Anda di halaman 1dari 131

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M DENGAN


GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUANG
KARDIOLOGI KAMAR 406 RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
KOJA JAKARTA

AISYAH HANA FARIDA


191002

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
JAKARTA, 2022
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan RS Husada

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. M DENGAN


GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI RUANG
KARDIOLOGI KAMAR 406 RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH
KOJA JAKARTA

Laporan Tugas Akhir

Diajukan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan


pendidikan Diploma Tiga Keperawatan

AISYAH HANA FARIDA

191002

PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS HUSADA
JAKARTA, 2022
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Tugas Akhir ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Aisyah Hana Farida


NIM : 191002

Tanda Tangan :
Tanggal : 27 Juni 2022

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. M Dengan Gagal Jantung
Kongestif di Ruang Kardiologi Kamar 406 Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta”. Karya tulis ilmiah ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Rumah Sakit Husada
Jakarta. Dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mengalami
hambatan dan kesulitan, akan tetapi berkat bimbingan serta arahan dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
terutama kepada :
1. Ellynia, SE, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah
Sakit Husada Jakarta
2. Ns. Fendy Yesayas, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
3. Enni Juliani, M.Kep, selaku penguji I dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini
4. Ns. Dwi Nuryani, S.Kep, selaku penguji II dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini
5. Seluruh dosen pengajar dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah
Sakit Husada yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Husada
6. Dr. Ida Bagus Nyoman Banjar, MKM, selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Koja Jakarta yang telah memberikan lahan praktik kepada
penulis dan dalam usaha memperoleh data yang diperlukan
7. Ns. Iyar Samsiar, S.Kep, selaku Kepala Divisi Keperawatan yang telah
memfasilitasi pelaksanaan ujian

iv
8. Ns. Neni Diannilawati, S.Kep, selaku Kepala Ruangan Kardiologi di
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta yang telah membimbing banyak
bantuan selama praktek di ruangan
9. Didi Permana Amd.Kep, Santus Yohanes, Amk, dan Ade Ulfa Amd.Kep,
selaku kakak pembimbing penulis yang sudah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
10. Arief Heroe Santoso, Heny Harnaning, serta kakak dan adikku tersayang
dan semua keluarga besar yang selalu memberikan support, bantuan moril,
material serta doa bagi penulis selama membuat Laporan Tugas Akhir.
Terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan yang selama ini diberikan
kepada penulis.
11. Sahabat perjuangan STIKes RS Husada yang sudah berjuang
bersamasama, memberikan semangat serta motivasi (Savyra, Mutiara,
Annisa, Suci, Candrasari)
12. Teman dekat saya yang selalu memberikan motivasi dan membantu penulis
dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (Bunga El Najma, Ikhsan
Fadila Susilo, Riasmara Irawan)
13. Sahabat SMA yang selalu memberikan semangat serta motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (Ayu, Salsa, Susi,
Nadia, Delfina, Ian, Rahmat, Fajar, Gunawan, Rezka, Dewa)
14. Teman kelompok KMB yang bersama-sama berjuang, memberikan
semangat (Bayu, Anis, Hindi, Maya)
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir, dan penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, maka penulis mohon maaf. Semoga
Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1 B.
TUJUAN ......................................................................................... 4
C. RUANG LINGKUP PENELITIAN ................................................. 5 D.
METODE PENELITIAN ................................................................ 5
E. SISTEM PENULISAN .................................................................... 6
II. TINJAUAN TEORI ............................................................................. 8
A. KONSEP CHF (CONGESTIVE HEART FAILURE) ...................... 8
1. DEFINISI .................................................................................
8
2. ETIOLOGI ...............................................................................
9 3. PATOFISIOLOGI ....................................................................
10
4. MANIFESTASI KLINIS ..........................................................
12
5. KOMPLIKASI ......................................................................... 14
6. PENATALAKSANAAAN ....................................................... 14
7. PENGKAJIAN KEPERAWATAN ...........................................
17
8. DIAGNOSA KEPERAWATAN .............................................. 21
9. INTERVENSI KEPERAWATAN ............................................ 23
10. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ...................................... 31
11. EVALUASI KEPERAWATAN .............................................. 32
III. TINJAUAN KASUS .............................................................................
33
A. PENGKAJIAN ................................................................................ 33
B. DIAGNOSA KEPERWATAN………………………………….….. 49
C. PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI………… 49
IV. PEMBAHASAN ...................................................................................
74
A. PENGKAJIAN ................................................................................ 74
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ...................................................... 77
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN ............................................. 77

vi
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ............................................. 78
E. EVALUASI KEPERAWATAN ....................................................... 80
V. PENUTUP ............................................................................................ 81
A. KESIMPULAN………………………………………………………… 81
B. SARAN..............................................................................................
82
VI. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 83
DAFTAR SINGKATAN

1. CHF = Congestive Heart Failure


2. cAMP = Cyclic Adenosme Monophosphate
3. RAAS = Renin-Angiotensin-Aldosteron
4. O2 = Oksigen
5. CO2 = Karbondioksida
6. ACE = Angiotensin-Converting Enzyme
7. ISDN = Isosorbide Dinitrate
8. ARB = Angiotensin II Receptor Blockers
9. EKG = Elektrokardiogram
10. ECHO = Ekokardiografi
11. BUN = Blood Urea Nitrogen
12. CRT = Cardiac Resynchronization Therapy
13. ROM = Range Of Motion
14. ADL = Activity of Daily Living
15. BPJS = Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

vi
i
DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Lampiran :
Lampiran 1 : Pathway 84
Lampiran 2 : Analisa Obat 86
Lampiran 3 : Balance Cairan 90
Lampiran 4 : Prosedure Tindakan 91
Lampiran 5 : SAP 93
Lampiran 6 : Leaflet 99
Lampiran 7 : Lembar Balik 100
Lampiran 8 : ECHO 103
Lampiran 9 : EKG 105
Lampiran 10 : Foto thorax 106
Lampiran 11 : Hasil LAB 107
Lampiran 12 : Lembar Konsultasi 108

vi
ii
ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah pada gangguan sistem kardiovaskuler salah satunya adalah

gagal jantung kongestif, yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat yang utama pada beberapa negara maju dan negara

berkembang seperti Indonesia. Gagal jantung adalah suatu kondisi yang

terjadi di mana jantung tidak dapat memompa cukup darah untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Pada kondisi ini jantung gagal untuk

melakukan tugasnya sehingga kebutuhan metabolik tubuh tidak dapat

terpenuhi. Gagal jantung kongestif adalah kondisi dimana tubuh

kekurangan suplai oksigen karena penimbunan cairan di dalam alveolus.

Ini merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Akumulasi tersebut membuat jantung tidak mampu memompa secara

maksimal (Nirmalasari, 2017).

Gagal jantung kongestif disebabkan oleh kelainan struktur jantung,

kelainan fungsional, dan faktor pencetus lainnya. Secara historis, sebagian

besar kasus disebabkan oleh penyakit arteri koroner dan infark miokard.

Seiring waktu, penyakit arteri koroner dan diabetes mellitus telah menjadi

faktor predisposisi utama gagal jantung. Penyebab struktural lain dari gagal

jantung kongestif (CHF) termasuk hipertensi, penyakit katup jantung,

aritmia yang tidak terkontrol, miokarditis, dan penyakit jantung


2

1
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

bawaan. Gagal jantung diastolik dengan gangguan pengisian ventrikel

dapat disebabkan oleh kardiomiopati restriktif dan pericarditis konstriktif

(Malik et al., 2021).

Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah utama di Negara maju

maupun berkembang. Dari World Health Organization (WHO) tahun 2019

menunjukan terdapat sekitar 17,9 juta orang meninggal karena penyakit

kardiovaskuler, angka tersebut menyumbang 31% dari total kematian di

dunia. Angka kematian ini, 85% diakibatkan oleh serangan jantung dan

stroke (Laksmini et al., 2020). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2020),

gagal jantung kongestif merupakan penyakit penyebab kematian kedua di

indonesia setelah stroke, prevalensi penyakit gagal jantung berdasarkan

diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,13% atau sebanyak 229.696 orang.

Menurut diagnosis dokter berdasarkan gejala diperkirakan sebanyak 0,3%

atau 530.068 orang. Sedangkan berdasarkan hasil rekam medis Rumah

Sakit Umum Daerah Koja Jakarta pasien yang masuk dengan kasus gagal

jantung kongestif berjumlah 7.045 orang selama periode Februari 2021

sampai dengan Februari 2022. Gagal jantung kongestif diakibatkan oleh

gangguan kemampuan kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah

jantung menjadi lebih rendah dari curah jantung normal sehingga darah

yang dipompa pada setiap kontriksi menurun dan menyebabkan penurunan

darah keseluruh tubuh. Apabila suplai darah di paru-paru tidak lancar

(darah tidak masuk ke jantung), menyebabkan penimbunan cairan di

paruparu yang dapat menurunkan pertukaran oksigen dan karbondioksida

antara udara dan darah di paru-paru (Suharto, 2021).

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


3

Hal ini mengakibatkan kegagalan fungsi paru sehingga terjadi

penimbunan cairan di alveoli. Hal ini menyebabkan jantung tidak dapat

bekerja dengan maksimal dalam darah. Dampak lain yang muncul adalah

perubahan yang terjadi pada otot-otot respiratori. Hal-hal tersebut

mengakibatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh terganggu sehingga terjadi

dispnea. Dispnea pada pasien CHF juga dipengaruhi oleh aktivitas pasien

sehingga New York Heart Association (NYHA) atau kriteria yang dibuat

untuk menilai seberapa berat gangguan jantung yang diderita seseorang.

Penilaian ini didasarkan pada keterbatasan aktivitas fisik penderita

(Nirmalasari, 2017).

Mekanisme kompensasi yang dimulai pada gagal jantung dapat

menyebabkan komplikasi pada sistem tubuh lain. Hepatomegali kongestif

dan splenomegaly kongestif yang disebabkan oleh pembengkakan sistem

vena porta menimbulkan peningkatan tekanan abdomen, asites, dan

masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah kanan yang lama, fungsi

hati dapat terganggu. Distensi miokardium dapat memicu disritmia,

mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura dan masalah paru lain

dapat terjadi, dan komplikasi mayor gagal jantung berat adalah syok.

Komplikasi penyakit gagal jantung kongestif tersebut, peran perawat dalam

hal ini sangat dibutuhkan dalam memberikan asuhan keperawatan bagi

penderita gagal jantung kongestif meliputi promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Upaya promotif yang dapat dilakukan untuk masyarakat dan

keluarga memberikan informasi tentang gagal jantung kongestif dan cara

berperilaku hidup sehat. Dalam upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu

dengan menghindari makanan berlemak, menjaga agar berat badan stabil,

menghindari stres berlebihan. Upaya kuratif memberikan penanganan

kepada penderita gagal jantung kongestif untuk selalu memeriksa ke dokter


Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
4

secara teratur, minum obat, dan menjaga berat badan selalu stabil. Upaya

rehabilitatif yang dapat dilakukan yaitu dengan mengendalikan pola hidup

dengan menekankan pada penderita untuk mematuhi diit untuk penderita

gagal jantung, menghindari aktivitas berlebih yang dapat menimbulkan

gejala seperti berlari, naik tangga, beristirahat yang cukup dan

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang optimal untuk selalu memeriksakan

kesehatan penderita secara rutin.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui

lebih lanjut bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan

gagal jantung kongestif melalui proses keperawatan mulai dari pengkajian,

merumuskan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi keperawatan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam memberikan

asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gagal jantung

kongestif

b. Mampu dalam menentukan masalah keperawatan pada pasien

dengan gagal jantung kongestif

c. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan

gagal jantung kongestif

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan

gagal jantung kongestif

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


5

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan

gagal jantung kongestif

f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat dalam teori

dan praktik

g. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat,

serta mencari solusi atau alternatif pemecahan masalah

h. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien

dengan gagal jantung kongestif

C. Ruang Lingkup

Dalam penyusunan karya tulis ini penulis hanya membahas tentang

satu kasus yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. M Dengan Gagal

Jantung Kongestif Di Ruang Kardiologi Kamar 406 Rumah Sakit Umum

Daerah Koja, Jakarta selama 3x24 jam”.

D. Metode Penelitian

Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif

dan dalam proses penulisan menggunakan beberapa teknik untuk

pengumpulan data yaitu, pertama studi kasus yaitu melalui pemeriksaan

fisik, observasi langsung pada pasien, wawancara langsung dengan pasien

dan keluarga untuk menyatakan hal-hal yang berhubungan dengan riwayat

kesehatan masalalu dan sekarang. Kedua studi dokumentasi yaitu

pengumpulan data dengan mempelajari pada data rekam medis yang

berkaitan dengan penyakit pasien. Kemudian dengan keperpustakaan yaitu

mencari data-data yang berhubungan dengan makalah melalui buku.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


6

E. Sistem Penulisan

Dalam penulisan makalah ini disusun secara sistematis yang terdiri

dari : BAB I : berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan, dan sistematika

penulisan. BAB II : berisi tinjauan teori yang menguraikan konsep dasar

yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,

komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan medis, dan asuhan

keperawatan yang dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana

keperawatan, penatalaksanaan, dan evaluasi. BAB III: berisi tinjauan kasus

meliputi asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan keperawatan, penatalaksanaan keperawatan, dan

evaluasi keperawatan. BAB IV: berisi pembahasan meliputi kesenjangan

antara teori dan kasus termasuk faktor-faktor pendukung dan penghambat

serta pemecahan masalah dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi. BAB V: berisi

penutup meliputi kesimpulan dan saran dari seluruh makalah

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep CHF (Congestive Heart Failure)

1. Definisi

Gagal jantung adalah sindrom klinis kompleks di mana jantung tidak

dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ini hasil

dari setiap gangguan yang mengganggu pengisian ventrikel atau ejeksi darah

ke sirkulasi sistemik. Pasien biasanya datang dengan kelelahan dan dispnea,

penurunan toleransi latihan, dan retensi cairan (edeme paru dan perifer)

(Malik et al., 2021).

Gagal jantung kongestif adalah sebuah kondisi dari kardiovaskuler

dimana jantung tidak bisa memompa darah secara adekuat untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme dari jaringan tubuh. Dampak yang disebabkan oleh

ketidakmampuan otot jantung memompakan darah yaitu merasa sesak saat

beraktivitas. Hal ini karena dispnea berpengaruh pada penurunan oksigenasi

jaringan dan produksi energi sehingga kemampuan aktifitas pasien sehari-hari

juga akan menurun yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Terjadinya

dispnea pada pasien CHF diakibatkan oleh gangguan kemampuan

kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung menjadi lebih rendah

dari curah jantung normal sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi

menurun dan menyebabkan penurunan darah keseluruh tubuh. Apabila suplai

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


8
darah di paru-paru tidak lancar (darah tidak masuk ke jantung), menyebabkan

penimbunan cairan di paru-paru yang dapat menurunkan pertukaran oksigen

dan karbondioksida antara udara dan darah di paru-paru. Hal ini akan

mengakibatkan oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan

karbondioksida. Situasi ini akan memberikan suatu gejala seperti sesak napas

(dyspnea), dyspnea juga dirasakan saat berbaring (ortopnea). Sehingga pada

pasien CHF akan merasakan sesak saat beraktivitas ringan maupun sedang

istirahat (Suharto, 2021).

2. Etiologi

Jantung memiliki empat ruang yang memiliki tugas masing-masing,

yaitu serambi kanan dan kiri yang berada dibagian atas, serta bilik kanan dan

kiri yang ada dibagian bawah. Berdasarkan letak ruang jantung tersebut,

gagal jantung kongestif bisa dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu sebelah kiri,

kanan, dan campuran (Malik et al., 2021).

Gagal jantung kongestif disebabkan oleh kelainan struktur jantung,

kelainan fungsional, dan faktor pencetus lainnya. Secara historis, sebagian

besar kasus disebabkan oleh penyakit arteri koroner dsn infark miokard.

Seiring waktu, penyakit arteri koroner dan diabetes melitus telah menjadi

faktor predisposisi utama gagal jantung. Penyebab struktural lain dari gagal

jantung kongestif (CHF) termasuk hipertensi, penyakit katup jantung, aritmia

yang tidak terkontrol, miokarditis, dan penyakit jantung bawaan. Gagal

jantung diastolik dengan gangguan pengisian ventrikel dapat disebabkan oleh

kardiomiopati restriktif dan pericarditis konstriktif. Penyebab paling umum

dari gagal jantung kongestif dekompensasi adalah pengobatan yang tidak

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


9
tepat, pembatasan diet natrium, dan penurunan aktivitas fisik. Hipertensi yang

tidak terkontrol adalah penyebab paling umum kedua gagal jantung

dekompensasi (NS, 2020).

3. Patofisiologi

Mekanisme adaptif yang mungkin memadai untuk mempertahankan

kinerja kontraktil keseluruhan jantung pada tingkat yang relatif normal

menjadi maladaptif ketika mencoba mempertahankan kinerja jantung yang

memadai. Pada tahap awal gagal jantung kongestif, fisiologi jantung mencoba

beradaptasi melalui beberapa mekanisme kompensasi untuk mempertahankan

curah jantung dan memenuhi kebutuhan sistemik. Ini termasuk mekanisme

Frank-Starling, perubahan regenerasi miosit, hipertrofi miokard, dan

hiperkontraktilitas miokard.

Penurunan curah jantung merangsang sistem neuroendokrin dengan

pelepasan epinefrin, norepinefrin, endotelin, dan vasopresin. Mereka

menyebabkan vasokonstriksi yang menyebabkan peningkatan afterload. Ada

peningkatan siklik adenosine monofosfat (cAMP), yang menyebabkan

peningkatan kalsium sitosol dalam miosit. Hal ini meningkatkan

kontraktilitas miokard dan selanjutnya mencegah relaksasi miokard.

Penurunan curah jantung juga merangsang sistem renin-angiotensinaldosteron

(RAAS), menyebabkan peningkatan retensi garam dan air, bersama dengan

peningkatan vasokonstriksi. Ini selanjutnya memicu mekanisme maladaptif di

jantung dan menyebabkan gagal jantung progresif. Selain itu, sistem RAAS

melepaskan angiotensin II, yang telah terbukti meningkatkan hipertrofi

seluler miokard dan fibrosis interstisial.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


10

Fungsi maladaptif dari angiotensin II ini telah terbukti meningkatkan

remodeling miokard (Malik et al., 2021)

Fungsi jantung sebagai sebuah pompa diindikasikan oleh

kemampuannya untuk memenuhi suplai darah yang adekuat keseluruh bagian

tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami stress fisiologis.

Adapun mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung meliputi

keadaan-keadaan :

a. Preload (beban awal)

Jumlah darah yang mengisi jantung berbanding langsung dengan

tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung

b. Kontraktilitas

Perubahan kekuatan kontriksi berkaitan dengan panjangnya regangan

serabut jantung

c. Afterload (beban akhir)

Besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan untuk memompa

darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri. Pada keadaan

gagal jantung, bila salah satu atau lebih dari keadaan di atas terganggu,

menyebabkan curah jantung menurun, meliputi keadaan yang menyebabkan

preload meningkat, contoh regurgitasi aorta, cacat septum ventrikel,

menyebabkan afterload meningkat yaitu pada keadaan stenosis aorta dan

hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark

miokardium dan kelainan otot jantung.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


11

Volume curah jantung ditentukan oleh preload, kontraktilitas, dan

afterload. Peningkatan preload dapat meregangkan serat miokardium dan

meningkatkan kekuatan kontraktilitas. Namun, peregangan yang berlebihan

menyebabkan penurunan kontraktilitas. Peningkatan kontraktilitas

menyebabkan meningkatnya volume curah jantung. Denyut jantung yang

dipengaruhi oleh sistem syaraf otonom dapat meningkatkan output jantung

sehingga denyut jantung berlebihan (>160 denyut/menit), dimana durasi

diastolik memendek, serta mengurangi pengisian ventrikel dan volume curah

jantung.

Apabila suplai darah tidak lancar di paru-paru (darah tidak masuk ke

jantung), menyebabkan penimbunan cairan di paru-paru yang dapat

menurunkan pertukaran O2 dan CO2 antara udara dan darah di paru-paru.

Sehingga oksigenisasi arteri berkurang dan terjadi peningkatan CO2, yang

akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu

gejala sesak napas (dyspnea), ortopnea (dyspnea saat berbaring) terjadi

apabila aliran darah dari ekstremitas meningkatkan aliran balik vena ke

jantung dan paru-paru (Wilcox et al., 2020).

Apabila terjadi pembesaran vena di hepar mengakibatkan hepatomegali

dan nyeri tekan pada kuadran kanan. Suplai darah yang didaerah otot dan

kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin serta timbul gejala letih,

lemah dan lesu

4. Manifestasi klinis

Ada beberapa gejala yang menunjukkan bahwa seorang menderita gagal

jantung kongestif. Meski pada tahap awal gejalanya mungkin tidak akan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


12

berdampak kepada kondisi kesehatan secara umum, tetapi seiring

memburuknya kondisi yang diderita maka tanda dan gejalanya akan kian

nyata.

Setidaknya ada tiga tahapan gejala yang bisa dilihat pada seseorang

penderita gagal jantung kongestif. Yang pertama adalah gejala tahap awal.

Pada tahap ini, pasien mengalami : Pembengkakan kaki, mudah lelah,

tertutama setelah melakukan aktivitas fisik, kenaikan berat badan yang

signifikan, makin sering ingin buang air kecil, terutama saat malam hari

Jika kondisi penderita terus menerus memburuk, akan muncul beberapa

tanda dan gejala berikut ini : Denyut jantung tidak teratur, batuk-batuk karena

pembengkakan paru, napas berbunyi mengi, sesak napas karena paru-paru

dipenuhi cairan. Sesak juga akan muncul ketika melakukan aktivitas fisik

ringan atau ketika sedang berbaring, sulit beraktivitas karena setiap kali

melakukan aktivitas fisik ringan, tubuh akan merasa lelah.

Selanjutnya, gagal jantung kongestif bisa dikatakan parah apabila

penderita sudah mengalami tanda dan gejala berupa : Menjalarnya rasa nyeri

di dada melalui tubuh bagian atas, kondisi ini bisa juga menandakan adanya

serangan jantung, kulit menjadi kebiru-biruan karena paru-paru mengalami

kekurangan oksigen, tarikan napas yang pendek dan cepat, pingsan.

Pada kondisi gagal jantung kongestif berat, tanda dan gejala akan

dirasakan bahkan ketika tubuh sedang beristirahat. Pada tahap ini, penderita

gagal jantung kongestif akan mengalami kesulitan dalam menjalani aktivitas

sehari-hari (Anies, 2021).

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


13

5. Komplikasi

Terdapat beberapa komplikasi yang terjadi akibat gagal jantung yaitu :

a. Hepatomegali

Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas abdomen terjadi akibat

pembesaran vena di hepar merupakan manifestasi dari kegagalan jantung.

b. Aritmia ventrikel

Pasien dengan gagal jantung mempunyai risiko untuk mengalami

aritmia, biasanya disebabkan karena tachiaritmias ventrikuler. Aritmia

ventrikel dapat menyebabkan sinkop atau kematian jantung mendadak

(25%50% kematian pada pasien CHF). Pada pasien yang berhasil di

resusitasi, amiodaron, bloker β, defribilator yang ditanam mungkin turut

mempunyai peranan.

c. Efusi pleura

Komplikasi ini dihasilkan dari peningkatan tekanan kapiler. Transudasi

cairan terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya

terjadi pada lobus bawah.

d. Kerusakan atau kegagalan ginjal

Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya

dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari

gagal jantung dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan

6. Penatalaksanaan

a. Terapi

1) Farmakologi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


14

Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi

morbiditas dan mortalitas. Tindakan pencegahan perburukan penyakit jantung

tetap merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung.

a) Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (ACE)

Berfungsi memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi

perawatan Rumah Sakit karena pemburukan gagal jantung, dan meningkatkan

angka kelangsungan hidup. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan

gangguan fungsi ginjal (kadar kalium serum > 5,0 mmol/L, serum kreatinin >

2,5mg/dl) Contoh obat : Captopril dosis awal 6,25mg (3x/hari), dosis target

50-100mg (3x/hari), Enalapril dosis awal 2,5mg (2x/hari), dosis target

1020mg (2x/hari), Lisinopril dosis awal 2,5-5mg (1x/hari), dosis target 20-

40mg

(1x/hari), Ramipril dosis awal 2,5mg (1x/hari), dosis target 5mg (2x/hari),

Perindopril dosis awal 2mg (1x/hari), dosis target 8mg (1x/hari)

b) Isosorbide dimitrate (ISDN)

ISDN adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan meredakan

angina ( nyeri dada) akibat penyakit jantung. Obat ini tidak boleh diberikan

pada pasien dengan hipotensi, anemia berat, acute myocardial infark,

peningkatan tekanan intracranial, gangguan jantung seperti stenosis mitral

atau temponade jantung. Contoh obat : Cedocard, Farsorbid 5, Isorbid,

Isosorbide Dinitrate, Isonat, Monecto 20, dan Nosorbid

c) Angiotensin receptor blockers (ARB)

ARB adalah golongan obat-obatan yang digunakan untuk menangani

darah tinggi dan gagal jantung, mengurangi angka kematian karena penyebab

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


15

kardiovaskuler. Adapun contoh obat golongan ini ini adalah Candesartan

dengan dosis awal 4/8mg (1x/hari), dosis target 32mg (1x/hari), Valsartan

dengan dosis awal 40mg (2x/hari), dosis target 160mg (2x/hari), Losartan

dengan dosis 50-100 mg 1-2x/hari, Olmesartan dengan dosis awal 10-20mg

(1x/hari), dosis target 40mg (1x/hari), Telmisartan dengan dosis awal 40mg

(1x/hari), dosis target 20-80mg (1x/hari). Kontraindikasi sama seperti ACE,

monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARB digunakan

bersama ACE

d) Penyekat β

Penyekat β adalah kelas obat yang terutama digunakan untuk mengelola

aritmia jantung, dan untuk melindungi jantung dari serangan jantung kedua

( infark miokard) setelah serangan jantung pertama, dan berfungsi untuk

mengobati hipertensi. Contoh obat: Bisoprolol dengan dosis awal 1,25mg

(1x/hari), dosis target 10mg (1x/hari), Carvedilol dengan dosis awal 3,125mg

(2x/hari), dosis target 25-50mg (2x/hari), Metoprolol dengan dosis awal

12,5/25mg (1x/hari), dosis target 200mg (1x/hari). Obat ini tidak boleh

diberikan pada pasien dengan asma dan blok AV ( atrioventrikuler) derajat 2

dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa pacu jantung permanen), sinus bradikardia

(nadi < 50x/menit) 2)

Non farmakologis

a) Manajemen keperawatan mandiri

Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan

pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan

gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


16

prognosis. Manajemen perawatan mandiri dapat didefinisikan sebagai

tindakan yang bertujuan untuk menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku

yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan

gagal jantung

b) Pembatasan cairan

Pembatasan cairan kurang lebih 1200-1500 cc/hari

c) Latihan fisik

Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien gagal jantung

kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik

dikerjakan di Rumah Sakit atau di rumah

d) Pemantauan berat badan mandiri dan pengurangan berat badan

Pasien harus memantau berat badan rutin setiap hari, jika terdapat

kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis

diuretik atas pertimbangan dokter. Pengurangan berat badan pasien obesitas

( IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung, untuk mencegah perburukan gagal

jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup

e) Diet pembatasan natrium

<4 gr/hari untuk menurunkan edema pasien

7. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian yang dilakukan pada pasien jantung kongestif adalah sebagai

berikut :

Identitas pasien melipurti nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir,

usia, agama, status perkawinan, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang

digunakan sehari-hari, pekerjaan, alamat tempat tinggal

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


17

a. Keluhan utama pasien

Biasanya ditemukan sesak nafas, dan mudah lelah terutama saat

beraktivitas

b. Riwayat kesehatan

Keluhan peningkatan napas pendek, dispnea saat ekspirasi, penurunan

toleransi aktivitas, atau dispnea nokturia paroksismal, kenaikan berat badan

saat ini, adanya batuk, nyeri dada atau abdomen, anoreksia atau mual,

memiliki riwayat penyakit jantung, episode gagal jantung sebelumnya, faktor

risiko lain seperti hipertensi atau diabetes melitus, diet dan aktivitas yang

dilakukan dan perubahan saat ini

c. Pemeriksaan fisik pada pasien dengan gagal jantung yaitu

1) Auskultasi : nadi apikal biasanya terjadi takikardi ( walaupun dalam

keadaan beristirahat)

2) Bunyi jantung S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja

pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah

ke atrium yang distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi atau

stenosis katup

3) Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk

dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah)

mungkin ada

4) Pemeriksaan kulit : kulit pucat ( karena penurunan perfusi perifer

sekunder) dan sianosis (terjadi sebagai refraktori gagal jantung kronis).

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


18

Area yang sakit sering berwarna biru/belang karena peningkatan kongesti

vena

5) Sirkulasi : tekanan darah mungkin rendah (gagal pemompaan), irama

jantung disritmia, frekuensi jantung takikardi

6) Pernafasan : takipnea, nafas dangkal, penggunaan otot asesori

pernapasan, batuk kering/nyaring, atau non produktif atau mungkin batuk

terus menerus dengan atau tanpa pembentukan sputum

7) Nyeri atau keamaan : nyeri dada , angina akut atau kronis, nyeri abdomen

kanan atas dan sakit pada otot

8) Eliminasi : bising usus normal atau meningkat

9) Makanan/cairan : kehilangan nafsu makan, muntah,mual, penambahan

berat badan yang signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah

10) Aktifitas/istirahat : keletihan atau kelelahan terus-menerus saat beraktifas

maupun saat istirahat.

11) Integritas ego : ansietas, khawatir, dan takut, stres yang berhubungan

dengan penyakit atau keprihatinan finansial (pekerjaan, biaya perawatan

medis)

d. Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkan diagnose gagal jantung harus dilakukan pemeriksaan

penunjang diantaranya, yaitu :

1) EKG (Elektrokardiogram)

Bisa ditemukan hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis,

iskemia, dan kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia, misalnya : takikardi,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


19

fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah

infark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.

2) Tes laboratorium :

(1)Enzym, hepar meningkat pada gagal jantug. Elektrolit, kemungkinan

berubah karena perpindahan cairan, penurunan fungsi ginjal. Oksimetri nadi

kemungkinan saturasi oksigen rendah. Pada gagal ventrikel kiri hasil agd

alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2.

Albumin, mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein.

(2)Urinalisa, Nitrogen Urea Darah ( BUN), dan Kreatinin Serum Diambil

untuk mengevaluasi fungsi ginjal

3) Foto rontgen dada

Untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan di

paru-paru.

4) Ultra Sonogram

Suatu alat yang biasa digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit

dan kondisi kesehatan kesehatan lainnya, alat ini memiliki kemampuan untuk

menciptakan gelombong suara yang akan menimbulkan gema ketika

disorotkan ke dalam tubuh. Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik,

perubahan dalam fungsi/ struktur katub atau area penurunan kontraktilitas

ventricular.

5) Katerisasi jantung

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


20

Untuk mendiagnosis dan tatalaksana penyakit jantung. Manfaat dari

kateterisasi jantung, yaitu: Deteksi dan pengobatan intervensi pada

penyempitan atau penyumbatan arteri koroner. Mengukur hemodinamik

jantung sisi kiri dan sisi kanan.


Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan

gagal jantung sisi kanan dan kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi ( Majid,

2018). Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau pulmonary

arterial wedge pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung

lebih rendah dari 2,7 l/menit/m2 luas permukaan tubuh.

8. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan pada pasien gagal jantung (PPNI, 2017).

a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung

(mis,bakikardia/takikardia, gambaran EKG aritmia atau gangguan

konduksi), perubahan preload (mis, edema, distensi vena jugularis, cental

venous pressure (CVP) meningkat/menurun, hepatomegali, murmur

jantung, berat badan bertambah, pulmonary artery wedge pressure

(PAWP) menurun), perubahan afterload (mis, tekanan darah

meningkat/menurun, nadi perifer teraba lemah, capillary refill time >3

detik, oliguria, warna kulit pucat atau sianosis, pulmonary vascular

resistance (PVR) meningkat/menurun, systemic vascular resistance (SVR)

meningkat/menurun), perubahan kontraktilitas (mis, terdengar suara

jantung S3 atau S4, ejection fraction (EF) menurun, cardiac index (CI)

menurun, left ventricular stroke work index (LVSWI) menurun, stroke

volume index (SVI) menurun)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


21

b) Nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis,

inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis, terbakar,

bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan)

c) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasa,

hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot

pernapasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang dada

d) Hipervolemia hubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, kelebihan

asupan cairan, kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek

agen farmakologis (mis, kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,

vincristine, tryptilinescarbamazepine)

e) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan

konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah, kekurangan volume

cairan, kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis, merokok,

gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas), kurang

terpapar informasi tentang proses penyakit (mis, diabetes melitus,

hyperlipidemia)

f) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan, kelelahan, perubahan

tanda-tanda vital

g) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak

terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


22

terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem

keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan

(temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, terpapar bahaya

lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain), kurang terpapar informasi

h) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis,

kelembapan lingkungan sekitar, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,

jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan), kurang kontrol tidur, kurang

privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan

peralatan tidur

i) Defisit pengetahuan tentang (spesifikkan) berhubungan dengan keteratasan

kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang

terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat,

ketidaktahuan menemukan sumber informasi

j) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi, perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan),

kekurangan/kelebihan volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia

iritatif, suhu lingkungan yang ekstrem, faktor mekanis (mis, penekanan,

gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan

tinggi), terapi radiasi, kelembapan, proses penuaan, neuropati perifer,

perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, penekanan pada tonjolan

tulang, kurang terpapar informasi tentang upaya

mempertahankan/melindungi integritas jaringan.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


23

9. Intervensi Keperawatan

Sesuai dengan diagnose keperawatan diatas, untuk rencana tindakan

keperawatan pada pasien gagal jantung, sebagai berikut :

a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung,

perubahan frekuensi jantung, perubahan kontraktilitas, perubahan preload,

perubahan afterload

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan curah jantung meningkat

Kriteria Hasil : Pasien akan melaporkan penurunan episode dispnea,

berperan dalam aktifitas mengurangi beban kerja jantung, tekanan darah

dalam batas normal, nadi kuat >60 x/menit, tidak terjadi aritmia denyut

jantung dan irama jantung teratur, CRT <3 detik.

Intervensi :

1) Kaji dan laporkan adanya tanda penurunan curah jantung

2) Auskultasi nadi apical, kaji frekuensi dan irama jantung

3) Palpasi nadi perifer

4) Kaji perubahan pada sensorik seperti : letargi, cemas dan depresi

5) Berikan terapi sesuai dengan program

b. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis,

inflamasi, iskemia, neoplasma), agen pencedera kimiawi (mis, terbakar,

bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan)

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat nyeri

menurun

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


24

Kriteria hasil : secara subjektif pasien mengatakan penurunan rasa nyeri

dada, secara objektif didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal,

wajah rileks, tidak meringis kesakitan.

Intervensi :

1) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, durasi dan skala nyeri

2) Anjurkan pasien teknik relaksasi nafas dalam

3) Atur posisi yang nyaman

4) Berikan terapi sesuai dengan program

c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasa,

hambatan upaya napas (mis, nyeri saat bernapas, kelemahan otot

pernapasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang dada

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola nafas

membaik

Kriteria hasil : secara objektif pasien menyatakan penurunan sesak nafas,

tanda-tanda vital dalam batas normal (RR 16-20x/menit).

Intervensi :

1) Evaluasi frekuensi pernapasan dan kedalaman, catat adanya kelainan

pernapasan,, contoh adanya dispnea, penggunaan otot bantu napas

2) Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun/tak ada bunyi napas

dan adanya bunyi tambahan contoh krekels atau ronki

3) Observasi kelainan bentuk dada. Identifikasi penurunan ekspansi atau

ketidakseimbangan gerakan dada.

4) Kaji kulit dan membran mukosa untuk adanya sianosis

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


25

5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakan pada posisi duduk tinggi atau

semifowler. Bantu ambulasi dini/peningkatan waktu tidur

6) Berikan tambahan oksigen dengan kanula atau masker, sesuai indikasi


d. Hipervolemia hubungan dengan gangguan mekanisme regulasi, kelebihan

asupan cairan, kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek

agen farmakologis (mis, kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide,

vincristine, tryptilinescarbamazepine)

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan status cairan

membaik

Kriteria Hasil : klien bebas dari edema, klien dapat mempertahankan bunyi

paru bersih, berat badan stabil, turgor kulit baik, tidak ada oliguria

Intervensi :

1) Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna

2) Pantau/hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama


24jam

3) Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama

fase akut

4) Pantau Tekanan darah

5) Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan

konstipasi

6) Pemberian obat diuretic sesuai indikasi

7) Konsultasikan dengan ahli diet untuk pemeberian diet rendah kalsium

e. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia, penurunan

konsentrasi hemoglobin, peningkatan tekanan darah, kekurangan volume

cairan, kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat (mis, merokok,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


26

gaya hidup monoton, trauma, obesitas, asupan garam, imobilitas), kurang

terpapar informasi tentang proses penyakit (mis, diabetes melitus,

hyperlipidemia)

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan perfusi perifer

meningkat

Kriteria hasil : Kulit pasien tampak hangat dan lembab, pasien menyatakan

nyeri dada hilang, pasien terlihat rileks, CRT < 3 detik

Intervensi :

1) Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara

teratur.

2) Kaji adanya kongesti hepar pada abdomen kanan atas

3) Ukur tanda-tanda vital dan periksa lab : Hb, Ht, BUN,AGD (Analisa

blood gas ) sesuai kebutuhan

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan

kebutuhan oksigen ditandai dengan kelemahan, kelelahan, perubahan

tanda-tanda vital

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan toleransi

aktivitas meningkat

Kriteria Hasil : pasien dapat menentukan aktivitas yang sesuai dengan

peningkatan nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas, mempertahankan

irama dalam batas normal, mempertahankan warna dan kehangatan kulit

dengan aktivitas, EKG dalam batas normal, melaporkan peningkatan

aktivitas harian.

Intervensi :

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


27

1) Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, ekspresi

verbal dan kecemasan

2) Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi,

distritmia, dispnea berkeringat dan pucat

3) Evaluasi peningkatan intoleransi aktifitas

4) Implementasi program rehabilitasi jantung/aktifitas (kolaborasi)

g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional, kebutuhan tidak

terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep diri, ancaman

terhadap kematian, kekhawatiran mengalami kegagalan, disfungsi sistem

keluarga, hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, faktor keturunan

(temperamen mudah teragitasi sejak lahir), penyalahgunaan zat, terpapar

bahaya lingkungan (mis, toksin, polutan, dan lain-lain), kurang terpapar

informasi

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat ansietas

menurun

Kriteria Hasil : mampu mengindentifikasi dan mengungkapkan gejala

kecemasan, tanda-tanda vital dalam batas normal, menunjukkan teknik

untuk mengontrol cemas Intervensi :

1) Kaji tingkat kecemasan

2) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan perasaan yang

mungkin muncul pada saat melakukan tindakan.

3) Bantu pasien untuk mengungkapkan hal yang membuat cemas

4) Anjarkan teknik relaksasi nafas dalam

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


28

h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (mis,

kelembapan lingkungan sekitar, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap,

jadwal pemantauan/pemeriksaan/tindakan), kurang kontrol tidur, kurang

privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar dengan

peralatan tidur

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan pola tidur

membaik

Kriteria hasil : pasien tidak mengeluh mengantuk, tanda-tanda vital dalam

batas normal, mata tidak merah, tidur 6-8 jam/hari Intervensi :

1) Kaji tentang kebutuhan istirahat dan tidur pasien

2) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

3) Atur posisi tidur senyaman mungkin

i. Defisit pengetahuan tentang (spesifikkan) berhubungan dengan keteratasan

kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang

terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat,

ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan tingkat

pengetahuan membaik

Kriteria Hasil : pasien mampu mengenal penyakit, proses penyakit, faktor

penyebab, efek dari penyakit, tanda dan gejala, mengetahui tindakan untuk

meminimalkan progresi penyakit, dan pencegahan terjadinya komplikasi

Intervensi :

1) Kaji tingkat pengetahuan pasien berhubungan dengan proses penyakit

yang spesifik

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


29

2) Berikan penjelasan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan

obatobatan pada pasien dengan bahasa yang di mengerti

3) Jelaskan tentang semua prosedur atau perawatan yang akan dilakukan

dan manfaatnya pada pasien

4) Libatkan keluarga dalam pengobatan

j. Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan perubahan

sirkulasi, perubahan status nutrisi (kelebihan atau kekurangan),

kekurangan/kelebihan volume cairan, penurunan mobilitas, bahan kimia

iritatif, suhu lingkungan yang ekstrem, faktor mekanis (mis, penekanan,

gesekan) atau faktor elektris (elektrodiatermi, energy listrik bertegangan

tinggi), terapi radiasi, kelembapan, proses penuaan, neuropati perifer,

perubahan pigmentasi, perubahan hormonal, penekanan pada tonjolan

tulang, kurang terpapar informasi tentang upaya

mempertahankan/melindungi integritas jaringan

Tujuan : setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kulit

dan jaringan meningkat

Kriteria hasil : mampu mempertahankan integritas kulit dan mampu

mendemostrasikan perilaku atau teknik untuk mencegah kerusakan kulit.

Intervesi :

1) Kaji kulit adanya perubahan sirkulasi dan pigmentasi

2) Beri masasege lembut di sekitar area yang pucat dan kemerahan

3) Anjurkan pasien untuk mengubah posisi dengan sering dan latih

rentang gerak (ROM) aktif dan pasif

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


30

4) Jaga kebersihan kulit dan seminimal mungkin hindari trauma, panas

terhadap kulit

5) Berikan perawatan kulit secara berkala

10. Implementasi Keperawatan

Setelah dilakukan intevensi keperawatan, tahap selanjutnya yang

dilakukan adalah implementasi yaitu tindakan atau aplikasi yang dilakukan

sesuai rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya. Tindakan yang

dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda di sesuaikan dengan kondisi

saat itu dan kebutuhan yang dirasakan oleh pasien, implementasi keperawatan

memerlukan fleksibilitas dan kreativitas perawat. Sebelum melakukan

tindakan, perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut harus

dilakukan

a. Tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang sudah

direncanakan

b. Tindakan dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan

kondisi pasien

c. Tindakan selalu di evaluasi apakah sudah efektif

d. Tindakan didokumentasikan menurut urutan waktu

Aktivitas yang dilakukan pada tahap implementasi adalah pengkajian

lanjutan, membuat prioritas, memulai intervensi keperawatan, dan

mendokumentasikan tindakan dan respon pasien terhadap tindakan yang telah

dilakukan.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


31

11. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan.

Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan

dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah

yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagaian atau bahkan belum

teratasi. Evaluasi merupakan proses yang berkelanjutan, yaitu proses yang

digunakan untuk mengatur dan memantau keadaan pasien untuk mengetahui

kesesuaian tindakan keperawatan , perbaikan tindakan keperawatan,

kebutuhan pasien saat ini, perlu atau tindakan dirujuk ke tempat kesehatan

lain, dan apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosa agar kebutuhan

pasien dapat terpenuhi.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada pasien Tn. M

dengan gagal jantung kongestif di ruang kardiologi kamar 406 Rumah Sakit

Umum Daerah Koja. Mulai dari tanggal 22 Maret 2022 sampai dengan 24 Maret

2022. Asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan tahap proses keperawatan

mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,

implementasi keperawatan, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Maret 2022, data yang diperoleh penulis

melalui pengamatan secara langsung, wawancara dengan pasien, pemeriksaan

fisik serta dari catatan rekam medis.

1. Identitas Pasien

Pasien bernama Tn.M berusia 81 tahun, jenis kelamin laki-laki, status

perkawinan, kawin, agama islam, suku bangsa Jawa, pekerjaan tidak

bekerja, pendidikan pasien SD, bahasa yang digunakan oleh pasien

seharihari adalah bahasa Indonesia, alamat tempat tinggal Cakung Barat RT

11/RW 04 Jakarta Timur, sumber biaya BPJS dan sumber informasi yang

didapat berasal dari pasien, keluarga, dan rekam medis.

2. Resume

Tn. M datang ke RSUD Koja pada tanggal 18 Maret 2022 melalui IGD

pukul 10.27 WIB, kemudian pasien dipindahkan ke ruang rawat inap


33
33
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

jantung dengan menggunakan brankar pukul 13.02 WIB, dengan keluhan

sesak nafas kurang lebih sudah 1 bulan, sesak hilang timbul lamanya 15-20

menit, nyeri perut lamanya sudah 1 minggu, meriang sudah 1 minggu, tidak

nafsu makan, pasien mengatakan mual, serta mengalami batuk, sakit kepala,

pasien terlihat lemas, terlihat tungkai kiri bawah bengkak. Keadaan umum

sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS awal masuk Eye 4,

Motorik 6, Verbal 5. Tanda-tanda vital tekanan darah 156/91 mmHg, nadi

112x/menit, pernafasan 28x/menit, suhu 36.7 ºC, saturasi 95%. Hasil foto

thorax jantung kesan tidak membesar, mediastinum superior tidak melebar,

trakea ditengah, kedua hilus tidak menebal, infiltrate di parakardial kanan,

kedua hemidiafragma licin, kedua sinus kostofrenikus lancip, tulang-tulang

dinding dada kesan intak, infiltrate di parakardial kanan, suspek pneumonia,

klasifikasi dan elongasi aorta. Masalah keperawatan yang ada yaitu Pola

nafas tidak efektif, penurunan curah jantung, perfusi perifer tidak efektif,

intoleransi aktivitas, defisit pengetahuan tentang hipertensi. Tindakan

keperawatan mandiri yang sudah dilakukan yaitu mengkaji keadaan umum

klien, mengkaji tanda-tanda vital, mengkaji keluhan sesak nafas, mengatur

posisi pasien dengan posisi semifowler, mengajarkan teknik batuk efektif,

memantau intake-output pasien, menganjurkan klien bedrest, mengkaji

pemenuhan kebutuhan nutrisi pasien. Tindakan kolaborasi yang telah

dilakukan yaitu, memberikan infus 1 kolf RL/24 jam, memberikan obat oral

salbutamol 3x2 mg, ramipril 1x2 mg, PCT 3x500 mg, NAC 3x200 mg,

furosemide 1x40 mg, ceftriaxone 1x2 gr. Evaluasi secara keseluruhan

pasien, aktifitas pasien dibantu oleh keluarga.


34
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

3. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan utama saat ini, pasien mengeluh

batuk tetapi susah untuk mengeluarkan dahak, pasien mengeluh sesak

hilang timbul lamanya 5-10 menit, pasien mengatakan mual, klien

mengeluh sulit beraktifitas.

b. Riwayat kesehatan masa lalu: Klien mengatakan memiliki riwayat

penyakit jantung dan hipertensi. Klien sudah sering dirawat di Rumah

Sakit pada tahun 2019 pasien di rawat di Rumah Sakit karena sesak

nafas

c. Riwayat pemakaian obat: Klien mengatakan tidak rutin meminum obat

hipertensi, tetapi klien lupa nama obatnya.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Hubungan

: Tinggal bersama

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


35

Klien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, ayah dan ibu klien sudah

meninggal, klien menikah dan dikaruniai 2 anak, anak pertama laki-laki

dan anak kedua perempuan, klien tinggal bersama anak keduanya.

e. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi

faktor resiko: Klien mengatakan ayahnya dulu memiliki penyakit

hipertensi

f. Riwayat psikososial dan spiritual: Klien mengatakan paling dekat

dengan anak dan cucunya, klien juga mengatakan bila dirumah yang

membuat keputusan adalah anak perempuannya, pola komunikasi klien

dua arah, klien tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan apapun.

Dampak dari penyakit klien saat ini membuat keluarga cemas

mengingat klien yang sudah sering keluar masuk rumah sakit. Klien

mengatakan tidak ada masalah yang mempengaruhi keadaannya saat

ini, klien mengatakan dirinya kini tidak bisa beraktifitas seperti biasa

karena mudah lelah dan sesak. Klien mengatakan bila sedang ada

masalah maka klien istirahat. Hal yang saat ini sedang dipikirkan yaitu

kesehatannya. Klien mengatakan berharap agar penyakitnya dapat

membaik dan membuatnya bisa melakukan aktifitas seperti biasa. Klien

mengatakan tidak ada nilai-nilai yang bertentangan dengan keyakinan

mengenai kesehatan, klien juga mengatakan menjalankan ibadah seperti

biasa. Kondisi lingkungan rumah klien cukup bersih karna sering

dibersihkan oleh anaknya dan terdapat ventilasi yang cukup.

g. Pola kebiasaan sehari-hari sebelum sakit dan di Rumah Sakit

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


36

1) Pola nutrisi

Sebelum sakit : pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan

saat di rumah tidak nafsu makan karena mual, klien menghabiskan

½ porsi makanan setiap kali makan, klien mengatakan tidak

memiliki makanan yang tidak disukai, klien mengatakan tidak

memiliki pantangan makanan, klien memiliki diet khusus saat di

rumah yaitu diet rendah garam, klien juga mengatakan obat

hipertensinya tidak diminum rutin, tetapi klien lupa nama obatnya.

Di Rumah Sakit : klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual,

klien hanya makan ½ porsi, klien mengatakan menyukai semua

makanan.

2) Pola eliminasi

Sebelum sakit : klien mengatakan pola berkemihnya sehari dapat 4

kali, warna kuning jernih, tidak mengalami keluhan saat berkemih,

tidak menggunakan alat bantu berkemih. Pola BAB klien, seperti

biasanya sehari 1 kali namun waktunya tidak menentu, warna feses

kuning kecoklatan, konsistensi feses lunak, dan tidak menggunakan

obat-obatan untuk perangsang BAB.

Di Rumah Sakit : klien mengatakan pola berkemih saat di Rumah

Sakit yaitu sekitar 6 kali warna urine kuning, klien tidak memiliki

keluhan dalam berkemih, tidak menggunakan alat bantu berkemih

seperti kateter, tetapi klien menggunakan pispot karena lelah jika

bolak balik ke toilet. Pola BAB sehari sekali, waktu BAB tidak

tentu, konsistensinya lunak, warna feses kuning kecokelatan, klien

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


37

mengatakan tidak mengalami keluhan pada saat BAB selama di

rumah sakit, tidak menggunakan obat-obatan pencahar atau

perangsang BAB.

3) Pola personal hygiene

Sebelum sakit : mandi 2x sehari pada pagi dan sore hari, klien

mengatakan melakukan sikat gigi setiap mandi 2x sehari pada pagi

dan sore hari, klien juga menngatakan mencuci rambut 3x

seminggu.

Di Rumah Sakit : klien mengatakan mandi 1x sehari pada pagi hari

selama masuk Rumah Sakit, dan belum sikat gigi juga belum

melakukan cuci rambut selama di Rumah Sakit.

4) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit : klien mengatakan lama tidur sekitar 6 jam pada

malam hari, dan siang hari sekitar 2 jam lama tidurnya. Di Rumah

Sakit : klien mengatakan lama tidur sekitar 4 jam pada malam hari

dan 1 jam pada siang hari.

5) Pola aktifitas dan lain-lain

Sebelum sakit : klien mengatakan saat di rumah klien tidak

melakukan aktifitas apapun, tidak berolahraga yang teratur, klien

mengatakan mudah merasa lelah dan sesak nafas bila beraktifitas

Di Rumah Sakit : klien mengatakan di rumah sakit klien tidak

melakukan aktifitas apapun bahkan aktifitasnya harus dibantu, klien

mengatakan sudah tidak terlalu sesak nafas karena aktifitasnya

sudah diminimalisir selama di rumah sakit.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


38

6) Kebiasaaan yang mempengaruhi kesehatan

Sebelum sakit : klien mengatakan mempunyai riwayat merokok

sudah sekitar 20 tahunan, klien tidak pernah meminum minuman

keras atau menggunakan obat-obatan terlarang.

Di Rumah Sakit : klien mengatakan sudah tidak merokok maupun

minum minuman keras ataupu penggunaan obat-obatan terlarang.

4. Pemeriksaan fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

Berat badan sebelum sakit tidak terkaji karena klien lupa, sedangkan

saat ini berat badan klien 51 kg, tinggi badan klien 153 cm, tekanan

darah 156/91 mmHg, frekuensi nadi 112x/menit, frekuensi pernafasan

28x/menit, suhu tubuh klien 36.7ºC, keadaan umum klien sakit sedang,

tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

b. Sistem penglihatan

Posisi mata simetris, dapat menggerakan bola mata ke semua arah,

tidak juling atau strabismus, konjungtiva klien anemis, kornea tidak

keruh, sclera klien anikterik, pupil mata klien isokor, fungsi penglihatan

baik, tidak terdapat tanda-tanda peradangan pada mata klien, klien

mengatakan tidak menggunakan lensa kontak, reaksi mata klien

terhadap cahaya baik.

c. Sistem pendengaran

Daun telinga normal, karakteristik serumen kuning, tidak berbau, cairan

dari telinga tidak ada, tidak ada perasaan penuh pada telinga, tidak ada

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


39

tinnitus, klien dapat mendengar dengan jelas, klien tidak menggunakan

alat bantu pendengaran.

d. Sistem wicara

Klien berbicara dengan jelas, tidak ada pelo, dysatria, dan kelainan

wicara lainnya.

e. Sistem pernafasan

Jalan nafas klien tampak ada sumbatan yaitu sputum, pernafasan tidak

sesak, klien tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi

pernafasan 28x/menit, irama nafas teratur. Jenis pernafasan spontan,

kedalaman nafas dangkal, klien terdapat batuk, ada sputum warna

kuning pekat, hasil palpasi dada tidak ada nyeri, tidak ada kelainan

dada tampak simetris, suara nafas ronckhi, tidak ada nyeri saat

bernafas, tidak menggunakan alat bantu oksigen.

f. Sistem kardiovaskuler

Sirkulasi perifer nadi 112 kali permenit, tekanan darah 156/91 mmHg,

tidak terdapat distensi vena jugularis, pengisian kapiler lebih dari 2

detik, terdapat edema pada tungkai bawah sebelah kiri. Sirkulasi

jantung kecepatan denyut apical 97 kali permenit, irama jantung tidak

teratur, kelainan bunyi jantung tidak ditemukan, sakit dada tidak ada.

g. Sistem hematologi

Pasien tampak pucat, tidak terdapat perdarahan. Hasil laboratorium

darah rutin Hb 13.8 g/dL (NR 13.5-18.0), Ht 39.3% (NR 42.0-52.0),

leukosit 10.34 10^3/μL (NR 4.00-10.50), trombosit 473 10^3/μL (NR

163-337), pH 7.460 (NR 7.350-7.450), p CO2 29.0 mm Hg (NR

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


40

32.045.0), p O2 191.9 mm Hg (NR 95.0-100.0), HCO3 20.8 mEq/L

(NR 21.0-28.8), base excess -3.3 mmol/L (NR -2.5 - +2.5), natrium 143

mEq/L (NR 135-147), kalium 3.90 mEq/L (NR 3.5-5.0), klorida 105

mEq/L (NR 96-108), kreatinin 1.03 mg/dL (NR 0.67-1.17), ureum 23.2

mg/dL (NR 16.6-48.5), glukosa sewaktu 99 mg/dL (NR 70-200).

h. Sistem syaraf pusat

Klien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran compos mentis, GCS

15 (Eye 4, Motorik 6, Verbal 5). Tidak ada tanda-tanda peningkatan

TIK (Tekanan Intra Kranial), tidak ada sistem persyarafan (kejang,

pelo, mulut mencong, disorientasi), tidak ada reflek patologis dan

refleks fisiologis normal.

i. Sistem pencernaan

Keadaan mulut normal, gigi tidak terdapat karies, tidak menggunakan

gigi palsu, tidak terdapat stomatitis, lidah tampak kotor, salifa normal,

tidak ada muntah, tidak ada nyeri pada ulu hati, bising usus 8 kali

permenit, tidak terjadi diare, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba,

abdomen teraba lembek.

j. Sistem endokrin

Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton,

tidak terdapat luka gangren.

k. Sistem urogenital

Balance cairan pasien per 24 jam, tidak ada perubahan pola berkemih,

warna urin kuning, tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak ada

keluhan sakit pinggang.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


41

l. Sistem integument

Turgor kulit baik, akral teraba hangat, warna kulit kemerahan, keadaan

kulit baik tidak terdapat luka maupun lesi, tidak ada kelainan pada kulit,

kondisi kulit daerah pemasangan infus baik tidak terjadi kemerahan dan

bengkak.

m. Sistem musculoskeletal

Klien mengatakan sempat kesulitan dalam beraktifitas karena edema

pada tungkai kakinya yang membuat sulit berjalan, klien mengatakan

tidak ada sakit pada tulang, sendi, ataupun kulit, klien mengatakan tidak

mengalami fraktur, klien tidak mengalami kelainan bentuk sendi, tidak

mengalami kelainan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik,

kekuatan otot ekstremitas kanan atas dan bawah 4444, ekstremitas kiri

atas dan bawah 4444.

5. Data tambahan

Klien mengatakan dirinya sudah mengetahui penyakit jantung, klien tahu

apa itu gagal jantung kongestif, namun masih kurang memahami mengenai

penyebab penyakit dan cara penanganan serta komplikasi yang mungkin

terjadi dan klien mengatakan sudah mengetahui makanan apa saya yang

tidak boleh dikonsumsi oleh penderita penyakit jantung.

6. Data penunjang

Pada tanggal 22 Maret 2022 klien melakukan pemeriksaan laboratorium,

dengan Hb 13.8 g/dL (NR 13.5-18.0), Ht 39.3% (NR 42.0-52.0), leukosit

10.34 10^3/μL (NR 4.00-10.50), trombosit 473 10^3/μL (NR 163-337), pH

7.460 (NR 7.350-7.450), p CO2 29.0 mm Hg (NR 32.0-45.0), p O2 191.9

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


42

mm Hg (NR 95.0-100.0), HCO3 20.8 mEq/L (NR 21.0-28.8), base excess

3.3 mmol/L (NR -2.5 - +2.5), natrium 143 mEq/L (NR 135-147), kalium

3.90 mEq/L (NR 3.5-5.0), klorida 105 mEq/L (NR 96-108), kreatinin 1.03

mg/dL (NR 0.67-1.17), ureum 23.2 mg/dL (NR 16.6-48.5), glukosa

sewaktu 99 mg/dL (NR 70-200). Hasil foto thorax jantung kesan tidak

membesar, mediastinum superior tidak melebar, trakea ditengah, kedua

hilus tidak menebal, infiltrate di parakardial kanan, kedua hemidiafragma

licin, kedua sinus kostofrenikus lancip, tulang-tulang dinding dada kesan

intak, infiltrate di parakardial kanan, suspek pneumonia, klasifikasi dan

elongasi aorta.

7. Penatalaksanaan

Klien mendapat diit biasa atau lunak, klien mendapat terapi infus 1 kolf

RL/24jam. Klien dianjurkan dokter untuk bedrest.

Terapi obat oral : salbutamol 3x2 mg, ramipril 1x2 mg, PCT 3x500 mg,

Nacetyl cysteine (NAC) 3x200 mg, furosemide 1x40 mg, ceftriaxone 1x2 gr.

Obat tambahan terapi inhalasi ventolin 3x1.

8. Data fokus

Data subjektif : klien mengatakan sesak saat melakukan aktifitas, sesak

hilang timbul, lamanya 15-20 menit, klien mengatakan suka batuk-batuk

tetapi tidak mengeluarkan dahak, klien mengatakan susah untuk

mengeluarkan dahak, klien mengatakan mudah lelah, klien mengatakan

tidak nyaman setelah beraktifitas, klien mengatakan mempunyai riwayat

hipertensi kurang lebih 1 tahun, klien mengatakan tidak rutin meminum

obat hipertensi, klien mengatakan mempunyai riwayat penyakit jantung dan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


43

sudah sering keluar masuk rumah sakit, klien mengatan 1 bulan terakhir ini

kaki nya terasa kebas dan terlihat bengkak, klien mengatakan terkadang

seperti merasa kesemutan, klien mengatakan nyeri pada ekstremitas bawah

kiri, keluarga klien mengatakan kebutuhan ADL dibantu oleh keluarga,

klien mengatakan sekarang aktivitasnya jadi terbatas, klien mengatakan

dulu mempunyai riwayat merokok, klien mengatakan tidak nafsu makan,

klien mengatakan merasa mual, klien mengatakan terkadang kepalanya

suka sakit, klien mengatakan kesulitan untuk tidur

Data objektif : kesadaran klien compos mentis, frekuensi pernafasan

28x/menit, suhu 36.7ºC, BB sebelum sakit tidak terkaji karena klien lupa,

BB sesudah sakit 51 kg, sklera anikterik, CRT lebih dari 2 detik, tungkai

bawah bagian kiri tampak bengkak, akral dingin, klien tampak lemah,

turgor kulit menurun, klien tampak sesak, tekanan darah 156/91 mmHg,

klien tidak mengetahui obat hipertensi harus diminum rutin, klien dan

keluarga menanyakan tentang cara pencegahan hipertensi, nadi 112x/menit,

akral teraba dingin, mukosa bibir kering. Status nutrient klien BB 51 kg,

TB 153 cm, IMT 21,7. Hasil AGD : p CO2 29.0 mm Hg (NR 32.0-45.0), p

O2 191.9 mm Hg (NR 95.0-100.0), HCO3 20.8 mEq/L (NR 21.0-28.8).

klien tampak pucat, konjungtiva anemis, tidak nafsu makan dan mual, porsi

makan yang dihabiskan hanya ½ porsi, pola makan 3x/hari, bunyi suara

nafas ronckhi. Hasil foto thorax jantung kesan tidak membesar,

mediastinum superior tidak melebar, trakea ditengah, kedua hilus tidak

menebal, infiltrate di parakardial kanan, kedua hemidiafragma licin, kedua

sinus kostofrenikus lancip, tulang-tulang dinding dada kesan intak,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


44

infiltrate di parakardial kanan, suspek pneumonia, klasifikasi dan elongasi

aorta. Klien tampak dibantu dalam beraktifitas seperti mandi, makan,

berpakaian, serta dalam melakukan BAK dan BAB, klien tampak dibantu

oleh keluarga dan perawat dalam pemenuhan aktifitas, balance cairan +300

(intake 700 – output 400) IWL 765 cc

9. Analisa data
No. Data Fokus Masalah Etiologi

1. DS : Penurunan curah b.d gangguan


jantung
- Pasien mengatakan kontraktilitas

merasa tidak nyaman

saat bernafas dan merasa

mudah lelah saat

melakukan aktivitas

- Pasien mengatakan

memiliki riwayat

penyakit jantung sudah

sering keluar masuk

rumah sakit

- Pasien mengatakan
1 bulan terakhir ini kaki
nya terasa kebas dan
terlihat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


45

bengkak

DO :

- Kesadaran pasien
compos mentis

- TD 156/91 mmHg,
N 112x/menit, RR

28x/menit

- CRT lebih dari 2


detik

- Ekstremitas bawah
bagian kiri tampak
bengkak, pasien tampak
lemah.
2. DS : Pola nafas tidak b.d
efektif
- Pasien mengatakan hambatan
sesak setelah upaya nafas
yang ditandai
melakukan aktivitas dengan adanya
sputum
- Pasien mengatakan

sesaknya hilang timbul,

lamanya 15-20 menit

- Pasien mengatakan

tidak nyaman ketika

berbaring

- Pasien mengatakan

suka batuk-batuk tetapi

tidak bisa mengeluarkan

dahak

DO :

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


46

- Pasien tidak

memahami batuk efektif

untuk mengeluarkan

sputum

- RR 28x/menit, N

112x/menit, terdapat

sumbatan sputum

- Pasien tampak
sesak

- Keadaan umum
lemah

- Bunyi suara nafas roncki

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


47

3. DS : Perfusi b.d
perifer peningkatan
- Pasien mengatakan tidak efektif tekanan darah

nyeri pada bagian

ekstremitas bawah bagian

kiri

- Pasien mengatakan

terkadang seperti

kesemutan

- Pasien mengatakan
memiliki riwayat

hipertensi

- Pasien mengatakan

mempunyai riwayat

merokok

DO :

- CRT lebih dari 2


detik

- Akral dingin

- Terdapat edeme

pada ekstremitas bawah

bagian kiri

- Turgor kulit
menurun

- TD 156/91 mmHg

- Pasien tampak
pucat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


48

- Konjungtiva
anemis
4. DS : Intoleransi b.d sesak nafas
aktivitas
- Keluarga pasien
mengatakan kebutuhan

ADL dibantu oleh keluarga

- Pasien mengatakan
merasa tidak nyaman saat
bernafas, dan merasa
mudah

lelah saat melakukan aktivitas

- Pasien mengatakan sekarang

aktivitasnya jadi terbatas

5. DS : Defisit b.d kurang


pengetahuan
- Pasien mengatakan tentang terpapar
hipertensi informasi
mempunyai riwayat

hipertensi kurang lebih 1

tahun

- Pasien mengatakan

tidak rutin minum obat

hipertensi

- Pasien mengatakan

lupa obat hipertensi yang

diminum

DO :

- TD 156/91 mmHg

- Pasien tidak

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


49

mengetahui obat

hipertensi harus diminum

rutin

- Pasien dan keluarga


menanyakan

tentang cara pencegehan hipertensi


6. DS : Risiko jatuh b.d usia >65
tahun
- Pasien mengatakan
lemas

- Pasien mengatakan

jika buang air kecil harus

dibantu oleh keluarga ke

kamar mandi

DO :

- Pasien tampak
lemah

- Usia pasien 81
tahun, kebutuhan ADL
dibantu oleh keluarga

- Pasien tampak suka ditinggal oleh


keluarganya pulang

B. Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

yang ditandai dengan adanya sputum

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


50

3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak nafas

5. Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurang

terpapar informasi.

6. Risiko jatuh berhubungan dengan usia >65 tahun

C. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan kontraktilitas

Data subjektif : pasien mengatakan merasa tidak nyaman saat

bernafas dan merasa mudah lelah saat melakukan aktivitas, pasien

mengatakan memiliki riwayat penyakit jantung sudah sering keluar

masuk rumah sakit, pasien mengatan 1 bulan terakhir ini kaki nya

terasa kebas dan terlihat bengkak

Data objektif : kesadaran pasien compos mentis, tekanan darah

156/91 mmHg, nadi 112x/menit, RR 28x/menit, CRT lebih dari 2

detik, ekstremitas bawah bagian kiri tampak bengkak, pasien tampak

lemah

Tujuan : untuk mengetahui keadekuatan jantung memompa darah

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh

Kriteria hasil : tekanan darah dalam batas normal 120/80 mmHg, nadi

60-100x/menit, pernafasan 16-20x/menit, denyut jantung teratur,

denyut nadi teraba kuat, sesak pasien berkurang, pengisian kapiler

kurang dari 2 detik, edema menurun, perasaan lelah menurun

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


51

Intervensi :

a. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi,

dispnea, edema, kelelahan)

b. Monitor tekanan darah

c. Monitor intake dan output cairan

d. Monitor saturasi oksigen

e. Posisikan semi-fowler

f. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup

g. Kolaborasi pemberian obat ramipril 1x2 mg (oral, pukul 13.00

WIB) dan furosemide 1x40 mg (oral, pukul 13.00 WIB)

Pelaksanaan

Tanggal 22 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan

curah jantung, tanda/gejala primer yang disebabkan yaitu sesak pada

pasien, edema pada ekstremitas bawah bagian kiri, dan kelelahan

setelah melakukan aktivitas. Pukul 09.30 WIB monitor tekanan darah,

tekanan darah pasien 156/91 mmHg. Pukul 10.00 WIB monitor intake

dan output cairan, didapatkan intake 752 dan output 690. Pukul 11.00

WIB monitor saturasi oksigen, saturasi pasien 98%. Pukul 11.30 WIB

berikan posisi semi-fowler, pasien diberikan posisi semi-fowler

dengan posisi nyaman. Pukul 12.30 WIB anjurkan pasien istirahat

yang cukup, pasien tampak gelisah kesulitan untuk istirahat. Pukul

13.00 WIB kolaborasi pemberian terapi obat sesuai program, pasien

mendapatkan terapi obat ramipril 2 mg, dan furosemide 40 mg. Pukul

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


52

14.00 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah pasien 151/94

mmHg. Pukul 18.00 WIB monitor intake dan output cairan, didapatkan

intake 752 dan output 690. Pukul 19.00 WIB monitor saturasi oksigen,

saturasi pasien 98%. Pukul 21.00 WIB berikan posisi semi-fowler,

pasien diberikan posisi semi-fowler dengan posisi nyaman. Pukul

24.00 WIB anjurkan pasien istirahat yang cukup, pasien tampak

gelisah kesulitan untuk istirahat

Tanggal 23 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan

curah jantung, tanda/gejala primer yang disebabkan yaitu edema pada

ekstremitas bawah bagian kiri, dan kelelahan setelah melakukan

aktivitas. Pukul 09.30 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah

pasien 133/67 mmHg. Pukul 10.00 WIB monitor intake dan output

cairan, didapatkan intake 690 dan output 752. Pukul 11.00 WIB

monitor saturasi oksigen, saturasi pasien 99%. Pukul 11.30 WIB

berikan posisi semi-fowler, pasien diberikan posisi semi-fowler

dengan posisi nyaman. Pukul 12.30 WIB anjurkan pasien istirahat

yang cukup, pasien dapat beristirahat. Pukul 13.00 WIB kolaborasi

pemberian terapi obat sesuai program, pasien mendapatkan terapi obat

ramipril 2 mg, dan furosemide 40 mg. Pukul 14.00 monitor tekanan

darah, tekanan darah pasien 149/100 mmHg. Pukul 18.00 monitor

intake dan output cairan, didapatkan intake 690 dan output 752. Pukul

19.00 monitor saturasi oksigen, saturasi pasien 99%. Pukul 21.00

berikan posisi semi-fowler, pasien diberikan posisi semi-fowler

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


53

dengan posisi nyaman. Pukul 24.00 anjurkan pasien istirahat yang

cukup, pasien dapat istirahat dengan cukup.

Tanggal 24 Maret 2022

Pukul 13.00 WIB kolaborasi pemberian terapi obat sesuai program,

pasien mendapatkan terapi obat ramipril 2 mg, dan furosemide 40 mg.

Pukul 14.30 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah pasien 102/52

mmHg. Pukul 15.00 WIB monitor intake dan output cairan, didapatkan

intake 690 dan output 752. Pukul 16.00 WIB monitor saturasi oksigen,

saturasi pasien 99%. Pukul 17.00 WIB berikan posisi semi-fowler,

pasien diberikan posisi fowler dengan posisi nyaman. Pukul 21.00

WIB anjurkan pasien istirahat yang cukup, pasien dapat beristirahat

dengan cukup. Pukul 07.00 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah

100/74 mmHg. Pukul 10.00 WIB monitor intake dan output cairan,

didapatkan intake 690 dan output 752. Pukul 11.00 WIB monitor

saturasi oksigen, saturasi pasien 99%. Pukul 13.00 WIB berikan posisi

semi-fowler, pasien diberikan posisi fowler dengan posisi nyaman.

Evaluasi

Tanggal 24 Maret 2022

Data subjektif : pasien mengatakan sudah merasa nyaman saat

bernafas dan rasa lelah berkurang, pasien mengatakan sudah dapat

beristirahat dengan nyaman

Data objektif : keadaan umum pasien baik, pasien tampak rileks,

pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap, pasien dapat

beristirahat yang cukup, tekanan darah 100/74 mmHg

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


54

Analisa : tujuan keperawatan tercapai sebagian

Perencanaan : lanjutan tindakan keperawatan di rumah point e,f, dan

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas

yang ditandai dengan adanya sputum

Data subjektif : pasien mengatakan sesak setelah melakukan aktivitas,

pasien mengatakan sesaknya hilang timbul, lamanya 15-20 menit,

pasien mengatakan tidak nyaman ketika berbaring, pasien mengatakan

suka batuk-batuk tetapi tidak bisa mengeluarkan dahak.

Data objektif : pasien tidak memahami batuk efektif untuk

mengeluarkan sputum, RR 28x/menit, N 112x/menit, terdapat

sumbatan sputum, pasien tampak sesak, keadaan umum lemah, bunyi

suara nafas roncki

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam

maka masalah pola nafas membaik

Kriteria hasil : dispnea menurun, frekuensi nafas dalam batas normal

12-20x/menit, nadi 60-100x/menit, tidak adanya lagi sumbatan, bunyi

nafas normal, keadaan umum normal

Intervensi :

a. Monitor pola nafas

b. Monitor bunyi nafas tambahan

c. Monitor sputum

d. Posisikan semi-fowler atau fowler

e. Berikan oksigen

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


55

f. Ajarkan teknik batuk efektif

g. Kolaborasikan pemberian salbutamol 3x2 mg (oral, pukul 13.00

WIB, 20.00 WIB, dan 24.00 WIB) dan NAC 3x200 mg (oral,

pukul 13.00 WIB, 20.00 WIB, 24.00 WIB)

Pelaksanaan

Tanggal 22 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengkaji keadaan umum pasien, keadaan umum

sakit sedang, kesadaran compos mentis, monitor TTV pasien TD

156/91 mmHg, suhu 36.7 ºC. Pukul 08.30 WIB monitor pola nafas,

pasien tampak sedikit sesak, RR 28x/menit, N 112x/menit. Pukul

09.00 WIB monitor bunyi nafas tambahan, terdapat bunyi nafas

tambahan ronkhi. Pukul 09.30 WIB monitor warna, konsistensi, bau,

banyaknya sputum, terdapat banyak sputum berwarna kuning pekat,

berbau khas. Pukul 09.30 WIB memberikan posisi semi-fowler, pasien

diberikan posisi semi-fowler pada posisi ini aliran balik vena ke

jantung (preload) dan paru berkurang, kongesti paru berkurang, dan

penekanan hepar ke diafragma menjadi minimal. Pukul 10.00 WIB

memberikan oksigen, pasien mendapatkan terapi oksigen 3 liter/menit

oksigenasi yang adekuat juga dapat memperbaiki perfusi jaringan,

sehingga meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen dalam sistem

vaskuler. Pukul 11.00 WIB mengajarkan pasien batuk efektif, pasien

dapat melakukannya sehingga sputum dapat keluar. Pukul 13.00

mengkolaborasikan terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien

meminum semua obatnya dan tidak menunjukan tanda-tanda alergi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


56

obat. Pukul 15.00 WIB monitor TTV pasien TD 151/94 mmHg, suhu

36.6 ºC. Pukul 17.00 WIB monitor pola nafas, pasien tampak sedikit

sesak, RR 28x/menit, N 110x/menit. Pukul 18.00 WIB monitor bunyi

nafas tambahan, terdapat bunyi nafas tambahan ronkhi. Pukul Pukul

19.00 WIB memberikan oksigen, pasien mendapatkan terapi oksigen 3

liter/menit oksigenasi yang adekuat juga dapat memperbaiki perfusi

jaringan, sehingga meningkatkan kapasitas pengangkutan oksigen

dalam sistem vaskuler. Pukul 20.00 WIB mengkolaborasikan terapi

obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua obatnya

dan tidak menunjukan tanda-tanda alergi obat. Pukul 21.00 WIB

memberikan posisi semi-fowler, pasien diberikan posisi semi-fowler

pada posisi ini aliran balik vena ke jantung (preload) dan paru

berkurang, kongesti paru berkurang, dan penekanan hepar ke

diafragma menjadi minimal. Pukul 24.00 WIB mengkolaborasikan

terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua

obatnya dan tidak menunjukan tanda-tanda alergi obat.

Tanggal 23 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengkaji keadaan umum pasien, keadaan umum

baik, kesadaran compos mentis, monitor TTV pasien TD 133/67

mmHg, suhu 36.4 ºC. Pukul 09.00 WIB monitor pola nafas, sesak

nafas pasien berkurang, RR 26x/menit, N 110x/menit. Pukul 10.00

WIB monitor bunyi nafas tambahan, suara ronkhi sudah berkurang.

Pukul 10.30 WIB monitor warna, konsistensi, bau, banyaknya sputum,

sputum, sputum pasien berkurang berwarna kuning pekat, berbau khas.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


57

Pukul 11.00 WIB memberikan posisi fowler, pasien diberikan posisi

fowler bila pasien terdapat kongesti paru lebih baik pasien diberikan

posisi fowler karena posisi ini dapat memperbaiki perpindahan cairan

dari paru. Pukul 11.30 WIB memberikan terapi oksigen, pasien

mendapatkan terapi oksigen 3 liter/menit oksigenasi yang adekuat juga

dapat memperbaiki perfusi jaringan, sehingga meningkatkan kapasitas

pengangkutan oksigen dalam sistem vaskuler. Pukul 13.00

mengkolaborasikan terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien

meminum semua obatnya dan tidak menunjukan tanda-tanda alergi

obat. Pukul 15.00 WIB monitor TTV pasien TD 149/100 mmHg, suhu

36.6 ºC. Pukul 17.00 WIB monitor pola nafas, sesak pasien berkurang,

pasien tampak sedikit rileks, RR 24x/menit, N 100x/menit. Pukul

18.00 WIB monitor bunyi nafas tambahan, tidak terdapat bunyi nafas

tambahan. Pukul 20.00 WIB mengkolaborasikan terapi obat

salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua obatnya dan

tidak menunjukan tanda-tanda alergi obat. Pukul 21.00 WIB

memberikan posisi fowler, pasien diberikan posisi fowler bila pasien

terdapat kongesti paru lebih baik pasien diberikan posisi fowler karena

posisi ini dapat memperbaiki perpindahan cairan dari paru. Pukul

24.00 WIB mengkolaborasikan terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200

mg, pasien meminum semua obatnya dan tidak menunjukan tanda-

tanda alergi obat.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


58

Tanggal 24 Maret 2022

Pukul 13.00 WIB mengkolaborasikan terapi obat salbutamol 2 mg,

NAC 200 mg, pasien meminum semua obatnya dan tidak menunjukan

tanda-tanda alergi obat. Pukul 14.00 WIB mengkaji keadaan umum

pasien, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, monitor TTV

pasien TD 102/52 mmHg, suhu 36.6 ºC. Pukul 15.00 WIB monitor

pola nafas, pola nafas pasien vesikuler, RR 22x/menit, N 96x/menit.

Pukul 16.00 WIB monitor bunyi nafas tambahan, suara ronkhi tidak

ada. Pukul 17.00 WIB memberikan posisi fowler, pasien diberikan

posisi fowler bila pasien terdapat kongesti paru lebih baik pasien

diberikan posisi fowler karena posisi ini dapat memperbaiki

perpindahan cairan dari paru. Pukul 20.00 WIB mengkolaborasikan

terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua

obatnya dan tidak menunjukan tanda-tanda alergi obat. Pukul 21.00

WIB monitor TTV pasien TD 110/89 mmHg, suhu 36.5 ºC. Pukul

22.00 WIB monitor pola nafas, pola nafas pasien vesikuler, RR

20x/menit, N 76x/menit. Pukul 23.00 WIB monitor bunyi nafas

tambahan, tidak terdapat bunyi nafas tambahan. Pukul 24.00 WIB

mengkolaborasikan terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien

meminum semua obatnya dan tidak menunjukan tanda-tanda alergi

obat. Pukul 07.00 WIB monitor TTV pasien TD 100/74 mmHg, suhu

36.6 ºC, N 76x/menit, RR 20x/menit. Pukul 09.00 memberikan posisi

fowler, pasien diberikan posisi fowler bila pasien terdapat kongesti

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


59

paru lebih baik pasien diberikan posisi fowler karena posisi ini dapat

memperbaiki perpindahan cairan dari paru. Pukul 12.00 WIB

menganjurkan pasien istirahat, pasien dapat beristirahat.

Evaluasi

Tanggal 24 Maret 2022

Data subjektif : pasien mengatakan sudah tidak lagi sesak, pasien

mengatakan sudah bisa batuk efektif dan mengeluarkan sputum Data

objektif : pasien tampak tidak sesak, keadaan umum baik, kesadaran

compos mentis, tekanan darah 100/74 mmHg, nadi 76x/menit,

pernafasan 20x/menit, suhu 36.6 ºC, sputum berkurang, pola nafas

vesikuler, tidak ada lagi suara nafas tambahan.

Analisa : tujuan keperawatan tercapai

Perencanaan : lanjutan tindakan keperawatan di rumah point d,e,f,

dan g

3. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan peningkatan tekanan

darah

Data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada bagian ekstremitas

bawah bagian kiri, pasien mengatakan terkadang seperti kesemutan,

pasien mengatakan mempunyai riwayat merokok

Data objektif : CRT lebih dari 2 detik, akral dingin, terdapat edeme

pada ekstremitas bawah bagian kiri, turgor kulit menurun, tekanan

darah 156/91 mmHg, pasien tampak pucat, konjungtiva anemis

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


60

Tujuan : untuk mengetahui penurunan sirkulasi darah pada kapiler

yang dapat mengganggu metabolisme tubuh

Kriteria hasil : pengisian kapiler membaik, edema menurun, turgor

kulit membaik, tekanan darah membaik, pucat menurun, parastesia

menurun, akral membaik.

Intervensi :

a. Periksa sirkulasi perifer (mis, edema, pengisian kapiler, warna

kulit, suhu)

b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi (mis, perokok,

hipertensi)

c. Monitor panas, nyeri, atau bengkak pada ekstremitas

d. Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah ramipril 1x2

mg (oral, pukul 13.00 WIB)

e. Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur

f. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat


(mis,

melembabkan kulit kering pada kaki)


Pelaksanaan

Tanggal 22 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB periksa sirkulasi perifer, hasilnya pasien terdapat

edeme pada ekstremitas bawah bagian kiri, pengisian kapiler lebih dari

2 detik, warna kulit pucat, suhu 36.7 ºC. Pukul 09.30 WIB identifikasi

faktor resiko gangguan sirkulasi, pasien mempunyai riwayat merokok

dan hipertensi sudah 1 tahun. Pukul 10.00 WIB monitor panas, nyeri

atau bengkak pada ekstremitas, pasien tidak demam, terdapat nyeri

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


61

pada area edeme, terdapat bengkak pada ekstrmitas bawah bagian kiri.

Pukul 13.00 anjurkan minum obat penurun tekanan darah, pasien

mendapatkan terapi obat penurun tekanan darah ramipril 2 mg. Pukul

13.30 anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara teratur,

pasien dapat meminum obat penurun tekanan darah secara teratur.

Pukul 14.00 WIB anjurkan perawatan kulit yang tepat dengan cara

pemberian minyak atau pelembab, pasien menolak untuk diberikan

minyak untuk melembabkan kulit agar tidak kering. Pukul 16.00 WIB

monitor panas, nyeri atau bengkak pada ekstremitas, pasien tidak

demam, terdapat nyeri pada area edeme, terdapat bengkak pada

ekstrmitas bawah bagian kiri. 21.00 WIB anjurkan perawatan kulit

yang tepat dengan cara pemberian minyak atau pelembab, pasien

menolak untuk diberikan minyak untuk melembabkan kulit agar tidak

kering. Pukul 24.00 WIB anjurkan pasien istirahat.

Tanggal 23 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB periksa sirkulasi perifer, hasilnya edeme pasien

membaik, pengisian kapiler kurang dari 2 detik, warna kulit membaik,

suhu 36.4 ºC. Pukul 09.30 WIB identifikasi faktor resiko gangguan

sirkulasi, pasien mempunyai riwayat merokok dan hipertensi sudah 1

tahun. Pukul 10.00 WIB monitor panas, nyeri atau bengkak pada

ekstremitas, pasien tidak demam, nyeri sudah tidak ada, bengkak pada

ekstrmitas bawah bagian kiri sudah membaik. Pukul 13.00 anjurkan

minum obat penurun tekanan darah, pasien mendapatkan terapi obat

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


62

penurun tekanan darah ramipril 2 mg. Pukul 13.00 anjurkan minum

obat pengontrol tekanan darah secara teratur, pasien dapat meminum

obat penurun tekanan darah secara teratur. Pukul 14.00 WIB anjurkan

perawatan kulit yang tepat dengan cara pemberian minyak atau

pelembab, pasien mau diberikan minyak oleh keluarga untuk

mencegah kulit kering dan menjaga kelembaban kulit. Pukul 16.00

WIB monitor panas, nyeri atau bengkak pada ekstremitas, pasien tidak

demam, terdapat nyeri pada area edeme, terdapat bengkak pada

ekstrmitas bawah bagian kiri. 20.00 WIB anjurkan perawatan kulit

yang tepat dengan cara pemberian minyak atau pelembab, pasien

menolak untuk diberikan minyak untuk melembabkan kulit agar tidak

kering. Pukul 24.00 WIB anjurkan pasien istirahat.

Tanggal 24 Maret 2022

Pukul 13.00 WIB anjurkan minum obat penurun tekanan darah, pasien

mendapatkan terapi obat penurun tekanan darah ramipril 2 mg. Pukul

14.00 WIB periksa sirkulasi perifer, hasilnya edeme pasien membaik,

pengisian kapiler kurang dari 2 detik, warna kulit membaik, suhu 36.6

ºC. Pukul 15.00 WIB identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi,

pasien mempunyai riwayat merokok dan hipertensi sudah 1 tahun.

Pukul 17.00 WIB monitor panas, nyeri atau bengkak pada ekstremitas,

pasien tidak demam, nyeri sudah tidak ada, bengkak pada ekstrmitas

bawah bagian kiri sudah membaik. Pukul 20.00 anjurkan minum obat

pengontrol tekanan darah secara teratur, pasien dapat meminum obat

penurun tekanan darah secara teratur. Pukul 21.00 WIB anjurkan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


63

perawatan kulit yang tepat dengan cara pemberian minyak atau

pelembab, pasien mau diberikan minyak oleh keluarga untuk

mencegah kulit kering dan menjaga kelembaban kulit. Pukul 23.00

WIB anjurkan pasien istirahat. Pukul 08.00 WIB monitor panas, nyeri

atau bengkak pada ekstremitas, pasien tidak demam, terdapat nyeri

pada area edeme, terdapat bengkak pada ekstrmitas bawah bagian kiri.

11.00 WIB anjurkan perawatan kulit yang tepat dengan cara

pemberian minyak atau pelembab, pasien menolak untuk diberikan

minyak untuk melembabkan kulit agar tidak kering. Pukul 13.00

anjurkan pasien

istirahat.

Evaluasi

Tanggal, 24 Maret 2022

Data subjektif : pasien mengatakan nyeri pada bagian ekstremitas

bawah bagian kiri sudah berkurang, pasien mengatakan sudah tidak

lagi merasakan kesemutan, pasien mengatakan mau meminum obat

penurun tekanan darah secara teratur

Data objektif : CRT membaik, akral hangat, edeme pada ekstremitas

bawah bagian kiri membaik, turgor kulit membaik, tekanan darah

102/52 mmHg, pucat menurun, pasien mau meminum obatnya secara

teratur, nyeri sudah berkurang

Analisa : tujuan keperawatan tercapai sebagian

Perencanaan : lanjutan tindakan keperawatan di rumah point c,d,e dan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


64

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan sesak nafas

Data subjektif : keluarga pasien mengatakan kebutuhan ADL dibantu

oleh keluarga, pasien mengatakan merasa tidak nyaman saat bernafas

dan merasa mudah lelah saat melakukan aktivitas, pasien mengatakan

sekarang aktivitasnya jadi terbatas

Data objektif : pasien tampak lemah, kebutuhan ADL pasien dibantu

oleh keluarga seperti mandi, BAB dan BAK, ekstremitas bawah bagian

kiri tampak bengkak

Tujuan : untuk mengetahui kecukupan energi untuk melakukan

aktivitas sehari-hari

Kriteria hasil : keluhan lelah menurun, dispnea setelah aktivitas

menurun, dispnea saat aktivitas menurun, perasaan lemah menurun,

kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat

Intervensi :

a. Monitor kelelahan fisik dan emosional


b. Monitor pola tidur dan jam tidur

c. Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis, ambulasi, mobilisasi, dan

perawatan diri)

d. Anjurkan tirah baring

e. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

Pelaksanaan

Tanggal, 22 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB memonitor kelelahan fisik dan emosional, pasien

lelah akibat melakukan aktivitas seperti ke kamar mandi. Pukul 09.00

WIB memonitor pola tidur dan jam tidur, pasien dapat tidur siang 2

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


65

jam dan tidur malam 7 jam. Pukul 10.00 WIB memfasilitasi aktivitas

fisik rutin, pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap seperti

melakukan perpindahan dari tempat tidur ke kursi, buang air kecil ke

kamar mandi. Pukul 11.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien

dapat istirahat dan tidur. Pukul 13.00 WIB menganjurkan melakukan

aktivitas secara bertahap, pasien dapat melakukan aktivitas secara

bertahap. Pukul 14.00 WIB memonitor pola tidur dan jam tidur, pasien

dapat tidur siang 2 jam dan tidur malam 7 jam. Pukul 20.00 WIB

memfasilitasi aktivitas fisik rutin, pasien dapat melakukan aktivitas

secara bertahap seperti melakukan perpindahan dari tempat tidur ke

kursi, buang air kecil ke kamar mandi. Pukul 24.00 WIB

menganjurkan tirah baring, pasien dapat istirahat dan tidur.

Tanggal, 23 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB memonitor kelelahan fisik dan emosional, kelelahan

fisik pasien berkurang. Pukul 09.00 WIB memonitor pola dan jam

tidur, pasien tidur siang 3 jam dan tidur malam 7 jam. Pukul 10.00

WIB memfasilitasi aktivitas fisik rutin, pasien sudah dapat melakukan

aktivitas fisik seperti berjalan, ke kamar mandi buang air kecil. Pukul

11.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien dapat istirahat dan tidur.

Pukul 13.00 WIB menganjurkan melakukan aktivitas secara bertahap,

pasien sudah dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Pukul 14.00

WIB memonitor pola tidur dan jam tidur, pasien dapat tidur siang 3

jam dan tidur malam 6 jam. Pukul 20.00 WIB memfasilitasi aktivitas

fisik rutin, pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap seperti

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


66

melakukan perpindahan dari tempat tidur ke kursi, buang air kecil ke

kamar mandi. Pukul 24.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien

dapat istirahat dan tidur.

Tanggal 24 Maret 2022

Pukul 14.00 WIB memonitor kelelahan fisik dan emosional, kelelehan

fisik pasien berkurang. Pukul 15.00 WIB memonitor pola dan jam

tidur, pasien tidur siang 3 jam dan tidur malam 8 jam. Pukul 17.00

WIB memfasilitasi aktivitas fisik rutin, pasien sudah dapat melakukan

aktivitas fisik secara rutin. Pukul 19.00 WIB menganjurkan tirah

baring, pasien dapat beristirahat. Pukul 20.00 WIB menganjurkan

melakukan aktivitas secara bertahap, pasien sudah dapat melakukan

aktivitas seperti biasa. Pukul 22.00 WIB memonitor pola tidur dan jam

tidur, pasien dapat tidur siang 3 jam dan tidur malam 7 jam. Pukul

24.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien dapat istirahat dan tidur.

Pukul 08.00 WIB memfasilitasi aktivitas fisik rutin, pasien dapat

melakukan aktivitas secara bertahap seperti melakukan perpindahan

dari tempat tidur ke kursi, buang air kecil ke kamar mandi. Pukul

13.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien dapat istirahat dan tidur.

Evaluasi

Tanggal, 24 Maret 2022

Data subjektif : keluarga pasien mengatakan kebutuhan ADL pasien

dapat dilakukan secara mandiri, pasien mengatakan gangguan rasa

nyaman saat beraktivitas berkurang dan kelelahan saat melakukan

aktivitas berkurang

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


67

Data objektif : pasien dapat melakukan kebutuhan ADL secara

mandiri, edeme pada bagian ekstremitas sudah tidak ada

Analisa : tujuan keperawatan tercapai

Perencanaan : lanjutkan tindakan keperawatan dirumah point c,d, dan

5. Defisit pengetahuan tentang hipertensi berhubungan dengan kurang

terpapar informasi

Data subjektif : pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi

kurang lebih 1 tahun, pasien mengatakan tidak rutin minum obat

hipertensi

Data objektif : TD 156/91 mmHg, pasien tidak mengetahui obat

hipertensi harus diminum rutin, pasien dan keluarga menanyakan

tentang diit yang benar pada hipertensi

Tujuan : Untuk menambah informasi kognitif yang berkaitan dengan

topik mengenai penyekit hipertensi

Kriteria hasil : perilaku sesuai anjuran meningkat, verbalisasi minat

dalam belajar meningkat, persepsi yang keliru terhadap masalah

menurun Intervensi :

a. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

b. Sediakan materi dan pendidikan kesehatan tentang hipertensi

c. Berikan kesempatan untuk bertanya

d. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi hipertensi

e. Ajarkan meminum obat ramipril 1x2 mg (oral, pukul 13.00 WIB)

secara rutin

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


68

Pelaksanaan

Tanggal, 22 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan

menerima informasi, pasien dan keluarga siap dan mampu menerima

informasi yang akan diberikan. Pukul 14.00 WIB menyediakan materi

dan pendidikan kesehatan tentang hipertensi, penulis menyiapkan

pendidikan kesehatan mengenai obat hipertensi harus diminum secara

rutin. Pukul 19.00 WIB memberikan kesempatan untuk bertanya,

pasien dan keluarga dapat bertanya seputar hipertensi. Pukul 20.00

WIB menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi hipertensi,

pasien dan keluarga belum memahami faktor resiko yang dapat

mempengaruhi hipertensi. Pukul 21.00 WIB menganjurkan meminum

obat ramipril secara rutin, pasien dapat meminum obat ramipril secara

rutin. Pukul 22.00 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah pasien

156/91 mmHg. Pukul 24.00 WIB anjurkan pasien istirahat.

Tanggal, 23 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan

menerima informasi, pasien dan keluarga siap dan mampu menerima

informasi yang akan diberikan. Pukul 10.00 WIB menyediakan materi

dan pendidikan kesehatan, penulis menyiapkan pendidikan kesehatan

mengenai obat hipertensi harus diminum secara rutin. Pukul 13.00

WIB memberikan kesempatan untuk bertanya, pasien dan keluarga

dapat bertanya seputar hipertensi. Pukul 14.00 WIB menjelaskan

faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, pasien dan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


69

keluarga dapat memahami faktor resiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan. Pukul 15.00 WIB menganjurkan meminum obat ramipril

secara rutin, pasien dapat meminum obat ramipril secara rutin. Pukul

22.00 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah pasien 133/67

mmHg. Pukul 24.00 WIB anjurkan pasien istirahat.

Tanggal, 24 Maret 2022

Pukul 14.00 WIB mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan

menerima informasi, pasien dan keluarga siap dan mampu menerima

informasi yang akan diberikan. Pukul 16.00 WIB menyediakan materi

dan pendidikan kesehatan, penulis menyiapkan pendidikan kesehatan

mengenai obat hipertensi harus diminum secara rutin. Pukul 17.00

WIB memberikan kesempatan untuk bertanya, pasien dan keluarga

dapat bertanya seputar hipertensi. Pukul 18.00 WIB menjelaskan

faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan, pasien dan

keluarga dapat memahami faktor resiko yang dapat mempengaruhi

kesehatan. Pukul 19.00 WIB menganjurkan meminum obat-obatan

secara rutin, pasien dapat meminum obat ramipril secara rutin. 23.00

WIB anjurkan pasien istirahat. Pukul 08.00 WIB monitor tekanan

darah, tekanan darah pasien 102/52 mmHg. Pukul 13.00 WIB

menganjurkan pasien meminum obat ramipril yang sudah diberikan

oleh dokter.

Evaluasi

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


70

Tanggal, 24 Maret 2022

Data subjektif : pasien mengatakan setelah diberikan pendidikan

kesehatan akan meminum obat-obatan hipertensi secara rutin, pasien

mengatakan setelah diberikan pendidikan kesehatan jadi lebih

memahami dan paham tentang resiko akibat jika obat tidak dikonsumsi

secara rutin

Data objektif : pasien dan keluarga tampak kooperatif dalam

menerima dan mendengarkan materi yang diberikan, TD 133/67

mmHg,

Analisa : tujuan keperawatan tercapai

Perencanaan : lanjutkan tindakan keperawatan dirumah point e

6. Risiko jatuh berhubungan dengan usia >65 tahun

Data subjektif : pasien mengatakan lemas, pasien mengatakan jika

buang air kecil harus dibantu oleh keluarga ke kamar mandi

Data objektif : pasien tampak lemah, usia pasien 81 tahun, kebutuhan

ADL dibantu oleh keluarga, pasien tampak suka ditinggal oleh

keluarganya pulang

Tujuan : Untuk mengurangi resiko kerusakan fisik dan gangguan

kesehatan akibat terjatuh

Kriteria hasil : jatuh dari tempat tidur menurun, jatuh saat berjalan

menurun, jatuh saat dikamar mandi menurun, jatuh saat berdiri

menurun

Intervensi :

a. Identifikasi faktor resiko jatuh (usia >65 tahun)

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


71

b. Pastikan roda tempat tidur dalam keadaan kondisi terkunci

c. Pasang handrall tempat tidur

d. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah

e. Anjurkan memakai alas kaki yang tidak licin

f. Anjurkan memencet bel untuk meminta bantuan

Pelaksanaan

Tanggal, 22 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi faktor resiko jatuh, pasien lansia

berumur 81 tahun. Pukul 10.00 WIB memastikan roda tempat tidur

dalam keadaan kondisi terkunci, roda tempat tidur dalam posisi

terkunci. Pukul 11.00 WIB memasang handrall tempat tidur, handrall

sudah terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 12.00 WIB mengatur

tempat tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur

dalam posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari

tempat tidur. Pukul 13.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang

tidak licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke

kamar mandi. Pukul 14.00 WIB memantau kondisi pasien, kondisi

pasien baik. Pukul 16.00 WIB memastikan roda tempat tidur dalam

keadaan kondisi terkunci, roda tempat tidur dalam posisi terkunci.

Pukul 18.00 WIB memasang handrall tempat tidur, handrall sudah

terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 20.00 WIB mengatur tempat

tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur dalam

posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari tempat

tidur. Pukul 21.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang tidak

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


72

licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke kamar

mandi. Pukul 22.00 WIB menganjurkan pasien memencet bel jika

memerlukan bantuan, pasien mengerti dan dapat memencet bel jika

memerlukan bantuan. Pukul 24.00 WIB menganjurkan pasien

untuk beristirahat, pasien dapat beristirahat.

Tanggal, 23 Maret 2022

Pukul 08.00 WIB mengidentifikasi faktor resiko jatuh, pasien lansia

berumur 81 tahun. Pukul 10.00 WIB memastikan roda tempat tidur

dalam keadaan kondisi terkunci, roda tempat tidur dalam posisi

terkunci. Pukul 11.00 WIB memasang handrall tempat tidur, handrall

sudah terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 12.00 WIB mengatur

tempat tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur

dalam posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari

tempat tidur. Pukul 13.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang

tidak licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke

kamar mandi. Pukul 14.00 WIB memantau kondisi pasien, kondisi

pasien baik. Pukul 16.00 WIB memastikan roda tempat tidur dalam

keadaan kondisi terkunci, roda tempat tidur dalam posisi terkunci.

Pukul 18.00 WIB memasang handrall tempat tidur, handrall sudah

terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 20.00 WIB mengatur tempat

tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur dalam

posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari tempat

tidur. Pukul 21.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang tidak

licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke kamar

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


73

mandi. Pukul 22.00 WIB menganjurkan pasien memencet bel jika

memerlukan bantuan, pasien mengerti dan dapat memencet bel jika

memerlukan bantuan. Pukul 24.00 WIB menganjurkan pasien

untuk beristirahat, pasien dapat beristirahat.

Tanggal, 24 Maret 2022

Pukul 14.00 WIB mengidentifikasi faktor resiko jatuh, pasien lansia

berumur 81 tahun. Pukul 15.00 WIB memastikan roda tempat tidur

dalam keadaan kondisi terkunci, roda tempat tidur dalam posisi

terkunci. Pukul 16.00 WIB memasang handrall tempat tidur, handrall

sudah terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 17.00 WIB mengatur

tempat tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur

dalam posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari

tempat tidur. Pukul 20.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang

tidak licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke

kamar mandi. Pukul 21.00 WIB memantau kondisi pasien, kondisi

pasien baik. Pukul 22.00 WIB memastikan roda tempat tidur dalam

keadaan kondisi terkunci, roda tempat tidur dalam posisi terkunci.

Pukul 23.00 WIB memasang handrall tempat tidur, handrall sudah

terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 08.00 WIB mengatur tempat

tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur dalam

posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari tempat

tidur. Pukul 10.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang tidak

licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke kamar

mandi. Pukul 12.00 WIB menganjurkan pasien memencet bel jika

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


74

memerlukan bantuan, pasien mengerti dan dapat memencet bel jika

memerlukan bantuan. Pukul 13.00 WIB menganjurkan pasien

untuk beristirahat, pasien dapat beristirahat

Evaluasi

Tanggal, 24 Maret 2022

Data subjektif : pasien mengatakan dirinya sudah tidak lemas lagi dan

dapat turun dari tempat tidur berjalan sambil pegangan Data objektif :

pasien dapat melakukan aktivitas secara bertahap dalam pengawasan

keluarga dan perawat ruangan

Analisa : tujuan keperawatan tercapai sebagian

Perencanaan : lanjutkan tindakan keperawatan dirumah point e

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus,

faktor-faktor pendukung dan penghambat serta alternative antara teori dan pada

saat memberikan asuhan keperawatan pada Tn. M dengan Gagal Jantung

Kongestif di ruang Kardiologi kamar 406 Rumah Sakit Umum Daerah Koja

Jakarta Utara yang telah dilaksanakan dari tanggal 22 Maret sampai 24 Maret

2022. Pembahasan ini akan disesuaikan dengan proses keperawatan mulai dari

pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

keperawatan.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi yang

dibutuhkan penulis dalam menentukan diagnose nantinya. Dalam pengkajian

penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Gagal jantung

kongestif disebabkan oleh beberapa faktor sistemik

diantarnya faktor resiko koroner seperti hipertensi, diabetes melitus, riwayat

merokok, dan kolestrol (Laksmini et al., 2020). Sedangkan yang ditemukan

pada pasien, pasien memiliki riwayat hipertensi, hipertensi merupakan

penyebab terjadinya gagal jantung kongestif yang menyebabkan tekanan

darah tinggi membuat jantung kerja lebih keras, akibat jantung harus

melawan tekanan darah tinggi tersebut.

Selanjutnya penulis akan membahas gagal jantung kongestif yang

sesuai dengan teori dan kasus yaitu merasa sesak, mual, nafsu makan
76

74
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

menurun, edema tungkai, mudah lelah meski hanya melakukan aktivitas

ringan, hal ini disebabkan karena jantung yang tidak dapat memompa cukup

darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan tubuh. Sedangkan tanda dan

gejala yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus yaitu distensi vena jugularis

tidak ditemukan pada pasien karena pasien belum terjadi edema paru

sehingga aliran darah ke jantung masih lancar, hepatomegaly tidak

ditemukan pada pasien. Asites tidak ditemukan adanya pembengkakan pada

daerah abdomen, dikarenakan hasil palpasi abdomen teraba lembek dan baru

terjadi edema tungkai.

Pada pemeriksaan penunjang penulis menemukan beberapa

kesenjangan antara teori dengan kasus, pada pasien dengan gagal jantung

kongestif secara teori pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah EKG,

foto thorax, ECHO (Echocardiography), pemeriksaan laboratorium darah

dan elektrolit, urinalisa, nitrogen urea darah (BUN), kreatinin serum, ultra

sonografi, analisa gas darah

Sedangkan pada pasien pemeriksaan penunjang yang dilakukan hanya

pemeriksaan EKG, foto thorax, ECHO (Echocardiography), pemeriksaan

laboratorium darah dan elektrolit, kreatinin serum, dan analisa gas darah,

pemeriksaan lain tidak dilakukan karena hasil pemeriksaan ini sudah cukup

menunjang untuk penegakan diagnose sehingga pasien tidak dilakukan

pemeriksaan penunjang lainnya.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


77

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

Pemeriksaan penunjang yang ada di teori namun tidak dilakukan pada

pasien adalah urinalisa, nitrogen urea darah (BUN), ultra sonografi.

Pemeriksaan ini tidak dilakukan karena dengan gejala yang ada dan

pemeriksaan EKG dan foto thorax sudah dapat menentukan pasien dengan

gagal jantung kongestif disamping itu pasien merupakan pasien BPJS maka

pasien harus mengikuti ketentuan.

Pada penatalaksanaan medis dan keperawatan penulis menemukan

beberapa kesenjangan, pada teori penatalaksanaan pasien gagal jantung

kongestif diberikan terapi farmakologi antihipertensi, anti aritmia, diuretic,

vasodilator, pemberian oksigen. Sedangkan pada pasien diberikan terapi

Bisoprolol, Ramipril, dan Lasix untuk menjaga tekanan darah pasien agar

tetap dalam batas normal dan mengurangi retensi cairan yang terjadi pada

pasien, Copidogrel dan Miniaspi untuk mencegah penggumpalan darah,

Simvastatin untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Sedangkan

yang tidak sesuai dengan teori yaitu pasien diberikan terapi obat Salbutamol

untuk mengobati rasa sesak nafas, PCT untuk meredakan nyeri dan demam,

NAC untuk mengencerkan dahak, Ceftriaxone untuk mengatasi infeksi

bakteri.

Pada tahap pengkajian faktor pendukung karena pasien dan keluarga

kooperatif dalam memberikan informasi yang dibutuhkan. Tidak ditemukan

hambatan karena pasien dan keluarga sangat kooperatif saat penulis

melakukan pengkajian dan terbina hubungan saling percaya, serta bantuan

perawat penanggung jawab ruangan sehingga penulis dapat memperoleh

data-data yang dibutuhkan.


78

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang ada di kasus dan teori penulis

menemukan beberapa kesenjangan, pada teori terdapat 10 diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada pasien gagal jantung, sedangkan

pada pasien hanya ditemukan 5 diagnosa, kemungkinan hanya ada

beberapa diagnosa yang berbeda antara teori dan kasus. Diagnosa yang

sesuai dengan teori yaitu diagnosa penurunan curah jantung,

ketidakefektifan pola nafas, perfusi perifer tidak efektif, intoleransi

aktivitas, dan kurang pengetahuan tentang proses penyakit.

Diagnosa yang penulis susun berdasarkan prioritas masalah,

berdasarkan kebutuhan maslow yang disesuaikan dengan kondisi pasien.

Diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak ada di kasus yaitu nyeri

akut, hipervolemia, ansietas, gangguan pola tidur, resiko kerusakan

integritas kulit/jaringan.

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan prioritas masalah

yang disesuaikan dengan teori kebutuhan maslow yang sesuai dengan

kondisi pasien. Perencanaan terdiri dari tujuan, kriteria hasil, dan

intervensi. Pada tahap ini perencanaan yang dibuat untuk pasien sudah

sesuai dengan teori.

Secara umum menyusun rencana tindakan keperawatan penulis tidak

menemukan hambatan yang berarti, semua rencana tindakan sudah disusun

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


79

sesuai dengan teori dan program medis yang diberikan. Hanya saja dalam

penentuan waktu untuk tujuan keperawatan berdasarkan teori harus

memenuhi kriteria hasil, sedangkan pada landasan teoritis tidak tercantum

adanya kriteria waktu, sehingga penulis menentukan waktu berdasarkan

yang diberikan dalam memberi asuhan keperawatan yaitu 3 hari. Faktor

pendukung adalah terdapat referensi yang memadai untuk menentukan

perencanaan keperawatan pada pasien dengan gagal jantung kongestif.

D. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan keperawatan melakukan tindakan keperawatan sesuai

dengan rencana tindakan keperawatan dan semua tindakan keperawatan

didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Secara umum semua

rencana keperawatan dapat dilaksanakan karena pasien kooperatif dan

adanya kerja sama yang baik dengan perawat ruangan. Penulis melakukan

tindakan keperawatan mulai dari jam 07.30 WIB hingga jam 14.00 WIB

dan selanjutnya dilakukan oleh perawat ruangan yang bertanggung jawab

Penurunan perfusi jaringan yang terjadi pada gagal jantung adalah

akibat tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnasi darah di

jaringan perifer. Oksigenasi yang adekuat dan diuresis yang sesuai juga

dapat memperbaiki perfusi jaringan, diuresis yang efektif dapat

mengurangi pengenceran darah, sehinggal meningkatkan kapasitas

pengangkutan oksigen dalam sistem vaskuler. Pada istiarahat dan aktivitas,

pasien perlu sekali beristirahat baik secara fisik maupun emosional.

istirahat akan mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan,

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


80

dan menurunkan tekanan darah. Istirahat juga mengurangi kerja otot

pernapasan dan penggunaan oksigen. Frekuensi jantung menurun, yang

akan memperpanjang periode diastole pemulihan sehingga memperbaiki

efisiensi kontraksi jantung. Memberikan posisi semi fowler, posisi kepala

tempat tidur harus ditinggikan 20 sampai 30 cm. Pada posisi ini aliran

balik vena ke jantung (preload) dan paru berkurang, kongesti paru

berkurang, dan penekanan hepar ke diafragma menjadi minimal. Bila

pasien terdapat kongesti paru lebih baik pasien diberikan posisi fowler

karena posisi ini dapat memperbaiki perpindahan cairan dari paru.

Mengatur diit sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal, dan

status nutrisi terpelihara, sesuai dengan selera dan pola makan pasien.

pembatasan natrium ditunjukan untuk mencegah, mengatur atau

mengurangi edema, seperti pada hipertensi atau gagal jantung (Grassi et

al., 2021).

Faktor pendukung selama penulis melaksanakan tindakan

keperawatan adalah pasien dan keluarga yang kooperatif, perawat ruangan

banyak membantu dan memberikan informasi saat penulis menanyakan

berbagai hal yang masih kurang jelas, sarana yang digunakan dalam

melaksanakan tindakan tersedia dengan lengkap, sehingga mempermudah

dalam melakukan asuhan keperawatan.

Sedangkan faktor penghambat yang penulis rasakan dalam

melaksanakan tindakan keperawatan yaitu dalam menghitung balance

cairan pasien disebabkan tidak semua perawat ruangan

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


81

mendokumentasikan berapa banyak cairan infus yang sudah masuk dan

banyaknya air yang pasien minum, sehingga penulis menanyakan

banyaknya cairan infus yang masuk kepada perawat dan penulis juga

melakukan observasi langsung untuk mengetahui jumlah urine yang keluar

serta banyaknya air yang diminum kepada pasien atau keluarga.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawatan yang ada pada kasus penulis melakukan 2

macam evaluasi yaitu evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dilakukan

pada saat tindakan, sedangkan evaluasi hasil dilakukan mengacu pada

tujuan yang disusun dari 5 diagnosa yang diangkat. Evaluasi yang didapat

dari 5 diagnosa yang diangkat, hanya 3 diagnosa yang teratasi yaitu pola

nafas tidak efektif beruhungan dengan hambatan upaya nafas yang

ditandai dengan adanya sputum, intoleransi aktivitas berhubungan dengan

sesak nafas, defisit pengetahuan tentang hipertensi berhungan dengan

kurang terpapar informasi dengan pasien sudah tidak merasa sesak nafas,

batuk tetapi tidak keluar dahak, sudah tidak terhambat untuk melakukan

aktivitas, serta pasien sudah memahami bahwa obat-obatan hipertensi

harus diminum rutin.

Sedangkan yang lainnya 2 diagnosa yang teratasi sebagian yaitu

diagnosa penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan

kontraktilitas dan perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan tekanan darah dan untuk diagnosa yang tujuan belum tercapai

didelegasikan kepada perawat ruangan.

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


82

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada


BAB V
PENUTUPAN

Pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil

pembahasan BAB IV, setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada

pasien Tn.M dengan gagal jantung kongestif di Ruang Kardiologi Kamar 406

Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan dan saran sebagai berikut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian gagal jantung pada Tn.M disebabkan

karena penyakit hipertensi. Tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien

semua ada pada teori kecuali distensi vena jugularis, hepatomegaly, dan

acites. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien semua ada pada

teori kecuali urinalisa, nitrogen urea darah (BUN), ultra sonografi.

Selanjutnya dari 5 diagnosa yang ditemukan pada pasien yang sesuai

teori yaitu pola nafas tidak efektif, penurunan curah jantung, perfusi perifer

tidak efektif, intoleransi aktivitas, defisit pengetahuan tentang hipertensi.

Semua intervensi yang penulis susun sesuai dengan yang ada pada teori.

Pada saat menyusun intervensi tidak menemukan kesenjangan

Secara umum semua intervensi dapat dilaksanakan, hal tersebut

disebebkan karena pasien dan keluarga yang kooperatif, perawat ruangan

banyak membantu dan memberikan informasi saat penulis menanyakan

berbagai hal yang masih kurang jelas, sarana yang digunakan dalam
81
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

82

melaksanakan tindakan tersedia dengan lengkap, sehingga mempermudah

dalam melakukan asuhan keperawatan. Dari 5 diagnosa hanya 3 diagnosa

yang tujuan tercapai yaitu pola nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas,

defisit pengetahuan tentang hipertensi, dan tujuan yang tidak tercapai yaitu

penurunan curah jantung, perfusi perifer tidak efektif.

B. Saran

Dengan ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran baik untuk

perawat, pendidikan maupun penulis sendiri, yaitu :

2. Perawat

Bagi perawat ruangan agar menyiapkan alat cek suhu, tensi

menyesuaikan dengan kebutuhan pasien sehingga ketika diperlukan

tidak sampai kehabisan battery ataupun error sehingga tidak dapatr

terdeteksi dan agar selalu melengkapi status pasien seperti balance

cairan agar ketika pasien mengalami kekurangan/kelebihan cairan

pasien dapat diketahui

3. Mahasiswa

Agar terus meningkatkan semangat dalam melaksanakan dan menyusun

asuhan keperawatan untuk mencapai tujuan serta hasil yang diinginkan

pasien secara maksimal


Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

83

Daftar Pustaka

Anies. (2021). Penyakit jantung & pembuluh darah (C. Farmadiani (ed.)).
Katalog Dalam Terbitan (KDT).

Grassi, G., Quarti-Trevano, F., & Esler, M. D. (2021). Sympathetic activation in


congestive heart failure: an updated overview. Heart Failure Reviews, 26(1),
173–182. https://doi.org/10.1007/s10741-019-09901-2

Kemenkes RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan


Indonesia. In Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.

Laksmini, P., Rahayu, S., Feng Lin, M., Yunita Prabawati, C., & Sulistyo Budhi,
B. (2020). Ekspresi Emosi (EE) dan Gejala Yang Muncul Pada Pasien Gagal
Jantung. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 8(2), 88–91.
https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.181

Malik, A., Brito, D., & Vaqar, S. (2021). Congestive Heart Failure (Updated 2021
Nov 2). Critical Care Nursing Clinics of North America, 15(4), 1–13.
https://doi.org/10.1016/S0899-5885(03)00056-X

Nirmalasari, N. (2017). Deep Breathing Exercise and Active Range of Motion


Effectively Reduce Dyspnea in Congestive Heart Failure Patients.
NurseLine Journal, 2(2), 159. https://doi.org/10.19184/nlj.v2i2.5940

NS, I. (2020). Hipertensi Pulmonal. In Buku Ajar Kardiologi Anak.

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Suharto, D. N. (2021). Deep Breathing Exercise Dan Aktivitas Bertahap Dalam


Menurunkan Dyspnea Pada Pasien Congestive Heart Failure. Jurnal Ilmiah
PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery,
Environment, Dentist), 16(1), 83–86.
https://doi.org/10.36911/pannmed.v16i1.1031
Wilcox, J. E., Fang, J. C., Margulies, K. B., & Mann, D. L. (2020). Heart Failure
With Recovered Left Ventricular Ejection Fraction: JACC Scientific Expert
Panel. Journal of the American College of Cardiology, 76(6), 719–734.
https://doi.org/10.1016/j.jacc.2020.05.075

World Health Organization. Cardiovascular Diseases [Internet]. 2019. Available


from: https://www.who.int/health- topics/cardiovascular-diseases

Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada

Lampiran 1 : Pathway

Pathway
Infark Miokard

Perubahan status Kurang terpapar


Hipertensi kesehatan informasi kesehatan

Nekrosis sel otot Defisit


jantung pengetahuan
tentang hipertensi

Hipertrofi Ventrikel

Disfungsi diastolik
dan sistolik, iskemia,
miokardium dan
aritmia

GAGAL JANTUNG KONGESTIF Kongestif


pulmonalis

Curah jantung
menurun Tekanan
hidrostatik
>> tekanan
osmotik
Hipertrofi
ventrikel

Transudasi
cairan ke
Pengisian
interstital
ventrikel kiri
menurun

Pembesaran
cairan ke
alveoli

84
Aliran darah Edema
ke jantung paru
tidak adekuat

Pengembanga
n paru tidak
Perfusi Penurunan optimal
perifer curah
tidak jantung
efektif
Pola nafas
tidak efektif
Suplai darah
pada jaringan
menurun

Metabolisme
anaerobik

Energi
menurun

Fatigue
(Kelelahan)

Intoleransi
aktivitas
(Sumber : (Malik et al., 2021))

Lampiran 2 : Analisa Obat

Analisa Obat

A. Salbutamol
Salbutamol, juga dikenal sebagai albuterol dan dipasarkan sebagai
Ventolin, adalah obat yang digunakan membuka saluran napas di
paruparu. Obat ini digunakan untuk mengobati asma, penyempitan
bronkus yang dipicu olahraga, dan penyakit paru obstruktif kronis
1. Indikasi : asma bronkial, penyakit paru obstruktif kronis, bronkitis,
dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran napas
yang reversibel
2. Kontraindikasi : detak jantung terlalu cepat, detak jantung terlalu
lambat, atau tidak teratur (aritmia), dada terasa tertekan atau nyeri
dada, demam atau menggigil, sesak napas, gangguan penglihatan,
pingsan
3. Efek Samping : aritmia, demam atau menggigil, sesak napas
4. Dosis : dewasa dan anak-anak usia >12 tahun: 2–4 mg, 3–4 kali
sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 8 mg, 3–4 kali
sehari
B. Ramipril
Ramipril adalah obat untuk menangani hipertensi. Selain itu, obat ini
juga digunakan dalam pengobatan gagal jantung dan setelah serangan
jantung. Ramipril merupakan obat golongan ACE inhibitor yang
bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II
1. Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang; gagal jantung kongestif
(tambahan); setelah infark miokard pada pasien dengan gagal
jantung yang terbukti secara klinis; pasien rentan usia diatas 55
tahun, pencegahan infark miokard, stroke, kematian kardiovaskular
atau membutuhkan revaskularisasi
2. Kontraindikasi : pada pasien yang hipersensitif terhadap produk ini
atau obat angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) lainnya.

89
86

Penggunaan ramipril juga harus diperhatikan pada pasien yang


memiliki gangguan ginjal
3. Efek Samping : reaksi hipersensitivitas, penurunan fungsi ginjal,
angioedema, batuk, hipotensi
4. Dosis : dosis awal 2,5 mg, 1 kali sehari, dikonsumsi saat menjelang
tidur. Dosis pemeliharan 2,5–5 mg, 1 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan hingga 10 mg per hari jika dibutuhkan
C. PCT
Paracetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik
yang banyak dipakai untuk meredakan sakit kepala ringan akut, nyeri
ringan hingga sedang, serta demam
1. Indikasi : untuk meredakan gejala demam dan nyeri pada berbagai
penyakit seperti demam dengue, tifoid, dan infeksi saluran kemih.
2. Kontraindikasi : gangguan fungsi hati berat, hipersensitivitas
3. Efek Samping : hipersensitivitas, ruam kulit, kelainan darah
(termasuk trombositopenia, leukopenia, neutropenia), hipotensi.
Penggunaan paracetamol, terutama dalam jangka panjang dan dosis
berlebih, dapat menyebabkan kerusakan hati.
4. Dosis : dewasa : 500-1.000 mg atau 10–15 mg/kgBB, tiap 4–6 jam.
Dosis maksimal 4.000 mg per hari. Bayi dan anak-anak: 10–15
mg/kgBB, tidak 4–6 jam
D. NAC
N-acetyl cysteine (NAC) merupakan bentuk N-acetylated dari asam
amino L-cysteine dan digunakan untuk sintesis glutation pertama kali,
dengan mengekstraksi sistein dari derivat N-acetylated
1. Indikasi : acetylcysteine adalah sebagai mukolitik untuk bronkitis,
emfisema, pneumonia dan sistik fibrosis untuk dewasa dan
anakanak baik secara inhalasi maupun oral
2. Kontraindikasi :
a. Bronkospasme terutama pada pasien asma akut yang
disebabkan oleh pelepasan histamin lokal dan penghambatan
takifilaksis allergen oleh Acetylcysteine

91
b. Reaksi hipersensitivitas seperti angiodema, gatal (pruritus),
urtikaria, kulit kemerahan (rash), takikardi, hipotensi
c. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare
d. Reaksi anafilaktoid terutama setelah pemberian obat secara
intravena (reaksi hipersensitivitas terhadap obat Acetylcysteine
yang ditandai dengan kulit kemerahan, hipotensi dan/atau sesak
napas)
e. Batuk darah (haemoptysis), hidung berair (rhinorrhea) dan
stomatitis (penggunaan secara inhalasi)
f. Mata gatal, pandangan kabur, iritasi dan merah (penggunaan
secara tetes mata)
3. Efek Samping : muntah yang terus menerus, batuk berdarah,
demam, nyeri dada atau sulit bernapas
4. Dosis : penggunaan (dewasa) larutan Acetylcysteine 100 mg
sebanyak 6-10 mL, 3-4 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 220
mL setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan
Acetylcysteine 200 mg dapat digunakan sebanyak 3-5 mL, 3-4x
sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL setiap 2-6 jam bila
perlu. Untuk sediaan inhalasi pada pasien dengan trakeostomi dapat
digunakan larutan Acetylcysteine 100 mg atau 200 mg sebanyak 1-
2 mL setiap jam E. Furosemid :
Furosemida, yang dijual salah satunya dengan merek Lasix, adalah obat
yang digunakan untuk mengobati penumpukan cairan karena gagal
jantung, jaringan parut hati, atau penyakit ginjal. Furosemide juga
dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi
1. Indikasi : udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi
tambahan pada udem pulmonari akut dan udem otak yang
diharapkan mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat
2. Kontraindikasi : gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma
hepatik, defisiensi elektrolit, hipovolemia, hipersensitivitas.

92
3. Efek Samping : gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia,
hipotensi, peningkatan kreatinin darah
4. Dosis : dewasa : 20–50 mg suntikan IM/IV atau tablet 40 mg per
hari. Dosis maksimal 1.500 mg suntikan IM/IV per hari atau tablet
80 mg per hari. Anak: 0,5–1,5 mg/kgBB suntikan IM/IV per hari.
Dosis maksimal 20 mg suntikan IM/IV per hari
F. Ceftriaxone
Seftriakson adalah antibiotik yang berguna untuk pengobatan sejumlah
infeksi bakteri. Antibiotik ini termasuk golongan sefalosporin generasi
tiga
1. Indikasi : untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif maupun
gram positif
2. Kontraindikasi : pada individu dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap obat ini atau golongan sefalosporin lainnya.
3. Efek Samping : ruam kulit, aritmia, mual atau muntah, keringat
berlebihan
4. Dosis : yang diberikan biasanya berkisar antara 1–2 gram per 12
atau 24 jam, tergantung pada penyakit dan tingkat keparahan
infeksi
Lampiran 3 : Balance Cairan

Balance Cairan Tanggal


21 Maret 2022
Input :
1.Minum : 1750 ml
2.AM : 5 x 64 = 320 Total : 2070 Output :
1. Urine : 1.300 cc
2. IWL : 15 x 64 = 960 Total : 2260
Balance Cairan : 2070 – 2260 = -190 cc

93
Tanggal 22 Maret 2022
Input :
1.Minum : 900 ml
2.AM : 5 x 64 = 320 Total : 1220 Output :
1. Urine : 400
2. IWL : 15 x 64 = 960 Total : 1360
Balance Cairan : 1220 – 1360 = -140 cc

94
Lampiran 4 : Prosedure Tindakan

Prosedure Tindakan Pemberian Obat


A. Pre- Interaksi
1. Cek order di dalam catatan integrasi atau lembar unit dispending dose
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan/hand scoon 4. Siapkan obat dengan prinsip 7 benar
5. Siapkan alat-alat :
a. Obat sesuai order
b. Tempat obat
c. Baki/nampan/troly
d. Air minum dengan tempatnya
e. Sendok obat
f. Sarung tangan/ hand scoon
g. Lap makan/tissue
h. Unit dispending dose (UDD)
B. Tahap Orientasi
1. Berikan salam, minta pasien sebutkan nama dan tanggal lahir (sambil
cek atau memastikan di gelang pasien)
2. Jelaskan prosedure, tujuan, dan lamanya tindakan pada pasien/keluarga
C. Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan/tindakan
dilakukan
2. Menanyakan riwayat alergi
3. Jaga privacy pasien
4. Menyiapkan obat sesuai order
5. Jika obat berbentuk tablet/kapsul lakukan menuangkan obat ke dalam
tempat obat
6. Mengatur posisi pasien duduk atau posisi miring dan memasang
lap/tissue
7. Memberikan obat yang telah dipersiapkan/membantu pasien untuk
meminum obat
91

8. Memberikan air minum/buah pada waktu menelan obat dan


mengobservasi apakah obat sudah ditelan
9. Merapikan posisi pasien
10. Mengembalikan alat-alat pada tempatnya
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi hasil kegiatan
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Akhiri kegiatan
4. Lepas sarung tangan/hand scoon
5. Cuci tangan
E. Dokumentasi
Catat tindakan yang telah dilakukan di lembat catatan perkembangan
pasien terintegrasi (CPPT) dan di lembar unit dispending dose (UDD) dan
tulis nama serta paraf oleh petugas
92

Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Pembahasan : Hipertensi


Sasaran : Tn.M
Hari / tanggal : 23 Maret 2022
Tempat : Ruang Kardiologi, Kamar 405
Waktu : 20 menit
Penyuluh : Aisyah Hana Farida

I. TIU (Tujuan Intruksional Umum)


Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 1 x 20 menit
diharapkan Tn.M dapat memahami tentang hipertensi dan menyatakan
keinginan untuk mengetahui tentang hipertensi
II. TIK (Tujuan Intruksional Khusus)
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, pasien mampu :
1. Menjelaskan tentang hipertensi
2. Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala hipertensi
3. Menyebutkan 5 dari 8 faktor-faktor resiko hipertensi
4. Menyebutkan 3 dari 4 komplikasi hipertensi
5. Menyebutkan 4 dari 6 cara pencegahan hipertensi
6. Menyebutkan 3 dari 5 makanan yang dianjurkan untuk hipertensi 7.
Menyebutkan 2 dari 3 makanan yang tidak dianjurkan untuk
hipertensi
III. Materi Penyuluhan
1. Pengertian hipertensi
2. Tanda dan gejala hipertensi
3. Faktor-faktor resiko hipertensi
4. Komplikasi hipertensi
5. Pencegahan hipertensi
6. Makanan yang dianjurkan
7. Makanan yang tidak dianjurkan
93
IV. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
V. Media
1. Leaflet
2. Lembar balik
VI. Rencana Tindakan Penyuluhan
No Kegiatan Penyuluh Audience
.
1 Pembukaan a. Mengucapkan a. Menjawab
(5 menit) salam salam
Menyetujui
b. Melakukan kontrak b. kontrak
waktu Menyetujui
Menyampaikan tujuan
c. tujuan penyuluhan c.
penyuluhan
Melakukan Mengikuti
apresiasi apresiasi
d.
d.

2 Penyampaian 1. Menjelaskan a. Menyimak


Materi tentang diit penejelasan
(10 menit) rendah garam yang
diberikan
2. Menyebutkan dan
5 dari 8 berdiskusi
Menyimak
tanda dan gejala
penjelasan
3. hipertensi b. yang
Menyebutkan 5 diberikan
Menyimak
dari 8 faktorfaktor penjelasan
resiko yang
diberikan
4. hipertensi c.
Menyebutkan 3
dari 4 komplikasi
5. hipertensi
Menyebutkan 4
94
dari 6 cara d. Menyimak
pencegahan penjelasan
hipertensi yang
Menyebutkan 3 diberikan
dari 5 makanan e. Menyimak
6. yang dianjurkan penjelasan
untuk hipertensi yang
Menyebutkan diberikan
2 dari 3 f. Menyimak
7. makanan yang penjelasan
tidak yang
dianjurkan untuk diberikan
hipertensi g. Menyimak
penjelasan
yang
diberikan

3. Evaluasi a. Menjawab
(5 meni) Memberi pertanyaan
kesempatan Meyimak
a. b.
kepada kesimpulan
peserta Menjawab
untuk bertanya c. salam
Menyimpulkan
materi penyuluhan
b. dan hasil diskusi
Mengucap salam

c.
95

VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing
sebelum pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c. Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan
d. Mahasiswa dan peserta berada di tempat sesuai kontrak waktu
yang telah disepakati
2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Peserta aktif dalam diskusi tanya jawab
c. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 70% peserta dapat menyebutkan pengertian diit rendah garam,
tujuan dari diit rendah garam , macam- macam dari diit rendah
garam , makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh
dikonsumsi
b. Klien dapat memahami tentang hipertensi VIII. Pertanyaan
1. Menjelaskan tentang hipertensi
2. Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala hipertensi
3. Menyebutkan 5 dari 8 faktor-faktor resiko hipertensi
4. Menyebutkan 3 dari 4 komplikasi hipertensi
5. Menyebutkan 4 dari 6 cara pencegahan hipertensi
6. Menyebutkan 3 dari 5 makanan yang dianjurkan untuk
hipertensi
7. Menyebutkan 2 dari 3 makanan yang tidak dianjurkan untuk
hipertensi

96

MATERI HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal (apabila
tekanan darahnya sistol diatas 120 dan diastol diatas 90) yang dapat
menjadi penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler (jantung)
2. Tanda dan Gejala
a. Sakit kepala
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun
h. Epistaksis (mimisan)
3. Faktor-faktor resiko hipertensi
a. Riwayat keluarga
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Merokok, kebiasaan minum alcohol
e. Kurang aktivitas fisik
f. Kebiasaan minum kopi
g. Kebiasaan konsumsi makanan yang banyak mengandung garam
h. Kebiasaan konsumsi lemak dan jeroan
4. Komplikasi
a. Stroke
b. Infark miokardium (serangan jantung)
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
5. Pencegahan
a. Kontrol ke faskes terdekat
b. Meminum obat-obatan hipertensi anjuran dokter (Amlodipine,
Spironolacton, Catopril, dll) dengan teratur

97
c. Pengaturan diit rendah garam
d. Konsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi
e. Aktivitas fisik secara rutin
f. Kelola stress atau pikiran
6. Makanan yang dianjurkan
a. Sumber karbohidrat : Beras merah, roti gandum, singkong, ubi,
kentang, jagung
b. Sumber protein hewani : Daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, hati,
ikan
c. Sumber protein nabati : Tahu, tempe, kacang-kacangan
d. Sayuran : Bayam, sawi, selada, lobak hijau
e. Buah : Pisang, semangka, anggur, kiwi, delima, bit
7. Makanan yang tidak dianjurkan
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (jeroan, gajih, minyak
kelapa)
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit,
crakers, keripik atau makanan yang asin)
Makanan dan minuman kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran, serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink)
98
Lampiran 6 : Leaflet

Leaflet
99
Lampiran 7 : Lembar Balik

LEMBAR BALIK
100
101
102
Lampiran 8 : ECHO

ECHO

103
Lampiran 9 : EKG

104
EKG

Lampiran 10 : Foto Thorax

105
FOTO THORAX

Lampiran 11 : Hasil LAB

HASIL LAB

106
Lampiran 12 : Lembar Konsultasi

LEMBAR KONSULTASI
PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN STIKES RS HUSADA

107
Nama Pembimbing : Ns. Fendy Yesayas., M. Kep
Nama Mahasiswa : Aisyah Hana Farida
Judul Tugas Mahasiswa : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. M Dengan CHF
di Ruang Kardiologi Kamar 406 Rumah Sakit
Umum Daerah Koja Jakarta

No. Tanggal Konsultasi (saran/perbaiki) Tanda


Tangan

1. 29/03/2022 Konsul BAB I (perbaiki BAB I)

2. 04/04/2022 Konsul BAB I (menambahkan data)

3. 11/04/2022 Konsul BAB I dan BAB II

4. 13/04/2022 Konsul BAB II (perbaiki BAB II)

5. 19/04/2022 Konsul BAB II (menambahkan materi)

6. 25/04/2022 Konsul BAB II dan BAB III

7. 27/04/2022 Konsul BAB III (perbaiki BAB III)

8. 29/04/2022 Konsul BAB III dan BAB IV

9. 09/05/2022 Konsul BAB IV (perbaiki BAB IV)

10. 10/05/2022 ACC BAB I (perbaiki BAB II)

11. 17/05/2022 ACC BAB II dan BAB III (perbaiki BAB IV


dan BAB V)

12. 27/05/2022 Konsul revisi BAB IV dan BAB V (perbaiki


BAB IV dan V)
13. 08/06/2022 ACC BAB IV dan BAB V

14. 09/06/2022 ACC siap sidang

108

Anda mungkin juga menyukai