Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

KONSEP BAYI BARU LAHIR DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Dr. Wintari H,SKp.,SH.,MH.Kes

Disusun Oleh :

Alfirna Chaniago / 1440121022

Ivan Dwiputra Kusumah / 1440121019

Onekhesi Harefah / 1440121009

Regina Dea Ananda / 1440121012

Sherli Afrilianti / 1440121004

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun judul dari makalah ini adalah “Konsep Bayi Baru Lahir dan Asuhan Keperawatan
Pada Bayi Baru Lahir”.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Keperawatan Maternitas yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami sadar masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan pengetahuan serta pengalaman kami. Untuk itu kami begitu mengharapkan
kritik dan saran serta pengalaman kami. Untuk itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 18 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Sistematika Penulisan
D. Metode Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Perinatology dan Neonatologi


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata perinatologi
adalah cabang ilmu kedokteran yang berhubungan dengan janin atau bayi selama
masa perinatal.
Istilah perinatology berasal dari kata perinatal. Perinatal adalahmasa
menjelang seorang bayi dilahirkan sampai satu bulan sesudah dilahirkan. Masa ini
adalah masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang mengingat banyak hal
yang berubah dalam masa ini. Jadi, perinatology adalah ilmu yang mempelajari
berbagai hal yang menyangkut perinatal.
Neonatologi adalah subspesialisasi pengobatan pediatrik yang menawarkan
terapi medis yang disesuaikan untuk bayi prematur atau bayi baru lahir yang sakit.
Bekerja sama dengan bagian layanan obstetrik, departemen neonatologi kami
memberikan konseling pra-konsepsi dan prenatal,perawatan kehamilan berisiko
tinggi, layanan kelainan bawaan lahir, unit tumbuh kembang anak, dan tindak-
lanjut neonatal untuk bayi baru lahir yang berisiko tinggi.
B. Bounding Attachment
Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan mutual
pertama antara individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali
mereka bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang
mengikat individu dengan individu lain. Sementara itu, menurut Nelson dan May
(1996) attachment merupakan ikatan antara individu meliputi pencurahan
perhatian, serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Menurut Klaus,
Kenell (1992), bonding attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama.
Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus
berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu, serta tanda-tanda
keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Yang dimaksud bounding attachment adalah sentuhan awal/kontak kulit
antara ibu dan bayi pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah
kelahiran bayi. Bonding merupakan suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan
afeksi (kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir, sedangkan
attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik mulai dari setelah
kala III persalinan sampai dengan post partum sepanjang waktu.
Beberapa pemikiran dasar dari ketertarikan
Prakondisi yang mempengaruhi ikatan (Mercer, 1996) adalah sebagai berikut:
1. Kesehatan emosional orang tua
2. Sistem dukungan sosial yang meliputi pasangan hidup, teman, dan keluarga
3. Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi asuhan
yang kompeten
4. Kedekatan orang tua dengan bayi
5. Kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen, dan jenis kelamin)
Tahap-tahap bonding attachment adalah sebagai berikut:
1. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,
berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya
2. Keterikatan (bounding)
3. Attachment, perasaan kasih sayang yang mengikat individu dengan individu
lain
Elemen-elemen bonding attachment meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Sentuhan
Sentuhan atau indra peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan
pengasuh lain sebagai sutu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara
mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan
suatu pola sentuhan yang hampir sama yakin pengasuh memulai eksplorasi jari
tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak lama kemudian pengasuh
memakai telapak tangannya untuk mengelus badan bayi dan akhirnya memeluk
dengan tangannya. Gerakan ini dipakai menenangkan bayi.
2. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahanan kontak mata,
orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu untuk saling
memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan kontak mata mereka
merasa lebih dekat dengan bayinya.
3. Suara
Saling mendengarkan dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga
penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Bayi
akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua mereka saat orang tua
mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.
4. Aroma
Perilaku lain yang terjalani antara orang tua dan bayi ialah respons terhadap
aroma/bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak memiliki aroma yang
unik. Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya.
5. Entrainment
Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang
dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendang
nendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikuti nada suara orang tuanya.
Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini berfungsi memberi
umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi
efektif yang positif.
6. Bioritme
Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan ritme
alamiah ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membentuk
ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan
memeberi kasih saying yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat
bayi mengembangkan perilaku yang responsive. Hal ini dapat meningkatkan
interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk belajar.
7. Kontak dini
Saat ini, banyak bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahawa kontak dini
setelah lahir merupakan hal yang penting dalam hubungan antara orang tua dan
anak.
Menurut Klaus, Kennel (1982), ada beberapa keuntungan fisiologis yang dapat
diperoleh dari kontak dini, yaitu sebagai berikut:
a. Kadar oksitosin dan prolactin meningkat
b. Reflex mengisap dilakukan secara dini
c. Pembentuk kekebalan aktif dimulai
d. Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak
Dampak positif bounding attachment
a. Bayi merasa di cintai dan diperhatikan
b. Bayi akan merasa aman karena mendapat dekapan dari ibunya
c. Menumbuhkan sikap sosial
d. Merupakan langkah awal dalam menciptakan dasar-dasar kepribadian yang
positif anak.
Tiga bagian dasar periode di mana ketertarikan antara ibu dan bayi berkembang
adalah sebagai berikut:
1. Periode prenatal
Merupakan periode selama kehamilan. Pada masa prenatal ini wanita
menerima fakta kehamilan dan mendefinisikan bayinya sebagai individu
yang terpisah dari dirinya, bermimpi, dan baerfantasi tentang bayinya, serta
membuat persiapan untuk bayi. Para peneliti telah memperlihatkan bahwa
melodi yang menenangkan dengan ritme yang tetap, seperti musik klasik
atau blues dapat membantu menenangkan kebanyakan bayi, sedangkan
sebagian besar dari mereka menjadi gelisah dan menendang-nendang jika
yang dimainkan adalah music rock. Hal ini berarti bahwa para ibu dapat
berkomunikasi dengan calon bayinya, jadi proses pembentukan ikatan batin
sangat penting untuk dimulai sejak kehamilan
2. Waktu kelahiran dan sesaat setelahnya
Ketika persalinan secara langsung berpengaruh terhadap proses keterkaitan
ketika kelahiran bayi. Factor yang paling menonjol yang bisa memengaruhi
keterikatan selama periode ini adalah pengaruh pengobatan. Proses
keterikatan ini dapat terhenti apabila si ibu maupun bayi mengantuk akibat
pengaruh pengobatan. Keterkaitan pada waktu kelahiran ini dapat dimulai
dengan ibu menyentuh kepala bayinya pada bagian introitus sesaat sebelum
kelahiran, bahkan ketika si bayi ditempatkan di atas perut ibu sesaat setelah
kelahiran. Perilaku keterikatan ini seperti penyentuhan si ibu pada bayinya
ini dimulai dengan jari-jari tangan (ekstermitas) bayi lalu mengingat pada
saat melingkari dada bayi dengan kedua tangannya dan berakhir ketika dia
melindungi keseluruhan tubuh bayi dalam rengkuhan lengannya. Perilaku
lain dalam periode ini meliputi kontak mata dan menghabiskan waktu dalam
posisi en face (tatap muka), berbicara dengan bayi, membandingkan si bayi
dengan bayi yang telah diimpikannya selama kehamilan (jenis kelamin) dan
menggunakan nama pada si bayi. Keterkaitan ini menyebabkan respons
yang menciptakan interaksi dua arah yang menguatkan antara ibu dan
bayinya. Hal ini difasilitasi karena bayi dalam fase waspada selama satu jam
pertama setelah kelahiran sehingga membuat bayi reseptif terhadap
rangsangan.
3. Postpartum dan pengasuhan awal
Suatu hubungan berkembang seiring berjalannya waktu dan bergantung
pada partisipasi dari ayah dan ibu untuk terlibat. Ibu mulai berperan
mengasuh bayinya dengan kasih sayang. Kemampuan untuk mengasuh agar
menghasilkan bayi yang sehat dapat menciptakan perasaan puas, rasa
percaya diri, perasaan berkompeten, dan sukses terhadap diri ibu.
C. IMD (Inisiasi Menyusui Dini)
Insiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses menyusui bayi yang dilakukan
oleh ibu sesaat setelah bayi dilahirkan. Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong,
segera letakan bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD selama 1 jam. Biarkan bayi mencari, menemukan
puting, dan mulai menyusu.
Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam waktu 60-90
menit, menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit 45-60 dan berlangsung
selama 10-20 menit dan bayi cukup menyusu dari satu payudara.
D. Rooming In
1. Pengertian
Menurut Ns. Anik Maryunani, 2009 pengertian dari rawat gabung sebagai
berikut:
a. Suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan dalam
sebuah ruangan kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh
dalam seharinya. Sehingga setiap kali bayi memerlukan, ibunya dapat
segera memberikan perhatian.
b. Suatu cara perawatan bayi baru lahir yang ditempatkan satu ruangan
disamping ibunya sehingga setiap kali bayi memerlukan, ibunya dapat
segera memberikan perhatian.
c. Suatu cara perawatan bayi baru lahir dimana bayi ditempatkan dalam satu
ruangan bersama ibunya, sehingga mudah dijangkau.
2. Tujuan Rawat Gabung (Rooming in)
Menurut (Anik Maryunani, 2009) tujuan dilakukan rawat gabung sebagai
berikut :
a. Agar bayi segera mendapatkan kolostrum / ASI.
b. Memberi kesempatan kepada ibu yang baru melahirkan dan suaminya untuk
mendapatkan pengalaman cara merawat bayi setelah kelahiran.
c. Stimulasi mental dini dalam tumbuh kembang anak
3. Jenis Rawat Gabung (Rooming in)
a. Rawat gabung purna waktu (penuh/kontinu) adalah cara perawatan dimana
ibu dan bayi dirawat bersamasama secara terus menerus selama 24 jam atau
bayi tetap berada disamping ibunya terus menerus.
b. Rawat gabung penggal waktu (tidak penuh/parsial/intermiten) adalah cara
perawatan dimana ibu dan bayi di rawat secara terpisah pada saat tertentu.
c. Rawat gabung hanya dalam beberapa jam seharinya, misalnya hanya siang
hari saja sementara pada malam hari bayi dirawat di kamar bayi.
d. Cara perawatan dimana bayi sewaktu-waktu ingin menyusui atau atas
permintaan ibunya dapat dibawa kepada ibunya.
e. Cara rawat bayi penggal waktu / parsial ini yang dulu banyak dianut,
sekarang tidak dibenarkan dan seharusnya tidak dipakai lagi (Anik
Maryunani, 2009).
E. Adaptasi Bayi Baru Lahir dan Intra-Uterine ke Ekstra-Uterine
1. Adaptasi fisik
a. Perubahan pada sistem pernapasan
Perkembangan paru-paru berasal dari titik yang muncul dari pharynx
kemudian bentuk bronkus sampai umur 8 tahun, sampai jumlah bronchialis
untuk alveolus berkembang, awal adanya nafas karena terjadinya hypoksia
pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak, tekanan rongga dada menimbulkan
kompresi paru-paru selama persalinan menyebabkan udara masuk paru-paru
secara mekanis (Rukiyah,dkk 2012).
b. Rangsangan untuk gerak pernapasan
Rasangsangan untuk gerakan pernapasan pertama ialah:
1) Tekanan mekanis dari totaks sewaktu melalui jalan lahir
2) Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa O2 merangsang kemoreseptor yang
terletak di sinuskarotis
3) Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permukaan
gerakan pernapasan
4) Refleks deflasi Hering Breur
5) Pernapasan pertama pada bayi lahir terjadi normal dalam waktu 30 detik
setelah kelahiran, tekanan rongga dada bayi pada saat melalui jalan lahir
pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi normal
jumlahnya 80 sampai 100ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut,
sehingga cairan hilang ini diganti dengan udara.
6) Paru-paru berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk
semula pernapasan pada neonatus terutama pernapasan diafrmatik dan
abdominal dan biasanya masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya
pernapasan. (Krstiyanasari, 2011)
c. Upaya pernapasan bayi pertama
1) Mengeluarkan cairan dari dalam paru-paru
2) Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali
d. Perubahan pada sistem kardiovaskuler
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah yakni pad asaat tali pusat di potong, registrasi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan rahim menurun, tekanan atrium kanan menurun
karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan menyebabkan penurunan
volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri akan membantu darah dengan
kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk proses oksigenasi
ulang. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-
paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan, oksigen pada pernapasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukannya sistem pembuluh darah
dan paru-paru akan menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru
sehingga terjadi peningkatan tekanan pada atrium kiri menyebabkan
foramen ovale menutup (Rukiyah, 2012).
e. Perubahan pada sistem termogulasi (kehilangan panas)
Tubuh bayi baru lahir belum mampu untuk melakukan regulasi temperatur
tubuh sehingga apabila penangana pencegahan kehilangan panas tubuh dan
lingkungan sekitar tidak disiapkan dengan baik, bayi tersebut dapat
mengalami hipotermi yang dapat mengakibatkan bayi menjadi sakit atau
megalami gangguan fatal.
f. Perubahan pada sistem renal
Fungsi ginjal belum sempurna karena jum;ah nefron masih belum sebanyak
orang dwasa, ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
proksimal, renal blood flow relative kurang bila dibandingkan dengan orang
dewasa (Dewi, 2010).
g. Perubahan pada sistem gastrointestinal
Sebelum janin cukup bulan akan menghisap dan menelan, Refleks gumoh
dan refleks batuk yang sudah matang sudah terentuk dengan baik pada saat
lahir, kemampuan ini masih cukup selain mencerna ASI, hubungan anatara
eosophagus bawah dan lambung masih belum sempurna maka akan
menyebabkan gumoh pada bayi baru lahir, kapasitas lambung sangat
terbatas kurang dari 30cc, dan akan bertambah lambat sesuai
pertumbuhannya (Rukiyah, 2012).
h. Pembuluh pada sistem hepar
Segera setelah lahor, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis
yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta
glikogen.
i. Perubahan pada sistem imunitas
Sistem imun bayi masih belum matang sehingga rentan terhadp berbagai
infeksi dan alergi jika sistem imun matang akan memberikan kekebalan
alami atau didapat.
j. Perubahan pada sistem integumen
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk pada saat lahir, tetapi masih
belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat
tipis. Verniks caseosa juga melapisi epidermis dan berfungsi sebagai lapisan
pelindung. Verniks caseosa berbentuk seperti keju yang disekresi oleh
kelenjar sebasea dan sel-sel epitel.
k. Perubahan pada sistem reproduksi
1) Wanita
Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel germinal primitif. Sel-sel
ini mengandung komplemen lengkap ova yang matur karena tidak
terbentuk oogonia lagi setelah bayi cukup bulan lahir. Korteksi ovarium
yang terutama terdiri dari folikel primordial, membentuk bagian
ovarium yang lebih tebal pada bayi lahir daripada pada orang dewasa.
Jumlah ovum berkurang sekitar 90 persen sejak bayi lahir sampai
dewasa peningkatan kadar esterogen selama masa hamil, yang diikuti
dengan penurunan setelah bayi lahir, mengakibatkan pengeluaran suatu
cairan mukoid atau pengeluaran bercak darah melalui vagina. Bayi baru
lahir cukup bulan, labia mayora dan minora menutupi vestibulum. Bayi
prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka
(Rukiyah, 2012).
2) Pria
Testis turun kedalam skrotum pada 90 persen bayi baru lahir laki-laki.
Pada usia satu tahun testis tidak turun berjumlah kurang dari 1 persen.
Prepusium yang ketat seringkali dijumpai pad abayi baru lahir. Muara
uretra dapat tertutup prepusium dan tidak dapat ditarik ke belakang
selama tiga samapai empat tahun. Sebagai respons terhadap esterogen
ibu, ukuran genetalia eksterna bayi baru lahir cukup bulan meningkat,
begitu juga dengan pigmentasinya (Kritiyanasari, 2011).
l. Perubahan pada sistem skeletal
Tulang-tulang neonatus lunak karena tulang tersebut sebagian besar terdiri
dari kartilago yang hanya mengandung sejumlah kecil kalsium.
m. Perubahan pada sistem neuromuskuler (refleks)
1) Tonik neek refleks
2) Rooting refleks
3) Grasping refleks
4) Moro refleks
5) Startle refleks
6) Stapping refleks
7) Refleks mencari puting (rooting)
8) Refleks menghisap (sucking)
9) Refleks menelan (swallowing)
2. Adaptasi psikologis
a. Reaktivitas 1
Awal stadium ini aktivitas sistem saraf sompatif menonjol, yang ditandai
oleh:
1) Sistem kardiovaskuler
Detak antung cepat tetapi tidak teratur, suara jantung keras dan kuat, tali
pusat masih berdenyut, warna kulit masih kebiru-biruan, yang diselingi
warna merah waktu menangis (Kritiyanasari, 2011).
2) Traktur respiratorrus
Pernapasan cepat dan dangkal, terdapat ronchi dalam paru, terlihat nafas
cuping hidung, merintih dan terlihat penarikan pada dinding thorax
(Kritiyanasari, 2011).
3) Suhu tubuh : sushu tubuh cepat turun
4) Aktivitas
Mulai membuka mata dan melakukan gerakan explorasi, tonus otot
meningkatkan dengan gerakan yang makin mantap, ekstremitas atas
dalam keadaan fleksi erat dan extemitas bawah dalam keadaan ekstensi
(kritiyanasari, 2011)
5) Fungsi usus
Peristaltik usus semula tidak ada, mekonium biasanya sudah keluar
waktu lahir, menjelang akhir stadium ini aktivitas sistem para simpatik
juga aktif yang ditandai dengan detak jantung menjadi teratur dan
frekuensi menurun.
b. Fase tidur
Perilaku atau temuan yaitu frekuensi jantung menurun hingga kurang dari
140 denyut permenit pada periode ini, dapat terdengar murmur
mengindikasikan bahwa duktus arteriosus belum sepenuhnya menutup
(temuan normal), frekuensi pernapasan menjadi lebih lambat dan tenang,
tidur nyenyak dan bising usus terdengar, tetapi kemudian berkurang
(Kritiyanasari, 2011).
c. Reaktivitas 2
Periode ini berlangsung 2 sampai 5 jam. Periode ini bayi terbangun dari
tidur nyenyak, sistem saraf otonom meningkat lagi ditandai dengan kegiatan
sistem saraf para simpatik dan simpatik bergantian secara teratur, bayi
menjadi peka terhadap rangsangan dari dalam maupun dari luar, pernapasan
terlihat tidak terdatur kadang cepat dalam atau dangkal, detak jantung tidak
teratur, reflek gag/gumoh aktif dan periode ini berakhir ketika lendir
pernapasan berkurang (Kritiyanasari, 2011).

F. Prinsip Dasar Penanganan Bayi Baru Lahir


1. Mengeringkan dengan segera dan membungkus bayi dengan kain yang cukup
hangat untuk mencegah hipotermi
2. Menghisap lendir untuk membersihkan jalan nafas sesuai kondisi dan
kebutuhan
3. Memotong dan mengikat tali pusar, memberi antiseptik sesuai ketentuan
setempat
4. Bounding Attachment (kontak kulit dini) dan segera ditetekan pada ibunya
5. Menilai apgar menit pertama dan menit kelima
6. Memberi identitas bayi, pengecapan telapak kaki bayi dan ibu jari, pemasangan
gelang nama sesuai ketentuan setempat
7. Mengukur suhu, pernafasan, denyut nadi
8. Memandikan/membersihkan badan bayi, kalau suhu sudah stabil (bisa tunggu
sampai 6 jam setelah lahir)
9. Menetesi obat mata bayi untuk mecegah opthalmia-neonatorum
10. Pemeriksaan fisik dan antropometri
11. Pemberian Vitamin K oral/parenteral sesuai kebijakan setempat
12. Rooming in (rawat gabung) penuh atau partial

G. APGAR Score
Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5 variabel
pernafasan, frekuensi jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas refleks. Apgar
dilakukan pada :
1. 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk memulai
perubahan
2. Menit ke-5
3. Menit ke-10,penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang rendah
dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi
morbiditas pada masa mendatang. Nilai yang rendah berhubungan dengan
kondisi neurologis.

Tanda 0 1 2
Warna kulit Biru, pucat Badan merah Seluruhnya merah
(Appearance) jambu, ekstremitas jambu
biru
Frekuensi denyut jantung Tidak ada <100 >100
(Pulse)
Iritabilitas refleks Tidak ada respon Meringis Menangis kuat
(Grimace)
Tonus otot Flaksid Ekstremitas sedikit Gerak aktif
(Activity) fleksi
Usaha bernafas Tidak ada Pelan, tidak teratur Baik, menangis
(Respiration)

H. Nutrisi dan Cairan


Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat kaitannya
dengan produksi ASI, dimana ASI sangat dibutuhkan untuk tumbuh kembang bayi.
Nutrisi ibu menyusui tidaklah rumit, yang terpenting adalah makanan yang dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu nifas, serta menjamin pembentukan air susu yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
Kualitas dan jumlah makanan yang dikonsumsi ibu nifas sangat mempengaruhi
produksi ASI. Ibu nifas harus mendapatkan zat makanan sebesar 800 kkal yang
digunakan untuk produksi ASI dan untuk proses kesembuhan ibu. Pemberian ASI
sangat penting karena ASI merupakan makanan utama bagi bayi. Dengan ASI, bayi
akan tumbuh dengan baik sebagai manusia yang sehat, bersifat lemah lembut, dan
mempunyai IQ yang tinggi. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung asam
dekosa heksanoid (DHA). Bayi yang diberi ASI secara bermakna akan mempunyai
IQ yang lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang hanya diberi susu formula.
Selama menyusui, jika ibu dengan status gizi yang baik rata-rata memproduksi ASI
sekitar 800cc yang mengandung sekitar 600 kkal, sedangkan pada ibu dengan status
gizi kurang biasanya memproduksi ASI kurang. Walaupun demikian, status gizi
tidak berpengaruh besar terhadap mutu ASI, kecuali volumenya.
1. Kebutuhan kalori selama menyusui proporsional dengan jumlah air susu ibu
yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui dibanding selama hamil.
Rata-rata kandungan kalori ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah
70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang
dihasilkan. Rata-rata ibu menggunakan 640 kal/hari untuk 6 bulan pertama dan
510 kal/hari selama 6 bulan kedua untuk menghasilkan jumlah susu normal.
Rata-rata ibu harus mengonsumsi 2.300-2.700 kal ketika menyusui. Makanan
yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas, metabolisme,
cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI, serta sebagai ASI itu sendiri yang
akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Makanan
yang dikonsumsi juga perlu memenuhi syarat, seperti: susunannya harus
seimbang, porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau berlemak,
serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan pengawet, dan pewarna
2. Ibu memerlukan tambahan 20 gr/hari protein di atas kebutuhan normal ketika
menyusui. Dasar kebutuhan ini adalah tiap 100cc ASI mengandung 1,2 gram
protein. Dengan demikian, 830 cc ASI mengandung 10 gram protein. Efisiensi
konversi protein makanan menjadi protein susu hanya 70% (dengan variasi
perorangan). Peningkatan kebutuhan ini ditujukan bukan hanya untuk
transformasi menjadi protein susu, tetapi juga untuk sintesis hormone yang
memproduksi (prolaktin), serta yang mengeluarkan ASI (oksitosin).
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak
atau mati. Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani dan nabati.
Protein hewani antara lain telur, daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju.
Sementara itu, protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang
kacangan, dan lain-lain.
Selain nutrisi tersebut, ibu menyusui juga dianjurkan makan makanan yang
mengandung asam lemak Omega 3 yang banyak terdapat dalam ikan kakap,
tongkol, dan lemuru. Asam ini akan diubah menjadi DHA yang akan
dikeluarkan melalui ASI. Kalsium terdapat pada susu, keju, teri, kacang-
kacangan . zat besi banyak terdapat pada makanan laut. Vitamin C banyak
terdapat pada buah buahan yang memiliki rasa asam, seperti jeruk, manga,
sirsak, apel, tomat dll. Vitamin B1 dan B2 terdapat pada kacang-kacangan, hati,
telur, ikan, dan sebagainya. Ada beberapa sayuran yang menurut pengalaman
masyarakat dapat memperbanyak pengeluaran ASI, misalnya sayur daun turi
(daun katuk) dan kacang-kacangan.
Kesimpulan dari beberapa anjuran yang berhubungan dengan pemenuhan
gizi ibu menyusui antara lain
a. Mengkonsumsi tambahan kalori setiap hari sebanyak 500 kalori
b. Makan dengan diet seimbang, cukup protein, mineral, dan vitamin.
c. Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.
d. Mengkonsumsi tablet zat besi selama masa nifas.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit).
Kekurangan gizi pada ibu menyusui dapat menimbulkan gangguan
kesehatan pada ibu dan bayinya. Gangguan pada bayi meliputi proses
tumbuh kembang anak, bayi mudah sakit, dan mudah terkena infeksi.
Kekurangan zat-zat esensial menimbulkan gangguan pada mata maupun
tulang

I. Antropometri Bayi Baru Lahir


Tujuan dari pengukuran kesehatan adalah untuk mengetahui kondisi pertumbuhan
dan gizi anak. Penilaian pertumbuhan pada anak sebaiknya dilakukan dengan jarak
yang teratur disertai dengan pemeriksaan serta pengamatan fisik. Pengukuran berat
badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan secara umum atau menyeluruh.
Sedangkan tinggi badan digunakan untuk mengukur pertumbuhan linier.
Pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan)
sebenarnya sangat mudah dilakukan namun juga sekaligus rawan terhadap bias dan
error data. Untuk menghindari bias dan error data maka hal yang perlu diperhatikan
adalah kualitas alat yang digunakan dan ketelitian pewawancara dalam melakukan
pengukuran.
a. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang terpenting karena
dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Pada
usia beberapa hari, berat badan akan mengalami penurunan yang sifatnya
normal, yaitu sekitar 10% dari berat badan lahir. Hal ini disebabkan karena
keluarnya meconium dan air seni yang belum diimbangi asupan yang
mencukupi misalnya produksi ASIyang belum lancar. Umumnya berat badan
akan kembali mencapai berat badan lahirpada hari kesepuluh.Pada bayi sehat,
kenaikkan berat badan normal pada triwulan I adalah sekitar 700-1000
gram/bulan, pada triwulan II sekitar 500-600 ram/bulan, pada triwulan III
sekitar 350-450 gram/bulan dan pada triwulan IV sekitar 250- 350 gram/bulan.
Dari perkiraan tersebut, dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat
badan akan bertambah sekitar 1 kg/bulan, sementara pada 6 bulan berikutnya
hanya + 0,5kg/bulan. Pada tahun kedua, kenaikannya adalah + 0,25 kg/bulan.
Setelah 2 tahun, kenaikkan berat badan tidak t entu, yaitu sekitar 2,3 kg/tahun.
Pada tahap adolesensia (remaja) akan terjadi pertambahan berat badan secara
tepat (growth spurt).
b. Tinggi Badan (Panjang badan)
Tinggi badan untuk anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan panjang
badan. Pada bayi baru lahir, panjang badan ratarata adalah sebesar + 50 cm.
Pada tahun pertama, pertambahannya adalah 1,25 cm/bulan ( 1,5 X panjang
badan lahir). Penambahan tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai
usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun. Baru pada masa pubertas ada
peningkatan pertumbuhan tinggi badan yang cukup pesat, yaitu 5-25 cm/tahun
pada wanita, sedangkan padalaki-laki peningkatannya sekitar 10-30 cm/tahun.
Pertambahan tinggi badan akanberhenti pada usia 18-20 tahun.
c. Lingkar kepala
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar pada setiap tahap relatif konstan
dan tidak dipengaruhi oleh factor ras, bangsa dan letak geografis. Saat lahir,
ukuran lingkar kepala normalnya adalah 34- 35 cm. Kemudian akan bertambah
sebesar + 0,5 /bulan pada bulan pertama atau menjadi + 44 cm. Pada 6 bulan
pertama ini, pertumbuhan kepala paling cepat dibandingkan dengan tahap
berikutnya, kemudian tahun-tahun pertama lingkar kepala bertambah tidak
lebih dari 5 cm/tahun, setelah itusampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya
bertambah + 10 cm.
d. Lingkar Lengan Atas (Lila)
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat lahir, lingkar lengan
atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama, lingkar lengan atas menjadi 16 cm.
Selanjutnya ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai usia 3 tahun. Ukuran
lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan jaringan lemak dan otot yang
tidak berpengaruh oleh keadaan cairan tubuh dan berguna untuk menilai
keadaan gizi danpertumbuhan anak prasekolah.
e. Lingkar Dada
Sebagaimana lingkar lengan atas, pengukuran lingkar dada jarang dilakukan.
Pengukurannya dilakukan pada asaat bernapas (mid respirasi) pada tulang
xifoidius (insicura substernalis). Pengukuran lingkar dada ini dilakukan dengan
posisi berdiri pada anak yang lebih besar, sedangkan pada bayi dengan posisi
berbaring.

J. Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir


1. Pengakajian Fokus
Menurut Doenges (2001), pengkajian dasar pada neonatus cukup bulan
meliputi:
a. Aktivitas/istirahat
Aktivitas spontan, status terjaga yang terlihat (mengantuk, sadar aktif, sadar
diam, menangis) status tidur yang terlihat (tidur dalam, tidur sebentar).
b. Sirkulasi
Nadi apikal, bunyi jantung (murmur), warna kulit (kebiruan, belang-belang,
abu-abu), sianosis (lokasi, efek menangis), haemoglobin, meatokrit.
c. Integritas ego
area umum dari masalah perhatian terhadap rangsang (penglihatan,
auditorium), kebiasaan terhadap rangsang, perilaku sosial/keinginan untuk
digendong.
d. Eliminasi
bising usus, abdomen (utut, lunak, masa), anus (paten, fisura, kista
pilonidal), mekonium keluar (waktu), urine (waktu pertama berkemih,
jumlah/frekuensi, warna)
e. Makanan/cairan
Berat badan, panjang badan, kulit (lembab/kering, turgor), fontanel (normal,
tertekan), kekuatan refleks (menghisap, menelan), muntah.
f. Hygiene
Bayi tidak mampu merawat diri dan tergantung secara total (tingkat 4)
g. Neurosensori
Tingkat kesadaran, respons terhadap rangsangan, menangis 9kekuatan,
karakter), respons pendengaran dan penglihatan, tonus otot, refleks
h. Nyeri/ketidaknyamanan
Observasi (tidak dites untuk) respons terhadap rangsang nyeri : gelisah,
iritailitas, menangis konstan
i. Pernapasan
APGAR Skor 1menit dan 5 menit, frekuensi pernapasan, bunyi napas,
pernapasan cuping hidung
j. Keamanan
Tiper kelahiran, suhu, kulit (tekstur, lembab/kering, warna, verniks
kaseosa), tali pusat (jumlah pembuluh, warna, perdarahan, eksudat, hernia,
navel kutis), klavikula (utuh, ikatan/krepitasi/lokasi), ekstremitas (kesamaan
panjang, jumlah jari), spinal (lurus, melengkung).
k. Seksualitas
Payudara (jarak, diameter areola), genitalia wanita 9labia mayor lebih besar
dari labia minor, kemerahan, bengkak, perdarahan), genetalia pria (skrotum
ada rugae, bengkak, testis turun).

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis, apatis, somnolen, delirium, kom
c. Nilai APGAR
d. Tanda-tanda vitas
 Suhu = 36,5-37,5oC
 Nadi = 120-160x/menit
 Spo2 = 95-100%
e. Antropometeri
 Berat badan normal = 2500-4000gram
 Tinggi badan = 50-53cm
 Lingkar kepala = 33-35cm
 Lingkar dada = 33-35cm
 Lingkar lengan atas = 11-12,5cm
f. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala
Inspeksi bentuk kepala, distribusi rambut, warna rambut, lingkar
kepala, terdapat luka atau tidak, terdapat benjolan atau tidak, palpasi
ukuran anterior fontanel bayi normal 4-5cm, periksa ukuran fintanel
posterior bayi normalnya 0,5-1cm
2) Mata
Inspeksi kesimetrisan, konjungtiva anemis atau tidak, warna sklera,
mata bengkak atau tidak, reflek doll eyes, refleks cahaya, refleks
mengedip.
3) Hidung
Inspeksi kesimetrisan, terdapat lubang hidung utuh atau tidak,
terdapat pernapasan cuping hidung atau tidak, terdapat septum atau
tidak, terdapat nilia atau tidak. Palpasi tulang hidung teraba lunak
normalnya
4) Telinga
Inspeksi kesimetrisan telinga kanan dan kiri, daun telinga lengkap
atau tidak, palpasi tulang telinga fleksibel atau tidak, refleks moro
5) Leher
Inspeksi rugae, terdapat benjolan atau tidak, terdapat bullneck atau
tidak, refleks tonick neck
6) Dada, paru & jantung
Inspeksi bentuk dada, simetris atau tidak, lihat terdapat benjolan
atau tidak, tidak ada suara napas tamabahan
7) Abdomen
Bentuk abdomen simetris atau tidak, amati tali pusat lengkap atau
tidak, palpasi abdomen 1-2 cm, auskultasi bising usus pada abdomen
normalnya (5-35x/menit), perkusi pada abdomen terdapat pekak atau
tidak.
8) Genetalia dan anus
Pada perempuan labia minora belum tertutup labia mayora, pada
laki-laki didapatkan testis yang belum turun, terdapat lubang anus.
9) Punggung
lihat kesimetrisan punggung, terdapat adanya kelainan atau tidak
seperti spina bifida, pembengkakan, reflek galant
10) Ekstremitas atas
Tangan kanan dan kiri simetris, terdapat lanugo pada kulit bayi,
jumlah jari lengkap tidak ada kelainan, terdapat refleks palmar
grasping (menggenggam)
11) Esktremitas bawah
Kaki kanan dan kiri simetris, jumlah jari lengkap tidak ada kelainan,
terdapat refleks babinski, refleks stepping.

3. Analisa data

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: - Persalinan Risiko infeksi
Do : ↓
- bayi menangis terus Bayi baru lahir
menerus ↓
- suhu tubuh Fungsi organ belum
meningkat/demam baik
- klien lemas ↓
Daya tahan tubuh
rendah

Penurunan daya tahan
tubuh

Resiko infeksi
2 Ds : Persalinan Menyusui tidak
- Kelelahan maternal ↓ efektif
- Kecemasan maternal Bayi baru lahir
Do :
- Bayi tidak mamppu Fungsi organ belum
melekat pada payudara baik
ibu ↓
- ASI tidak Refleks menghisap bayi
menetes/memancar belum efektif
- BAK bayi kurang dari ↓
8 kali dalam 24 jam Bayi tidak mau
- Nyeri dan/atau lecet menyusui
terus menerus setelah ↓
minggu kedua Menyusui tidak efektif
3 Ds : - fungsi organ belum Risiko
Do : baik hipotermia
- Klien diberikan ↓
pencahayaan inkubator jaringan lemak
- subkutan tipis

pemaparan dengan suhu
luar

penyesuaian suhu tubuh

risiko hipotermia
4 Ds : - Fungsi organ belum Bersihan jalan
Do : baik nafas tidak
- Sputum berlebih ↓ efektif
- Mengi, wheezing dan Peningkatan suhu tubuh
ronkhi kering ↓
- Mekonium di jalan napas Meningkatkan
(pada neonatus) metabolisme tubuh

Peningkatan kebutuhan
O2

Bersihan jalan nafas
tidak efektif

4. Diagnosa Keperawatan
a. Risiko infeksi b/d penurunan daya tahan tubuh
b. Menyusui tidak efektif b/d bayi tidak mau menyusui
c. Risiko hipotermia b/d penyesuaian suhu tubuh
d. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan kebutuhan O2
5. Intervensi Keperawatan

No SDKI SLKI SIKI Rasional


1. Risiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan infeksi (I.14539)
1. Untuk mengetahui
b/d penurunan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi riwayat
riwayat kesehatan klien
daya tahan tingkat infeksi menurun kesehatan dan riwayat
2. Untuk mengetahui tanda serta
tubuh dengan Kriteria Hasil: alergi
gejala dari infeksi
D.0142 1. Demam menurun 2. Monitor tanda dan gejala
3. Untuk mengetahui status
2. Kemerahan menurun infeksi
imunisasi yang telah
3. Nyeri menurun 3. Identifikasi status imunisasi
dilakukan
4. Bengkak menurun setiap kunjungan ke
4. Untuk memberikan perawatan
L.14137 pelayanan kesehatan
kulit pada daerah edema
4. Berikan perawatan kulit
5. Untuk mencegah
pada daerah edema
terjadinya penyebaran
5. Cuci tangan sebelum dan
infeksi
sesudah melakukan
6. Edukasi tentang tanda dan
perawatan edema
gejala dari infeksi
6. Jelaskan tanda dan gejala
7. Agar klien dapat mengetahui
infeksi
cara mencuci tangan yang
7. Ajarkan cuci tangan
baik dan benar
dengan benar
8. Agar asupan cairan dapat
8. Anjurkan meningkatkan
terpenuhi
asupan cairan

2. Menyusui tidak Setelah dilakukan asuhan Edukasi menyusui ( I. 12393 ) Edukasi menyusui
efektif b.d ASI keperawatan diharapkan status 1. Identifikasi kesiapan dalam 1. Untuk mengetahui kesiapan
ibu kurang baik menyusui membaik dengan
menerima infromasi klien dalam menerima
D.0029 Kriteria hasil :
2. Identifikasi tujuan dan penjelasan tentang cara
1. Perlekatan bayi pada
keinginan untuk menyusui yang baik dan
payudara Ibu
menyusui benar
meningkat
3. Sediakan materi dan media 2. Untuk mengethaui tujuan dan
2. BB bayi meningkat penkes keinginan dalam menyusui
3. Tetesan ASI meningkat
4. Jadwalkan penkes 3. Edukasi dalam menyusui
4. Kepercayaan diri 5. Berikan kesempatan untuk yang baik dan benar dapat
Ibu meningkat bertanya menggunakan leaflet
L.03029 6. Berikan konseling menyusui 4. Buat perjanjian dengan klien
7. Jelaskan manfaat menyusui dan juga keluarga mengenai
8. Ajarkan perawatan waktu yang akan dilakukan
payudara post partum penkes
5. Memberikan penjelasan
secara singkat dan padat
mengenai manfaat
menyusui
6. Untuk memberikan
kemampuan pada klien
dalam melakukan perawatan
payudara setelah melahirkan
Konseling laktasi ( I.03093 ) Konseling laktasi
1. Identifikasi keadaan 1. Untuk mengeathui keadaan
emosional Ibu emosional pada ibu sebelum
2. Berikan pujian terhadap melakukan konseling laktasi
perilaku ibu yang benar 2. Untuk meningkatkan atau
3. Identifikasi permasalahan memberikan apresiasi pada
ibu selama menyususi klien
4. Ajarkan teknik menyusui 3. Untuk mengetahui
yang tepat permasalahan ibu selama
menyusui
4. Berikan edukasi mengenai
teknik menyusui yang baik
dan benar
3. Risiko Setelah dilakukan asuhan Manajement hipotermi ( I.14507) Manajement hipotermi
hipotermia b/d keperawatan diharapkan 1. Monitor suhu tubuh 1. Untuk memantau suhu tubuh
penurunan termoreglasi membaik 2. Identifikasi penyebab klien
dengan Kriteria hasil : hipotermi 2. Untuk mengetahui penyebab
1. Menggigil menurun 3. Monitor tanda gejala akibat dari hipotermi
2. Kulit merah menurun hipotermi 3. Untuk mengetahui tanda
3. Suhu tubuh membaik 4. Sediakan lingkungan hangat gejala akibat hipotermi
4. Suhu kulit membaik 4. Untuk memfasilitasi
lingkungan yang hangat agar
5. Frekuensi nadi 5. Lekukan penghangatan dapat beristirahat dengan
membaik pasif ( mis. Selimut, nyaman
penutup kepala ) 5. Untuk memberikan
6. Anjurkan makan dan minum kenyamanan dengan
hangat memberikan selimut dan
Terapi paparan panas ( I.14586 ) penutup kepala
1. Monitor suhu alat terapi Terapi paparan panas
2. Monitor respon pasien 1. Untuk memberikan suhu
terhadap terapi yang sesuai dengan
3. Pilih metode stimulasi kondisi klien
yang nyaman dan mudah 2. Diharapkan terapi yang
didapat diberikan nyaman bagi
4. Tentukan durasi terapi bagi klien
sesuai dengan respon pasien 3. Agar memudahkan klien
5. Ajarkan cara dalam mengambil metode
menyesuaikan suhu secara yang dipilih
mandiri 4. agar klien menyetujui waktu
tindakan yang akan
dilakukan
5. untuk memudahkan klien
dalam menyesuaikan
suhu
secara mandiri
4. Bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan Manajement jalan nafas ( I.01011 ) Manajement jalan nafas
nafas tidak keperawatan diharapkan 1. Monitor pola nafas 1. Untuk mengetahui pola
efektif b.d bersihan jalan nafas 2. Monitor bunyi nafas napas klien
peningkatan meningkat dengan Kriteria 3. Monitor sputum 2. Untuk mengetahui
kebutuhan O2 hasil : 4. Posisikan tubuh semi fowler bunyi napas pada klien
D.00001 1. Produksi atau fowler 3. Untuk mengetahui apakah
sputum 5. Lakukan penghisapan lendir terdapat sputum pada klien
menurun 6. Kolaborasi pemberian atau tidak
2. Meconium menurun bronkodilator, ekspetoran, 4. Untuk memberikan
3. Mengi menurun dan mukolitik, jika perlu kemudahan bagi klien dalam
4. Frekuensi nafas Pemantauan respirasi ( I.01014 ) bernapas
meningkat 1. Monitor irama, frekuensi, 5. Dilakukan jika terdapat
L.01001 kedalam dan upaya nafas lendir yang dapat
2. Monitor pola nafas menghalangi jalan napas
3. Monitor adanya 6. Untuk mengatasi adanya
produksi sputum gangguan jalan napas yang
4. Monitor adanya berkelanjutan
penyumbatan jalan nafas Pemantauan respirasi
5. Atur interval pemantauan 1. Untuk mengetahui irama,
respirasi seusai kondisi frekuensi, kedalam dan
pasien upaya nafas
6. Jelaskan tujuan prosedur 2. Untuk mengetahui pola
pemantauan napas pada klien
3. Untuk mengetahui apakah
terdapat sputum pada klien
atau tidak
4. Untuk mengetahui
adanya penyumbatan
jalan napas klien
5. Untuk mengetahui jika ada
terjadinya perubahan pola
pernapasan
6. Untuk memberikan informasi
kepada klien mengenai
kondisi nya saat ini.
6. Implementasi dan Evaluasi
Implementasi dilakukan berdasarkan intervensi yang telah
disusun pada masing-masing diagnosa keperawatan. Namun pada
pelaksanaannya dilapanng, implementasi disesuaikan dengan diagnosa
keperawatan yang muncul pada pasien, serta ketersediaan alat-alat dan prosedur
di lapangan.
Evaluasi mengacu kriteria hasil yang ada masing-masing
diagnosa keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai