Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gizi memiliki peran yang besar dalam daur kehidupan. Setiap tahap daur
kehidupan terkait dengan prioritas nutrient yang berbeda. Selama hidup manusia
membutuhkan nutrient yang sama, namun dalam jumlah yang berbeda. Status
gizi menjadi penting karena merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadi
kesakitan atau kematian. Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan antara
konsumsi makanan, penyerapan gizi, dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau
keadaan fisiologis akibat adanya ketersediaan zat gizi dalam tubuh. Status gizi
yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap kesehatannya dan juga
terhadap kemampuan dalam proses pemulihan (Supariasa, 2002).
Metode dalam penentuan status gizi terbagi menjadi dua metode, yaitu
metode langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan dengan
pengukuran antropometri, biokimia, klinis, dan biofisik. Sedangkan metode tidak
langsung antara lain survey konsumsi makanan, statistik vital, dan keadaan
ekologi.
Metode penilaian status gizi yang sering digunakan salah satunya adalah
antropometri. Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai
secara universal, tidak mahal, dan metode yang noninvasif untuk mengukur
ukuran, bagian, dan komposisi tubuh manusia. Jika dilihat dari pandangan ilmu
gizi, antropometri adalah metode yang dilakukan dengan mengukur dimensi tubuh
dan komposisi tubuh dari segala tingkat usia dan tingkat gizi.
Penggunaan antropometri secara umum untuk melihat ketidak seimbangan
asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan
fisik dan jaringan tuuh seperti lemak,otot, dan jumlah air dalam tubuh. Parameter
yang digunakan aalah umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan, lingkar
kepala, lingkar pinggul, dan tebal lemak bawah kulit. Metode pengukuran
antropometri untuk jaringan lunak dilakukan dengan mengukur lipatan kulit (skinfold) yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan kulit dan lemak sub-kutan (SubCutanous Fat).

Dalam pengukuran body composition atau komposisi tubuh, terdapat dua


metode. Metode pertama yaitu 2 compartment, yang dilihat dari keberadaan lemak
tubuh, yaitu membagi tubuh menjadi bagian lemak dan bagian nonlemak.
Sedangakan metode kedua adalah 4 compartment. Metode 4 compartment
membagi bagian nonlemak menjadi protein, total air dalam tubuh, dan tulang.
Dari kedua metode ini yang paling sering digunakan adalah metode 2
compartment. Hal ini disebabkan karena faktor biaya yang cukup terjangkau dan
kemudahan dalam menghitung. Metode 4 compartment dinilai lebih sulit dan
memerlukan biaya yang besar serta mencakup beberapa tes laboratorium.
Terdapat tiga tahapan dalam penentuan status gizi, yaitu pengumpulan
data, evaluasi, dan interpretasi data. Evaluasi dalam metode antropometri penting
untuk menaksir status gizi dan permasalahan gizi pada individu ataupun
kelompok. Evaluasi digunakan untuk menganalisa data dari hasil pengukuran
untuk kemudian diinterpretasikan dan diklasifikasikan status gizinya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan body composition?
2. Metode apa saja yang digunakan untuk mengukur body composition?
3. Bagaimana cara mengevaluasi data hasil pengukuran body composition?
4. Bagaimana cara menginterpretasikan data hasil pengukuran body
composition?
5. Bagaimana hubungan data hasil pengukuran body composition dengan
resiko terkena penyakit?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan body composition
2. Untuk mengetahui metode apa saja yang digunakan untuk mengukur body
composition
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengevaluasi data hasil pengukuran
body composition
4. Untuk mengetahui bagaimana cara menginterpretasikan data hasil
pengukuran body composition
5. Untuk mengetahui bagaimana hubungan data hasil pengukuran body
composition dengan resiko terkena penyakit

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Body Composition
Body composition atau komposisi tubuh adalah jumlah dari seluruh bagian
tubuh yang terdiri dari jaringan lemak dan jaringan bebas lemak di dalam
tubuh (Forber, 1994). Jaringan lemak (adiposa) adalah jaringan yang terdiri
dari simpanan lemak yang berbentuk trigliserida. Sedangkan massa lemak
bebas terdiri dari tulang, otot, cairan ekstraseluler, jaringan syaraf, dan semua
sel selain adiposa. Pengukuran komposisi tubuh diperlukan untuk berbagai
alasan. Ada korelasi kuat antara obesitas dan peningkatan resiko berbagai
penyakit kronis (penyakit arteri koroner). Menurut ACSM (2008), penilaian
komposisi tubuh dapat membantu menetapkan berat badan optimal bagi
kesehatan dan kinerja fisik.
Ada tiga metode evaluasi antropometri yang digunakan untuk menaksir
komposisi tubuh, antara lain:
1. Two compartment model
Two compartment model adalah metode evaluasi yang perhitungannya
berdasarkan jumlah massa lemak (fat-mass) dan jumlah massa nonlemak
(fat-free mass). Sehingga dapat dirumuskan:

BW = FM + FFM
Keterangan :
BW = Body Weight atau berat badan (kg)
FM = Fat Mass atau masa lemak (kg)
FFM = Fat Free Mass atau masa non lemak (kg)
2. Three compartment model
Three compartment model adalah metode evaluasi yang perhitungannya
menggabungkan 2 unsur Fat Free mass (FFM) menjadi 1 komponen.
Misalnya, tulang dan protein di gabung. Maka dapat dituliskan:

BW= FM +TBW+S
Keterangan :
BW = Body Weight atau berat badan (kg)
FM = Fat Mass atau masa lemak (kg)
TBW = Total Body Water atau jumlah air (kg)
S = Solids (Nonaqueous) atau gabungan tulang dan protein (kg)
3

3. Four compartment model


Four compartment model adalah metode evaluasi yang perhitungannya
berdasarkan pada

jumlah air (water), tulang (bone), lemak (fat), otot

(protein), dan glikogen yang jumlahnya sangat sedikit, sehingga beratnya


dapat diabaikan.

BW= FM+TBW+ Protein+Bone+Glikogen


Keterangan : BW = Body Weight atau berat badan (kg)
FM = Fat Mass atau masa lemak (kg)
TBW = Total Body Water atau jumlah air (kg)
Protein, Bone, glikogen (kg)
Dari ketiga metode tersebut, Two Compartement Model merupakan
metode evaluasi yang paling sering digunakan karena tidak membutuhkan
banyak variabel untuk menentukan komposisi tubuh seseorang, sehingga
perhitungannya menjadi lebih cepat, mudah, dan relatif murah karena tidak
memerlukan tes laboratorium.
Massa lemak selalu menjadi perhatian utama karena lemak merupakan
komposisi tubuh yang bersifat buruk sehingga dijadikan sebagai predictor
untuk penentuan resiko terjadinya penyakit degeneratif. Lemak juga
merupakan komponen terbanyak dalam tubuh, namun lemak bersifat variable
yang berarti berbeda untuk setiap individu berdasarkan jenis kelamin, tinggi,
dan berat tubuh. Secara rata-rata, lemak tubuh wanita lebih tinggi
dibandingkan pria, yaitu mewakili 26,9% dari total berat badan
dibandingkan 14,7% lemak tubuh pria. Berikut adalah distribusi lemak
dalam tubuh pada pria dan wanita ( Gibson, 1993 ) :
Tabel Distribusi Lemak dalam tubuh pada Laki- Laki dan Perempuan
FAT LOCATION

MEN (kg)

WOMEN (kg)

2.1

4,9

Essential fat (lipids of the bone


marrows, CNS, mammary glands,
and other organs)
Storage fat

Subcutaneous

3.1

5.1

Intermuscular

3.3

3.5

Intramuscular

0.8

0.6

1.0

1.2

Total Fat

10.5

15.3

Body Weight

70.0

56.8

Percentage Fat

14.7 %

26.9%

Fat of thoracic and abdominal


cavity

Rekomendasi dari komposisi tubuh manusia menurut J. Brochek, et.al


adalah air (62,4%), protein (16,4%), mineral (5,9%), lemak (15,3%), dan
massa lemak bebas (84,7%). Tubuh terdiri dari dua bagian yang
terpisah secara kimiawi yaitu: lemak tubuh dan massa lemak tubuh
bebas. Kemudian juga dikenal sebagai massa sel tubuh yang terdiri dari otot,
bukan otot, jaringan tanpa lemak, dan rangka. Teknik antropometri secara
tidak langsung dapat menilai lemak tubuh dan massa non lemak tubuh dan
variasi jumlah serta proporsi yang dapat digunakan sebagai indeks
dari status penilaian gizi (Supariasa, 2002).
Untuk mengetahui body composition, terdapat dua pengukuran yang
dapat dilakukan yaitu:
a. Fat mass, yang terdiri dari pengukuran skinfold thickness, waist hip
circumference ratio, waist circumference, dan limb fat area.
b. Fat-free mass, yang terdiri dari pengukuran mid upper arm circumference,
mid upper arm muscle circumference, dan mid upper arm muscle area
2.2 Evaluasi Pengukuran Komposisi Tubuh
2.2.1 Assessment of body fat
1. Skinfold Thickness
Metode ini merupakan metode konvensional yang paling banyak
digunakan dan mempunyai validitas dan reliabilitas yang cukup tinggi
untuk memprediksi komponen tubuh seperti lemak, otot rangka, tulang,
dan cairan tubuh. Khusus untuk memprediksi lemak tubuh total, dengan

metode ini dapat dilakukan dengan tiga cara: (1) menghitung densitas
badan terlebih dahulu dengan menggunakan persamaan tertentu dari hasil
pengukuran tebal lipatan lemak subkutan, (2) langsung menghitung
persentase lemak badan dengan persamaan tertentu dari hasil pengukuran
tebal lipatan lemak subkutan, atau (3) langsung dilihat pada tabel yang
sudah disediakan dari beberapa pengukuran tebal lipatan lemak subkutan
yang telah dilakukan sebelumnya. Dari ketiga cara tersebut dibedakan
antara laki-laki dan wanita.
a. Pengukuran Massa Lemak Tunggal (Single Measurement)
Pengukuran massa lemak tunggal digunakan untuk memperkirakan
prosentase lemak tubuh. Saat melakukan pengukuran tunggal ini, harus
melakukan pemilihan lokasi skinfold yang paling mencerminkan
seluruh lapisan lemak subkutan karena lemak subkutan tidak tersebar
secara merata di seluruh tubuh. Namun, area subkutan yang paling
representatif berbeda-beda untuk tiap jenis kelamin, umur, dan suku
bangsa. Pengukuran lemak tubuh menggunakan area tunggal sulit untuk
dilakukan pada wanita dewasa, karena penyebaran lemak subkutan di
tubuh sangat bervariasi. Secara umum, daerah yang paling sering
digunakan untuk pengukuran lemak tubuh menggunakan area tunggal
adalah daerah triceps. Namun, pengukuran ini hanya cocok untuk
mengukur lemak tubuh wanita dan anak-anak.
1) Biceps
Pengukuran Biceps Skinfold bertujuan untuk memprediksi total
lemak dalam tubuh. Selain itu juga bisa digunakan untuk
menghitung besarnya otot dan tulang pada daerah pengukuran
apabila digabungkan dengan pengukuran tebal lemak bawah kulit
pada triceps.
2) Triceps
Pengukuran Triceps Skinfold merupakan pengukuran lemak pada
bagian titik tengah otot bagian lengan belakang. Pengukuran triseps
sering digunakan karena mudah, sopan, dan sesuai dengan etika
yang ada di Indonesia. Triceps Skinfold memiliki korelasi dengan:
% lemak tubuh
: 0,70 (pria) dan 0,77 (wanita)
Total lemak tubuh
: 0,73 (pria) dan 0,80 (wanita)
Cara menginterpretasikan Triceps Skinfold adalah
1. Ukur dan tentukan tebal lemak pada triceps.

2. Setelah di ketahui data ketebalan lemak pada triceps, carilah


presentase median dengan rumus:
%median=
Tabel Persentil Pengukuran Triseps Skinfold Usia 1 hingga 75 Tahun
(Gibson, 1993)

3. Interpretasikan hasil median ke dalam tabel klasifikasi


antropometri

Tabel Klasifikasi Evaluasi Fat Status ( Frisancho,1990 )


Contoh soal

1.

Nindy berumur 18 tahun dan memiliki tebal trisep 10 mm.


Tentukan status gizi Nindy!

2.

Bagus berumur 25 tahun dan memiliki tebal trisep 21mm.


Tentukan status gizi Bagus!

Jawaban:
1.

%median =

% median = 100 x 10 / 18,5 = 54%

% median trisep Nindy menunjukkan angka 54%, ini


menunjukkan bahwa status gizi Nindy normal.
2.

% median =

% median = 100 x 25 / 11 = 277%

% median trisep Bagus menunjukkan angka 277%, ini


menunjukkan bahwa Bagus mengalami kelebihan lemak.
3) Subscapular
Pengukuran skinfold subscapular dilakukan di atas sudut bawah
(inferior) scapula. Pengukuran subscapular sering digunakan untuk
menambah penaksiran total lemak yang ada dalam tubuh, dan juga
menyediakan informasi penyebaran lemak dalam tubuh yang
nantinya dapat dicari hubungannya antara resiko terpapar penyakit.
Subscapular skinfold memiliki korelasi koefisien:
% lemak tubuh: 0,75 (pria) dan 0,71 (wanita)
Total lemak tubuh : 0,79 (pria) dan 0,80 (wanita)
Cara menginterpretasikan Subscapular Skinfold adalah:
3. Ukur dan tentukan tebal lemak pada subscapular
4. Cari persentase median dengan rumus sebagai berikut:

Tabel Persentil Ketebalan Subskapular Orang Amerika


berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin. (Gibson, 1993)

5. Interpretasikan hasil median ke dalam tabel klasifikasi


antropometri

Tabel Klasifikasi Evaluasi Fat Status ( Frisancho, 1990 )


Contoh Soal

1. Pak Andi berusia 53 tahun dan memiliki tebal subskapular 15 mm.

Tentulanlah status gizi Pak Andi.


2. Sekar berusia 15 tahun dan memiliki tebal subskapular 12 mm,

tentukanlah status gizi Sekar.


Jawaban
1.

%median = 100 x 15 / 16 = 93,75%

Dari %median yang diperoleh, Pak Andi memiliki kelebihan lemak


2.

% median = 100 x 12 / 10 = 120%

Dari %median yang diperoleh, Sekar memiliki kelebihan lemak


b. Pengukuran Massa Lemak Multiple (Multiple Measurement)
Kombinasi pengukuran skinfold untuk beberapa area yang paling
optimal belum diketahui jelas karena tidak ada satu pun area tubuh yang
memiliki jumlah lemak subkutan yang secara konsisten dapat
merepresentasikan jumlah lemak pada seluruh tubuh. Pada umumnya,
dalam studi pada anak-anak dan dewasa, direkomendasikan untuk
mengambil satu hasil pengukuran lemak di anggota gerak (misalnya
triseps) dan satu hasil pengukuran lemak tubuh (misalnya subskapula).
1) Triceps dan subscapular
Multiple measurement skinfold ini menggunakan penjumlahan
jumlah lemak triceps dan subscapular dengan rumus:

10

Tabel persentil ketebalan trisep+subscapular berdasarkan usia & jenis kelamin


(Gibson, 1993)

Setelah

mendapat

median

presentase

kita

dapat

mengintepretasikan menurut tabel dibawah ini :

11

Tabel Klasifikasi Evaluasi Fat Status ( Frisancho, 1990)

Selain itu, untuk menghitung lemak tubuh di dua area, dapat digunakan
rumus sebagai berikut
a. Pada Laki-laki 18-27 tahun
Db

= 1,0913 0,00116 (trisep + scapula)


% BF = [(4,97/Db) 4,52] x 100

b. Pada Wanita 18-23 tahun


Db = 1,0897 0,00133 (trisep + scapula)
% BF = [(4,76/Db) 4,28] x 100
Tabel Klasifikasi Standar Pengukuran Tebal Lemak Bawah Kulit:
Klasifikasi
Kurang
Optimal
Tingkat Rendah
Gemuk
Sangat gemuk

Laki-laki
<8%
8 15 %
16 20 %
21 24 %
25 %

Wanita
< 13 %
14 23 %
24 27 %
28 32 %
33 %

Sumber: Sirajudin 2012.


Contoh Soal
Bima berusia 20 tahun. Memiliki ketebalan trisep dan subskapular 15mm

dan 18 mm. Tentukanlah status gizi Bima.

12

Jawaban:
Maka:
% median = 100 x (15+18) / 21 = 157 %
Dari perhitungan diatas, maka Bima mengalami kelebihan lemak.
2. Waist Hip Circumference Ratio (WHR)
Waist Hip Circumference Ratio (WHR) adalah metode sederhana
untuk membedakan antara lemak bagian bawah tubuh (pinggul dan
bokong) dan lemak bagian atas tubuh (pinggang dan bagian perut). WHR
merefleksikan distribusi dari jaringan lemak subkutan dan jaringan lemak
pada intra-abdominal. Berat badan yang terkonsentrasi sekitar abdomen
sering disebut apple shape sedangkan yang terkonsentrasi di sekitar
pinggul disebut pear shape.

Sumber: educatioportal.com/cimages/multimages/16/apple_vs_pear.jpg
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peningkatan WHR
merupakan resiko terhadap penyakit kardiovaskuler dan diabetes melitus.
Menurut Bjorntorp (1985), apabila rasio lingkar pinggang dan lingkar
pinggul laki-laki lebih dari 1,0 dan untuk perempuan lebih dari 0,8 akan
meningkatkan risiko komplikasi penyakit kardiovaskular dan penyakit
degeneratif lainnya.
Dalam beberapa kasus, orang dengan berat badan berlebih yang
terkonsentrasi pada abdomen memiliki resiko lebih tinggi terserang
penyakit jantung koroner dan diabetes dibandingkan dengan orang yang
berat badanya terkonsentrasi pada daerah pinggul dan paha. Banyaknya
lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme,

13

termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas,


dibanding dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan.
Beberapa penelitian pada orang dewasa menunjukkan bahwa nilai
WHR bervariasi tergantung pada etnik, usia, jenis kelamin, letak geografis,
dan tingkat kelebihan berat badan. Ambang batas (cut-off) resiko terhadap
penyakit untuk laki-laki (WHR) 1 sedangkan untuk wanita (WHR) 0,85.
WHR digunakan sebagai pengukuran obesitas, yang merupakan indikator
kemungkinan lain kondisi kesehatan yang lebih serius. Berikut rumus yang
digunakan utnuk menghitung WHR:
WHR =

Waist or Abdominal Circumference (cm)


Hip Circumference (cm)

Kemudian, dapat diinteprestasikan ke dalam tabel di bawah ini.


Tabel Waist-Hip circumference Ration (WHR) bagi laki-laki dan
wanita.
Jenis

Umur

Resiko
Rendah

Kelamin
Laki-laki

Perempuan

Sedang

Tinggi

Sangat

20-29

< 0,83

0,83 0,88

0,89 0,94

Tinggi
> 0,94

30-39

< 0,84

0,84 0,91

0,92 0,96

> 0,96

40-49

< 0,88

0,88 0,95

0,96 0,10

> 0,10

50-59

< 0,90

0,90 0,96

0,97 1,02

> 1,02

60-69
20-29

< 0,91
< 0,71

0,91 0,98
0,71 0,77

0,98 1,03
0,78 0,82

> 1,03
> 0,82

30-39

< 0,72

0,72 0,78

0,79 0,84

> 0,84

40-49

< 0,73

0,73 0,79

0,80 0,87

> 0,87

50-59

< 0,74

0,74 0,81

0,82 0,88

> 0,88

60-69

< 0,76

0,76 0,83

0,84 0,90

> 0,90

Hubungan antara WHR dengan resiko terkena penyakit degeneratif, dapat dilihat
dari tabel berikut:
Tabel Resiko Penyakit Degeneratif
Pengukuran

Pria

Wanita

Resiko

Resiko

Resiko

Resiko

meningkat

makin

meningkat

makin

14

Lingkar

>94

meningkat
>102

pinggang
WHR

0,9

>80

meningkat
>88

0,8

0,9

WHR adalah suatu metode sederhana untuk mengetahui obesitas


sentral pada orang dewasa dengan mengukur distribusi jaringan lemak
pada tubuh terutama bagian pinggang dengan membandingkan antara
ukuran lingkar pinggang dibanding dengan lingkar perut. Obesitas sentral
dianggap sebagai faktor risiko yang erat kaitannya dengan penyakit
degeneratif (Sirajuddin, 2011).
Ketika hanya menggunakan lingkar pinggang sebagai pemantau,
WHO (1998) menyarankan agar ambang batas untuk perempuan di Eropa
80 cm dan untuk laki-laki 94 cm, sedangkan di Asia batas bawah 90 cm
pada laki-laki harus digunakan. Dapat dikatakan kelebihan lemak perut
apabila memenuhi :
Jenis Kelamin
Laki Laki
Perempuan

Ras Kaukasia
102 cm
88 cm

Ras Asia
> 90 cm
> 80 cm

Contoh Soal
Ibu Asih berusia 45 tahun dan memiliki lingkar pinggang 49 cm dan
lingkar pinggul 56 cm. tentukan status gizi ibu Asih.
Jawaban:

WHR = 49 / 56 = 0,875

WHR Ibu Intan menunjukkan angka 0,875, ini berarti Ibu Asih memiliki
resiko yang sangat tinggi untuk terkena penyakit degenaratif
3.

Mid-upper-arm fat area


Mid-upper-arm fat area adalah penampang lemak lengan atas yang
dihitung dari pertengahan lingkar lengan atas dan trisep. Mid-Upper-Arm
Fat Area ini memberikan perkiraan total lemak tubuh yang lebih tepat
dibandingkan dengan pengukuran single skinfold pada area yang sama,

15

karena lebih berhubungan dengan total lemak tubuh. Cara perhitungannya


adalah sebagai berikut:
1) Menghitung Mid-Upper-Arm Fat Area menggunakan rumus berikut:

A
: Mid-Upper-Arm Fat Area (mm2)
C1
: Mid-Upper-Arm Circumference (mm)
SKF
: Triceps skinfold thickness (mm)
2) Hitung % median menggunakan referensi data NHANES, yang sesuai
Keterangan:

dengan umur, jenis kelamin, dan median mid-upper-arm fat area.

Tabel persentil Mid-Upper-Arm Fat Area:

3) Tentukan range persentil hasil perhitungan menggunakan


referensi data yang sama.
4) Cari Arm Fat Index (AFI) (% of fat in the upper arm) dari midupper-arm fat area dan total arm area menggunakan persamaan
berikut:

AFI =

16

Keterangan:

Dimana C = mid-upper-arm circumference / MUAC (mm)


5) Setelah memperoleh nilai AFI, tentukan status far dari hasil
perhitungan tersebut menggunakan klasifikasi antropometri:
Tabel Kategori Status Kegemukan
Category

Percentile

Fat Status

I
II
III
IV
V

0.0 5.0

Lean
Below Average
Average
Above Average
Excess Fat

5.0 15.0
15.0 85.0
85.0 95.0

90.0 100.0
Anthropometric classification and evaluation of fat status. Modified from
Frisancho (1990).
Sumber : Nutritional Assessment a Laboratory Manual hal.97
4.

Menghitung total body fat


Metode dalam perhitungan total body fat yang digunakan adalah :
Melakukan pengukuran skinfold
Menghitung body density
Keterangan: D
: Body Density
Nilai C dan M berada dalam table Durnin JVGA,
Womersley J (1974) berikut:

17

Mengitung % Body Fat


Terdapat beberapa persamaan untuk menghitung % body fat, yaitu:
Siri (1961)

Brozek et al. (1963)

Rathburn & Pace (1945)


Ketiga persamaan di atas menggunakan motode 2-compartment model.
Untuk melakukan pengukuran, dapat dipih satu diantara ketiga rumus diatas.
Persamaan Siri (1961) berasumsi bahwa berat jenis lemak pada tubuh
adalah 0,900 g/cc dan berat jenis fat-free body 1,100 g/cc. Sedangkan
persamaan Brozek dan Rathburn and Pace didasarkan atas konsep dari
referensi laki-laki dari berat jenis spesifik dan komposisi, dan menghindari
syarat dari penaksiran pada berat jenis dari massa bebas lemak.

18

Berikut adalah beberapa formula menghitung % body fat dengan


menggunakan metode 3-compartmen model dan 4-comparment model:
3-compartment model
Siri (1961)

Lohman (1986)
4-compartment model
Selinger (1977)
Keterangan:
D

: Body Density

W : Total Body Water


M : Mineral (osseous and non osseous)
B

: Osseous Mineral

Tabel Persamaan Regresi Untuk Memperkirakan Lemak Tubuh


Orang Dewasa
Age

Equalition for women

Age

Equalition for men

ranges
17-19

ranges
D=1.1620-O.O630 x (log
17-19

D=1.1549-O.O678 x (log

20-29

)
D=1.1631-O.O632 x (log

20-29

)
D=1.1599-O.O717 x (log

30-39

)
D=1.1422-O.O544 x (log

30-39

)
D=1.1423-O.O632 x (log

40-49

)
D=1.1620-O.O700 x (log

40-49

)
D=1.1333-O.O612 x (log

50+

)
D=1.1715-O.O779 x (log

50+

)
D=1.1639-O.O645 x (log

19

Menghitung Total Body Fat (Fat Weight)

Untuk mengetahui total berat bebas lemak

Setelah mengetahui total lemak dalam tubuh, maka dapat diinteprestasikan


kedalam tabel berikut:
Persentase Standar % lemak tubuh untuk dewasa
Klasifikasi
Laki-laki
Lean
< 8%
Optimal
8% - 15%
Slightly overfat
16% - 20%
Fat
21% - 24%
Obese (overfat)
25%
Sumber: Sirajudin, 2012.

Perempuan
<13%
13% - 23%
24% - 27%
28% - 32%
33%

Contoh soal
Seorang Wanita berusia 30 tahun dan berat badan 53 kg memiliki tebal
lemak triseps 17 mm. Berapa total berat lemak tubuhnya, dan bagaimana
interpretasinya?
BODY DENSITY (D)= c m x (log skinfold)
Untuk nilai c dan m dilihat pada tabel Durnin JVGA, Womersley J (1974)
Untuk nilai c = 1,1176
Untuk nilai m= 0,0686
D

= 1,1176 0,0686 x (log 17)


= 1,1176 0,0686 x 1,2304
= 1,1176 0,0844
= 1,0332

20

( Siri ) % fat

=(

- 4,50 ) x 100 %

= 0,3 x 100 % = 30 %
Berdasarkan hasil persentase lemak, dapat diinterpretasikan bahwa wanita
tersebut termasuk dalam kategori fat.

Bayi dan anak usia 4 11 tahun


Pada dasarnya perhitungan pada bayi dan anak usia 4 11 tahun itu
sama dengan orang dewasa. Dapat menggunakan single skinfold atau
multiple skinfold. Dan setelah pengukuran skinfold thicknes, hasilnya bisa
digunakan untuk menghitung persentase median sesuai dengan skinfold
yang digunakan menggunakan rumus yang telah ada di atas. Dan
kemudian hasil persentase median tersebut dapat kita interpretasikan
kedalam tabel berikut :
Tabel Klasifikasi Evaluasi Fat Status ( Frisancho, 1990 )

Namun, pada bayi dibawah 4 tahun sebaiknya tidak menggunakan


pengukuran skinfold, karena pengukuran skinfold dapat menyakiti bayi
tersebut.Untuk bayi kurang dari 4 tahun sebaiknya digunakan BIA (Bioelectrical
Impedance Assay), DXA (X-Ray spechtrophometry), atau alat yang tidak perlu
mencubit bayi. Jika menggunakan alat tersebut akan lebih mahal tetapi akan
sangat mudah.

21

Sedangkan untuk anak usia 4 11 tahun ada rumus tersendiri untuk


mengestimasi jumlah lemak tubuh. Slaughter et al. dan Goran et al. menggunakan
rumus untuk menghitung fat mass pada anak yaitu :
FM (kg) = 0,38x body weight + (0,30 x triceps) + (0,87 x gender)
+(0,81x etnichity) - 9,42
Keterangan :
- Gender = 1 untuk laki-laki, 2 untuk perempuan
- Etnichity = 1 untuk Caucasians, 2 untuk African-Americans
2.2.2 Assessment of fat-free mass
1. Mid upper arm circumference (MUAC) / Lingkar lengan atas (LiLa)
Pengukuran Lila pada kelompok wanita usia subur (WUS) merupakan
salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilakukan oleh semua
orang untuk mengetahui kelompok beresiko Kekurangan Energi Kronis
(Depkes RI, 1994). Menurut Supariasa (2002), wanita usia subur adalah
wanita pada usia 15-45 tahun.
Cut off LiLa WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm,
apabila ukuran LiLA <23,5 cm atau dibagian merah pita LiLA, artinya
wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan
melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). MUAC telah digunakan untuk
skrining untuk kekurangan protein energi dalam keadaan darurat.
LiLa digunakan untuk mengetahui protein-energi malnutrisi karena
metode tersebut dapat menganalisis penurunan massa otot yang
disebabkan kekurangan konsumsi protein. Pengukuran LiLa yang
dikombinasi dengan metode skinfold thickness dapat digunakan untuk
menghitung lemak dan jaringan lemak pada lengan.
Hasil pengukuran LiLA ada dua kemungkinan, yaitu < 23,5 cm dan
23,5 cm. Apabila pengukuran < 23,5 berarti beresiko KEK, dan bila
23,5 cm berarti tidak beresiko KEK. (Supriasa, 2012)
Namun, dari sumber lain menyebutkan bahwa apabila pengukuran
90% standar menandakan adanya kehilangan kalori dan apabila
pengukuran 90% standar menandakan adanya cadangan energi yang
cukup atau lebih dari cukup. (Williams, dkk. 2007).
Tabel standar dan 90% standar Lingkar Lengan Atas pada Lakilaki dan Perempuan

22

Pengukuran

Standar

90%

Lingkar Lengan Atas

Laki-laki : 29,3 cm

Laki-laki : 26,4 cm

Perempuan : 28,5 cm
Perempuan : 26,7 cm
(LiLA)
Sumber: William, Lippincott et al. Nutrition Made Incredible Easy, 2 nd Ed.
EGC.
Untuk mengukur MUAC, juga dapat dihitung menggunakan persentase
median dengan rumus:

Tabel Persentil Mid-Upper-Arm Circumference berdasarkan Usia

23

Tabel Kategori Status Kegemukan


Kategori

Persentil

Status Kegemukan

I
II
III
IV
V

0.0 5.0

Kurus sekali
D bawah normal
Normal
Di atas normal
Kelebihan lemak

5.0 15.0
15.0 85.0
85.0 90.0
90.0 100.0

Tabel Baku pengukuran LiLA

Penentuan status gizi,dengan memakai LILA menggunakan kriteria


sebagai berikut:
1.
1.
2.
3.

Gizi lebih
Gizi baik
Gizi kurang
Gizi buruk

>100% baku
80-100% baku
60-80% baku
<60% baku
Tabel Standar Baku LiLa

Klasifikasi

Batas Ukur
Wanita Usia Subur

KEK
Normal

< 23,5 cm
23,5 cm
Bayi Usia 0-30 hari

KEP
Normal

< 9,5 cm
9,5 cm
Balita

KEP

< 12,5 cm

24

Normal

12,5 cm

Sumber: Sirajuddin, 2012.


LiLa merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena
mudah, murah, dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang
susah diperoleh. Pengukuran LiLa memberikan gambaran tentang keadaan
jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Perkembangan LiLa menurut
Jellife, 1996 adalah sebagai berikut :
a. Pada tahun pertama kehidupan

: 5,4 cm

b.

: <1,5 cm

Pada umur 2-5 tahun

Tabel Status Gizi Berdasarkan Warna pada Pita Shakir untuk Balita :

Warna pada pita shakir

Batas ukur

Status gizi

Merah

7,5 - 12,5 cm

Malnutrisi tingkat tinggi

Orange

12,6 13,5 cm

Malnutrisi tingkat sedang

Kuning

13,5 17,5 cm

Resiko Malnutrisi

Hijau

> 17,5 cm

Gizi Baik

Bila umur tidak diketahui, status gizi dinilai dengan rumus sebagai berikut :

% SG = LiLa yang diukur / LiLa standar 100 %


Keterangan : LiLa standar = LiLa baku (28,5)
Tabel 3 : Status Gizi Berdasarkan Rumus
Batas Ukur ( % SG )

Status Gizi

25

> 85%

Gizi Baik

70,1 85%

Gizi Kurang

70%

Gizi Buruk

Sumber : dalam buku Aplication of Clinical Nutrition


Tabel Standar Baku Lingkar Lengan Atas (LiLa) Menurut Umur

Sumber: Pedoman Ringkas Pengukuran Antropometri, hlm. 18


Grafik LiLa untuk Balita berdasarkan Z-score

26

Interpretasi grafik di atas :


Gizi Buruk

: < - 3 SD

Gizi Kurang

: < -2 SD s/d -3 SD

Gizi Baik

: -2 SD s/d +2SD

Overweight

: > +2SD s/d +3SD

Obesitas

: > +3SD

Dalam menentukan LiLa juga bisa menggunakan software bernama WHO


Antro 2005. Software tersebut dibuat oleh WHO. WHO Antro ini sekarang
digunakan sebagai baku rujukan di Indonesia. Berikut tampilan
softwarenya :

Kelebihan pengukuran LiLa:


a)

Indikator yang baik untuk mengidentifikasi KEP berat

27

b)

Alat ukurnya relative murah, sederhana, ringan, bisa dibuat sendiri,


bisa dilakukan oleh kader posyandu dapat melakukannya

c)

Dapat digunakan oleh yang tidak bisa membaca dan menulis,


dengan memberi kode warna untuk menentukan tingkat keadaan
gizi

Kekurangan pengukuran LiLa:


a)

Hanya dapat mengidentifikasi pasien dengan KEP berat

b)

Cut off sulit ditentukan

c)

Sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5 tahun

Contoh Soal
Santi berusia 19 tahun. Panjang LLA-nya 250 mm. Bagaimanakah status
gizi Santi berdasarkan rumus persentil ?
Jawab :
% median

= 100 observed arm circumference


Median arm circ. for age and sex
= 100

250 / 268

= 93,28 %
Dari perhitungan tersebut didapat % median Santi sebesar 93,28%
sehingga dapat diinterpretasikan status gizi Santi adalah normal.

2.

Mid upper arm muscle circumference (MUAMC) / Lingkar Otot


Lengan Atas (LOLA)
Lingkar otot lengan atas (LOLA) adalah metode pengukuran untuk

mengetahui massa otot total. LOLA merupakan penggabungan dari


perhitungan LiLa dan ketebalan trisep. Perhitungan LOLA digunakan untuk
menilai total lemak tubuh, dan sering digunakan untuk tujuan survey
lapangan. LOLA juga digunakan di rumah sakit untuk menilai kekurangan

28

energi protein karena ukuran massa otot menggambarkan indeks cadangan


protein.
Untuk menghitung LOLA (MUAMC) :
TSK = Triceps Skinfold Thicknes
Untuk menghitung persentil median :

Ta
Tabel Persentil Tabel MUAMC Berdasarkan Usia dan
Kelamin ( Gibson, 1993)

Setelah itu, interpretasikan hasil median tersebut ke dalam tabel


klasifikasi.
Tabel

Klasifikasi

dan

Evaluasi

Muscle

Status

(Frisancho, 1990 )

29

Nilai Normal bagi penduduk Indonesia belum ada sampai saat ini.
Bagi orang Kaukasian (kulit putih), nilai normalnya: 90% standar = 22,8
cm untuk laki-laki, 20,9 cm untuk wanita. (Hartono, Andry. 2006)
Contoh Soal
Seorang wanita berumur 20 tahun dengan ketebalan trisep 24 mm dan
MUAC 235 mm. Berapakah prosentase MUAMC wanita tersebut ?
Bagaimana muscle status wanita tersebut?
MUAMC = MUAC (mm) ( x Triceps Skinfold (mm) )
= 235 ( 3,14 x 24 ) = 235 75,36 = 159,64 mm

% median =

77,12 %
Sehingga dapat disimpulkan bahwa wanita tersebut muscle statusnya
average atau rata-rata.
3.

Mid upper arm muscle area (AMA)


Mid upper arm muscle area (AMA) dapat digunakan untuk
menghitung dan mengestimasi cadangan protein dalam tubuh. Perhitungan
AMA diperoleh dari hasil pengukuran MUAC dan hasil pengukuran

30

triceps skinfold. AMA dinilai dan diangap lebih baik dari pada MUAC dan
MUAMC.
Untuk menghitung AMA digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : MUAC : mid-upper-arm circumference (mm)


TSF : Triceps Skinfold Thickness (mm)
Untuk menghitung persentase median digunakan rumus sebagai berikut

Tabel Persentil Tabel AMA Berdasarkan Usia dan Kelamin


( Gibson, 1993 )

Setelah itu, interpretasikan dalam tabel klasifikasi.


Tabel Klasifikasi dan Evaluasi Muscle Status ( Frisancho, 1990 )

31

Contoh soal
Seorang remaja putri berusia 17 tahun memiliki tebal trisep sebesar 23 mm dan
MUAC sebesar 27 cm. Berapakah AMA remaja tersebut ?

AMA =

3114,40
4.

Corrected mid upper arm muscle area (cAMA)


Corrected mid upper arm muscle area (cAMA) digunakan untuk
mengkoreksi perhitungan mid upper arm muscle. Perhitungan ini tidak
cocok digunakan untuk mendeteksi perubahan kecil pada area otot lengan
atas yang biasanya mengikuti bantuan perbaikan gizi maupun kekurangan
asupan gizi. Berikut ini adalah alternatif perhitungan untuk menghitung
absolute bone-free arm muscle area:
cAMA =

(laki-laki )

cAMA =

(perempuan )

cAMA = corrected mid-upper-arm muscle area (cm)

32

Kesalahan dari penghitungan cAMA ini adalah sekitar 5-9 %.


Sedangkan untuk memprediksi total body muscle mass digunakan
persamaan:
Total body muscle mass (kg) = height (cm) x (0,0264 + (0,029 x
cAMA))
Persamaan khusus untuk orang obesitas diperlukan untuk menghindari
overestimasi arm muscle area, yaitu:
UME

= (MUAC2 / 4

Keterangan

UFE=

Upper

Fat

Estimate

in

cm2

Setelah mendapat hasil persentil dari MUAC, MUAMC, dan mid upper fat
area, status gizi seseorang dapat ditentukan dengan melihat tabel di bawah ini:

33

BAB III
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Body composition atau komposisi tubuh adalah jumlah dari seluruh
bagian tubuh yang terdiri dari jaringan lemak dan jaringan bebas lemak di
dalam tubuh. Metode evaluasi komposisi tubuh ada tiga yaitu two
compartment model, three compartment model, dan four compartment
model. Pengukuran komposisi tubuh dibagi menjadi fat mass dan fat free
mass. Evaluasi dan interpretasi status gizi serta tingkat resikonya terhadap
penyakit dengan cara menggunakan rumus yang telah ditetapkan dan dilihat
pada tabel cut-off dan tabel klasifikasi antropomeri. Perhitungan komposisi
tubuh dapat dilakukan dengan metode single skinfold, multiple skinfold,
WHR, dan mid-upper-arm fat area. Sedangkan pada perhitungan fat free
mass, dapat dilakukan dengan MUAC, MUAMC, dan mid-upper-muscle
area.

3.2

Saran
Untuk mengukur komposisi tubuh diperlukan ketelitian tinggi
sehingga perlu dilakukan berulang-ulang. Dalam mengevaluasi data,
diperlukan pemahaman yang benar tentang cut off dan masing-masing
bagian yang dihitung. Diperlukan pelatihan bagi petugas tentang cara
mengevaluasi dan menginterpretasikan data untuk menghindari bias.
Sebaiknya menggunakan baku rujukan terbaru dalam mengevaluasi dan
menginterpretasikan data, yaitu WHO Antro 2005.

34

Daftar Pustaka
Supariasa, I Dewa N.; Bakri, Bachyar; Fajar, Ibnu. 2002. Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.
Gibson R.S. 1993. Nutritional Assessment A Laboratory Manual, Oxford
UniversityPress, New York, hlm. 67-102.
WHO.

2008.

Waist

Circumference

and

Waist/Hip

Circumference.

whqlibdoc.who.int (diakses 1 Mei 2016 pukul 20.02)


Frisancho, A.R. 1990. Anthropometric Standards for the Assessment of Growth
and Nutritional Status.Michigan: University of Michigan Press
Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara
Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.
William, Lippincott et al. Nutrition Made Incredible Easy, 2 nd Ed. EGC.
Futihastuti, Finna. Tanpa Tahun. Evaluation of Body Composition. academia.edu
(diakses tanggal 1 Mei 2016 pukul 20.15)

35

Anda mungkin juga menyukai