Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sidang umum PBB tanggal 25 Desember 2015 di New York, seacra resmi

mengesahkan tujuan pembangunan berkelanjutan / TPB ( SDGs ) sebagai

kepakatan pembangunan global. Mulai tahun 2016 tujuan pembangunan

berkelanjutan ( SDGs ) 2016-2030 secara resmi mengantikan pembangunan

millenium ( MDGs ). Tentunya dibutuhkan komitmen dan kemauan dari seluruh

pemangku kepentingan untuk dapat melaksanakan indikator kesehatan SDGs

termasuk implementasi FCTC di Indonesia.

Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen yang kuat untuk pencapaian

SustainableDevelopment Goals (SDGs), dimana salah satunya termasuk komitmen

dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak yang tertera pada Goals 3 yaitu pada

tahun 2030 mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 KH.

Pada tahun 2030, mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan

seluruh negara berusaha menurunkan angka kematian neonatal setidaknya hingga

12 per 1.000 KH dan angka kematian balita 25 per 1.000 KH (DepkesRI 2015).

Dimana salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan post partum atau pada

masa nifas.

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium yaitu masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai enam

minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaita n

dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain


sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2009). Asuhan masa nifas

diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa krisis baik ibu maupun

bayinya. Pelayanan Nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar pada ibu mulai

2 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Diperkirakan bahwa

60% kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 40% kematian masa nifas terjadi

dalam 24 jam pertama (Sulistiyani,2011). Sementara menurut UNICEF, terdapat 10

juta kematian bayi di dunia dan 30.000 kematian bayi di Indonesia setiap tahunnya.

UNICEF menyebutkan bukti ilmiah terbaru, yang juga dikeluarkan oleh jurnal ini

bahwa bayi yang diberikan susu formula memiliki kemungkinan untuk meninggal

dunia pada bulan pertama kelahirannya, dibandingkan bayi yang disusui ibunya

secara ekslusif. Tingginya angka kematian ibu dan bayi ini dapat diminimalisir

dengan salah satunya yaitu melakukan Bounding Attachment yang mana

dampaknya terhadap ibu adalah untuk mencegah terjadinya perdarahan pada masa

nifas (Nasrudin, 2009)

Bounding attachment berasal dari dua suku kata, yaitu bounding dan

attachment. Bounding adalah proses pembentukan sedangkan attachment

(membangun ikatan). Jadi bounding attachment adalah sebuah peningkatan

hubungan kasih sayang dengan keterikatan batin antara orangtua dan bayi. Hal ini

merupakan proses dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara

bayi dan orang tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya

pemenuhan emosional dan saling membutuhkan.

Rawat gabung dapat memberikan memberikan kesempatan pada ibu nifas

dalam menyusui bayinya setiap saat serta belajar merawat bayinya. Bagi ibu baru

yang belum berpengalaman dalam merawat bayinya, berada di rumah secara


mendadak dengan bayi yang ia tidak tahu bagaimana merawatnya, dapat

membuatnya syok. Rawat gabung membuat transisi dari rumah sakit ke rumah

secara bertahap dan alami sehingga tidak membuat ibu syok (Varney, 2008).

Bounding adalah proses pembentukan dan attachment adalah membangun

ikatan sehingga bounding attachment adalah suatu ikatan khusus yang

dikarakteristikkan dengan kualitas-kualitas yang terbentuk dalam hubungan orang

tua dan bayi (Perry dalam Wulandari dan Handayani, 2010).

Apabila seorang ibu konsisten dalam responnya terhadap kebutuhan bayi dan

mampu menafsirkan dengan tepat isyarat seorang bayi, perkembangan bayi akan

terpacu dan terbentuklah ikatan batin yang kokoh. Keberhasilan dalam hubungan

dan ikatan batin antar seorang bayi dengan ibunya dapat mempengaruhi hubungan

sepanjang masa (Wulandari dan Handayani, 2010).

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi bayi. Pada proses

setelah kelahiran selesai, proses yang baru dimulai sama pentingnya untuk masa

depan keluarga. Ibu mulai merasa bisa terbuka terhadap bayi baru lahir dan bayi

berada dalam periode reaktivitas pertamanya, hal ini merupakan pengalaman baru

yang paling berharga untuk proses bounding. Manfaat dari bounding attachment

antara lain adalah bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan

sikap sosial dan bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi (Lusa 2010).

Ada berbagai cara untuk melakukan bounding attachment diantaranya Inisiasi

Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI Eksklusif. Inisiasi menyusui dini dapat

mencegah perdarahan setelah persalinan karena gerakan bayi dalam mencari

putting susu ibu dapat menimbulkan kontraksi uterus. Selain itu inisiasi menyusui

dini (IMD) pada bayi dapat menurunkan AKB karena hipotermi. Pemberian ASI
eksklusif dapat memberi kekebalan tubuh bayi dan mengurangi AKB (Utami dalam

Aulia, 2012).

Beberapa interaksi yang menyenangkan dalam rangka bounding attachment

antara lain adalah sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan

ibu, sentuhan pada pipi yang dapat menstimulasi respon yang menyebabkan

terjadinya gerakan muka bayi ke arah muka ibu atau ke arah payudara sehingga

bayi akan mengusap-usap menggunakan hidung serta menjilat putingnya dan

terjadilah rangsangan untuk sekresi prolaktin, tatap mata bayi dan ibu yang dapat

menimbulkan perasaan saling memiliki antara ibu dan bayi, tangisan bayi dapat

memberikan respon berupa sentuhan dan suatu yang lembut misalnya ibu

menyentuh dengan ujung jari sehingga dapat menyenangkan bayi (Wulandari dan

Handayani, 2010).

Hasil studi yang dilakukan oleh Utami dalam Aulia (2012) di 18 rumah sakit

yang ada di Jakarta, Bandung dan Semarang terlihat bahwa setidaknya 11 dari 30

orang ibu nifas (36%) sudah mengerti dan melakukan Bounding Attachment,

sedangkan sisanya 19 orang (63%) tidak melaksanakan bounding attachmentdengan

alasan persalinannya dengan caesar.

Hasil studi pendahuluan di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan pada tanggal 03

Januari 2019 diketahui bahwa jumlah ibu nifas normal selama bulan Oktober s/d

Desember 2018 adalah sebanyak 178 orang dan rata-rata ibu nifas di RSUD Dr.

Muhammad Zein Painan per bulan adalah 68 orang. Hasil wawancara tentang

bounding attachment terhadap 5 orang ibu nifas yang berhasil penulis temui di

RSUD Dr. Muhammad Zein Painan didapatkan 5 orang ibu nifas tersebut

mempunyai pengetahuan yang kurang tentang Bounding Attachment.


Mengingat pentingnya kasih sayang (Bounding Attechment) antara ibu dan

anak dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut, maka

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan

Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Pelaksanaan Bounding

Attachment di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2019”

B. Rumusan Masalah dan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu “Apakah Ada Hubungan Paritas,

Pengetahuan, Pendidikan Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di

Rsud Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2019”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a. Untuk mengetahui Hubungan Paritas, Pengetahuan Dan Pendidikan

Dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di Rsud Dr.

Muhammad Zein Painan Tahun 2019

Tujuan Khusus

b. Untuk Mengetahui Hubungan Paritas Dengan Bounding

Attachement Pada Ibu Nifas di Rsud Dr. Muhammad Zein Painan

Tahun 2019

c. Untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan Dengan Bounding

Attachement Pada Ibu Nifas di Rsud Dr. Muhammad Zein Painan

Tahun 2019
d. Untuk Mengetahui Hubungan Pendidikan Dengan Bounding

Attachement Pada Ibu Nifas di Rsud Dr. Muhammad Zein Painan

Tahun 2019

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi peneliti Peneliti dapat memperoleh pengalaman yang berharga

mengenai pelaksanaan Bounding Attachement.

2. Manfaat Bagi Lahan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi hasil kerja

dalam mernerapkan program pemerintah untuk asuhan ibu nifas.

3. Bagi peneliti lainya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan data

dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai kunjungan nifas.

4. Manfaat bagi akademik

Dapat menambah literature sebagai bahan bacaan diperpustakaan

kampus
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Bounding Attachment

1. Pengertian

Menurut Wulaningsih (2008) Bounding attachment merupakan proses

lanjutan dari ketika bayi baru lahir diletakkan dalam dekapan ibu untuk

langsung disusui supaya terdapat trust antara ibu dan anak secara psikologis.

Sedangkan Suherni (2009) menjelaskan bahwa Bounding adalah ikatan antara

ibu dan bayi dalam masa awal neonatus, attachment adalah sentuhan, jadi

Bounding attachment adalah ikatan antara ibu dan bayi dalam bentuk kasih

sayang dan belaian. Teori serupa juga dikemukakan oleh Sumarah (2008)
yang menjelaskan bahwa Bounding attachment merupakan usaha untuk segera

mendekatkan bayi pada ibunya dengan segera setelah dilahirkan supaya bayi

secara naluriah dapat mengenali ibunya.

Bounding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi

(kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir sendangkan

attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang

waktu. Menurut Maternal Neonatal Health Bounding attachment adalah

kontak dini secara lngsung natara ibu dan bayi setelah proses persalinan,

dimulai pada kala III sampai dengan postpartum (Nur Muslihatun, 2010).

Bounding attachment terjadi pada persalinan (nifas), dimana diadakan

kontak antara ibu, ayah dan anak dimana berada dalam ikatan kasih.

Menurut Brazelton Bounding merupakan suatu ketertarikan mutual pertama

antara individu, misalnya antara orang tua dan anak, saat pertama kali mereka

bertemu. Attachment adalah suatu perasaan menyayangi atau loyalitas yang

mengikat individu dengan aidividu lain. Sedangkan menurut Nelson dan May

attachment merupakan ikatan antara individu meliputi penncurahan perhatian

serta adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Menurut Klaus, Bounding

attachment bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama. Mereka juga

menambahkan bahwa ikatan orang tua terhadap anaknya dapt terus berlanjut

bahkan selamanya walau dipisah oleh jarak dan waktu dan tanda-tanda

keberadaan secara fisik tidak terlihat (Nur Muslihatun, 2010).

Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir sangatlah penting untuk

diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus mendapatkan informasi

mengenai Bounding attachment, karena sejak masa antenatal, hubungan


antara ibu dan anak yang berlandaskan ikatan kasih sayang sudah mesti

terjalin. Reaksi orangtua, khususnya ayah dan keluarga terhadap bayi yang

baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal,

diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain juga dapat

berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan ekonomi, dan lainlain

(Andy, 2012).

Proses ini dimulai sejak anak belum lahir dengan perencanaan dan

konfirmasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu.

Sesudah persalinan dan minggu-minggu berikutnya kontak visual dan fisik

antara ibu dan bayinya memicu berbagai penghargaan satu sama lain, dan

interaksi yang menyenangkan seperti sentuhan ibu pada tungkai dan muka bayi

dengan ujung-ujung jari dan memeluk serta memijat bayi secara halus

dengan tangannya. Sentuhan pada pipi bayi menimbulkan putaran responsif

kearah muka ibunya atau kearah payudara dan mengusap-usap menggunakan

hidung serta menjilat putingnya, rangsangan yang kuat untuk sekresi

prolaktin. Keadaan bayi yang waspada dan tenang pada mulanya memberikan

kesempatan untuk kontak mata dengan mata, yang terutama penting dalam

merangsang rasa cinta dan perasaan memiliki banyak orang tua pada bayinya

(Ririn, 2010).

Prakondisi yang mempengaruhi ikatan/Bounding menurut merce yaitu:

kesehatan emosional orang tua, sistem dukungan social yang meliputi

pasangna hidup, teman dan keluarga, suatu tigkat keterampilan alam

berkomunikasi dan dalam member asuhan yang kompeten, kedekatan orang


tua dengan bayi, kecocokan orang tua-bayi (termasuk keadaan, temperamen,

dan jenis kelamin) (Nur Muslihatun, 2010).

2. Tahap-Tahap Bounding Attachment

Menurut Nur Muslihatun (2010) tahap-tahap terjadinya ikatan batin (Bounding

attachment) antara orang tua dan bayi adalah:

a. Perkenalan (acquaintance), dengan melakukan kontak mata, menyentuh,

berbicara, dan mengeksplorasi segera setelah mengenal bayinya.

b. Bounding (keterikatan)

c. Attachment, perasaan sayang yang mengikat individu dengan individu lain.

3. Elemen-Elemen Bounding Attachment

Elemen-elemen bouding attachment adalah sebagai berikut (Nur Muslihatun,

2010):

a. sentuhan

Sentuhan, atau indera peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan

pengasuh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan

cara mengeksplorasi tubuh bayi dengan ujung jarinya. Penelitian telah

menemukan suatu pola sentuhan yang hampir sama yakni pengasuh

memulai eksplorasi jari tangan ke bagian kepala dan tungkai kaki. Tidak

lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus

badan bayi dan akhirnya memeluk dengan tangannya. Gerakan ini dipakai

menenangkan bayi.

b. Kontak mata
Ketika bayi baru lahir mampu secara fungsional mempertahankan

kontak mata, orang tua dan bayi akan menggunakan lebih banyak waktu

untuk saling memandang. Beberapa ibu mengatakan, dengan melakukan

kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya

c. Suara

Saling mendengar dan merespon suara antara orang tua dan bayinya juga

penting. Orang tua menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang.

Sedangkan bayi akan menjadi tenang dan berpaling kearah orang tua

mereka saat orang tua mereka berbicara dengan suara bernada tinggi.

d. Aroma

Perilaku lain yang terjalinya antara orang tua dan bayi ialah respons

terhadap aroma atau bau masing-masing. Ibu mengetahui setiap anak

memiliki aroma yang unik. Sedangkan bayi belajar dengan cepat untuk

membedakan aroma susu ibunya.

e. Entrainment

Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraaan orang

dewasa. Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala,

menendangnendangkan kaki, seperti sedang berdansa mengikut nada suara

orang tuanya. Entrainment terjadi saat anak mulai berbicara. Irama ini

berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan

suatu pola komunikasi efektif yang positif.

f. Bioritme

Anak yang belum lahir atau baru lahir dapat dikatakan senada dengan

ritme alamiah ibuya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah
membentuk ritme personal (bioritme). Orang tua dapat membantu proses

ini dengan member kasih sayang yang konsisten dan dengan

memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif.

Hal ini dapat meningkatkan interaksi sosial dan kesempatan bayi untuk

belajar.

g. Kontak dini

Saat ini, tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak

dini setelah lahir merupakan hal yang penting hubungan orang tua-anak.

Beberapa keuntungan fisiologis yang dapat diperoleh dari kontak dini:

1) Kadar oksitosin dan prolaktin meningkat

2) Reflek menghisap dilakukan dini

3) Pembentuk kekebalan aktif dimulai

4) Mempercepat proses ikatan antara orang tua dan anak

4. Prinsip dan Upaya meningkatkan Bounding attachment

Menurut Subijakto (2011) prinsip dan upaya untuk meningkatkan Bounding

attachment adalah:

a. Dilakukan pada menit pertama jam pertama

b. Sentuhan orang tua pertama kali

c. Adanya ikatan yang baik dan sistematis

d. Terlibat proses persalinan

e. Persiapan PNC sebelumnya.

f. Adaptasi
g. Kontak sedini mungkin sehingga dapat membangut dalam member

kehangatan pada bayi, menurunkan rasa sakit ibu, serta member rasa

nyaman

h. Fasilitas untuk kontak lebih lama.

i. Penekanan pada hal-hal positif

j. Perawat meternitas khusus (bidan)

k. Libatkan anggota keluarga lainnya

l. Informasi bertahap mengenai Bounding attachment.

5. Keuntungan dan Hambatan Bounding Attachment

BKKBN (2010) menguraikan keuntungan Bounding attachment adalah bayi

merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial,

bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi terhadap lingkungan

barunya. Sedangkan hambatan Bounding attachment adalah kurangnya support

sistem, ibu dengan resiko (ibu sakit), bayi dengan resiko (bayi prematur, bayi

sakit, bayi dengan cacat fisik), kehadiran bayi yang tidak diinginkan.

Menurut Hastuti (2010) Ada banyak manfaat yang dapat diperoleh

dengan dilakukannya insiasi menyusu dini dan Bounding attachment antara

lain:

a. Air liur bayi mampu membersihkan dada ibu dari bakteri

b. Tubuh ibu mampu berfungsi sebagai natural termostant (penyeseuai suhu

tubuh). Bila suhu tubuh bayi rendah karena kedinginan, maka tubuh ibu

dapat meningkatkan suhunya sehingga kembali normal. Demikian pula

ketika suhu tubuh bayi tinggi.


c. Bunyi detak jantung ibu (ketika bayi berada di dadanya) mampu membuat

nafas bayi menjadi stabil.

d. Bounding attachment dan inisiasi menyusu dini dapat menurunkan angka

kematian pada bayi.

e. Inisiasi menyusu dini dan Bounding attachment ini juga berpengaruh pada

kesehatan ibu. Oleh karena begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh

dengan menerapkan inisiasi menyusu dini dan Bounding attachment, maka

hal ini harus disiapkan sebelumnya oleh suami dan istri serta memerlukan

konsultasi ke tenaga medis serta tempat bersalin yang dituju terkait bisa

tidaknya dilakukan inisiasi menyusu dini dan Bounding attachment.

Lingkungan di sekitar tempat bersalin pun mempengaruhi berhasil tidak nya

inisiasi menyusu dini dan Bounding attachmen

B. Konsep Dasar Nifas

1. Definisi Nifas

2. Menurut Suherni, dkk (2009) masa nifas disebut juga masa post partum

atau puerperium yaitu masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta

keluar lepas dari rahim sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan

pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang

mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat

melahirkan. Sujiatini dkk (2010) menjelaskan masa nifas (post

partum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu dari kata “puer” yang

artinya bayi dan “parous” yang berarti melahirkan yaitu masa pulih kembali

mulai dari persalinanselesai sampai alat-alat kandungan kemabali seperti pra


kehamilan. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6-8 minggu. Masa nifas

dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alatalat kandungan

kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kirakira 6 minggu

(Saifuddin, 2006). Sedangkan Bobak (2005) menjelaskan periode pasca

partum ialah masa 6 minggu sejak bayi baru lahir sampai organorgan

reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-

kadang disebut puerperium

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Suherni dkk (2009), tujuan asuhan masa nifas:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya

dan perawatan bayi sehat.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana. Asuhan masa nifas dan pasca

salin sangat penting karena pada masa ini merupakan masa kritis baik bagi

ibu maupun bagi bayinya. Sekitar 60% kematian ibu akibat kehamilan

terjadi pada masa setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi

dalam 24 jam pertama pasca salin (Wahyuningsih, 2009).

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Suherni dkk (2009), nifas di bagi dalam 3 periode:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan

berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia yang

lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai

komplikasi

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas

Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas adalah

(Suherni dkk, 2009):

a. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang

terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu

b. Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga

c. Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator

5. Perawatan Masa Nifas

Menurut Huliana (2003 Dalam Setyaningrum, 2009) perawatan pada

masa pasca persalinan terdiri dari:

a. Mobilisasi (pergerakan), dimana mobilisasi sangat bervariasi, tergantung

pada komplikasi persalinan. Jika tidak ada kelainan. Lakukan mobilisasi

sedini mungkin, yaitu 2 jam setelah persalinan normal

b. Diet, dimana konsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi, dan

mengandung cukup kalori berguna untuk produksi ASI dan mengembalikan

tenaga setelah persalinan.

c. Perawatan Payudara, dimana sebaiknya perawatan payudara dilakukan rutin

agar tidak terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI


d. Menyusui, dimana ASI segera kepada bayi sesering mungkin (sesuai

kebutuhan) tanpa memakai jadwal

e. Rahim (Uterus), dimana penciutan rahim dibantu oleh oksitosin, yaitu

hormon yang mengontraksikan otot-otot rahim, yang keluar saat menyusui.

f. Lochea, dimana bila bayi mulai disusui, hisapan pada puting susu

merupakan rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan

oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak

sebagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna, hal ini dapat

dinilai dengan terjadinya pengeluaran cairan dari vagina (lochea) yang

terjadi sekitar 3 minggu

g. Buang air kecil, dimana ibu perlu belajar berkemih secara spontan setelah

melahirkan.

h. Buang air besar, dimana konstipasi dapat terjadi karena ketakutan akan rasa

sakit, takut jahitan terbuka, kesulitan ini dapat dibantu dengan mobilisasi

dini, mengkonsumsi makanan tinggi serat, dan cukup minum, sehingga bisa

BAB dengan lancar.

C. Pengetahuan

1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan pada satu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, indra pendengaran, penciuman, penglihatan, rasa, raba dan sebagian besar

pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Sunaryo, 2005).

Kesehatan reproduksi merupakan masalah utama dalam bidang


kesehatan karena alat reproduksi ini langsung berhubungan dengan dunia luar

sehingga mudah terjadi berbagai masalah yang akan mempengaruhi

fungsinya dalam kehidupan utama manusia. Meningkatkan pengetahuan

kesehatan masyarakat merupakan salah satu upaya pelayanan utama untuk

masyarakat (Manuaba, 2011). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Rogers (1974) dalam

Notoatmodjo (2007), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

baru dalam diri orang tersebut sehingga terjadi suatu proses berurutan, yaitu :

a. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

b. Interest dimana orang mulai tertarik kepada stimulus.

c. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik

buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku baik.

e. Adaptation, individu telah berprilaku baru sesuai dengan pengetahuan

sikap.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Sunaryo (2005) mempunyai 6 tingkatan

yaitu :

a. Tahu

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa ia tahu ialah ia dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.

b. Memahami

Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan

menginterpretasikan dengan benar tentang objek yang diketahui. Seseorang

yang telah paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan

contoh dan menyimpulkan.

c. Penerapan

Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum,

rumus, metode dalam situasi nyata.

d. Analisis

Suatu kemampuan menguraikan objek-objek kedalan bagian-baian

kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan masih terkait

satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia dapat menggambarkan,

membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses adopsi

perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dengan fisiologi.

e. Sintesis

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan

bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkaskan, merencanakan dan

menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.


f. Evaluasi

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk mengadakan penilaian

terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau

disusun sendiri.

D. Pendidikan

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah

suatu proses yang unsurnya terdiri dari masukan (input) yaitu sasaran pendidikan

(out put) yaitu suatu bentuk perilaku dan kemampuan dari saran-saran pendidikan.

Tujuan pendidikan untuk mengubah prilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi

sehat. tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat

belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk

menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan (Notoadmodjo, 2009).

Gangguan terhadap kesehatan juga disebabkan oleh manusia terutama

menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga

kesehatan apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka bisa memperbaiki

pengetahuan, sikap dan prilaku orang tersebut sehingga mempunyai kesadaran yang

tinggi terhadap kesehatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga

(Notoadmodjo, 2009). Tingkat pendidikan dibagi 3 (tiga) dikatagorikan yaitu

merujuk pada Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2005) yaitu:

a. Pendidikan Tinggi : Perguruan Tinggi/Akademi (D-III)

b. Pendidikan Menengah : SMA/Sederajat

c. Pendidikan Dasar : SD/SMP/sederajat /tidak sekolah


Pendidkan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

untuk menyampaikan pesan kesehatan pada masyarakat, kelompok atau

individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut maka

masyarakat, kelompok, individu dapat memperoleh pengetahuan tentang

kesehatan yang lebih baik. Akhirnya pengetahuan tersebut diharapkan akan

berpengaruh terhadap perilakunya. Dengan kata lain dengan adanya

pendiidikan tersebut akan membawa akibat terhadap perubahan perilaku

sasaran (Notoatmodjo, 2005)


BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Menurut lain (Andy, 2012). Ikatan antara orangtua dan bayi baru lahir

sangatlah penting untuk diperhatikan. Sejak masa antenatal, ibu sudah harus

mendapatkan informasi mengenai Bounding attachment, karena sejak masa

antenatal, hubungan antara ibu dan anak yang berlandaskan ikatan kasih

sayang sudah mesti terjalin. Reaksi orangtua, khususnya ayah dan keluarga

terhadap bayi yang baru lahir, berbeda-beda. Hal ini dapat disebabkan oleh

berbagai hal, diantaranya reaksi emosi maupun pengalaman. Masalah lain

juga dapat berpengaruh, misalnya masalah pada jumlah anak, keadaan


ekonomi, dan lain- lain, sehingga dapat digambarkan pada suatu kerangka

konsep seperti pada gambar berikut ini:

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional

Bounding attachment

Tabel 3.2.1. Definisi Operasional

Definisi Alat Hasil Skala


No Variabel Cara ukur
Operasional ukur ukur ukur

Variabel

dependen

Menyebarkan

kuesioner dengan

kriteria:
Merupakan ikatan
a. Ya jika ibu
kasih sayang dan
melakukan
belaian yang
Bounding bounding a. Ya
1 dilakukan sedini Observasi Ordinal
Attechment attechment b. Tidak
mungkin pada saat
b. Tidak, jika ibu
rawat gabung antara
tidak
ibu dan bayi
melakukan

bounding

attechment
Variabel

independen

Menyebarkan

kuesioner tentang

bounding attachment

dengan kriteria:

a. Baik, jika

jawaban benar >

75%-100% dari

sepuluh

pertanyaan
Hasil tahu ibu a. Baik
b. Cukup, jika
2 Pengetahuan tentang Bounding Kuesioner b. Cukup Ordinal
jawaban benar
Attechment c. Kurang
56%-75% dari

sepuluh

pertanyaan

c. Kurang, jika

jawaban benar

≤ 56% dari

sepuluh

pertanyaan

3 Pendidikan Pendidikan formal Menyebarkan Kuesioner a.

yang terakhir yang kuesioner tentang Tinggi

di tamatkan ibu dan pendidikan ibu b.

mempunyai ijazah dengan kriteria: Menenga

a. Tinggi, bila h
responden

tamatan

perguruan

tinggi.

b. Menengah, bila

responden

tamatan c. Dasar

SMA/MAN

sederajat.

c. rendah, bila

responden tamat

SD/SMP

sederajat

C. Hipotesa Penelitian

Ha : Ada Hubungan Pengetahuan dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di

Rsud Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2019

Ha : Ada Hubungan Pendidikan dengan Bounding Attachement Pada Ibu Nifas di

Rsud Dr. Muhammad Zein Painan Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai