Anda di halaman 1dari 2

Pemerataan Pendidikan di Daerah Perbatasan dan Daerah Terpencil

Pendidikan adalah sesuatu yang sangat penting untuk sebuah negara. Suatu
negara dapat diukur perkembangan dan kemajuannya dari tingkat dan kualitas pendidikan
serta kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan juga merupakan cara untuk
menanggulangi kemiskinan. Namun, hingga saat ini masih banyak orang yang belum bisa
memperoleh pendidikan yang bermutu. Alasan utama dari keterbatasan tersebut adalah
akses dari segi ekonomi. Bagi sebagian orang, biaya pendidikan masih dianggap terlalu
mahal. Alasan lainnya, adalah keterbatasan akses dari segi transportasi di daerah terpencil
karena tempat tinggal yang jauh dengan sekolah maupun tempat penyelenggara
pendidikan lainnya sehingga mereka harus berjalan jauh bahkan menyebrangi sungai dan
laut tanpa jembatan ataupun dengan jembatan yang tidak layak seperti yang banyak
diberitakan di televisi.
Pendidikan yang bermutu juga dapat ditunjang dengan bangunan sekolah yang
kokoh dan baik. Tetapi, pada saat ini masih sering kita temui bangunan sekolah yang
sudah tidak layak dan rubuh. Selain itu, jumlah guru yang mengajar di sekolah-sekolah di
daerah terpencil masih terbatas. Sehingga hal-hal tersebut menghambat pendirian sekolah
baru untuk daerah perbatasan dan daerah terpencil.
Di dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
hidupnya. Dalam amandemen UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 menegaskan bahwa setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Saat ini, terdapat dua program
yang sedang dilakukan pemerintah untuk melakukan pemerataan pendidikan di daerah
perbatasan dan di daerah terpencil. Salah satunya adalah mengawal pendidikan anak didik
yang berprestasi untuk terus melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Untuk mewujudkan kebijakan pemerintah terkait pemerataan pendidikan,
pemerintah memiliki berbagai program yang sudah dijalankan selama ini. Programprogram tersebut contohnya adalah Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Wajib belajar
12 tahun, dan Kartu Indonesia Pintar. Namun pada realitanya masih banyak dijumpai
masyarakat yang sulit untuk mengakses pendidikan karena belum meratanya program
tersebut kepada setiap pelajar di Indonesia, seperti pada kasus anak yang putus sekolah di
Banten karena orang tuanya memiliki keterbatasan biaya ditambah dengan kelumpuhan
yang diderita ibunya (berita Banten Day pada 13 November 2016). Akses transportasi
berupa jembatan dan jalan yang layak juga perlu dipikirikan oleh pemerintah karena
masih banyak siswa yang harus berjuang melewati jalan atau jembatan yang semestinya
sudah tidak bisa dilewati, seperti pada kasus siswa sekolah dasar yang harus berjuang
untuk menyebrangi sungai karena jembatan putus di Blora (berita Suara Merdeka pada 19
November 2016).
Dari banyaknya berita yang ada mengenai keterbatasan masyarakat di daerah
terpencil tersebut dapat menjadi acuan bahwa pemerataan pendidikan di Indonesia masih

terdapat banyak kekurangan. Sehingga, praktik dari kebijakan tersebut masih belum
sesuai. Hal ini juga tidak sesuai dengan apa yang sudah dicantumkan dalam amandemen
UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2 yang telah disebutkan diatas dan tidak sesuai seperti
nilai-nilai pancasila terutama sila ke-5 yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Pendapat saya, pendidikan merupakan pondasi yang kuat bagi suatu bangsa yang
menentukan kemampuan sumber daya manusianya. Program-program yang dijalankan
oleh pemerintah sebenarnya sudah baik, namun dalam praktiknya yang kurang ada tindak
lanjut dan pengawasan. Seperti contohnya, terjadi korupsi dana BOS oleh kepala sekolah
yang menyebabkan dana BOS di sekolah tersebut tidak terdistribusi dengan baik kepada
siswa. Selain itu, perlu ditambah program-program untuk pembangunan sekolah baru di
daerah yang kekurangan sekolah atau jauh dengan sekolah yang sudah ada serta
menambah tenaga pendidik yang mengajar di daeerah perbatasan dan terpencil.
Saran saya, pemerintah harus segera menindak lanjuti dari program-program
yang telah tersedia agar dirasakan menyeluruh bagi seluruh siswa di Indonesia. Selain itu,
pemerintah juga harus menanggung biaya kebutuhan siswa seperti seragam, buku, tas,
alat tulis dan sepatu agar tidak memberatkan orang tua. Pemerintah sebaiknya melakukan
pengawasan terhadap jalannya program-program untuk pemerataan pendidikan agar tidak
terdapat penyimpangan.

Anda mungkin juga menyukai