BAYU ALAMSYAH
191007
BAYU ALAMSYAH
191007
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Nim : 191007
Tanda Tangan :
Tanggal : 27 Juni 2022
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul " Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny.R Dengan Gagal Jantung
Kongestif Di Ruang Kardiologi 410 RSUD Koja Jakarta". Karya tulis ilmiah ini
ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan
Diploma 3 Keperawatan Rumah Sakit Husada Jakarta. Dalam menyusun Laporan
Tugas Akhir ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan, akan tetapi
berkat bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu. Untuk itu dengan segala kerendahan
hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan karya tulis ilmiah ini terutama kepada :
1. Ellynia, SE, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit
Husada Jakarta.
2. Ns. Fendy Yesayas, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Enni Juliani,M.Kep, selaku penguji dalam penulisan Laporan tugas akhir ini.
4. Ns. Dwi Nuryani, S.Kep, selaku penguji dalam penulisan Laporan tugas akhir
ini.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah
Sakit Husada yang telah banyak membantu penulis dalam menyeselesaikan
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Husada.
6. Dr. Ida Bagus Nyoman Banjar, MKM, selaku Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Koja Jakarta yang telah memberikan lahan praktik kepada penulis dan
dalam usaha memperoleh data yang diperlukan
7. Ns. Iyar Samsiar, S.Kep, selaku Kepala Divisi Keperawatan yang telah
memfasilitasi pelaksanaan ujian
8. Ns. Neni Diannilawati, S.Kep, selaku Kepala Ruangan Kardiologi di Rumah
Sakit Umum Daerah Koja Jakarta yang telah membimbing banyak bantuan
selama praktek di ruangan
v
9. Ayahanda tersayang Jamaludin, Ibunda Marta dan kakaku tersayang dan
semua keluarga besar yang selalu memberikan support, bantuan moril,
material serta doa bagi penulis selama membuat Laporan Tugas Akhir. Terima
kasih atas perjuangan dan pengorbanan yang selama ini diberikan kepada
penulis.
10. Sahabat perjuangan STIKes RS Husada Angkatan 32 yang sudah berjuang
bersama-sama, memberikan semangat serta motivasi
11. Teman kelompok KMB yang bersama-sama berjuang, memberikan semangat
(Aisyah, Anis, Hindi, Maya)
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
dari seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir, dan penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, maka penulis mohon
maaf. Semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi
pembaca
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB IV : PEMBAHASAN
A.Pengkajian ............................................................................................... 68
B. Diagnosis Keperawatan. ........................................................................ 71
C. Perencanaan Keperawatan ...................................................................... 72
D. Pelaksanaan Keperawatan. ..................................................................... 74
E. Evaluasi ................................................................................................... 75
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 77
B. Saran ....................................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 80
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
5. EKG : Elektrokardiogram
viii
7. JVP : Jugular Venous Pressure
11. O2 : Oksigen
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sudyasih, 2018)
faktor pencetus lainnya. Secara historis, sebagian besar kasus disebabkan oleh
penyakit arteri koroner dan infark miokard. Seiring waktu, penyakit arteri
koroner dan diabetes mellitus telah menjadi faktor predisposisi utama gagal
Jumlah kematian akibat penyakit jantung meningkat lebih dari 2 juta sejak
tahun 2000, menjadi hampir 9 juta pada tahun 2019. Penyakit jantung
sekarang
1
mewakili 16% dari total kematian dari semua penyebab. Lebih dari setengah
Indonesia yang didiagnosis dokter adalah sebesar 1,5% atau sekitar 1.017.290
Tengah sendiri, apabila membandingkan antara tahun 2018 dan 2019, data
angka proporsi kasus baru gagal jantung kongestif di Jawa Tengah, dari yang
sebelumnya 9,82% pada tahun 2018 menjadi 1,90% pada tahun 2019 (Dinas
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta Utara pasien yang masuk dengan
kasus gagal jantung gagal jantung kongestif berjumlah 7.045 orang selama
Untuk menjalankan suatu peran perawat tersebut, maka penulis tertarik untuk
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kongestif.
Jantung Kongestif.
c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Gagal
Jantung Kongestif.
Jantung Kongestif.
Jantung Kongestif.
praktik
C. Ruang Lingkup
D. Metode Penulisan
adalah studi kasus, dimana penulis mengelola satu kasus menggunakan proses
Gagal Jantung Kongestif, melalui masalah yang ada untuk memberikan jalan
pengumpulan data dari rekam medis serta catatan yang berkaitan dengan
penyakit pasien. Dalam metode studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan
E. Sistematika Penulisan
dari 5 BAB yaitu BAB I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang
penulisan. BAB II berisi tinjauan teori yang menguraikan konsep dasar yang
pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi. BAB III berisi tinjauan kasus meliputi
A. Pengertian
dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ini hasil dari
dihasilkan dari kondisi kardiovaskular umum pada orang dewasa yang lebih
tua dalam hubungannya dengan perubahan terkait usia dalam struktur dan
geriatri dengan cara yang sama seperti demensia, jatuh, dan kelemahan
mampu untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
B. Patofisiologi
berbagai penyebab yang dapat melibatkan satu atau dua ventrikel. Cardiac
normal >60%), merupakan ciri khas gagal jantung akut, khususnya yang
output menurun, fraksi ejeksi biasanya normal. Gagal jantung akibat disfungsi
diastolic biasanya tidak respons optimal terhadap obat inotropic positif. Gagal
gagal jantung ini berespons tidak optimal terhadap jenis obat gagal jantung
penyebabnya. Gejala dan tanda primer semua tipe gagal jantung meliputi
tekanan arterial pada pasien gagal jantung yang berakibat input sensoris
dimana lebih lanjut akan menurunkan fraksi ejeksi dan cardiac output. Akibat
dari mekanisme kompensasi ini adalah siklus tanpa ujung yang mengarah
tugas masing-masing, yaitu serambi kanan dan kiri yang berada di bagian
atas, serta bilik kanan dan kiri yang ada di bagian bawah. Berdasarkan letak
ruang jantung tersebut, gagal jantung bisa dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu
atau bilik kiri dari jantung tidak berfungsi dengan baik. Bagian ini
tekanan pada serambi kiri dan pembuluh darah di sekitarnya. Kondisi ini
ginjal sehingga tubuh menimbun air dan garam lebih banyak dari yang
misalnya kaki. Gagal jantung kanan seringkali diawali dari gagal jantung
sisi kanan jantung untuk memompa darah ke paru-paru pun jadi ikut
terganggu.
volume diplot sebagai fungsi dari tekanan pengisian ventrikel kiri atau
panjang serabut otot saat akhir diastolic, hasilnya berupa kurva yang
disebut kurva fungsi ventrikel kiri. Kurvan ini ascending sampai dengan
kemudian disusul dengan plateau. Preload lebih besar dari 20-25 mmHg
dan tonus vena. Oleh karena pada gagal jantung kondisi plateau dicapal
pada tekanan yang kecil dari stroke volume, maka sedikit saja
yang tinggi ini merupakan target manajemen restriksi garam dan terapi
dilawan oleh otot jantung saat memompa darah dan digambarkan oleh
2019)
peningkatan volume,
terhadap cairan.
(Padila,
2019)
C. Penatalaksanaan
et al.,
rutin setap hari. Jika didapatkan kenaikan berat badan >2 kg dalam 3 hari,
dokter.
Sebaliknya, pada pasien dengan penurunan berat badan >6% dalam waktu
4. Asupan cairan
keuntungan klinis.
5. Latihan fisik
dilakukan sesuai dengan rekomendasi dari dokter atau perawat. Latihan ini
ini biasanya harus diberikan pada pasien gagal jantung kronik untuk
pada pasien gagal jantung bukan untuk tujuan menurunkan tekanan darah,
dan beban jantung. Obat ini meliputi diuretik (biasanya dipilih golongan
ini diberikan jika ada tanda overload baik berupa kongesti perifer atau paru
kronik, tetapi bukan sebagai lini pertama, adalah digitalis. Obat inotropic
juga digunakan untuk mengatasi kondisi gagal jantung akut atau kondisi
syok kardiogenik
4. Obat vasodilator obat ini tidak digunakan sebagai lini pertama pengobatan,
Terapi Farmakologis :
2. Terapi diuretic, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui
hipokalemia
D. Pengkajian keperawatan
2. Keluhan utama pasien : biasanya ditemukan sesak nafas, dan mudah lelah
keadaan beristirahat)
pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
c. Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur
untuk dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut
kronis).
kongesti vena
g. Nyeri atau keamaan : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri
perawatan medis)
E. Diagnosis Keperawatan
pasien terhadap masalah kesehatan (Tim Pokja DPP PPNI, 2017) . Diagnosa
ekspansi paru,
ke atas), Cedera pada medula spinalis, dan Efek agen farmakologis, dan
Kecemasan
kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, dan
F. Perencanaan Keperawatan
untuk mencapai tujuan luaran yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018)
i. Monitor aritmia
beraktivitas
chlorpropamide,
badan membaik
dada,
membaik
ronkhi),
k. Berikan oksigen
menurun
nyeri
ruangan, pencahayaan,kebisingan)
meredakan nyeri
meningkat
aktifitas meningkat.
h. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau
berjalan
berkurang
makanan
kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, dan
membaik
menurun, keluhan tidak puas tidur menurun, keluhan pola tidur berubah
beraktivitas meningkat
kopi, teh, alkohol, makan mendekati waktu tidur, minum banyak air
bahan kimia iritatif, suhu lingkungan yang ekstrem, faktor mekanis (mis,
membaik.
sensitif
nutrisi
i. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
Anjurkan
luar rumah
hyperlipidemia)
perifer membaik
warna, suhu)
keterbatasan perfusi
e. Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas dengan
keterbatasan perfusi
h. Lakukan hidrasi
rasa sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
G. Pelaksanaa Keperawatan
saat itu dan kebutuhan yang dirasakan oleh pasien, implementasi keperawatan
terdiri dari:
1. Independen
2. Dependen
3. Interdependen
kesehatan lain,bukan hanya perawat dan dokter saja, tetapi dengan seluruh
H. Evaluasi Keperawatan
Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah yang
terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagaian atau bahkan belum teratasi.
ini, perlu atau tindakan dirujuk ke tempat kesehatan lain, apakah perlu
Umum Koja. Mulai dari tanggal 22 Maret 2022 sampai dengan 24 Maret 2022.
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
sumber informasi yang didapat berasal dari pasien dan rekam medis.
2. Resume
Ny. R datang ke RSUD KOJA pada tanggal 22 Maret 2022 melalui IGD
nafas dan dada terasa berat sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
pasien mengeluh nyeri dada, mual muntah 3x/hari,, pasien terlihat lemas,
60 kg, Tinggi badan pasien 158 cm, Tanda-tanda vital tekanan darah
oral, ISDN 3x5mg oral, Lasix 6 amp iv, Terapi O2 Nasal kanul 4L/mnt.
3. Riwayat keperawatan
mengeluh mual muntah, nyeri ulu hati, seperti kram, hilang timbul,
pasien bengkak
dirawat di Rumah Sakit RSUD Koja pada tahun 2021 dengan keluhan
sesak napas.
Keterangan:
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Hubungan
: Tinggal Bersama
Pasien merupakan anak ke-3 dari 5 bersaudara, Ayah pasien
Bersama ke-
2 anaknya
factor resiko.
keluar masuk rumah sakit. Pasien mengatakan tidak ada masalah yang
tidak bisa beraktifitas seperti biasa karena cepat Lelah dan sesak.
Pasien mengatakan bila sedang ada masalah maka pasien lebih suka
tidur. Hal yang saat ini sedang dipikirkan yaitu kesehatannya. Pasien
penduduk.
1) Pola nutrisi
seperti
NGT,
2) Pola eliminasi
berkemih kateter. Pola BAB pasien buang air besar sehari sekali
perangsang BAB
Sebelum sakit : mandi 2x sehari pada pagi dan sore hari, pasien
seminggu.
hari selama masuk Rumah Sakit, dan belum sikat gigi juga belum
siang hari siang hari, dan sekitar 8 jam pada malam hari, kebiasaan
sudah dikurangi.
4. Pemeriksaan Fisik
Berat badan sebelum sakit tidak terkaji karena pasien lupa sedangkan
saat ini berat badan pasien 60 kg, tinggi badan pasien 158 cm, tekanan
bening.
b. Sistem Penglihatan
bola mata ke semua arah tidak ada juling atau strabismus, konjungtiva
baik.
c. Sistem pendengaran
berbau, cairan dari telinga tidak ada, tidak ada perasaan penuh pada
telinga, tidak ada tinitus, pasien tidak dapat mendengar dengan jelas,
pasien tidak vertigo tetapi test rumberg tidak dapat dilakukan karena
d. Sistem wicara
Pasien bicara jelas, tidak ada pelo, dysatria, dan kelainan wicara
lainnya.
ada sputum, hasil palpasi dada ada nyeri, tidak ada kelainan dada
f. Sistem kardiovaskuler
kecepatan denyut apical 102 kali permenit, irama jantung tidak teratur,
g. Sistem hematologi
0,95).
i. Sistem pencernaan
palsu, lidah tampak bersih, salifa normal, tidak ada muntah, tidak ada
nyeri pada ulu hati, bising usus 8 kali permenit, tidak terjadi diare,
j. Sistem endokrin
k. Sistem urogenital
Balance cairan pasien per 24 jam, tidak ada perubahan pola berkemih,
warna urin kuning jernih, tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak
l. Sistem integumen
keadaan kulit baik tidak terdapat luka maupun lesi, tidak ada kelainan
m. Sistem musculoskeletal
ada sakit pada tulang, sendi ataupun kulit, pasien mengatakan tidak
baik, kekuatan otot ektremitas kanan atas dan bawah 4444, ektremitas
5. Data Masalah
terjdi dan pasien mengatakan sudah mengetahui makanan apa saja yang
6. Data penunjang
membesar, tak tampak infiltrate di kedua paru, hilus tak tampak melebar,
7. Penatalaksanaan
Pasien mendapat diit biasa atau lunak, pasien mendapat terapi infus
1x25mg pukul 12:00 wib, Ramipril 2x5mg pukul 12:00 dan pikil 24:00
wib, simvastatin 1x20mg pukul 24:00 wib, ISDN 3x5mg pukul 12:00,
04:00 dan 20:00 wib. Terapi obat injeksi: Infus Asering 500ml/24jam,
8. Data Fokus
pasien mengatakan pasien sesak ketika habis dari kamar mandi, pasien
pada bagian dada, kadang hilang timbul, skala nyeri 3(0-10) pasien
kali permenit, suhu tubuh pasien 36ºC, pasien tampak menggonakan otot
bantu napas, pola napas takipnea, BB pasien sebelum sakit tidak terkaji
karena pasien lupa, BB sesudah sakit 60kg, kedua kaki tampak bengkak,
Maret
CO2 29,3 mmHg (Normal 32,0-45,0), pO2 140,8 mmHg (Normal 95,0-
100,0),
aktifitas, balance cairan Input (infus 600cc, minum 900cc, A.M 300cc=
1800cc)-Output
9. Analisa Data
No. Data Fokus Masalah Etiologi
melakukan aktivitas
2. Pasien mengatakan
memiliki riwayat
hipertensi
3. Pasien mengatakan
penyakit jantung
4. Pasien mengatakan
beraktivitas.
Data objektif:
1. Kesadaran pasien
compos mentis
158/106mmhg, nadi
98x/mnt, pernapasan
pasien 36,1ºC
tampak bengkak 4.
sesak
2. Pasien mengatakan
3. Pasien mengatakan
lalu pasien
Data objektif:
sesak
2. Pasien tampak
menggunakan otot
bantu napas
beraktivitas
Data objektif:
beraktivitas seperti
BAB
bengkak
mudah lelah
Data objektif:
tampak bengkak
3. Hematokrit 36,7%
(Normal 37,0-47,0),
1800cc)-Output (urin
450cc
2. Pasien mengatakan
3. Pasien mengatakan
Data objektif:
158/106mmhg, nadi
98x/mnt
4. Pernapasan 24x/menit
36,1ºC
jantung
2. Pasien mengatakan
kurang mengontrol
asupan cairan
Data objektif:
B. Diagnosa keperawatan
36,1ºC, kedua kaki pasien tampak bengkak, pasien tampak lemah hasil
Kriteria hasil : tekanan darah dalam batas normal 120/80 mmHg, nadi
60100 kali per menit, Pernapasan 16-20 kali permenit, denyut jantung
Intervensi :
Implementasi
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
54
pasien tampak sesak, tampak ada edema, pasien tampak pucat, kesadaran
compos mentis. Pukul 08:20 WIB memonitor TTV pasien, Tekanan darah
terapi oksigen
95, Pukul 11:00 WIB memposisikan pasien semi fowler pada tempat
tidur, pasien mengatakan sesak berkurang dan tampak tenang, Pukul 12:00
15:00 WIB memonitor TTV pasien, Tekanan darah pasien 148/92 mmHg,
memberikan obat
compos mentis. Pukul 09:00 WIB memonitor TTV pasien, Tekanan darah
pasien 36 ºC, Pukul 10:30 WIB Memonitor tekanan darah pasien, tekanan
oksigen pasien spo2 95%, Pukul 11:30 WIB memposisikan pasien semi
fowler pada tempat tidur, pasien mengatakan sesak berkurang dan tampak
15:20 WIB memonitor TTV pasien, Tekanan darah pasien 122/62 mmHg,
nadi
WIB Memonitor saturasi oksien pasien, spo2 96%, Pukul 24:00 WIB
tidak sesak, kesadaran compos mentis. Pukul 08:30 WIB memonitor TTV
20x/menit, suhu tubuh pasien 36ºC, Pukul 10:30 WIB Memonitor tekanan
darah pasien, tekanan darah pasien 115/67 mmHg, 11:00 WIB Memonitor
saturasi oksigen pasien, saturasi oksigen pasien spo2 100%, Pukul 11:30
WIB, mengkaji keadaan umum pasien, pasien mengatakan sudah tidak ada
keluhan, akral hangat, pasien tampak rileks, pasien sudah boleh pulang
Evaluasi
Data subjek : pasien mengatakan sudah tidak sesak ,dan pasien sudah tidak
ada keluhan
Data Objektif : Pasien tampak tidak sesak, keadaan umum sakit ringan,
diharapkan pola napas tidak efektif membaik degan kriteria hasil Kriteria
Implementasi Tanggal
22 Maret 2022
Pukul Pukul 08:20 WIB memonitor TTV pasien, Tekanan darah pasien
36,1 ºC, Pukul 11:00 WIB memposisikan pasien semi fowler pada tempat
tidur, pasien mengatakan sesak berkurang dan tampak tenang, pukul 12:00
WIB melanjutkan terapi oksigen 3L/mnt nasal kanul, Pukul 15:00 WIB
Pukul 09:00 WIB memonitor TTV pasien, Tekanan darah pasien 112/67
Pukul 11:30 WIB memposisikan pasien semi fowler pada tempat tidur,
pasien mengatakan sesak berkurang dan tampak tenang, Pukul 12:00 WIB
Pukul 08:30 WIB memonitor TTV pasien, Tekanan darah pasien 115/67
pukul 11:30 WIB pasien mengatakan sudah tidak sesak lagi, terapi oksigen
dihentikan
Evaluasi
Data subjek : pasien mengatakan sudah tidak sesak ,dan pasien sudah tidak
ada keluhan
tubuh pasien 36 ºC, akral hangat, pasien tampak rileks, pasien sudah boleh
pulang
BAK dan BAB, Kedua kaki tampak bengkak, hasil foto thoraks :
dispnea menurun
Intervensi :
Implementasi
pasien mengatakan sudah tidak ada keluhan, akral hangat, pasien tampak
Evaluasi
pasien mengatakan sudah tidak sesak ,dan pasien sudah tidak ada keluhan
Data subjektif : Pasien mengatakan sejak 4 hari pasien sesak dan mudah
Data objektif : Kedua kaki pasien tampak bengkak, pasien tampak lemah,
minum 900cc, A.M 300cc= 1800cc) - Output (urin 1350cc, IWL 900=
hipervolemia membaik
Intervensi :
Implementasi
pernapasan 24x/menit, suhu tubuh pasien 36,1 ºC, pukul 11:00 WIB
memonitor intake output pasien. balance cairan Input (infus 600cc, minum
Pukul 07:30 WIB memeriksa tanda dan gejala hipervolemia, edem pada
kaki pasien sudah tidak tampak lagi, Pukul 09:30 WIB memonitor status
11:00 WIB memonitor intake output pasien. balance cairan Input (infus
700cc, minum 700cc, A.M 300cc= 1700cc)-Output (urin 1100cc, IWL
Pukul 08:30 WIB memeriksa tanda dan gejala hipervolemia, edem pada
kaki pasien sudah tidak tampak lagi, Pukul 09:30 WIB memonitor status
Evaluasi
Data subjek : pasien mengatakan kakinya sudah tidak bengkak lagi, pasien
mengatakan sudah tidak sesak ,dan pasien sudah tidak ada keluhan Data
Objektif : Edem pada kaki pasien sudah tidak ada, Pasien tampak tidak
suhu tubuh pasien 36 ºC, akral hangat, pasien tampak rileks, pasien sudah
boleh pulang
nyerinya
3(0-10)
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
62
Data objektif : tampak meringis saat melakukan aktivitas, skala nyeri 3(0-
Intervensi:
nyeri
Implementasi
kualitas, intensitas nyeri, lokasi nyeri pada area dada pasien, seperti
diremas, nyeri pasien hilang timbul, skala nyeri 3(0-10), Pukul 08:00 WIB
obat ISDN 1x5mg ,tidak ada tanda tanda alergi, Pukul 13:00 WIB
menjadi 2 (0-10), Pukul 12:00 WIB memberikan obat ISDN 1x5mg ,tidak
ada tanda tanda alergi, Pukul 13:00 WIB memfasilitasi istirahat dan tidur
Evaluasi
Data subjek : pasien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri lagi Data
Objektif : Nyeri pasien sudah tidak ada, tekanan darah 115/67 mmHg,
Intervensi:
program pengobatan
Evaluasi
teori dan pada saat memberikan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan
Gagal Jantung Kongestif di Ruang Kardiologi 410 Rumah Sakit Umum Koja
Jakarta yang telah dilakasanakan dari tanggal 22 Maret 2022 sampai 24 Maret
evaluasi keperawatan.
A. Pengkajian
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Menurut (Malik
sebagian besar kasus disebabkan oleh penyakit arteri koroner dan infark
miokard. Seiring waktu, penyakit arteri koroner dan diabetes mellitus telah
menjadi faktor predisposisi utama gagal jantung. Penyebab struktural lain dari
gagal jantung
67
jantung kongestis seperti Tanda kardinal dari gagal jantung adalah mudah
aktivitas fisik, retensi cairan, yang mengarah pada kongestif dari paru,
Menurut (Nugroho & Hadinata, 2019) Sindroma gagal jantung ini dapat
klinis yang terjadi pada pasien yaitu adanya sesak napas, mual, terdapat edem
pada kaki, lemas, kemudian dari manifestasi klinis yang ada di teori dan kasus
yang sesuai dengan teori dan kasus yaitu merasa sesak, mual, edema tungkai,
mudah lelah meski hanya melakukan aktivitas ringan hal ini disebabkan
karena jantung yang tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi
antara teori dengan kasus, menurut (Andini & Trihartanto, 2019) pada pasien
yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui ukuran dan bentuk jantung serta
menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung, pada pemeriksaan ini
tidak dilakukan karena pada pemeriksaan foto thorax sudah dapat diketahui
bahwa pasien menderita gagal jantung kongestif, pada pasien didapatkan hasil
foto thorax menunjukkan efusi plura, dan menurut (Sari et al., 2016) bahwa
ISDN untuk mengatasi nyeri dada, Terapi O2 Nasal kanul, dalam penelitian
B. Diagnosa Keperawatan
memiliki muatan aspek legal dan etis yang sama dengan diagnosis medis
penurunan curah jantung, hipervolemi, pola napas tidak efektif, nyeri akut,
gangguan pertukaran gas, intoleransi aktifitas, gangguan pola tidur, dan resiko
kerusakan integritas kulit, perfusi perifer tidak efektif sedangkan pada pasien
hanya ada beberapa diagnosa yang berbeda antara teori dan kasus. Diagnosa
yang sesuai dengan teori yaitu diagnosa penurunan curah jantung, kelebihan
volume cairan, intoleransi aktifitas, polanapas tidak efektif, nyeri akut, dan
ketidakpatuhan.
Diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak ada di kasus yaitu Gangguan
pertukaran gas, gangguan pola tidur, Resiko kerusakan integritas kulit dan
pertukaran gas, dan perfusi perifer tidak efektif, tetapi penulis lebih memilih
menegakan diagnosa pola napas tidak efektif karena dalam kasus ditemukan
tanda dan gejala seperti pasien mengatakan pasien terasa sesak, Pasien
yang lalu, Pasien terlihat tampak sesak, pasien tampak menggunakan otot
resiko kerusakan integritas kulit karena pasien tampak masih bias miring kiri
kanan dan pasien mampu untuk sesekali duduk dan tidak terdapat tanda tanda
dari resiko kerusakan integritas kulit, Dalam penemuan diagnosa penulis tidak
memadai dan adanya kemajuan teknologi, dan diagnose yang diangkat sesuai
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan terdiri dari tujuan, kriteria hasil, dan intervensi. Pada tahap ini
sesuai dengan teori dan program medis yang diberikan. Hanya saja dalam
keadaan umum pasien, monitor TTV pasien, monitor tekanan darah, monitir
saturasi oksigen, memberikan terapi oksigen 4L/mnt, dalam hal ini berdasrkan
penelitian (Susihar & Pertiwi, 2021) bahwa pemberian terapi oksigen pada
penderita gagal jantung kongestif sangat efektif untuk mengurangi sesak napas
pada pasien gagal jantung kongestif. kemudian pasien diberian obat Miniaspi
1x80mg jam 12:00 wib, Spironolakton 1x25mg jam 12:00 wib, Ramipril
2x5mg
12:00 dan 24:00 wib, simvastatin 1x20mg jam 24:00 wib dan memberikan
Posisi semi fowler, hal ini berdasarkan penelitian (Yuli Ani, 2020) bahwa
penerapan posisi semi fowler selama 3x24 jam sesuai dengan SOP dapat
D. Pelaksanaan Keperawatan
2019)
keperawatan mulai dari 07.30 WIB sampai 14.00 WIB dan selanjutnya
berbagai hal yang masih kurang jelas, sarana yang digunakan dalam
banyak cairan infus yang sudah masuk dan banyaknya air yang pasien minum,
ruangan dan menanyakan banyaknya air yang diminum kepada pasien atau
keluarga. balance cairan yang penulis catat mulai dari tanggal 22 Maret 2022
adalah Input (infus 600cc, minum 900cc, A.M 300cc= 1800cc)-Output (urin
1350cc, IWL 900= 2250)=balance cairan -450cc, dan pada tanggal 23 Maret
2022 adalah balance cairan Input (infus 700cc, minum 700cc, A.M 300cc=
E. Evaluasi
penulis melakukan dua macam evaluasi yaitu evaluasi proses dan hasil.
dilakukan mengacu pada tujuan yang disusun dari enam diagnosa yang
diangkat. Evaluasi yang didapat dari lima diagnosa yang diangkat, Dari ke
teratasi.
pasien mengatakan sudah tidak sesak ,dan pasien sudah tidak ada keluhan
Pasien tampak tidak sesak, keadaan umum sakit ringan, kesadaran compos
suhu tubuh pasien 36ºC, akral hangat, pasien tampak rileks, Diagnosa
sudah tidak sesak ,dan pasien sudah tidak ada keluhan, Pasien tampak tidak
pernapasan
20x/menit, suhu tubuh pasien 36ºC, akral hangat, pasien tampak rileks.
tidak sesak ,dan pasien sudah tidak ada keluhan, Pasien tampak beraktivitas,
pasien tampak tidak sesak, pasien tampak rileks. Diagnosa hipervolemia sudah
lagi, pasien mengatakan sudah tidak sesak ,dan pasien sudah tidak ada
keluhan, Edem pada kaki pasien sudah tidak ada, Berat badan awal pasien
datang 60kg, Berat badan saat pasien pulang 59kg, Pasien tampak tidak sesak,
tubuh pasien 36 ºC, akral hangat, pasien tampak rileks. Diagnosa nyeri akut
nyeri lagi, Nyeri pasien sudah tidak ada, tekanan darah 115/67 mmHg, nadi
diberikan, ke enam diagnosa sudah teratasi oleh karena itu pasien dibolahkan
Pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
Sakit Umum Koja Jakarta, maka penulis dapat mengambil kesimpulan dan
A. Kesimpulan
tahap pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus pada
Ny.R dengan CHF adalah sebagi berikut ,dalam etiologi penulis tidak
hipertensi.
Tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien semua ada pada teori
antara teori dan kasus, dalam pasien kasus pemeriksaan penunjang yang
dilakukan iyalah EKG, foto thorax, dan Lab darah dan elektrolit, sedangkan
didalam teori ada pemeriksaan ekokardiografi tetapi pada pasien kasus tidak
ditemukan pada pasien yang sesuai teori yaitu diagnosa penurunan curah
77
78
Diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak ada di kasus yaitu
klien adalah sikap klien dan keluarga yang kooperatif, perawat ruangan
berbagai hal yang masih kurang jelas, sarana yang digunakan dalam
dengan baik berdasarkan rencana yang telah disusun, pada tahap evaluasi
diharapkan penulis.
B. Saran
mendokumentasikan
79
cairan yang masuk dan cairan yang keluar ke dalam buku yang di
masalah seperti ini sangat terbatas oleh karena itu diharapkan penulis juga
Andini, maulida sekar, & Trihartanto, m. ali. (2019). Penegakan Diagnosis Dan
Pengobatan Optimal Kasus Stemi Anterior Dan Gagal Jantung. Ums.
Publikasi, 1297–1314.
Aronow, W. S., & Ahmed, A. (2017). Heart Failure in Older Adults. Heart
Failure Clinics, 13(3), xiii. https://doi.org/10.1016/j.hfc.2017.04.001
Koerniawan, D., Daeli, N. E., & Srimiyati, S. (2020). Aplikasi Standar Proses
Keperawatan: Diagnosis, Outcome, dan Intervensi pada Asuhan
Keperawatan.
Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 739–751.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1198
Malik, A., Brito, D., Vaqar, S., & Chhabra, L. (2022). Congestive heart failure.
Critical Care Nursing Clinics of North America, 15(4), 1–13.
https://doi.org/10.1016/S0899-5885(03)00056-X
Napitu, S. H. V., Madjid, A. S., & Muljono, I. (2022). Eliminasi Cairan dengan
Target Balans Cairan Negatif pada Pasien Bedah Sesar dengan Gagal
Jantung,
79
Penyakit Jantung Kanan, Hipertensi Pulmonal dan Pasca Repair Katup
Mitral.
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia), 13(3), 192–202.
https://doi.org/10.14710/jai.v0i0.32196
Prihatiningsih, D., & Sudyasih, T. (2018). Perawatan Diri Pada Pasien Gagal
Jantung. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, 4(2).
https://doi.org/10.17509/jpki.v4i2.13443
Sari, P. D., Yonata, A., Haryadi, & Swadharma, B. (2016). Penatalaksanaan Gagal
Jantung NYHA II disertai Pleurapneumonia pada Laki-laki Usia 38 Tahun.
Jurnal Medula Unila, 6(1), 114–119.
Susihar, & Pertiwi, A. (2021). Penerapan Terapi Oksigen dengan Nasal Kanul
Ppada Klien Gangguan Kebutuhan Oksigenasi Akibat CHF di Rumah Sakit
Umum Daerah Koja. Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya,
7(2),
49–54.
80
Lampiran 1 : Pathway
Pathway
HIPERTENSI
Perubahan Tekanan
Permeabilitas Jaringan
81
Kerusakan Pada Jantung
Tekanan
hidrostatik>>
Tekanan
osmostik
Peningkatan Hipetrofi
aktivitas ventrikel
adrenergik
simpatis Transudasi
cairan ke
Pemendekan
interstisal
Mikardium
Vaksokontriksi
sistemis
Pengisian
ventrikelkiri
Menurunkan Vasokons menurun
GFR triksi
ginjal
82
Menurunkan Aliran tidak Pembesaran
ekskresi natrium adekuat ke cairan ke
dan air dalam jantung alveoli
urin
Urin output
menurun Penurunan Edema
suplai O2 ke paru
jaringan
Edema miokardium
sistemik Pengembangan
ekstramitas paru tidak
optimal
Peningkatan
Hipervolemi
hipoksia jaringan
Pola napas
miokardium
tidak efektif
Suplai
darah pada Perubahan
jaringan metabolism
menurun miokardium
Nyeri
Metabolisme dada
anaerobik
Energi
Fatigue Intoleransi Aktifitas
menurun
83
Lampiran 2 : Analisa Obat
Analisa Obat
A. Miniaspi
Asetosal atau dengan merek dagang Miniaspi adalah obat yang dapat
termasuk dalam kategori obat keras hanya bisa didapatkan melalui resep yang
diberikan oleh dokter. Kandungan dari Miniaspi sendiri adalah asam asetil
salisilat.
selanjutnya
B. Spironolakton
melalui urin. Obat ini juga digunakan dalam jangka waktu panjang untuk
84
Lampiran 2 : Analisa Obat
1. Indikasi : edema dan asitas pada sirosis hati, asites malignan, sindroma
hewan mengerat; usia lanjut; gangguan hati; gangguan ginjal (hindari bila
darah dilaporkan.
4. Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; Anak.
C. Ramipril
Ramipril adalah obat untuk menangani hipertensi. Selain itu, obat ini juga
(tambahan); setelah infark miokard pada pasien dengan gagal jantung yang
infark
revaskularisasi.
85
Lampiran 2 : Analisa Obat
strok (mungkin akibat hipotensi yang berat), nyeri punggung, muka merah,
4. Dosis: Jika respon pasien tidak memuaskan terhadap dosis 5-10 mg sehari,
elektrolit dan pasien dengan gagal jantung berat harus diawasi dengan
pengawasan. Pada kasus yang tidak kompleks, terapi dapat dimulai dengan
1 tablet 1,25 mg, diikuti oleh 1 tablet 1,25 mg dua kali sehari selama 2-7
86
Lampiran 2 : Analisa Obat
mg dua kali sehari. Jika dosis yang sesuai sudah dititrasi, dosis penunjang
dapat diberikan sebagai dosis tunggal pada pagi hari atau sebagai dosis
terbagi dua.
Pengurangan mortalitas (kematian) pada gagal jantung setelah fase infark miokard
akut, terapi dimulai 3 hari pertama sesudah kejadian infark. Dosis awal yang sesuai
1,25-2,5 mg dua kali sehari dan terapi harus dilakukan dengan pengawasan
tekanan darah dan fungsi ginjal yang ketat. Dosis ditingkatkan paling sedikit 2 hari
menjadi 2,5-5 mg dua kali sehari dan target dosis 5 mg dua kali sehari dapat
dicapai
D. Simvastatin
CoA) reduktase, yakni enzim yang berperan pada sintesis kolesterol, terutama
lain yang sesuai; untuk mengurangi insiden kejadian koroner klinis dan
penyakit jantung koroner dan kadar kolesterol 5,5 mmol/l atau lebih.
2. Kontraindikasi: pasien dengan penyakit hati yang aktif dan pada kehamilan
87
Lampiran 2 : Analisa Obat
jarang terjadi), parestesia, dan efek pada saluran cerna meliputi nyeri
abdomen, flatulens, konstipasi, diare, mual dan muntah. Ruam kulit dan
interval tidak kurang dari 4 minggu; kisaran lazim 10-40 mg sekali sehari
hari.
E. ISDN
yang poten, manfaat utamanya adalah mengurangi alir balik vena sehingga
mengurangi beban ventrikel kiri. Efek samping senyawa nitrat seperti sakit
terapi, terutama pada angina yang berat atau pada pasien yang sangat sensitif
88
Lampiran 2 : Analisa Obat
samping yang khas setelah injeksi (terutama jika diberikan terlalu cepat)
4. Dosis: Sublingual, 5-10 mg. Oral, sehari dalam dosis terbagi, angina 30-
120 mg; gagal jantung kiri 40-160 mg, sampai 240 mg bila diperlukan.
mungkin diperlukan.
F. Lasix
Furosemid atau dengan nama dagang Laxix adalah obat untuk udem karena
penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan pada udem pulmonari akut
dan udem otak yang diharapkan mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat.
1. Indikasi : udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi tambahan
pada udem pulmonari akut dan udem otak yang diharapkan mendapat
peningkatan asam urat darah, gout, enselopati hepatik pada pasien dengan
89
Lampiran 2 : Analisa Obat
4. Dosis: Oral, Udem. Dewasa, dosis awal 40 mg pada pagi hari, penunjang
dengan 250 mg, dapat diberikan setiap 4-6 jam sampai maksimal dosis
Udem.
Dewasa >15 tahun, dosis awal 20-40 mg, dosis dapat ditingkatkan sebesar
diberikan bersama infus cairan elektrolit. Bayi dan anak <15 tahun,
90
Lampiran 2 : Analisa Obat
91
Lampiran 3 : Balance Cairan
BALANCE CAIRAN
Selasa 22/03/2022, Pukul 08:00 WIB – Rabu, 23/03/2022, Pukul 07:00 WIB Input:
1. Infus = 600cc
2. Minum = 900cc
3. A.M = 300cc
4. Total Input = 1800cc Output:
1. Urin = 1350cc
2. IWL = 900cc
3. Total Output = 2250cc
Balance cairan = Input – Output = 1800 – 2250 = - 450cc
Rabu 23/03/2022, Pukul 08:00 WIB – Kamis, 24/03/2022, Pukul 07:00 WIB
Input:
5. Infus = 700cc
6. Minum = 700cc
7. A.M = 300cc
8. Total Input = 1700cc Output:
4. Urin = 1100cc
5. IWL = 900cc
6. Total Output = 2000cc
Balance cairan = Input – Output = 1700 – 2000 = - 300cc
92
Lampiran 4 : Satuan Acara Pembelajaran
93
Lampiran 4 : Satuan Acara Pembelajaran
V. Media Penyuluhan
a. Leaflet
b. PPT
c. Video
Penyuluh Audience
94
Lampiran 4 : Satuan Acara Pembelajaran
7.
95
Lampiran 4 : Satuan Acara Pembelajaran
c. Menjawab salam
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a) SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing sebelum pelaksanaan
b) Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c) Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan
d) Mahasiswa, dan Lansia berada di tempat sesuai kontrak waktu yang telah
disepakati
2. Evaluasi Proses
a) Proses pelaksanaan sesuai rencana
b) Lansia aktif dalam diskusi dan tanya jawab
c) Lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a) Lansia dapat menyebutkan pengertian dengan benar, 3 tujuan, 3 manfaat
Menyebutkan 6 dari 8 DIIT Pasien Hipertensi , Menyebutkan indikasi
manajemen nutrisi pasien hipertensi, Menyebutkan Kontraindikasi DIIT pasien
Hidengan benar
b) Lansia menunjukkan antusias/ keinginan Melakukan DIIT Pasien
Hipertensi
c) Lansia meredemonstrasi porsi makan untuk diiti Pasien Hipertensi
4. Pertanyaan evaluasi
a) Sebutkan pengertian diit Pasien Hipertensi!
b) Sebutkan tujuan diit Pasien Hipertensi!
c) Sebutkan manfaat diit Pasien Hipertensi!
96
Lampiran 4 : Satuan Acara Pembelajaran
VIII. Sumber
Hartono, A. (2012). Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Kedokteran EGC
Fauziah Nur Y. Hubungan Asupan Bahan Makanan Sumber Serat, Asupan Natrium,
Asupan Lemak dan IMT dengan Tekanan Darah Pada Pasien
Hipertensi Rawat Jalan di Rumah Sakit Tugurejo Semarang. 2013
Suryani, Nany, Noviana Noviana, and Oklivia Libri. "Hubungan Status Gizi,
Aktivitas Fisik, Konsumsi Buah Dan Sayur Dengan Kejadian Hipertensi
Di Poliklinik Penyakit Dalam RSD Idaman Kota Banjarbaru." Jurnal
Kesehatan Indonesia 10.2 (2020): 100-107.
LAMPIRAN MATERI
97
Lampiran 4 : Satuan Acara Pembelajaran
B. TUJUAN
1. membantu menurunkan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi
2. mencegah terjadinya hipertensi
3. menjadikan bahan acuan Untuk Menambah informasi terkait Manajemen nutrisi
pada pasien hipertensi
C. MANFAAT
1. Menurunkan tekanan darah. Tekanan darah yang normal pada orang dewasa
adalah 120/80 mmHg.
2. Menurunkan risiko hipertensi.
3. Menghindari terjadinya Hipertensi
98
Lampiran 4 : Satuan Acara Pembelajaran
6. Lemak dan minyak: dianjurkan untuk mengonsumsi lemak tak jenuh alias lemak
baik.
7. Produk susu rendah lemak
8. Makanan manis rendah lemak.
99
Lampiran 5 : Leafleat
100
Hasil Lab
Lampiran 7 : PA Thorax
101
PA Thorax
Lampiran 8 : Elektrokardiogram
102
Hasil Elektrokardiogram
103
LEMBAR KONSULTASI PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
STIKES RS HUSADA
104