).
BAB BAK
RR: 54 x/m.
N: 138 x/m.
Retraksi (-)
BB: 1535 g
BBLR +
premature
murn
Minum (+)
>>
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis (+).
BAB BAK
RR: 50 x/m.
N: 136 x/m.
Retraksi (-)
BB: 1535 g
Infection
neonatorum
Infection
neonatorum
BBLR +
premature
murn
Infection
neonatorum
VI
01/05/2016
VII
02/05/2016
03/05/2016
Minum (+)
>>
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis (+).
BAB BAK
RR: 54 x/m.
N: 138 x/m.
Retraksi (-)
BB: 1548 g
Minum (+)
>>
Aktifitas (+).
Respon (+).
Menangis (+).
BAB BAK
RR: 60 x/m.
N: 128 x/m.
Retraksi (-) pch (-)
BB: 1548 g
BBLR +
premature
murn
Infection
neonatorum
BBLR +
premature
murn
Infection
neonatorum
BBLR +
premature
murn
Infection
neonatorum
Ikterus
neonatorum
04/05/2016
Sesak (-)
RR: 52 x/m.
N: 126 x/m.
Ikterik (+)
BB: 1565g
BBLR +
premature
murn
Infection
neonatorum
Ikterus
neonatorum
O2 nasallowflow
0,5 lpm
F2 D10%100ml
A.Ped 50ml.
Lipid 5ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Ogt
ASI
per
sonde 8x7ml
O2 nasal lowflow
0,3 lpm
F2
D12,5%1
65ml
A.A 60ml.
Lipid 15ml
Solufit 6ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Inj
aminofilin
loading
9mg,
lanjut 2x 4 mg
Ogt
ASI
per
sonde 4x 10cc, 4x
15cc
O2 nasal lowflow
0,3 lpm
F2 D12,5% 50ml
A.A 60ml.
Solufit 6ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Inj aminofilin 2x
4 mg
Ogt
ASI
per
sonde 4x 15cc, 4x
17,5cc
Foto terapi
F2 D12,5% 60ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Inj aminofilin 2x
4 mg
Ogt
ASI
per
sonde 3x 20cc, 3x
25cc, 3x 30cc
Foto terapi
05/05/2016
BAB
Kuning
berkurang
RR: 42 x/m.
N: 136 x/m.
Pch (-),Retraksi (-)
BB: 1565g
BBLR +
premature
murn
Infection
neonatorum
Ikterus
neonatorum
F2 D12,5% 60ml
Inj.vicc sx 2x
125mg
Inj aminofilin 2x
4 mg
Ogt
ASI
per
sonde 3x 20cc, 3x
25cc, 3x 30cc
DAFTAR PUSTAKA
1.
Current : Pediatric Diagnosis and Treatment: Neonatal Intensive Care, page 22-30. Edition 15 Th
2001 Mc Graw Hill Companies.
2.
Avery Gordon B : Neonatologi, Pathology and Management Of The New Born, Page 182-200.
Second Edition.JB Lippincott Company Philadelphia1981.
3.
4.
5.
6.
Behrman, Kliegman : Nelson Essential Of Pediatric-Delivery Room Care, Page 160-166, 204-206.
W.B Saunders Company 1990.
7.
8.
Wood David and Malan Atties : Notes On The Newborn Infant Fifth Edition.1996.
9.
10.
Surasmi A., Handayani S., Nurkusuma H. Perawatan Bayi Berat Badan Lahir
Rendah. Dalam: Perawatan Bayi Resiko Tinggi, cet. 1. Jakarta: EGC, 2003; 30-56
11.
Nelson. Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kesehatan Anak,
Ed. 15, Vol. 1, Jakarta: EGC, 1996; 562-72
12.
Budjang R.F. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah. Dalam: Ilmu Kebidanan, Ed. 3,
cet. 5, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999; 771-84
13.
14.
I.D.A.I. Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah, artikel tanggal 13 Januari 2005.
Dalam: http://www.idai.or.id/web/topik/detil.asp?IDTopics=71