PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia banyak diderita oleh masyarakat ekonomi menengah ke bawah
khususnya pekerja berat, dan pada orang yang rutin melakukan olahraga
beban. Selain itu, kebiasaan seseorang yang selalu mengejan saat buang air,
bahkan pada orang yang mengalami batuk kronis, serta pada lanjut usia.
Walaupun penderita penyakit hernia terbilang kecil namun hal ini harus
segera ditangani sedini mungkin, karena dapat menimbulkan gejala yang
mengganggu gaya hidup dan sebagainya (Grace, 2007).
Menurut penelitian Ruhl (2007), insiden hernia menurut usia diperkirakan
meningkat seiring pertambahan usia yaitu pada rentang 25-40 tahun 5-8 % di
atas 75 tahun 45%. Sedangkan menurut jenis kelamin insiden hernia inguinalis
pada pria 25 kali lebih banyak dijumpai dari pada wanita. Menurut laporan di
Amerika Serikat, insidensi kumulatif hernia inguinalis di rumah sakit adalah
3,9% untuk laki-laki dan 2.1 untuk perempuan. Insiden hernia lebih rendah
pada pasien obesitas (BMI> 30),dibandingkan dengan perbandingan 8,3% dan
15,6% . Di Indonesia penyakit hernia menempati urutan ke delapan dengan
jumlah 291.145 kasus (Kemenkes RI, 2012).
Adapun insiden hernia menurut World Health Organization (WHO) selama
2010, di Indonesia tercatat 32,9% atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan
kondisi kegemukan. Jika dibandingkan dengan data obesitas pada tahun 2008
yang hanya 9,4%, maka dapat di simpulkan bahwa angka obesitas di Indonesia
semakin meningkat (Vera Anik A. 2014).
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau
bagian terlemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dermawan, 2010).
Hernia merupakan salah satu kasus dibagian bedah yang pada
umumnya sering menimbulkan masalah kesehatan dan pada umumnya
memerlukan tindakan operasi. Dari hasil penelitian pada populasi hernia
ditemukan sekitar 10% yang menimbulkan masalah kesehatan dan pada
umumnya pada pria (Luhndorrf, 2013).
Hernia inguinalis lateral lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan
janin terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak
menutup dengan sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia
inguinalis (Oswari, 2005). Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar
0,18% mengalami hernia inguinalis lateral. Meskipun terbilang angka insiden
ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi besar dikarenakan hernia ini dapat
menjadi kondisi kegawatan yang mengancam nyawa apabila organ perut yang
masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal dan terjepit
sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut (Clarences, 2008).
Hernia pada bayi dan anak dapat terjadi pada beberapa bagian
tubuhnya,antara lain di pelipatan paha, umbilikus atau pusar, sekat
rongga dada, dan perut (disebut diafragma) serta bagian-bagian lainnya.
Yang umum terlihat langsung adalah hernia pada umbilikus atau pusar, serta
pada pelipatan paha karena dapat langsung ke kantung skrotum (Luhndorrf,
2013).
Pada kasus hernia, penderita akan mengalami beberapa masalah sehingga
muncul masalah keperawatan seperti pada Pre Operasi diantaranya: Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri fisik, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh, dan hambatan mobilitas fisik. Post Operasi: Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi, dan resiko infeksi (Suratun, 2010).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan yaitu Kaji hernia : keparahan
gejala, resiko komplikasi (tipe,ukuran hernia), kemudahan untuk perbaikan
(lokasi, ukuran), kemungkinan berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang
hilang); Kaji pasien : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya hidup
(pekerjaan dan hobi); Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada
pasien–pasien dengan : risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala
yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya (Grace, 2007).
Peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan keperawatan
yang meliputi upaya promotif, preventif, melakukan tindakan kolaboratif
dengan medis dalam pelaksanaan kuratif dan rehabilitative. Upaya promotif
dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit hernia. Upaya
preventif dengan menghindari factor risiko antara lain obesitas, peningkatan
tekanan intraabdomen (penyakit paru obstruksi menahun, mengejan saat
defekasi dan berkemih. Upaya kuratif antara lain dengan pembedahan dan
terapi medis yaitu pemberian analgesic dan antibiotic. Upaya rehabilitative
dengan cara memberikan pendidikan kesehatan pada klien post operasi hernia
agar mengkonsumsi makanan tinggi serat, menghindari mengangkat beban
terlalu berat, melakukan latihan penguatan otot perut, dan menurunkan factor
resiko yang menyebabkan terjadinya hernia. Komplikasi yang dapat terjadi
pada hernia yaitu ini Hematoma (luka atau pada skrotum), retensi urin akut.
Infeksi pada luka, nyeri kronis. nyeri dan pembengkakan testis yang
menyebabkan atrofitestis, rekurensi hernia merupakan keadaan
kegawatdaruratan hernia dan memerlukan pertolongan segera (Grace, 2007).
Tindakan perawatan yang dapat dilakukan pada pasien hernia inguinalis di
ruang Melati RSUD Dr.M.Yunus yaitu pada hernia inguinalis reponibilis maka
dilakukan tindakan bedah efektif karena ditakutkan terjadi komplikasi. Pada
hernia inguinalis ireponibilis, maka diusahakan agar isi hernia dapat
dimasukkan kembali. Pasien istirahat baring dan dipuasakan atau mendapat
diit halus. Dilakukan tekanan yang kontinyu pada benjolan misalnya dengan
bantal. Baik juga dilakukan kompres es untuk mengurangi pembengkakan dan
mengurangi nyeri. Lakukan usaha tersebut berulang-ulang sehingga isi hernia
masuk untuk kemudian dilakukan bedah efektif di kemudian hari (RSUD
Dr.M.Yunus, 2016).
Rekam Medik RSUD Dr. M. Yunus Kota Bengkulu, menunjukkan bahwa
penderita penyakit Hernia pada tahun 2013 berjumlah 190 pasien, tahun 2014
berjumlah 109 pasien, dan pada tahun 2015 jumlah penderita menjadi 60
pasien (Rekam Medik RSUD Dr.M.Yunus, 2015).
Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi
besar dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi kegawatan yang
mengancam nyawa apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak
dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan
kerusakan organ tersebut. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai Hernia dan menyusun laporan kasus tentang
asuhan keperawatan post operasi hernia pada Ny.H di ruang Melati RSUD
Dr.M.Yunus Kota Bengkulu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan Post
Operasi Hernia Insisional di ruang melati RSUD.Dr.M.Yunus Kota Bengkulu
tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui gambaran pengkajian pada pasien dengan post operasi hernia
insisional.
b. Diketahui perumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan post
operasi hernia insisional.
c. Diketahui perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan post
operasi hernia insisional.
d. Diketahui implementasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
e. Diketahui evaluasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
f. Diketahui dokumentasi pada pasien dengan post operasi hernia insisional.
C. Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam proposal karya tulis ilmiah ini
adalah pemberian asuhan keperawatan pada pasien Hernia insisional di ruang
Melati RSUD Dr.M.Yunus tahun 2016-2017 meliputi tahap pengkajian,
penegakan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, implementasi
kpeerawatan, dan evaluasi keperawatan.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan bisa menjadi informasi tambahan
dalam pembuatan asuhan keperawatan medical bedah, khususnya tentang
asuhan keperawatan Hernia.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Karya Tulis Ilmiahini dapat dijadikan sebagai bahan masukkan,
informasi dan sarana untuk mengembangkan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Hernia.
3. Bagi Akademik
Karya Tulis Ilmiahini merupakan bentuk sumbangsih kepada
mahasiswa keperawatan sebagai referensi untuk menambah wawasan dan
bahan masukkan dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaitan dengan
asuhan keperawatan pada klien dengan Hernia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.2Regio inguinal dari sisi anteroinferior (Moore & Dalley, 2013).
Region inguinal (selangkangan), yang terletak di antara SIAS dan
tuberkulum pubicum, merupakan area penting secara anatomis dan klinis;
secara anatomis karena merupakan region dimana struktur-struktur keluar
dan masuk cavitas abdominalis, dan secara klinis karena jalur keluar dan
masuknya merupakan tempat potensial terjadinya hernia. Pada
kenyataanya, sebagian besar hernia abdominalis terjadi di region ini (Moore
& Dalley, 2013).
3. Canalis Inguinalis
Canalis inguinalis terbentuk karena turunnya testis selama
perkembangan janin. Canalis inguinalis pada orang dewasa adalah suatu
passase oblig dengan panjang sekitar 4 cm yang emnagarah ke
inferomedial melalui pars inferior dinding abdomen anterolateral. Hernia
abdominalis terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi hernia inguinal yang
paling lazim (sekitar 86%) terjadi pada laki-laki karena passase feniculus
spermaticus melalui canalis inguinalis. Canalis inguinalis memiliki muara
pada seriap ujung, yaitu annulus inguinalis profundus (interna) dan annulus
inguinalis superficialis (externa) (Moore & Dalley, 2013).
2. Etiologi
Menurut Suratun (2010) ada 2 (dua) penyebab terjadinya hernia
yaitu: Defek dinding otot abdomen: Hal ini dapat terjadi sejak lahir
(congenital) dan didapat.
Hernia congenital: Processus vaginalis peritoneum persisten Testis
tidak samapi scrotum, sehingga processus tetap terbuka Penurunan baru
terjadi 1-2 hari sebelum kelahiran, sehingga processus belum sempat
menutupdan pada waktu dilahirkan masih tetap terbuka
Hernia yang didapat seperti karena usia, keturunan, lemahnya
dinding rongga perut, akibat dari pembedahan sebelumnya. Peningkatan
tekanan intraabdominal: Penyakit paru obtruksi menahun (batuk kronik),
obesitas, adanya Benigna Prostat Hipertropi (BPH), sembelit, mengejan
saat defekasi dan berkemih, mengangkat beban terlalu berat dapat
meningkatkan tekanan intraabdominal.
3. Tipe-Tipe Hernia
a. Sering terjadi
1) Umbilical/ para-umbilikal
Berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang
disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup
sebelum kelahiran, namun tidak menutup sepenuhnya. Hernia
umbilikalis sering terjadi pada bayi baru lahir karena dinding abdomen
anterior relative lemah pada annulus umbilicalis, terutama pada bayi
baru lahir dengan berat badan rendah. Selain itu hernia umbilikalis
didapat paling sering terjadi pada perempuan atau orang obesitas.
2) Inguinal (direk dan indirek)
Hernia inguinalis (rupture) adalah suatu protrusi peritoneum dan
viscera parietalis, seperti usus halus, melalui lubang normal atau
abnormal dari rongga yang masuk bagiannya. Hernia inguinalis terjadi
ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke
bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki
daripada perempuan. Karakteristik hernia inguinalis direk dan hernia
indirek disajikan dan digambarkan pada Tabel 2.1.
3) Femoral
Hernia ini muncul sebagai tonjolan di pangkal paha. Tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan
sangatjarangpadaanak- anak. Hernia femoralis tidak dapat
dikembalikan ketempat semual (irreducible).
4) Insisional
Hernia ini dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia
ini muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot
sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya
Tabel 2.1. Perbedaan Hernia inguinalis direk dan indirek
Karakteristik Direk (Didapat) Indirek
(kongenital/bawaan)
Faktor Kelemahan dinding Patensi processus
predisposisi abdomen anterior veginalis (lengkap atau
pada trigonum sekurang-kurangnya
inguinale (misalnya, bagian superior) pada
karena distensi orang muda, sebagian
annulus superficialis, besar laki-laki
falx ingunale yang
sempit, atau
melemahnya
aponeurosis pada
laki-lakai berusia >40
tahun atau lebih)
Frekuensi Jarang terjadi Lebih sering (dua
(sepetiga sampai pertiga sampai tiga
seperempat hernia perempat) hernia
inguinalis) inguinalis
Keluar dari Peritoneum plus Peritoneum processus
rongga fascia transversalis vaginalis yang menetap
abdomen (terletak di luar satu ditambah ketiga fascial
atau dua bagian yang menutupi
dalam fascial yang funiculus/ligamentum
menutupi funiculus) teres
perjalanan Berjalan melalui atau Melintasi canalis
di sekitar canalis inguinalis (seluruh canal
inguinalis, biasanya jika emmiliki ukuran
hanya melintasi yang ukup) didalam
sepertiuga medial processus vaginalis.
canal, diluar dan
sejajar vestigium
processus vaginalis.
Keluar dari Melalui annulus Melalui annulus
dinding superficialis, di superficialis di dalam
abdomen sebelah lateral funiculus, sering
anterior funiculus; jarang berjalan ke dalam
masuk skrotum. skrotum/labium majus.
.
b. Jarang terjadi
1) Epigastrik
Terjadi di antara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di garis
tengah perut (diantara processus xiphoideus dan umbilicus). Hernia
epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi
usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini
sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat didorong kembali ke
dalam perut ketika pertama kali ditemukan.
2) Gluteal, lumbal, obturator
Hernia pada kedua trigonum ini jarang dijumpai. Pada
pemeriksaan fisik tampakdanterababenjolandi pinggangdi
tepibawahtulangrusukXIIataudi tepi kranialpangguldorsal.Hernia
obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatoria. Kantong hernia
ini mungkin diisi oleh lekuk usus yang dapat mengalami inkaserasi
parsial atau total.
4. Patofisiologi
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan
ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan
testis tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi
penonjolan peritonium yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonel.
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua factor utama, yang pertama
adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis
pada waktu kehamilan Pada bayi yang sudah lahir umumnya prosesus ini
telah mengalami obliterasi. Namun dalam beberapa hal, sering kali kanalis
ini tidak menutup, karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka
biasanya yang kanan juga terbuka dalam keadaan normal. Kanalis yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila proses terbuka terus
(karena tidak mengalami obliterasi) akantimbul hernia inguinalis lateralis
kongenital.
Faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk
kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia. Riwayat
pembedahan abdomen, kegemukan, meruapakan factor lain yang dapat
menyebabkan terjadinya hernia. Masuknya isi rongga perut melalui kanal
ingunalis, jika cukup parah maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke
skrotum.Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual
juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat
terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
Peningkatan isi abdomen, memasuki kantung hernia. Jika terjadi
penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia kantong hernia tidak
dapat kembali ke posisi awal dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan
kerusakan organ sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga
menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan
kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik dan terjadi
kerusakan jaringan, penumpukan jaringan menjadi mati sehingga timbul
respon inflamasi hingga timbul masalah risiko infeksi. Kalau kantong hernia
terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang
bisa menyebabkan konstipasi, kembung, mual-muntah, intake menurun,
sehingga klien berisiko mengalami penurunan beratbadan dan akhirnya
timbul masalah ketidakseimbangan nutrisi. Apa bila tidak dilakukan
pembedahan maka isi perut akan lepas didalam rongga dan terdapat
nekrosis sampai ganggren karena peredaran darah terganggu.(Grace,
2007).
Bayi baru lahir Pekerjaan berat, ngkat beban, riwayat
jatuh, batuk lama, mengejan, bersin PEMBEDAHAN
Prosesu
vaginalisperitonie Peningkatan tekanan intraabdomen
tidak terobilitasi
Terputusnya MK: destruksi
kontinuitas Kerusakan pertahanan
Fasia abdomen tidak mampu menhaan
Kanalis ingunalis jaringan lunak integritas
tekanan
terbuka jaringan
masuknya
Terputusnya mikroorganisme
Fasia simpul
Peritoneum Keterbatasan
tertarik kedaerah terkoyak
gerak respon
skrotum inflamasi
MK: Gangguan
Rasa Nyaman
Hernia inguinalis
Hernia inguinalis /Nyeri MK: Risiko
lateralis akuisita
lateralis kongenital Infeksi
*akuisita=didapat
MK: Imobilitas
Fisik
HERNIA
7. Komplikasi
Grace, (2007) dan Oswari (2006) Menyebutkan komplikasi yang
dapat terjadi pada penderita hernia adalah:
a. Hematoma (luka atau pada skrotum),
b. Retensi urin akut. Infeksi pada luka.
c. Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis.
d. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis).
e. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus
yang masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat
menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
f. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi
penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut
hernia inguinalis lateralis strangulata.
g. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dan kemudian timbul nekrosis.
h. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah dan obstipasi.
i. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki.
j. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah.
k. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
l. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik,
abses.
8. PemeriksaanPenunjang
Menurut Suratun, (2010). Pemeriksaan penunjang pada penderita
hernia dapat dilakukan dengan cara berikut:
Biasanya tidak diperlukan pemeriksaan tambahan untuk menegakkan
diagnosis hernia. Namun pemeriksaan seperti ultrasonografi (USG), CT
Scan, maupun MRI (Magnetic Resonance Imaging) dapat dikerjakan guna
melihat lebih lanjut keterlibatan organ-organ yang terperangkap dalam
kantung hernia tersebut. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk
kepentingan operasi
a. sinar X abdomen menunjukan kadar gas dalam usus / abstruksi usus.
b. Laparoskopi, untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah
ada sisi yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia
berulang atau tidak.
c. Pemeriksan darah lengkap, hitung darah lengkap dan serum elektrolit
dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit),
peningkatan sel darah putih (Leukosit : >10.000– 18.000/mm3)
9. Penatalaksanaan Medis
Grace (2007), mengatakan penatalakasanaan yang diberikan kepada
penderita hernia meliputi :
a. Kaji hernia untuk: keparahan gejala, risiko komplikasi (tipe,ukuran leher
hernia), kemudahan untuk perbaikan (lokasi, ukuran), kemungkinan
berhasil (ukuran, banyakya isi perut kanan yang hilang).
b. Kaji pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia terhadap gaya
hidup (pekerjaan dan hobi).
c. Perbaikan dengan bedah biasanya ditawarkan pada pasien – pasien
dengan:
1) Hernia dengan risiko komplikasi apapun gejalanya.
2) Hernia dengan adanya gejala-gejala obstruksi sebelumnya.
3) Hernia dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala
yang mengganggu gaya hidup dan sebagainya.
Secara konservatif (non operatif)
1) Reposisi hernia
Hernia dikembalikan pada tempat semula bisa langsung dengan
tangan
2) Penggunaan alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara, misalnya pemakaian korset
Secara operatif (prinsip pembedahan)
1) Herniotomi
Seluruh hernia dipotong dan diangkat lalu dibuang. Ini dilakukan
pada klien dengan hernia yang sudah nekrosis. Eksisi kantung
hernianya saja untuk pasien anak.
2) Herniorafi
Memperbaiki defek, perbaikan dengan pemasangan jaring (mesh)
yang biasa dilakukan untuk hernia inguinalis, yang dimasukkan
melalui bedah terbuka atau laparoskopik.
C. Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Hernia
1. Pengkajian
Menurut Dermawan & Rahayuningsih (2010), hal yang perlu di kaji
pada penderita hernia inguinalis adalah memiliki riwayat pekerjaan
mengangkat beban berat, duduk yang terlalu lama, terdapat benjolan pada
bagian yang sakit, nyeri tekan, klien merasa tidak nyaman karena nyeri
pada perut.
a. Identitas pasien
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
penanggung jawab, pekerjaan dll. Biasanya hernia Ditemukan 80 % pada
pria dan prosentase yang lebih besar pada pekerja berat.
b. Keluhan utama
keluhan yang menonjol pada pasien hernia untuk datang ke rumah
sakit adalahbiasanya pasien datang dengan benjolan di tempat hernia,
adanya rasa nyeri pada daerah benjolan
c. Riwayat penyakit sekarang
Diawali timbulnya/munculnya benjolan yang mula mula kecil dan
hilang dengan istirahat,berlanjut pada fase benjolan semakin membesar
dan menetap,benjolan tidak hilang meskipun dengan istirahat.Benjolan
yang menetap semakin membesar oleh karena tekanan intra abdominal
yang meningkat mengakibatkan benjolan semakin membesar yang
berakibat terjadinya jepitan oleh cincin hernia. Biasanya klien yang
mengalami nyeri. Pada pengkajian nyeri (PQRST)
P: klien mengatakan ke rumah sakit dengan keluhan ada benjolan pada
bagian perut bawah yang di sebab kankarna ada bagian dinding
abdomen yang lemah.
Q: benjolan tersebut menimbulkan rasa nyeri di daerah bagian bawah
perut/ sesuai tempat terjadinya hernia, klien mengatakan rasa nyeri
seperti di tusuk –tusuk jarum.
R: nyeri tersebut sangat terasa di bagian perut bagian bawah.
S: skala nyeri 4-8.
T: nyeri terasa hebat saat di bawa beraktivitas dan nyeri berlangsung
selama ± 3 menit ada gejala mual-muntah bila telah ada komplikasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Secara patologi Hernia tidak diturunkan, tetapi perawat perlu
menanyakan apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga
lainnya sebagai faktor predisposisi di dalam rumah.
e. Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah
sebelumnya klien pernah menderita Hernia, keluhan pada masa kecil,
hernia dari organ lain, dan penyakit lain yang memperberat Hernia seperti
diabetes mellitus. Biasanya Ditemukan adanya riwayat penyakit menahun
seperti: Penyakit Paru Obstruksi Kronik, dan Benigna Prostat Hiperplasia.
f. Riwayat pisikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi
masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima
keadaannya. Biasanya pasien mengalami cemas, dan penurunan rasa
percaya diri.
g. Pola kebiasaan
1) Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya). Biasanya pada hernia
reponibilis dan irreponibilis belum dijumpai adanya gangguan dalam
pemenuhan kebutuhan makan dan minum. Peristaltic usus biasanya
lebih dari batas normal (>10x/menit).
Pada hernia inkarcerata dan strangulata dijumasi adanya gejala mual
dan muntah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pemenuhan
kebutuhan makan dan minum.
2) Pola Tidur dan Istirahat
Biasanya Pada hernia reponibilis dan irreponibilis tidak dijumpai
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur. Namun pada hernia
inkarcerata dan strangulata ditemukan adanya gejala berupa nyeri
hebat yang mengakibatkan gangguan pemenuhan istirahat tidur
3) Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri akibat penonjolan hernia.
4) Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan gerak kemungkinan penderita tidak bisa
melakukan peran baik dalam keluarganya dan dalam masyarakat.
penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
5) Pola kognitif
Penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan tempat.
6) Pola penanggulangan stress
Kebiasaan klien yang digunakan dalam mengatasi masalah.
7) Pola tata nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan klien pada agamanya dan bagaimana cara
klien mendekatkan diri dengan tuhan selama sakit.
8) Neurosensori
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri yang meningkat bila digunakan
beraktivitas. Biasanya nyeri seperti tertusuk yang akan semakin
memburuk dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan,
mengangkat, defekasi, mengangkat kaki. Keterbatasan untuk
mobilisasi atau membungkuk kedepan (Soeparman, 2011).
h. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik focus hernia yaitu pemeriksaan abdomen meliputi :
a) Inspeksi
Mengkaji tingkat kesadaran, perhatikan ada tidaknya benjolan, awasi
tanda infeksi( merah, bengkak,panas,nyeri, berubah bentuk)
b) Auskultasi
Bising usus jumlahnya melebihi batas normal >12 karena ada mual
dan pasien tidak nafsu makan, bunyi nafas vesikuler, bunyi jantung
sonor.
c) Perkusi
Kembung pada daerah perut, terjadi distensi abdomen
d) Palpasi
Turgor kulit elastis, palpasi daerah benjolan biasanya terdapat nyeri
Post Operasi
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut Rumiati (2013) dan Hartini Tri Palupi (2013) klien dengan post
operasi hernia mempunyai keluhan utama nyeri yang disebabkan insisi
pembedahan.
2. Pola fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Adakah kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, alkohol dan
kebiasaan olahraga (lama frekuensinya), bagaimana status ekonomi
keluarga kebiasaan merokok dalam mempengaruhi lamanya
penyembuhan luka operasi.
b. Pola Tidur dan Istirahat
Insisi pembedahan luka post operasi herniotomi atau herniorapi
dapat menimbulkan nyeri sehingga dapat mengganggu kenyamanan
pola tidur klien.
c. Pola aktifitas
Aktifitas dipengaruhi oleh keadaan dan malas bergerak karena rasa
nyeri luka operasi, aktifitas biasanya terbatas karena harus bedrest
berapa waktu lamanya setelah pembedahan.
d. Pola sensorik dan kognitif
Ada tidaknya gangguan sensorik nyeri (biasanya terdapat nyeri
disekitar luka pembedahan herniotopi atau herniorap indikator 4-7)
penglihatan, perabaan serta pendengaran, kemampuan berfikir,
mengingat masa lalu, orientasi terhadap orang tua, waktu dan
tempat.
Pemeriksaan fisik :
B1 (breath) : biasanya tidak terjadi gangguan pernafasan yang spesifik
untuk pasien post operasi hernia
B2 (blood) : biasanya tekanan darah masih dalam batas normal
B3 (brain) : Kesadaran secara kuantitatif (GCS) dalam batas normal
(Eye 4,verbal 5, motorik 6)
Kesadaran secara kualitatif : kompos mentis, kadang
dijumpaikesadaran yang apatis dan gelisah pada hernia
inkarcerata danstrangulata.
B4 (bladder) : Biasanya di jumpai penurunan produksi urine
B5 (bowel) : Terdapat penurunan peristaltic usus.
B 6 (bone) : pasien biasanya mengalami kesulitan dalam berpindah dan
berejalan akibat luka post operasi herniotomi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang lazim muuncul pada pasien dengan Hernia menurut NANDA
(2013) yaitu sebagai berikut :
a. Pre Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
b) Mual berhubungan dengan regurgitasi usus akibat obstruksi usus
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, gangguan peristaltic usus
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
e) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
f) Deficit pengetahuan berhubungan dengan potensial komplikasi
gastrointestinal dan kurangnya informasi.
b. Post Operasi Hernia
a) Nyeri akut berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat
tindakan operasi.
b) Kerusakan Integritas jaringan berhubungan dengan tindakan operatif
c) Risiko infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
d) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan luka post operasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2011).
Proses Implementasi mencakup (Kozier, 2011) :
a. Mengkaji kembali pasien
b. Menentukan kebutuhan perawat terhadap bantuan
c. Mengimplementasikan intervensi keperawatan
d. Melakukan supervise terhadap asuhan yang didelegasikan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien merupakan langkah awal
penulis dalam memperoleh data-data yang dibutuhkan supaya dapat
melakukan asuhan keperawatan dengan akurat. Hasil dari data pengkajian
yang muncul pada pasien dengan post operasi Herniorrhaphy tidak selalu
sama dengan konsep teori yang terdapat pada teoritis bab II. Pasien Ny.H
dengan diagnosa hernia insisional diruang Melati RSUD Dr.M.Yunus
Bengkulu setelah melakukan post operasi Herniorrhaphy keluhan utama
yang dirasakan adalah gangguan rasa nyaman/nyeri dikarena luka post
operasi, skala nyeri dapat dirasakan berbeda-beda pada setiap pasien
dengan post operasi herniorrhaphy, seperti pada Ny.H indikator nyeri 4 pada
hari pertama pengkajian.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan kasus
hernia insisional post operasi herniorrhaphy mempunyai sedikit perbedaan,
yaitu terdapat satu diagnosa yang tidak ditegakkan yaitu diagnosa
keperawatan risiko infeksi karena tidak ditemukan data-data yang
menunjang untuk ditegakkannya diagnosa tersebut.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada kasus ini telah dibuat sesuai
dengan teori yang ada, hanya saja pada beberapa diagnosa penulis tidak
mencantumkan beberapa intervensi yang tidak sesuai dengan keadaan dan
kondisi pasien dirumah sakit.
43
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sudah efektif dan sudah
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Hal ini dikarenakan
adanya kerjasama yang baik antara perawat, pasien, dan keluarga pasien.
5. Evaluasi
Semua tujuan dari intervensi yang telah dibuat tercapai pada ketiga
diagnosa yang telah ditegakkan karena didukung dengan keinginan pasien
untuk cepat sembuh, dan karena pasien kooperatif selama dalam
perawatan.
B. Saran
a. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan untuk dapat menerapkan ilmu mengenai
asuhan keperawatan pada pasien dengan hernia lebih baik lagi, pasien
dengan pre dan post operasi hernia akan ditemui keluhan nyeri namun
penaalaksanaan dapat berbeda karena skala nyeri yang dirasakan biasanya
berbeda-beda. Pasien post herniorrhaphy dengan anestesi regional
biasanya sudah dapat makan-minum setelah dioperasi, lakukan perawatan
luka dengan menggunakan saleb yang sesuai dengan instruksi dokter
(biasanya menggunakan supratul), melatih dan mengajarkan mobilisasi
dengan diselingi penggunaan napas dalam/teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri saat bergerak atau mobilisasi, anjurkan pasien untuk
bergerak secara perlahan dengan dimulai dari miring kiri miring kanan,
anjurkan pasien untuk menggunakan gurita atau korset untuk menekan otot
area abdomen dan mengurangi peregangan otot abdomen setelah
pembedahan, berikan pendidikan kesehatan jika sudah diperbolehkan
pulang.
44
DAFTAR PUSTAKA
Hartini. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Post Operasi Hernia
Hari Ke-1. Surakarta
Kemenkes RI, 2012. Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, pp. 51-83
http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH_PUBLIKASI.pdf.diakses pada
tanggal 01 Oktober 2016, pukul 05.36 WIB
Moore & Dalley. 2013. Anatomi Fisiologi Berorientasi Klinis. Edisi ke-5. Jakarta:
Erlangga
Rekam Medik, 2015. Data Rekam Medik. Bengkulu: RSUD Dr. M.Yunus kota
Bengkulu
Ruhl, C.E,: Everhart, J.E.,2007. Risk Factors foringuinal Hernia Adult in the US
Population. Am Jepidemiol. http://eprints.ums.ac.id/31241/19/NASKAH
_PUBLIKASI.pdf
Rumiati. 2013. Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Post
Operasi Hernia. Surakarta