Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Inisiasi Menyusu Dini


2.1.1 Definisi Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu

sendiri segera setelah lahir (Kementrian Kesehatan, 2021). Menurut WHO (2018)

dalam (Lyellu, 2020) inisiasi menyusu dini didefinisikan sebagai inisiasi menyusui

dalam waktu 1 jam setelah kelahiran, merupakan salah satu intervensi kunci dalam

mengakhiri kematian bayi dan anak yang dapat dicegah serta meningkatkan

kelangsungan hidup anak.

2.1.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

2.1.2.1 Manfaat Bagi Bayi


Menyusui memiliki banyak manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi. ASI mengandung
semua nutrisi yang dibutuhkan bayi dalam enam bulan pertama kehidupannya.
Menyusui dapat melindungi bayi dari diare dan penyakit umum anak seperti
pneumonia, dan mungkin juga memiliki manfaat kesehatan jangka panjang, seperti
mengurangi risiko kelebihan berat badan dan obesitas di masa kanak-kanak dan
remaja (WHO, 2019).

2.1.2.2 Manfaat Bagi Ibu


Menyusui bagi ibu bermanfaat memulihkan diri dari proses persalinannya. Selama
beberapa hari pertama, pengeluaran ASI membantu kontraksi rahim pulih dengan
cepat dan memperlambat perdarahan. Isapan puting susu merangsang pelepasan
hormon oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim (Simamora, 2018).
Menyusui memiliki banyak manfaat kesehatan bagi ibu. Semakin banyak menyusui,
semakin besar manfaat bagi ibu. Menyusui dapat menurunkan resiko kanker payudara,
kanker ovarium, osteoporosis, penyakit kardiovaskular dan obesitas (National Health
Service, 2020).
2.1.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan IMD
Penelitian yang dilakukan oleh Mujiati (2015) menunjukkan bahwa faktor yang
mendukung keberhasilan IMD adalah proses persalinan yang aman bagi ibu dan bayi
serta kondisi ibu dan bayi paska persalinan dimana keduanya tidak menunjukkan
adanya indikasi medis yang membutuhkan tindakan medis tertentu, pengetahuan ibu
mengenai pentingnya pelaksanaan IMD dan manfaat IMD, dukungan suami dan
dukungan tenaga kesehatan.

2.1.4 Langkah-Langkah IMD


Segera setelah bayi lahir dan diputuskan tidak memerlukan resusitasi, letakkan bayi di
atas perut ibunya (bila sectio,bayi diletakkan diatas dada) dan keringkan bayi mulai dari
muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali kedua tangannya. Bau cairan amnion
pada tangan bayi akan membantunya mencari puting ibu yang mempunyai bau yang
sama. Maka agar baunya tetap ada, dada ibu juga tidak boleh dibersihkan.
Mengeringkan tubuh bayi tidak perlu sampai menghilangkan verniks karena verniks
dapat berfungsi sebagai penahan panas pada bayi. Setelah tali pusat dipotong dan
diikat, tengkurapkan bayi di atas perut ibu dengan kepala bayi menghadap kearah
kepala ibunya. Kalau ruang bersalin dingin, berikan selimut yang akan menyelimuti ibu
dan bayinya, dan kenakan topi pada kepala bayi. Pada saat bayi siap untuk menyusu,
menyusu pertama berlangsung sebentar, sekitar 15 menit, dan setelah selesai, selama 2-
2,5 jam berikutnya tidak ada keinginan bayi untuk menyusu. Selama menyusu bayi
akan mengkoordinasi gerakkan menghisap, menelan, dan bernapas. Setelah usai
tindakan inisiasi menyusu dini ini, baru tindakan asuhan keperawatan seperti
menimbang, pemeriksaan antropometri lainnya, penyuntikkan vitamin K1, dan
pengoleskan salep pada mata bayi dapat dilakukan. (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2013).

2.1.5 Instrumen Pelaksanaan IMD


Adapun formulir instrument pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang digunakan adalah
seperti formulir yang digunakan oleh peneliti (Wiyati, 2020) yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1 Instrumen

NO PERNYATAAN Ya Tidak
1 Apakah suami mendampingi selama persalinan?
2 Apakah ibu melakukan IMD?
3 Apakah ibu memberikan ASI Eksklusif
4 Dukungan Suami / keluarga
a. Emosional
1. Apakah suami/ keluarga mendampingi ibu waktu menyusui?
2. Apakah suami / keluarga memuji waktu ibu menyusui?
3. Apakah suami/keluarga memberi sentukan waktu ibu menyusui?
4. Apakah suami / keluarga memberi sentuhan pada bayi?
b. Instrumen:
1. Apakah suami /keluarga mengatur posisi duduk / tidur ibu waktu
menyusui?
2. Apakah suami / keluarga mengatur posisi tidur bayi?
3. Apakah suami / keluarga menganti popok bayi waktu bayi
BAK/BAB?
4. Apakah suami / keluarga menyediakan makan / minum setelah
ibu menyusui?
D Penilaian
1. Apakah suami / memuji ibu waktu menyusui?
2. Apakah suami / keluarga menilai pertumbuhan bayi?
3. Apakah suami / keluarga mendampingi ibu waktu
memeriksakan bayi ke klinik?
4. Apakah suami / keluarga menjelaskan pentingnya
memeriksakan pertumbuhan dan perkembangan bayi?
15 Dukungan petugas kesehatan
1. Apakah petugas kesehatan pernah menjelaskan IMD?
2. Apakah petugas kesehatan membimbing ibu selama IMD?
3. Apakah petugas menjelaskan tentang ASI Eksklusif?
4. Apakah petugas kesehatan memantau ibu am memberikanASI
Eksklusif?
Silakan jawab sesuai dengan kondisi Anda
16 Apakah saat ini bayi masih menyusu
17 Mulai kapan bayi diberi makanan tambahan
18 Bila bayi tidak menyusu apa alasanya

2.2 Enhanced Recovery After Caesarean Section (ERACS)


2.2.1 Definisi ERACS

Enhanced recovery after surgery atau peningkatan pemulihan setelah operasi adalah
konsep yang awalnya dikembangkan untuk pasien yang menjalani operasi kolorektal
tetapi telah diadopsi oleh spesialisasi bedah lainnya dengan hasil positif yang serupa.
Adopsi peningkatan pemulihan setelah operasi pada pasien kebidanan dengan cepat
mendapatkan popularitas (Ituk, 2018). Enhanced recovery after caesarean section
adalah jalur perawatan multimodal dirancang untuk meningkatkan hasil pasca operasi,
mengurangi tingkat komplikasi dan penurunan lama tinggal di rumah sakit pada pasien
persalinan caesar di unit obstetric (Sultan, 2020).

2.2.2 Perawatan pasien ERACS


ERACS melibatkan upaya multidisiplin dari ahli anestesi, dokter kandungan,
keperawatan, rumah sakit, dan pasien (Patel, 2021). Prinsip-prinsip enhanced recovery
mencakup seluruh jalur perawatan mulai dari fase perawatan praoperasi, intraoperatif,
dan pascaoperasi (Ituk, 2018).

2.2.2.1 Pre-Operative

Edukasi dan konseling kepada pasien dan model pengambilan keputusan bersama
diperlukan untuk keberhasilan implementasi program ERACS. Keterlibatan pasien
secara aktif dapat dicapai dengan pendidikan pra operasi yang komprehensif dan tepat
waktu yang mencakup penyediaan materi pendidikan yang dapat diakses melalui
internet atau dibawa pulang yang memungkinkan pasien untuk mengenal konsep
ERACS. Edukasi pasien mencakup informasi tentang prosedur dan apa yang
diharapkan selama operasi, manajemen nyeri, tujuan pemberian makan dini dan
mobilisasi. Informasi juga harus diberikan tentang menyusui, termasuk layanan
dukungan laktasi yang tersedia, lama tinggal, dan kriteria pemulangan. Pasien dapat
diberikan daftar ceklist berisi tindakan dan tujuan yang dapat mereka gunakan untuk
melacak kemajuan mereka sendiri selama tahap pemulihan.

2.2.2.2 Intra-Operative

Fase intra-operative meliputi pemberian antibiotik profilaksis, manajemen cairan dan


tekanan darah, manajemen suhu, pemberian anestesi neuraksial, penundaan penjepitan
tali pusat pada bayi cukup bulan dan prematur, kontak skin to skin dini untuk
keberhasilan inisiasi menyusu dini dan manajemen oksitosin.

2.2.2.3 Post-Operative

Pasien setelah menjalani operasi segera diberikan asupan oral dini untuk mendorong
kembalinya fungsi usus dan ambulasi dini. Pemberian analgesia pasca operasi yang
memadai merupakan komponen integral dari protokol ERACS. Analgesia pascaoperasi
yang efektif merupakan faktor kunci dalam memfasilitasi mobilisasi dini pascaoperasi.
Pelepasan kateter urin pada wanita yang melahirkan sesar dalam waktu 24 jam atau
kurang dari itu. Perencanaan pulang atau discharge planning termasuk pasien
dihubungi dalam waktu 24 jam setelah keluar dari rumah sakit untuk menilai
kesejahteraan ibu dan bayi baru lahir dan untuk menjawab pertanyaan atau masalah apa
pun.
2.3 Kelebihan Operasi Caesarean dengan Metode ERACS
Bollag (2020) melaporkan dalam edisi terbaru dari International Journal of Obstetric
Anesthesia (IJOA), level nyeri sebelum dan sesudah tindakan ERACS terdapat
penurunan yang signifikan dalam penggunaan analgesik opioid, serta melaporkan skor
nyeri yang tidak berubah secara keseluruhan. Penelitian Sultan (2020) melaporkan dari
11 studi yang dipublikasikan, mayoritas penelitian menunjukkan pengurangan rawat
inap (6/7 studi) dan pengurangan biaya (2/2 studi) dengan ERACS dibandingkan
dengan perawatan standar. Satu studi menunjukkan perbaikan dalam tingkat menyusui
rawat jalan dengan ERACS. Satu studi menunjukkan ikatan ibu-neonatal rawat inap
yang lebih baik. Penelitian Teigen (2019) menunjukkan bahwa lama rawat pascaoperasi
yang berkurang secara signifikan bila dibandingkan dengan perawatan standar, dengan
rata-rata lama rawat inap 73,5 jam vs 75,5 jam dari operasi. Ketika pasien disurvei 6
minggu pascapersalinan, kelompok ERACS lebih merasa bahwa harapan mereka
terpenuhi dan mereka mengalami pemulihan pasca operasi lebih awal, serta melaporkan
keberhasilan menyusui dini dan melanjutkan menyusui saat di rumah.

2.4 Panduan Pelaksanaan ERAC di Rumah Sakit An-Nisa Tangerang


2.4.1 Pra Bedah

 Puasa makanan padat 6 jam pra bedah, minum hingga 2 jam pra bedah
 Minum teh manis hangat 2 jam pra bedah
 Edukasi menggunakan pamflet atau diskusi
 Edukasi IMD menggunakan pamflet atau edukasi
 Optimalisasi Hb (periksa darah rutin)

2.4.2 Intra Bedah

 Antibiotik profilaksis diberikan 30 menit sebelum insisi kulit


 Pemberian cairan intravena tidak lebih dari 3 liter
 Pemberian vasopressor (ephedrin)
 Penggunaan penghangat/ suhu ruang OK 22-24oC
 Pemberian oksitosin 20 iu habis dalam 6 jam
 Profilaksis IONV & PONV (penggunaan vasopresor, kombinasi setidaknya 2
antiemetik, ekteriorisasi uterus)
 Analgesia multimodal
 IMD dilakukan di kamar operasi
 Penundaan klem umbilical 30-60 detik
 Minum dan pemberian parasetamol 2 tablet 1 jam pasca bedah di ruang recovery

2.4.2 Pasca Bedah


 Pasang stopper iv cath setelah drip oksitosin selesai
 Berikan makanan ringan dalam 4 jam pascabedah
 Mobilisasi segera setelah fungsi motorik pulih
 Aff kateter dalam 6 jam
 Kontrol gula darah pada pasien dengan diabetes
 Fasilitasi istirahat
 Percepatan pemulihan fungsi pencernaan dengan meminimalkan konsumsi opioid dan
memberikan permen karet pascabedah
 Analgesia multimodal
 Early discharge: skrining anemia, dukung pemberian laktasi dan edukasi red flag
(tanda bahaya)

Riset menunjukkan bahwa kontak kulit-ke-kulit antara ibu dan bayi segera setelah lahir
membantu untuk memulai menyusui dini dan meningkatkan kemungkinan pemberian ASI
eksklusif selama satu hingga empat bulan kehidupan serta durasi menyusui secara
keseluruhan. (WHO, 2019)

Bollag, L., & Nelson, G. (2020). Enhanced Recovery After Cesarean (ERAC) - beyond the pain
scores. International journal of obstetric anesthesia, 43, 36–38.
https://doi.org/10.1016/j.ijoa.2020.05.006

Lyellu, H.Y., Hussein, T.H., Wandel, M. et al. Prevalence and factors associated with early initiation of
breastfeeding among women in Moshi municipal, northern Tanzania. BMC Pregnancy Childbirth 20, 285
(2020). https://doi.org/10.1186/s12884-020-02966-0

Kementerian Kesehatan (2021). Panduan Pos Kesehatan Desa bagi Kader Kesehatan.
https://promkes.kemkes.go.id/download/jrb/files51949buku_saku_poskesdes.pdf
WHO. (2019). Early initiation of breastfeeding to promote exclusive breastfeeding. e-Library of Evidence for
Nutrition Actions (eLENA). https://www.who.int/elena/titles/early_breastfeeding/en/

Mujiati, N. (2015). FAKTOR PENDUKUNG KEBERHASILAN PRAKTIK INISIASI MENYUSU DINI DI RS


SWASTA DAN RUMAH SAKIT PEMERINTAH DI JAKARTA.
https://media.neliti.com/media/publications/107834-ID-faktor-pendukung-keberhasilan-praktik-
in.pdf

National Health Service. (2020). Benefits of breastfeeding.


https://www.nhs.uk/conditions/baby/breastfeeding-and-bottle-feeding/breastfeeding/benefits/

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2013). Inisiasi Menyusu Dini.


https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/inisiasi-menyusu-dini

Ituk, U., & Habib, A. S. (2018). Enhanced recovery after cesarean delivery. F1000Research, 7, F1000
Faculty Rev-513. https://doi.org/10.12688/f1000research.13895.1

Simamaora, Z., A. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di Desa Sukaraya Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2018. Skripsi.

Sultan, P.; Sharawi, N.; Blake, L.; Carvalho, B. (2020). Enhanced recovery after caesarean
delivery versus standard care studies: a systematic review of interventions and outcomes.
International Journal of Obstetric Anesthesia, (),
S0959289X20300340–. doi:10.1016/j.ijoa.2020.03.003 

Teigen NC, Sahasrabudhe N, Doulaveris G, Xie X, Negassa A, Bernstein J, Bernstein PS. (2019).
Enhanced recovery after surgery at cesarean delivery to reduce postoperative length of stay:
a randomized controlled trial. Am J Obstet Gynecol. 2020 Apr;222(4):372.e1-372.e10. doi:
10.1016/j.ajog.2019.10.009. Epub 2019 Oct 26. PMID: 31669738.

Wiyati, N. (2020). PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA TAHUN 2020. Karya Tulis Ilmiah.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/3463/1/laporan%20karya%20tulis%20ilmiah.pdf

Patel, K., Zakowski, M. (2021). Enhanced Recovery After Cesarean: Current and Emerging
Trends. Curr Anesthesiol Rep 11, 136–144 https://doi.org/10.1007/s40140-021-00442-9

Anda mungkin juga menyukai