Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ” Pengkajian Fisik Pada lansia”. Shalawat dan
taslim senantiasa tercurah kepada junjugan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarga, para sahabat
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha
saya. Amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu klien memenuhi
kebutuhan dasar yang holistik, salah satunya dalam pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan.
Keperawatan gerontik secara holistik menggabungkan aspek pengetahuan dan ketrampilan dari berbagai
macam disiplin ilmu dalam mempertahankan kondisi kesehatan fisik, mental, sosial, dan spiritual lansia.
Hal ini diupayakan untuk memfasilitasi lansia ke arah perkembangan kesehatan yang lebih optimum,
dengan pendekatan pada pemulihan kesehatan, memaksimalkan kualitas hidup lansia baik dalam kondisi
sehat, sakit maupun kelemahan serta memberikan rasa aman, nyaman, terutama dalam menghadapi
kematian.
Hal yang pertama perawat lakukan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lansia adalah
pengkajian. Menurut Potter & Perry, (2005), pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan, verifikasi dan komunikasi data tentang klien. Proses keperawatan ini mencakup dua
langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer (kliaen) dan sumber skunder (keluarga, tenaga
kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan.
Tujuan dari pengkajian adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan,
pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya hidup yang dilakukan klien.
Pengumpulan data harus berhubungan dengan masalah kesehatan terutama dengan masalah kesehatan
utama yang dimiliki pasien, sehingga data yang didapatkan relevan dengan asuhan keperawatan yang
akan dijalankan pada pasien tersebut. Penggunaan format pengkajian standarisasi dianjurkan, karena
dapat memberikan tanggung gugat minimal dari profesi keperawatan. Penggunaan format pun
memastikan pengkajian pada tingkat yang komprehensif (Potter & Perry, 2005).
3. Apa saja yang perlu dikaji dalam pengkajian asuhan keperawatan lansia?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lansia, agar memahami pengkajian dalam asuhan
keperawatan lansia, untuk mengetahui apa saja yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan lansia, dan
mengaplikasikan teknik hasil pengkajian dalam asuhan keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
Suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan yang langsung diberikan kepada klien
pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, dalam upaya pemenuhan KDM, dengan menggunakan
metodologi proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan, dilandasi etik dan etika
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
1. Peningkatankesehatan(healthpromotion)
2. Pencegahanpenyakit(preventif)
3. Mengoptimalkanfungsimental
4. Mengatasigangguankesehatanyang umum
Pernafasan, nutrisi,eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan , tidur, menjaga sikap, duduk,
merubah posisi tiduran , beristirahat, personal hygiene, memakai dan menukar pakaian,
mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan
2. Pendekatan psikis memegang prinsip " Triple S", yaitu sabar, simpatik dan service.
4. Pendekatan spiritual ketenagan dan kepuasan batin dalam hubungannya denganTuhan atau agama
yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian.
Inspeksi
Saat klien memasuki ruangan, perhatian penampilan umum, postur, dan cara berjalan. Saat menjabat
tangan perhatikan genggaman, mobilitas, kontak mata, bicara, pola pernapasan, warna kulit, dan
pakaian. Observasi cepat dan hati-hati menunjukan integritas sistem neurologis dan muskuloskeletal,
sistem mental dan emosional, serta minat dan kemampuan untuk perawatan mandiri.
Inspeksi berlanjut melalui wawancara dan pengkajian fisik dengan berpedoman pada hal-hal berikut
ini.
1. Penerangan dan pemajanan adekuat untuk ispeksi warna, ukuran, tekstur, dan mobilitas.
4. Observasi secara cermat, perhatian yang detail, dan catat hasil temuan.
5. Perhatikan klien dalam mengikuti instruksi dan melakukan maneuver untuk memperoleh data
kemampuan fungsional.
Deteksi terhadap bau adalah bagian dari inspeksi. Bau badan tidak sedap dapat terjadi akibat higiene
yang buruk dan penyakit.
Bau parfum yang kuat menandakan terbatasnya indera penciuman. Perawat waspada terhadap bahaya
keamanan jika klien tidak dapat mendeteksi gas/rokok.
Inspeksi klien dan cara klien Manuver dengan aman dan bertujuan dalam lingkungan.
menyesuaikan lingkungan
Penyimapngan :
saat masuk ruangan.
Berjalan tanpa tujuan, ragu, mundur, postur, dan gerakan agresif.
Perkenalan diri dan jabat Klien membuat kontak mata, ekspresi wajah sesuai dengan
tangan. percakapan, memperkenalkan diri, dan menjulurkan tangan.
Penyimpangan :
Posisi diri pada setinggi Klien mendengarkan dengan perhatian dan menerima komunikasi
mata dengan klien dan dengan anggukan, komentar pendek, anjukan pernyataan
jelaskan tujuan pertemuan. klarifikasi.
Penyimpangan :
Observasi kulit (terutama Keriput, berkerut, dan garis kerut dahi, rambut keabu-abuan,
wajah), rambut, kecepatan kering, rambut rapuh,. Penurunan kecepatan dan koordinasi,
dan kebebasan gerakan penggunaan alat bantu ambulasi, langkah kaku dan kecil dengan
tubuh untuk mendapatkan postur terhenti.
petunjuk terhadap perkiraan
Penyimpangan :
penampilan usia.
Garis nyala keriput, tidak ada rambut kulit kepala atau tubuh,
penipisan rambut berlebihan, hirsutisme, kaki diseret timpang,
tremor, kontraktur, gerakan asimetris, postur kaku.
Inspeksi perkembangan Berat badan dan tinggi badan normal untuk usia, ukuran dan bentuk
tubuh. tubuh simetris. Sedikit deformitas sudut siku, pergelangan tangan,
jari tangan, leher, otot dan tendon lebih menonjol. Redistribusi
lemak dari ekstermitas ke tubuh.
Penyimpangan :
Perhatikan cara berdandan Rambut bersih, tersisir, kuku bersih, pendek, mungkin dangkal, dan
atau hygiene. rapuh. Pakaian bersih dan tepat, tidak bau.
Penyimpangan :
Rambut tidak disisir dan kotor, kuku kotor dan kasar, pakaian
kotor, tidak rapid an tidak tepat, kacau dalam kombinasi, bau badan
tidak sedap, napas bau busuk, bau seperti ammonia.
Observasi ekspresi wajah. Ada kontak mata, tersenyum, menunjukan penuh pikiran. Ekspresi
relatif tepat terhadap percakapan.
Penyimpangan :
Tidak ada kontak mata, wajah kurang gerak, kaku, lingkaran gelap
di sekitar mata, menyembunyikan mulut di belakang tangan bila
bicara dan tersenyum (tegang, takut) merintih (nyeri), pucat,
berkeringat, atau menangis, gambaran asimetris sebagai bukti
paralisis, kontraktur, atrofi, otot, dan lurus.
Perhatikan bicara :
Penyimpangan :
Kesulitan berespon terhadap pertanyaan dan instruksi, pemakaian
kata terlalu banyak dan kecendrungan terhadap ide, mengelak
berulang kali.
Penyimpangan :
Penyimpangan :
b. Perhatian dan Menyebutkan riwayat dengan jelas, logis dan menjawab pertanyaan
Konsentrasi dengan langsung tanpa penyimpangan dari subjek.
Penyimpangan :
Penyimpangan :
Penyimpangan :
e. Isi dan proses piker Rasional, logis, pikiran realistis, menyebutkan riwayat dengan
jelas, berurutan, dan logis.
Penyimpangan :
f. Alam perasaan dan Stabil dan alam perasaan terus-menerus selama wawancara,
afek ansietas ringan. Fluktuasi tepat dari afek sesuai dengan subjek yang
didiskusikan.
Penyimpangan :
Alam perasaan labil, gelisah, takut, tumpul, datar, atau afek tidak
tepat.
Palpasi
Melalui sentuhan karakteristik tekstur tubuh, suhu, ukuran ketajaman, dan gerakan dibedakan dengan
bagian tangan dan jari yang berbeda. Ujung jari paling sensitive untuk menyentuh, dengan sensitivitas
yang ditingkatkan menggunakan gerakan sedikit memutar. Telapak tangan dan permukaan dorsal
digunakan untuk membedakan vibrasi dan memperkirakan suhu.
Tangan yang hangat dan kuku jari yang pendek penting untuk kenyamanaan klien. Posisi klien
relaks, palpasi yang lembut dan tenang. Area yang diketahui nyeri tekan sebaiknya dipalpasi terakhir.
Karena sensitivitas terhadap sentuhan dapat dangkal pada tekanan kontinu dan berat jari
tangan, perawat harus menggunakan sedikit palpasi pada awalnya. Palpasi dalam untuk memeriksa isi
abdomen, tekanan yang berlebilhan akan menurunkan sensitivitas. Tekanan diberikan dengan ujung
jari saat susunan jari pertama melakukan palpasi.
Teknik bimanual dengan kedua tangan untuk menekan organmasa antara ujung jari untuk
mengkaji ukuran dan ketajaman. Ballottement adalah teknik palpasi yang digunakan untuk
mengevalusi konsistensi organ atau tegangan cairan dengan gerakan ujung jari yang kuat mengetuk.
Tekanan digunakan dengan ujung jari, sementara ujung jari pendeteksi mengkaji kekuatan.
1. Variasi palpasi yang sepesifik adalah sebagai tajam/tumpul, ringan/dalam, panas/dingin, dan
nyeri tekan
2. Penurunan penglihatan, pendengaran, dan sentuhan memerlukan instruksi yang jelas serta dekat
untuk pemahaman adekuat.
3. Penurunan massa otot, tonus, kekuatan, daya tahan, kegesitan, klarifikasi kartilago dan ligament.
Penurunan massa tulang dapat menimbulkan nyeri dan melelahkan saat palpasi.
4. Pengkajian turgor pda abdomen didapatkan penurunan elastisitas kulit dan peningkatan keriput.
5. Penebalan dinding arteri dan penurunan elastisitas mengakibatkan penurunan nadi pada palpasi.
Perkusi
Digunakan untuk mengkaji ukuran, posisi dan densitas struktur dasar. Perkusi terdiri atas ketukan
tajam yang menghasilkan vibrasi dan gelombang bunyi lanjut. Gelombang bunyi terdengar seperti
nada perkusi, perkusi mengkaji adanya udara, cairan serta materi padat dan struktur dasar.
Metode perkusi langsung yaitu menyentuh permukaan tubuh secara langsung dengan satu/dua
jari secara terpisah. Metode perkusi langsung sering digunakan dan paling umum. Teknik ini
dilakukan dengan menempatkan falang distal dari jari tengah (pleksimeter) tangan nondominan
mendatar terhadap area yang deperkusi. Pukulan perkusi dengan ujung jari tangan dominan. Target
pukulan adalah persendian antara falangeal dari jari pleksimeter, atau area distal pada persendian
tersebut. Pikulan dihantarkan dengan gerakan dari pergelangan tangan. Pukulan harus tajam dan cepat,
tarik kembali pergelangan dengan cepat. Kuku jari harus pendek.
Bunyi yang dihasilkan oleh perkusi diklarifikasikan menurut sipat akustik dan nada yang dihasilkan,
dari yang paling keras sampai yang paling lembut. Karena sensasi taktil tumpul pada lansia, palpasi
dalam penting untuk mendapatkan respon pada waktu mengkaji sensasi.
Variasi
Bunyi Intentitas atau Contoh
Tinggi nada Berhubungan
perkusi kualitas lokasi
Dengan usia
Lembut pekak.
Datar Tinggi. Paha.
Auskultasi
Auskultasi merupakan proses mendengarkan suara yang dihasilkan oleh organ dan jaringan tubuh.
Teknik ini digunakan untuk mengkaji jantun,g paru, leher, dan abdomen.
Bunyi dikarakteristikan menurut tinggi nada, intensitas, kualitas, dan durasi. Tinggi nada
adalah ukuran gelombang per detik, makin banyak gelombang maka akan menghasilkan frekuensi dan
tinggi nada lebih tinggi.intentitas adalah ukuran amplitudo gelombang bunyi yang dihasilkan dan
direntang dari bunyi (bunyi keras) sampai rendah (bunyi lembut). Kualitas adalah sifat bunyi yang
ditentukan oleh nadanya, yang membedakan bunyi tertentu dari bunyi lainnya yang memiliki tinggi
nada dan intentitas yang sama. Durasi adalah ukuran panjang waktu suatu bunyi berakhir.
Auskultasi membutuhkan lingkaran yang tenang dan konsentrasi untuk mengidentifikasi bunyi
akurat serta karakteristik.
1. Fisik
a. Wawancara:
· Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum obat
b. Pemeriksaan Fisik
· Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui
perubahan fungsi sistem tubuh
· Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah head to toe (dari ujung kepala
sampai ujung kaki) dan sistem tubuh
2. Psikologis
i. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif, daya ingat, proses fikir, alam perasaan, orientasi dan
kemampuan dalam penyelesaian masalah
3. Sosial ekonomi
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
4. Spiritual
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan
Perawat harus ingat, akibat adanya perubahan fungsi yang sangat mendasar pada proses menua yang
meliputi seluruh organ tubuh, dalam melakukan pengkajian, perawat melakukan pertimbangan khusus.
pengkajian harus di lakukan terhadap fungsi semua sistem, status gizi, dan aspek psikososialnya.
1. Temperatur/suhu tubuh
2. Denyut nadi
3. Respirasi ( pernapasan)
4. Tekanan darah
7. Memori ( ingatan )
8. Pola tidur
9. Penyesuaian psikososial
Sistem persyarafan
6. Gangguan sensori
7. Ketajaman pendengaran
b. Tinitus
Sistem kardiovaskular
4. Pusing
5. Sakit/nyeri
6. Edema
Sistem Gatrointestinal
1. Status Gizi
2. Asupan Diet
4. Status Gizi
5. Asupan Diet
Sistem Genitourinaria
2. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil)
5. Disuria
Sistem Reproduksi
Seksualitas
c. Gangguan ereksi
Sistem Muskuloskeletal
1. Kontraktur
a. Atrofi otot
b. Tendon mengecil
c. Ketidakadekuatangerakan sendi
2. Tingkat mobilisasi
b. Keterbatasan gerak
c. Kekuatan otot
3. Gerakan sendi
4. Paralisis
5. Kifosis
2.7.1 Psikososial
Klien mampu berkomunikasi dengan semua orang yang tinggal serumah dengan klien
Klien mempunyai sikap yang terbuka dan ramah terhadap orang lain, klien menerima
mahasiswa keperawatan dengan tersenyum dan sapaan hangat
2.7.2 Emosional
Pertanyaan Tahap 1
Pertanyaan Tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan? Tidak
Bila lebih dari atau sama dengan 1 jawaban ”Ya”: masalah emosional positif (+)
Interpretasi Hasil:
2.7.3 Spiritual
Klien mengatakan dahulu sebelum sakitnya bertambah parah, klien biasa melakukan ibadah di
mesjid ataupun mengikuti pengajian, namun semenjak sakit bertambah parah klien menjadi jarang
keluar rumah dan mengikuti kegiatan-kegiatan di lingkungan sekitar rumah.
INDEKS KATZ
SKOR INTERPRETASI
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, kekamar kecil,
berpakaian dan mandi.
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut.
C Kemandirian dalam semua aktifitas kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan.
E Kemandirian dalam semua aktifitas kecuali mandi, berpakaian, kekamar kecil, dan satu
fungsi tambahan.
Lain-Lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
C,D dan E.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif, kecuali seperti
secara spesifik diperlihatkan dibawah ini.Ini didasarkan pada status actual dan bukan pada kemampuan.
Seorangklien yang menolak untuk melakukan suatu fungsi dianggap sebagaitidak melakukan fungsi
meskipun ia dianggap mampu.
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau ekstremitas yang tidak
mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak
mandi, tidak mandi sendiri.
2. Dressing
Mandiri: mengambil maju dari kloset dan laci; berpakaian, melepaskan pakaian, mengikat; mengatur
pengikat, melepas ikatan sepatu.
Tergantung : tidak memakai baju sendiri sebagian masih tidak menggunakan pakaian.
3. Toiletting
Mandiri: ke kamar kecil; masuk keluar dari kamar kecil; merapihkan baju; membersihkan organ-
organ eksresi (dapat mengatur bedpansendiri yang digunakan hanya malam hari dan dapat atau tidak
dapatmenggunakan dukungan mekanis).
Tergantung : menggunakan bedpan atau pispot atau menerima bantuandalam masuk dan menggunakan
toilet.
4. Transfering
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur secara mandiri berpindahduduk dan bangkit dari kursi
secara mandiri (dapat atau tidak dapat menggunakan dukungan mekanis).
Tergantung: bantuan dalam berpindah naik atau turun dari tempat tidur dan/atau kursi, tidak melakukan
satu atau lebih perpindahan.
5. Continence
Mandiri: berkemih dan defekasi seluruhnya dikontrol sendiri.
Tergantung : inkontinensia parsial atau total pada perkemihan ataudefekasi; control total atau parsial d
engan enema, kateter, atau penggunaan urinal dan/atau bedpan teratur.
6. Feeding
Mandiri: mengambil makanan dari piring atau keseksamaan
memasukannya ke mulut, (memotong daging, menyiapkan makananseperti mengolesi roti dengan
mentega, tidak dimasukkan kedalamevaluasi).
Tergantung : bantuan dalam hal makan (lihat diatas); tidak makan samasekali atau makan berparenteral.
Barthel Indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
9 Mengenakan pakaian 10
Total 120
Keterangan :
130 : Mandiri
55 : Ketergantungan total
9 1
Tahun (Ö)
Musim (Ö)
5 5
Tanggal ( Ö )
Hari (Ö)
Bulan (Ö)
RW 03 / RT 01 (Ö)
2 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk mengatakan
masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi
Meja ( Ö )
Kursi (Ö )
Buku ( Ö )
93 ( Ö )
Perhatian dan
5 5 86 ( Ö )
kalkulasi
79 ( Ö )
72 ( Ö )
65 ( Ö )
· Kursi ( Ö )
· Buku ( Ö )
Buku (Ö)
Bahasa 9 9 Bolpen ( Ö )
Lipat (Ö )
Taruh di lantai (Ö )
Menyalin gambar ( Ö )
TOTAL NILAI 30 30
Keterangan:
KRITERIA NILAI
tidak bangun dari tempat tidur dengan sekali gerakan, akan tetapi usila
mendorong tubuhnya ke atas dengan tangan atau bergerak ke bagian depan
kursi terlebih dahulu, tidak stabil pada saat berdiri pertama kali
Membungkuk 0
kaki tidak naik dari lantai secara konsisten (menggeser atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi (> 5 cm)
kesimetrisan langkah 0
berbalik 0
2.8 Pemeriksaan fisik dengan fokus masalah utama yang aktual dilakukan setelah riwayat kesehatan.
Pendekatan sistematis dan tidak Tergesa-gesa memungkinkan perawat untuk (1) menentukan
kekuatan, kemampuan, dan keterbatasan, (2) peningkatan dukungan objektif untuk data objektif.
Urutan untuk melakukan pemeriksaan fisik pada pendekatan ini adalah individual. Perawat harus
mengembangkan metode dan menggunakan secara konsisten secara konsisten untuk meningkatkan
penugasaan.
1. Waspadai tingkat energi klien lanjut usia. Jika memungkinkan, lengkapi pemeriksaan pada
waktu lain
2. Hormati klien, juga privasi selama mengganti baju. Pertahankan klien mengenakan baju dengan
nyaman pada waktu lain.
4. Kembangkan urutan pemerikasaan yang efisien untuk meminimalkan gerak perawat dan klien.
Bekerja dari salah satu sisi klien (sisi kanan) untuk meningkatkan efisiensi.
5. Pertahankan kenyamanan klien. Berikan selimut untuk menambah kehangatan dan bantal untuk
membuat posisi yang nyaman.
7. Beritahu hasil temuan pada klien untuk menenangkan hati jika mungkin. Dorong klien untuk
mengajukan pertanyaan.
Spigmomanometer.
2. Thermometer.
4. Otoskop.
6. Oftalmoskop.
7. Palu perkusi.
8. Pena lampu.
19. Kapas.
1. Media kultur.
3. Speculum vagina.
6. Kaca mikroskop.
7. Perekat/fiksasi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
· Inspeksi
· Palpasi
· Perkusi
· Auskultasi
1. Pengkajian Fungsional
3. Pengkajian Keseimbangan
3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan sebaiknya mempelajari mengenai pengkajian gerontik karena saat
kita akan melakukan asuhan keperawatan gerontik maka kita harus mengetahui cara pengkajian pada
pasien lanjut usia.
DAFTAR PUSTAKA
Nurkholifah,Siti. 2016 Modul bahan ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta:Pusdik SDM Kesehatan
Asfuah, Siti. 2012. Buku Klinik untuk Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Carpenito, L. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Edisi ke-6. Jakarta : EGC
Leeckenotte, Annete Glesler. 1997. Pengkajian Gerontologi, Edisi ke-2. Jakarta : EGC
Maryam Siti, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta ; Salemba Medika.
Tarwoto, Wartonah. (2003). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika