Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ganguan tidur merupakan salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada
penderita yang berkunjung ke praktek. Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan
masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda,
serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur
yang berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur
biologiknya, menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah
tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat
mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali
lebih sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup
Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakin lama semakin
meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari,
kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu
penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru
akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan
tidur merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan
datang.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusa masalah yang dapat diambil dari makalah ini adalah :
1. Definisi Sleep Apnea
2. Tipe-tipe Sleep Apnea
3. Penyebab Sleep Apnea
4. Patofisiologi
5. Asuhan Keperawatan

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memenuhi tugas mata ajar ” Ilmu Dasar Keperawatan II ”
2. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai sleep apnea
1.4 Ruang lingkup penulisan
Adapun ruang lingkup makalah ini adalah tentang pengertian, penyebab, factor yang
mempengaruhi, bahaya, dan cara mengatasi sleep apnea

2
BAB II
PEMBAHASAN

SLEEP APNEA DAN KEBIASAAN MENDENGKUR

Setiap individu menghabiskan 30% dari hidupnya dengan tidur. Sejak tahun 1970,
para ahli telah meneliti konsekuensi gangguan tidur yang disebabkan pola pernafasan
abnormal yang didefinisikan sebagai gangguan pernafasan saat tidur. Gangguan
pernafasan saat tidur merupakan gangguan pernafasan abnormal secara luas yang
memiliki karakteristik berupa berhentinya nafas secara berulang selama tidur. Walaupun
gangguan ini sering terjadi pada populasi masyarakat, namun kebanyakan tidak
terdiagnosa.
2.1Definisi
Sleep apnea didefinisikan sebagai suatu kelainan yang memiliki karakteristik
pernafasan abnormal berupa berhentinya nafas selama tidur serta memiliki
konsekuensi rasa kantuk di siang hari dan terganggunya fungsi kognitif, termasuk
terganggunya ingatan. Berhentinya nafas dapat dikategorikan sebagai apnea bila
terjadi sekurangnya 10 detik. Keparahan sleep apnea dapat dinilai dengan index henti
nafas atau apnea-hypopnea index (AHI); ringan bila AHI berkisar 5–15 kali/jam,
sedang bila AHI berkisar 15–29 kali/ jam, dan parah bila AHI lebih dari 30
kali/jam.10
Kebiasaan mendengkur menurut Random House Dictionary of English
Language adalah bernafas selama tidur dengan suara parau yang disebabkan vibrasi
atau getaran dari palatum lunak. The International Classification of Sleep disorder
:Diagnostic and Coding Manual mendefinisikan kebiasaan mendengkur sebagai suara
yang keras pada saluran pernafasan atas pada saat tidur tanpa adanya apnea atau
hipoventilasi. Pasien dengan kebiasaan mendengkur memiliki AHI index lebih kecil
dari 5 kali/jam dan tanpa disertai rasa kantuk yang berlebihan di siang hari

3
2.2 Tipe-Tipe Sleep Apnea
Sleep apnea dapat diklasifikasikan atas 3 tipe yaitu sentral sleep apnea, obstuktif
sleep apnea, dan campuran sleep apnea. Namun menurut International Classification
of Sleep Disorder-2nd edition (ICSD 2), kategori utama sleep apnea adalah sentral
sleep apnea dan obstruktif sleep apnea :
A. Sentral Sleep apnea
Sentral sleep apnea merupakan kelainan yang jarang terjadi dibanding obstruktif
sleep apnea. Sentral sleep apnea didefinisikan sebagai ketiadaan aliran udara
akibat kurangnya usaha ventilasi yang disebabkan oleh reduksi impuls dari sistem
saraf pusat ke otot pernafasan. Kelainan ini terjadi pada pasien dengan insufisiensi
sistem saraf pusat yang mempengaruhi aliran keluar dari pusat pernafasan ke
diafragma dan otot-otot pernafasan lainnya. Kelainan sistem saraf yang
dihubungkan dengan sentral sleep apnea meliputi neoplasma batang otak, infark
batang otak, bulbar encephalitis bedah spinal, cervical cordotomy, dan primary
iodopitic hypoventilation.
B. Obstruktif Sleep apnea
Obstruktif sleep apnea merupakan gangguan pernafasan saat tidur yang paling
sering terjadi, yang didefinisikan sebagai ketiadaan aliran udara meskipun
terdapat usaha ventilasi yang ditandai dengan adanya kontraksi otot pernafasan
(diafragma). Kelainan ini dapat disebabkan oleh penyempitan dan penutupan
saluran nafas bagian atas saat tidur. Obstruktif sleep apnea sering dikaitkan
dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Akibat psikomotor
pada obstruktif sleep apnea adalah rasa kantuk berlebihan dan lelah pada siang
hari serta kualitas tidur yang buruk karena pasien sering terbangun saat tidur
C. Campuran Sleep apnea
Campuran sleep apnea merupakan kombinasi dari sentral sleep apnea dan
obstruktif sleep apnea. Pola ini dimulai dengan setral sleep apnea yang ditandai
oleh tidak adanya aliran udara yang terdeteksi pada mulut dan hidung serta tidak
adanya aktivitas otot pernafasan. Pola diakhiri dengan obstruktif sleep apnea yang
ditandai dengan penghentian udara pada mulut dan hidung.

4
2.3 Penyebab Sleep Apnea
Menurut Dr. Matthew D. Mingrone, MD, pemimpindokter di EOS Sleep
Centers, California, ada orang-orang tertentu yang lebih mungkin mengalami
gangguan tidur tersebut, danberikut 8 penyebab sleep apneamenurutMingrone, :
A. Obesitas
Kemunggkinan factor resiko yang paling indikatif terjadi paa orang yang
memiliki kelebihan berat badan, orang dewasa yang memiliki kelebihan berat
badan dan beresiko 7 kali lebih besar untuk terkena OSA daripada orang yang
memiliki berat badan normal. Kelebihan berat badan menambah tekanan pada
tabung pernapasan sehinggan membuat diameter saluran udara menjadi lebih
kecil.
B. Lingkar Leher Besar
Pria dengan lingkar leher yang lebih besar dari 17 inchi dan wanita yang lebih
dari 15 inchi memiliki resiko lebih tinggi terkena OSA.
C. Usia
Menurut National Heart lung and Blood institute, apnea tidur sebenernya
kondisi yang bisa beresiko pada mansia, namun kondisi ini lebih umum terjadi
pada orang yang sudah berusia lanjut. “seiring bertambahnya usia, kita
kehilangan sedikit nada suara dan elastisitas otot tenggorakan sebagai proses
penuaan yang normal,” Ungkap mingrone, dengan adanya pelunakan alami pada
jaringan tenggrokan yang dosebabkan oleh proses penuaan alami, ada
kemuungkinan itu beresiko terkena sleep apnea.
D. Riwayat keluarga
Mingron berpendapat bahwa “ini bukan berarti anda memiiliki kecenderungan
genetic untuk mengembangkan apnea tidur, seperti beberapa jenis kanker yang
bias menurun dari generasi ke generasi. Kecuali jika anda mewarisi aspek
tertentu dari susunan fisik yang dapat meningkatkan resiko tidur apnea, seperti
misalnya ibu anda di rawat di rumah sakit karena apnea tidur yang disebabkan
rahang yang sempi. Anda mungkin jga harus mengunjungi dokter yang sama di
kemudian hari karena mungkin juga anda memiliki rahang yang kecil.

5
E. Peminum Alkohol
Menurut National Institute on Alkohol Abuse and alkoholismz, kebiasaan
mengonsumsi alcohol sebelum tidur beresiko terkena apnea tidur, bahkan pada
seseorang yang sebelumnya tidak terkena OSA. Sedangkan pada orang yang
sudah memiliki OSA, mengonsumsi alcohol dapat memperpanjang gejala tidur
apnea tersebut.
F. Ras
Sebuah studi menunjukan bahwa resiko gejala tidur apnea bias bervariasi sesuai
dengan golongan ras berdasarkan cirri-ciri fisik tertentu. Ini mungkin
disebabkan adanya perbedaan anatomi di bagian saluran pernapasan dari
berbagai kelompok etnis di dunia.
G. Merokok
Menurut sebuah studi pada tahun 2001, perokok dua kali lebih besar terkena
OSA dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. “merokok menyebabkan
sebagian jaringan saluran pernapasan membengkak karena adanya iritasi yang
di sebabkan oleh asap rokok,” kata Mingrone.pembengkakan tersebut
mengurangi ruang untuk udara keluar melalui hidung dan tenggorokan.
H. Jenis Kelamin
Pria paruh baya memiliki dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan gejala
OSA daripada wanita di usia yang sama. Menurut Mingrone “ hanya ada sekitar
15-20% pasien tidur apnea adalah wanita sedangkan pria dua kali lebih besar”,
hal ini mungkin di sebabkan karena adanya perbedaan anatomi dimana pria
memiliki lingkaran leher yang lebiih besar daripada wanita.

6
2.4 Patofisiologi
Pada manusia, jalur udara di daerah orofaring dan hipofaring hampir tidak memiliki
dukungan tulang yang kaku sehingga jalur udara dipertahankan tetap ada dengan
adanya fungsi otot dilator faring. Otot-otot utama tersebut adalah otot genioglosus
dan tensor palatina.
Pasien dengan obstruktif sleep apnea memiliki penyempitan jalur nafas bagian atas.
Dengan adanya penyempitan jalan nafas tersebut, terjadi percepatan aliran udara
(efek Venturi). Tekanan negatif ditimbulkan tepi arus aliran udara. Semakin cepat
aliran udara, semakin besar tekanan negatif (Prinsip Bernauli). Pada saat terbangun,
tekanan negatif pada pasien obstruktif sleep apnea diambil alih oleh peningkatan
aktivitas otot genioglosus dan tensor palatina yang menjaga jalan udara tetap ada.
Selama tidur, kompensasi muskular hilang dan aktivitas otot kembali ke level yang
sama pada individu tanpa obstruktif sleep apnea. Kehilangan tonus otot paling nyata
selama fase rapid eye movement. Kombinasi penyempitan anatomi dan kehilangan
kontrol neuromuskular menyebabkan kolapsnya jalan udara dan hambatan aliran
udara.
Adanya obstruksi nasal merupakan patogenesis gangguan pernafasan saat tidur
termasuk obstruktif sleep apnea. Perubahan pola pernafasan hidung menjadi
pernafasan mulut mengubah dinamika saluran pernafasan atas yang merupakan
predisposisi kolapsnya saluran pernafasan tersebut. Efek stimulasi aliran udara dari
hidung menjadi hilang. Selain itu, hambatan nasal juga meningkatkan tekanan negatif
saat inspirasi, serta menambah kolapsnya jalur udara secara anatomis.
Kebiasaan mendengkur disebabkan oleh vibrasi jaringan lunak faring yang terjadi
akibat resistensi oleh adanya gumpalan udara yang bergerak cepat. Tekanan udara
yang ditarik ke dalam dan resistensi menyebabkan kerasnya suara dengkuran,
sedangkan titi nada dipengaruhi oleh kelebatan dan konsistensi jaringan yang
bergetar. Tepi posterior palatum lunak, uvula dan pilar tonsil merupakan area yang
paling sering menyebabkan suara dengkuran.
Hambatan maupun pengurangan aliran udara selama apnea menyebabkan hipoksia
dan hiperkabnia. Untuk mengatasi resistensi jalan udara selama pernafasan,
diperlukan peningkatan usaha inspirasi. Kombinasi hipoksia, hiperkabnia dan

7
peningkatan usaha ventilasi menyebabkan fragmentasi tidur dan terbangun. Pada saat
pasien terbangun, otot faring menjadi aktif kembali dan jalur udara terbuka. Pasien
kemudian mengadakan hiperventilasi untuk memperbaiki kekacauan gas dalam darah
lalu kembali tertidur dan siklus tersebut berulang kembali.
2.5 Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Riwayat Tidur
a. Pola tidur: kuantitas (lama tidur) dan kualitas tidur, baik tidur siang
maupun tidur malam.
b. Penggunaan obat tidur dan obat-obatan yang lai sebelum tidur.
c. Ritual sebelum tidur: aktivitas, rekreasi atau kebiasaan lain yang di
lakukan sebelum tidur.
d. Perubahan terkini pada pola tidur: apakah ada kesulitan tidur atau
perubaha pola tidur serta adakan masalah yang pasien yakini dapat
mempengaruhi pola tidurnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi observasi fisik, perilaku, dan tingkat energy
pasien. Kondisi fisik yang menunjukan bahwa pasien mengalami masalah
tidur antara lain terdapat lingkaran kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak
mata bengkak, konjungtiva merah dan lain-lain. Indikasi perilaku yang
menunjukan adanya masalah tidur meliputi rasa gelisah, bicara lambat, tidak
focus atau perhatian. Pasien yang mengalami masalah tidur akan terlihat
lemah, letargik atau lelah akibat kekurangan energy.

8
B. Diagnosa Keperawatan.
1. Gangguan pola tidur, berhubungan dengan:
a. Sering terjaga pada malam hari, misalnya karna gangguan transport
oksigen, elimanasi, dan metabolism.
b. Nyeri, misalnya nyeri pada kaki
c. Lingkungan yang mengganggu.
2. Kecemasan, berhubungan dengan ketidakmampuan untuk tidur, hentinafas
saat tidur (sleep apnea), dan ketidak mampuan mengawasi perilaku.
3. Koping individu tidak efektif, berhubungan dengan insomnia.
4. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan apnea saat tidur
5. Potensial cedera

C. Rencana keperawatan
1. Tujuan:
Perencanaan keperawatan pada masalah kebutuhan istirahat dan tidur
bertujuan untuk mempertahankan (atau membentuk) pola tidur yang
memberikan energy yang cukup untuk menjalankan aktivitas sehari-hari :
a. Identifikasi factor yang menyebabkan gangguan tidur
b. Kurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur
c. Tingkatkan aktivitas pada siang hari dengan memperhatikan kondisi
kesehatan pasien.
d. Bantu pasien untuk memicu tidur (Induc sleep).
e. Kurangi kemungkinan cedera selama tidur
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan bila diperlukan.
2. Tindakan Keperawatan :
Indentifikasi factor yang mempengaruhi pola tidur.
a. Perubahan lingkungan
Gangguan pola tidur yang dapat terjadi pada pasien rawat inap baru
yang tidak bisa tidur karna masih merasa asing dengan lingkungan
rumahsakit dan khawatir dengan penyakitnya.tindakan yang dapat
diberikan antara lain:

9
a) Libatkan pasien dalam membuat jadwal aktifitas
b) Berikan lingkungan yang dapat membuat pasien tenang dan tenang
c) Berikan obat analgensik sesuai dengan program terapi
d) Jelaskan dan berikan dukungan kepada pasien agar tidak takut dan
cemas
b. Kurangi distraksi lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur,
misalnya :
a) Tutup pintu kamar
b) Matikan pesawat telpon, missal nya dengan mencabut kabel telpon
c) Nyalakan bunyi-bunyian yang lembut missal nya music yang tenang
d) Redupkan atau matikan lampu
e) Pasang lampu tidur
f) Kurangi jumlah stimulus, missal nya dengan mematikan atau
menurunkan volume televisi
c. Berikan aktifitas pada siang hari dengan memperhatikan kondisi kesehatan
pasien
a) Rancang aktivitas pada siang hari yang dapat menolong pasien,
misalnya jalan kaki atau terapi fisik. Sesuaikan aktivitas tersebut
dengan kondisi kesehatan pasien dan kebutuhan istirahat serta tidur
b) Usahakan agar pasien tidak tidur siang hari lebih dari 90 menit
c) Anjurkan pasien untuk tidur pada pagi hari
d. Bantu pasien untuk memicu tidur (Indus sleep)
a) Bantu pasien melakukan rutinitas sebelum tidur semaksimal mungkin,
misal nya mandi, menggosok gigi, dan membersihkan muka
b) Anjurkan pasien untuk membersihkan tempat tidur nya sebelum tidur
c) Anjurkan pasien untuk melakukan relaksasi sebelum tidur, misal nya
minum susu hangat, membaca buku, mendengarkan music, atau
menonton televise
d) Pastikan pasien tidur tanpa gangguan selama sedikitnya 4 atau 5
priode, masing masing 90 menit setiap 24 jam.
e. Kurangi kemungkinan cedera selama tidur.

10
Kemungkinan cedera selama tidur dapat dikurangi antara lain dengan :
a) Posisikan tempat tidur sehingga tempat tidurnya menjadi rendah
b) Letakan bel didekat pasien dan ajarkan pasien cara menta bantuan
c) Berikan penerangan secukup nya sehinga pasien dapat berjalan
kekamar mandi dengan aman tanpa takut tersandung sesuatu
d) Jika pasien menggunakan selang drainse, gantungkan selnag ditempat
tidur dan ajarkan memindahkannya
f. Berikan pendidikan kesehatan dan lakukan rujukan jika diperlukan
a) Ajarkan rutinitas tidur dirumah dengan mempertahankan jadwal harian
yang konsisten untuk bangun, tidur dan istirahat (hari biasa dan akhir
pecan)
b) Jelaskan pentingnya olahraga secara teratur (misal nya jalan kaki, lari,
senam aerobic, latihan fisik)selama setidaknya satu setengah jam 3x1
minggu untuk menurunkan stress dan memudahkan tidur
c) Jelaskan bahwa otot otot hipnotik tidak boleh digunakan dalam jangka
waktu yang lama karena beresiko menyebabkan toleransi dan
mengganggu fungsi pada siang hari
d) Jelaskan penyebab gangguan tidur atau istirahat dengan cara-cara yang
dapat dilakukan untuk menghindari atau mengatasi gangguan tersebut
3. Evaluasi keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan istitahat dan tidur dapat di nilai
dari kemampuan dalam memenuhi kebutuhan tidur, baik kuantitaf maupun
kualitatif serta kemampuan dalam melakukan teknik teknik yang dapat
dilakukan untuk mengatasi gagguan tidur.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gangguan tidur yang dalam istilah kedokteran disebut sleep apnoea itu terjadi akibat
penyempitan saluran pernafasan. Dalam kondisi tertentu, gangguan ini dapat
berakibat kematian. Penyebab sleep apnea: kelelahan / cape, obesitas / berat badan
berlebih, posisi tidur, kebiasaan merokok, gangguan pada hidung dan saluran
pernapasan. Faktor yang mempengaruhi sleep apnea saat tidur: usia, masalah pada
hidung dan sinus , gaya hidup tidak sehat, kondisi tubuh tertentu. Cara mengatasi
sleep apnea, langkah pertama yang harus anda lakukan adalah mengetahui penyebab
sleep apnea, Identifikasi factor yang menyebabkan gangguan tidur Kurangi distraksi
lingkungan dan hal-hal yang dapat mengganggu tidur

3.2 Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah semoga dengan dibuatnya makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca mengenai sleep apnea

12
DAFTAR PUSTAKA

Chapter II.Sleep Apnea dan Kebasaan Mendengkur.Pdf

Japardi iskandar. Gangguan Tidur. Pdf

http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Jan10/EDITORIAL%20Obstructive%20Sleep%20Apn

ea.pdf

Saputra Lyndon-2013. Pengantar kebutuhan manusia . Bina Rupa Aksala Publisher:

Tangerang Selatan

13

Anda mungkin juga menyukai