KONSEP
KEBIDANAN
OLEH:
Tim Pengajar
Konsep
MK
kebidanan POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
MEDAN
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
VISI:
“Menghasilkan Ahli Madya Kebidanan yang Bermartabat dan Unggul dalam Memberikan
Asuhan yang Komprehensif dan Holistik dengan Pendekatan Hypnosis Midwifery.”
MISI:
Rasa syukur yang mendalam kami haturkan ke hadirat Allah, Tuhan Yang Maha Besar.
Atas bimbingan-Nya, akhirnya kami bisa mendapat kemudahan serta kelancaran dalam
mengerjakan modul ini hingga selesai. Kami telah berusaha untuk bisa menghadirkan ulasan
terbaik dalam modul ini, sehingga hasilnya dapat sesuai harapan. Di dalam modul ini, kami
berusaha untuk bisa menguraikan tentang “Asuhan Kebidanan Pasca Persalinan dan
Menyusui”
Jika dalam modul ini terdapat kekurangan dan kesalahan, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Kami terbuka atas segala kritik dan saran yang disampaikan demi
perbaikan modul ini. Jika ada kebaikan dan kelebihannya, itu datangnya dari Tuhan Yang
Maha Esa. Terima kasih atas dukungan semua pihak yang terlibat dan semoga modul ini bisa
bermanfaat sebesar-besarnya bagi pembaca.
Kelompok 5A
Halaman Pengesahan........................................................................................................... 2
Visi Misi .................................................................................................................................. 3
Kata Pengantar...................................................................................................................... 4
Daftar Isi ................................................................................................................................. 5
Uraian Materi ......................................................................................................................... 6
1. Bounding Anttachment.
Bonding attachment terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak dan
berada dalam ikatan kasih.
Menurut Brazelton (1978), bonding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama antar
individu, misalnya antara orang tua don anak, saat pertama kali mereka bertemu.
Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang mengikat individu
dengan individu lain.
Sedangkan menurut Nelson & May (1996). Attachment merupakan ikatan antara individu
meliputi pencurahan perhatian serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab.
Menurut Klaus, Kenell (1992). Bonding attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan
lama. Mereka juga menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapat terus
berlanjut bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda
keberadaan secara fisik tidak terlihat.
Menurut Saxton adn Pelikan, 1995 :
Pada awal kehidupan, hubungan ibu dan bayi lebih dekat dibanding dengan anggota keluarga
yang lain karena setelah melewati sembilan bulan bersama, dan melewati saat-saat kritis
dalam proses kelahiran membuat keduanya memiliki hubungan yang unik.
Jika ibu sudah mengandung bayi selama sembilan bulan, ayah benar-benar merasakan
kebersamaan dengan bayi saat lahir. Perkenalan ayah dengan bayi dimulai saat mereka
Ayah mungkin menjadi anggota keluarga yang terlupakan, terutama bila hal ini
merupakan anak yang pertama. Sebelum bayi tiba di rumah, ia merupakan bagian
terbesar dari keluarganya yang terdiri atas dua orang. Aktivitas siang hari di mana mudah
disesuaikan dengan pasangannya malam hari tanpa gangguan. Kini rumah menjadi tidak
terkendali, makan menjadi tidak terjadwal, tidur mengalami gangguan, dan hubungan
seksual untuk sementara ditangguhkan. Ayah harus dilibatkan dalam perawatan anak
dan pemeliharaan aktivitas rumah. Dengan berbagai tanggung jawab seperti ini, mereka
menjadi bagian dari pengalaman mengasuh anak.
Sebagai ayah baru, peran ayah tidak kurang rumitnya dibandingkan peran istri. Sang
ayah tidak mengandung si bayi selama 9 bulan, tetapi harus membuat penyesuainan
secara fisik dan emosi ketika waktu persalinan semakin dekat dan persiapan untuk bayi
menjadi penting sekali. Di satu pihak sang ayah mungkin merasa seolah-olah tidak ada
hubungan dengan persalinan, tetapi pada sisi lain, ini adalah bayinya juga. Ketika bayi
akhirnya lahir, sang ayah mungkin merasa sangat lega dan juga gembira, serta gugup.
Sewaktu menyaksikan kelahiran bayi, perasaan komitmen dan cinta membanjir ke
permukaan menghilangkan kekhawatiran bahwa sang ayah tidak akan pernah
mempunyai keterikatan dengan bayinya.
Sang ayah juga merasakan penghargaan yang besar dan cinta kepada istri lebih daripada
sebelumnya. Pada waktu yang sama, merenungkan tanggung jawab untuk merawat bayi
ini selama 20 tahun ke depan dapat membuat sang ayah lemah. Pendekatan terbaik
adalah menjadi ayah yang seaktif mungkin. Misalnya saat istrinya melahirkan di rumah
sakit, ayah mungkin ditempatkan de dalam ruang rawat gabung sampai waktunya
membawa pulang bayi ke rumah. Keadaan ini akan membantu ayah merasa tidak seperti
penonton, tetapi lebih sebagai peserta aktif. Ayah akan mengenal bayinya dari permulaan
dan memungkinkan ayah berbagi pengalaman emosional dengan istrinya.
Begitu seluruh keluarga berada di rumah, sang ayah harus dapat membantu memakaikan
popok, memandikan, dan membuat bayi tenang dan nyaman. Tidak ada alas an bagi
seorang ayah yang tidak mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari menugurus rumah
dan anak sebaik ibu. Umumnya ayah yang bersedia mengurus rumah tangga hanya untuk
menyenangkan istrinya saja. Alangkah baiknya jika pekerjaan ini dikerjakan dengan
Hasil penelitian menunjukkan 62% ayah mengalami depresi pasca lahir atau baby blues.
Perasaan cemas, khawatir, dan takut dapat muncul saat seorang pria menyadari dirinya
kini memiliki peran baru yaitu sebagai ayah Perasaan cemburu inipun dapat timbul
terhadap sang ayah. Kadang-kadang para ayah menjadi cemburu terhadap hubungan
antara ibu/ istrinya dengan anak-anak mereka sendiri, bayi adalah produk dari hubungan
mereka dan semestinya memperkaya hubungan itu. Meskipun demikian kadang para
ayah merasa ditinggalkan terutama bila ibu dan bayi adalah pusat perhatian dalam
keluarga, sehingga muncullah perasaan “disingkirkan” pada diri sang ayah.
Untuk mencegah kecemburuan sang ayah ini agar diupayakan keterlibatan ayah dalam
merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi dewasa ini bukan hanya tugas
seorang ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkin terlibat dalam proses mengasuh bayi
seperti memberi makan, mengganti popok, menidurkan bayi dll
Respons keluarga seperti kakek atau nenek akan merasakan kepuasan besar karena
melihat satu generasi baru dalam keluarganya dan bahagia karena cucunya akan
mengetahui warisan dan tradisi mereka. Dengan adanya anggota keluarga lain seperti
kakek, nenek, dan para sepupu akan memberikan kesempatan yang ideal bagi bayi untuk
membentuk lebih dari satu ikatan dan masing-masing ikatan akan mempunyai nilai
sendiri. Perilaku orang tua yang dapat mempengaruhi ikatan kasih sayang :
1) Perilaku memfasilitasi
b. Kontak mata
f. Memberikan senyuman
2) Perilaku menghambat
a. Menjauh dari anak, tidak memperdulikan kehadirannya, serta menghindar dan menolak
untuk menyentuh anak.
Perilaku orang tua serta keluarga terhadap bayi baru lahir sebagian dipengaruhi oleh
factor eksternal dan internal.
Faktor Internal
1. Bagaimana mereka diurus oleh orang tua mereka. Bila si ayah atau individu lain pada
waktu kecil dididik orang tua dengan keras atau sering diberikan hukuman apabila ada
kesalahan sedikit, maka kemungkinan kedekatan antara ayah dan bayi akan sulit
terbentuk dan cara ini akan diterapkan untuk mendidik anaknya kelak
pengalaman, seperti bila sang ayah melihat atau mendengar cerita dari temannya
bagaimana temannya bersikap terhadap anak pertamanya. Bila sang ayah mempunyai
hubungan dalam lingkungannya harmonis, mudah bersosialisasi, maka akan
menciptakan respons yang positif terhadap bayinya
Factor Eksternal
1. Keinginan menjadi orang tua yang telah diimpikan. Pasangan suami istri yang sangat
menginginkan anak tentu saja akan merespons kelahiran bayi dengan bangga dan
bahagia. Perhatian yang diterima selama kehamilan, persalinan, dan postpartum;
perhatian dari suami dan keluarga akan menciptakan perasaan kebahagiaan dan bangga
akan perannya sebagai seorang ibu setelah persalinan
2. Sikap dan perilaku pengunjung. Pengunjung memberikan pujian dan ucapan selamat,
serta memperlihatkan perasaan bangga terhadap si bayi, hal ini akan menumbuhkan
perasaan bahagia akan kehadiran bayi
3. Sibling rivalry
Pengertian
Sibling rivalry atau persaingan antar saudara kandung adalah suatu persaingan atau
kompetisi berupa perasaan permusuhan, kecemburuan, kemarahan, dan kebencian
antara saudara kandung, kakak atau adik, dalam memperebutkan kasih sayang dan
perhatian orang tua. Sibling rivalry terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua
anak atau lebih yang dirasakan sejak anak usia tiga tahun.
Sibling rivalry merupakan rasa cemburu antara anak dalam satu keluarga, yang terjadi
pada tiga tahun pertama kehidupan mereka. Permusuhan dan kecemburuan antara
saudara kandung yang menimbulkan ketegangan di antara mereka dan bila tidak
Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara kandung terlalu dekat,
karena kehadiran adik dianggap menyita waktu dan perhatian orang tua. Ciri khas yang
sering muncul pada sibling rivalry, yaitu: egois, suka berkelahi, memiliki kedekatan yang
khusus dengan salah satu orang tua, mengalami gangguan tidur, kebiasaan menggigit
kuku, hiperaktif, suka merusak, dan menuntut perhatian lebih banyak.
Berikut definisi dan pengertian sibling rivalry atau persaingan saudara kandung dari
beberapa sumber buku:
Menurut Papilia, dkk (2008), sibling rivalry atau persaingan saudara kandung terdiri dari
beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
a. Konflik
Konflik adalah peristiwa sosial yang melibatkan oposisi dan adanya perbedaan pendapat.
Perilaku tersebut seperti melawan, menolak dan memprotes. Konflik terjadi apabila dua
atau lebih individu berhubungan dalam perilaku yang berlawanan.
b. Cemburu
Cemburu pada saudara kandung muncul ketika terjadi ketidak-puasan pada salah satu
anak kepada orang tuanya yang memperlakukan anak-anaknya berbeda satu sama lain.
Karena anak-anak sangat tergantung pada orang tua dalam hal kasih sayang, perhatian
dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhannya sehingga anak-anak tidak suka bila harus
membagi kasih sayang orang tuanya dengan siapapun. Perilaku tersebut seperti iri hati
dan dengki.
c. Kekesalan
Terkadang perasaan kesal seperti sebal dan marah pada orang tua dilampiaskan kepada
saudaranya (adik/kakak). Hal tersebut terjadi karena ketidak-berdayaan melawan orang
tuanya. Jika hal tersebut berkenaan dengan perlakuan orang tua yang menurutnya
memberikan posisi spesial pada saudaranya. Dilain hal, kekesalan dapat tertumpah pada
Menurut Shaffer (2007), terdapat beberapa ciri khas yang terjadi pada sibling rivalry atau
persaingan saudara kandung, yaitu sebagai berikut:
Menurut Sains (2009), secara umum terdapat dua faktor penyebab terjadinya sibling
rivalry atau persaingan saudara kandung, yaitu:
Faktor internal. Faktor internal adalah faktor yang tumbuh dan berkembang dalam
diri anak itu sendiri seperti temperamen, sikap masing-masing anak mencari
perhatian orang tua, perbedaan usia atau jenis kelamin, dan ambisi anak untuk
mengalahkan anak yang lain.
Faktor eksternal. Faktor yang disebabkan karena orang tua yang salah dalam
mendidik anaknya, seperti sikap membanding-bandingkan, dan adanya anak
emas di antara anak yang lain.
Sedangkan menurut Lusa (2010), beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku
sibling rivalry atau persaingan saudara kandung, adalah sebagai berikut:
Menurut Priatna dan Yulia (2006), terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh
orang tua untuk mengatasi perilaku sibling rivalry atau persaingan saudara kandung,
yaitu sebagai berikut:
a. Doronglah anak untuk saling mengungkapkan rasa sayang dan menanamkan rasa
saling memiliki
Anak tidak bisa hanya disuruh menyayangi tapi mereka harus diajarkan dan
dikondisikan bagaimana cara menyayangi. Selain itu tanamkan rasa saling memiliki.
Misalnya kakak membantu adik membereskan mainan atau adik membantu kakak
mencuci sepeda, dan lain sebagainya. Sehingga menimbulkan rasa saling memiliki
antara kakak dan adik, bukannya rasa persaingan. Ingatkan bahwa saudara kandung
adalah teman yang mereka miliki selamanya. Hal tersebut juga dapat menimbulkan rasa
aman dan rasa diterima dalam diri mereka sehingga hal tersebu juga dapat
menumbuhkan rasa persaudaraan di antara mereka.
b. Jangan membanding-bandingkan namun hargai keunikan anak
Tingkatkan terus harga diri anak dengan bakat atau kelebihan masing-masing. Anak-
anak bisa menjadi iri jika kakak atau adiknya lebih berhasil atau disukai orang lain.
Untuk menaikkan harga diri anak, yang dapat dilakukan adalah menggali potensi atau
kelebihan masing-masing anak sehingga tidak ada anak yang iri dan berkecil hati
karena tidak merasa memiliki suatu kelebihan yang patut dipuji-puji orang lain.
d. Kenali temperamen anak
Tidak semua anak mudah ditangani. Ada anak sangat penurut dan mudah diatur, dilain
pihak ada anak yang cenderung memberontak. Oleh karena itu orang tua perlu
menggali temperamen masing-masing anak.
e. Ajarkan anak untuk mengatasi konflik
Konflik bukan ditiadakan, namun sebagai sarana berdamai kembali, saling memaafkan,
dan menyelesaikan masalah. Anak-anak harus diajarkan untuk mengatasi konflik tidak
harus saling bertengkar.
Anak harus mengetahui dan mematuhi peraturan yang berlaku dalam keluarga.
Misalnya:
Usahakan supaya orang tua bersikap adil terhadap masing-masing anak karena rasa
cemburu atau iri sangat mudah dipicu dari rasa diperlakukan tidak adil oleh orang tua.
Jika memang orang tua merasa harus membedakan perlakuan kepada anak yang
berkebutuhan khusus misalnya maka orang tua harus memberikan penjelasan yang
masuk akal kepada anak bahwa dia tidak dibedakan. Yang perlu diingat di sini adalah
bahwa adil tidak selalu harus sama banyak, tapi harus sesuai kebutuhan.
Masa nifas atau purperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada
masa itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi
dini dan pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu.
Secara psikologi, pascapersalinan ibu akan merasakan gejala-gejala psikiatrik.
Meskipun demikian, adapula ibu yang tidak mengalami hal ini. Agar perubahan psikologi yag
dialami tidak berlebihan, ibu perlu mengetahui tentang hal tentang hal yang lebih lanjut.
Wanita banyak mengalami perubahan emosi selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Penting sekali sebagian bidan untuk mengetahui
tentang penyesuaian psikologis yang normal sehingga ia dapat menilai apakah seorang ibu
memerlukan asuhan khusus dalam masa nifas ini, untuk suatu variasi atau penyimpangan
dari penyesuaian yang normal yang umum terjadi.
Beberapa penulis berpendapat dalam minggu pertama setelah melahirkan, banyak
wanita yang menunjukan gejala-gejala psikiatrik, terutama gejala depresi diri ringan sampai
berat serta gejala-gejala neonatus traumatic, antara lain rasa takut yang berlebihan dalam
masa hamil struktur perorangan yang tidak normal sebelumnya, riwayat psikiatrik abnormal,
riwayat perkawinan abnormal, riwayat obstetrik (kandungan) abnormal, riwayat kelahiran mati
atau kelahiran cacat, dan riwayat penyakit lainya.
Biasanya penderita akan sembuh kembali tanpa ada atau dengan pengobatan.
Meskipun demikian, kadang diperlukan terapi oleh ahli penyakit jiwa. Sering pula kelainan-
kelainan psikiatrik ini berulang setelah persalinan berikutnya. Hal yang perlu diperhatikan yaitu
adaptasi psikososial pada masa pasca persalinan. Bagi keluarga muda, pasca persalinan
adalah “awal keluarga baru” sehingga keluarga perlu beradaptasi dengan peran barunya.
Tanggung jawab keluarga bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.
Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainya merupakan dukungan positif bagi
ibu.
Munyusui adalah suatu proses belajar. Bayi belajar menghisap keluar air susu dari payudara
dengan seefisien mungkindan ibu belajar cara menyusui dengan senyaman mungkin. Faktor
fisik, psikologi, budaya, soaial, ekonomi dan lingkungan ternyata sangat berpengaruh
terhadap ibu nifas dengan adanya masa transisi. Jadi, perlu dukungan dari keluarga
disekitarnya. Di Indonesia, kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan
yang kuat dikarenakan pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan ibu nifas
benar adanya. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa dampak positif.
1. Apa upaya agar sang ayah tidak merasakan rasa cemburu terhadap bayinya?
2. Sibling rivalry umur berapa?
3. Mengapa bisa terjadi sibling rivalry?
4. Apa penyebab sibling rivalry pada anak toddler?
5. Apa yang terjadi bila sibling rivalry dibiarkan sampai dewasa?
6. Apakah istilah yang digunakan untuk menyatakan adanya ikatan batin antara orangtua
dan bayi?
7. Apa yang menjadi hambatan bounding attachment?
8. Kapan dilakukan bounding attachment?
9. Apa manfaat bounding attachment bagi ibu dan anak?
10. Bagaimana upaya meningkatkan bounding attachment?
1. Diupayakan keterlibatan ayah dalam merawat bayi karena merawat dan mengasuh bayi
dewasa ini bukan hanya tugas seorang ibu, ayah diupayakan sebanyak mungkin terlibat
dalam proses mengasuh bayi seperti memberi makan, mengganti popok, menidurkan
bayi dll.
2. Sibling rivalry biasanya lebih lazim terjadi ketika jarak usia anak antara 1-3 tahun. Sibling
rivalry akan terlihat lagi ketika umur mereka 3-5 tahun dan berlanjut pada umur 8-12 tahun
pada usia sekolah, sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin
yang sama, khususnya perempuan.
3. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin
menunjukkan pada saudara mereka. b. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian,
disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
4. Sibling rivalry terjadi dikarenakan oleh rasa cemburu yang sering kali berasal dari rasa
takut yang dikombinasikan dengan rasa marah. Reaksi tersebut terjadi karena adanya
ancaman terhadap harga diri seseorang dan terhadap hubungan itu sendiri.
5. Bila sibling rivalry tetap keterusan sampai dewasa, maka banyak pelajaran positif yang
terlewatkan dan akan memengaruhi pembentukan kepribadian serta fungsi diri dalam
menjalankan keseharian.
6. Klause dan Kennel dalam Riordan (2009), bonding attachment adalah interaksi orang tua
dan bayi secara nyata, baik fisik, emosi, maupun sensori pada beberapa menit dan jam
pertama segera sesudah bayi lahir.
7. 1. Fasilitas IMD
2. Kurangnya support sistem.
3. Ibu dengan resiko (ibu sakit).
4. Bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik).
5. Kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
8. Bounding Attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan bayi pada
menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi.
9. Bounding Attachment adalah sebuah peningkatan hubungan kasih sayang dengan
keterikatan batin antara orang tua dan bayi. Dengan adanya Bounding Attachment bayi
akan merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social, bayi
merasa aman.
10. 1. Dilakukan segera (menit pertama jam pertama).
2. Sentuhan orang tua pertama kali.