191002
Tanda Tangan :
Tanggal : 27 Juni 2022
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. M Dengan Gagal Jantung
Kongestif di Ruang Kardiologi Kamar 406 Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta”. Karya tulis ilmiah ini ditulis untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Rumah Sakit Husada
Jakarta. Dalam menyusun Laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mengalami
hambatan dan kesulitan, akan tetapi berkat bimbingan serta arahan dari berbagai
pihak, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu.
Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini
terutama kepada :
1. Ellynia, SE, MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah
Sakit Husada Jakarta
2. Ns. Fendy Yesayas, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
3. Enni Juliani, M.Kep, selaku penguji I dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini
4. Ns. Dwi Nuryani, S.Kep, selaku penguji II dalam penulisan Laporan Tugas
Akhir ini
5. Seluruh dosen pengajar dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah
Sakit Husada yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Husada
6. Dr. Ida Bagus Nyoman Banjar, MKM, selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Daerah Koja Jakarta yang telah memberikan lahan praktik kepada
penulis dan dalam usaha memperoleh data yang diperlukan
7. Ns. Iyar Samsiar, S.Kep, selaku Kepala Divisi Keperawatan yang telah
memfasilitasi pelaksanaan ujian
iv
8. Ns. Neni Diannilawati, S.Kep, selaku Kepala Ruangan Kardiologi di
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta yang telah membimbing banyak
bantuan selama praktek di ruangan
9. Didi Permana Amd.Kep, Santus Yohanes, Amk, dan Ade Ulfa Amd.Kep,
selaku kakak pembimbing penulis yang sudah membantu dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
10. Arief Heroe Santoso, Heny Harnaning, serta kakak dan adikku tersayang
dan semua keluarga besar yang selalu memberikan support, bantuan moril,
material serta doa bagi penulis selama membuat Laporan Tugas Akhir.
Terima kasih atas perjuangan dan pengorbanan yang selama ini diberikan
kepada penulis.
11. Sahabat perjuangan STIKes RS Husada yang sudah berjuang
bersamasama, memberikan semangat serta motivasi (Savyra, Mutiara,
Annisa, Suci, Candrasari)
12. Teman dekat saya yang selalu memberikan motivasi dan membantu penulis
dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (Bunga El Najma, Ikhsan
Fadila Susilo, Riasmara Irawan)
13. Sahabat SMA yang selalu memberikan semangat serta motivasi kepada
penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (Ayu, Salsa, Susi,
Nadia, Delfina, Ian, Rahmat, Fajar, Gunawan, Rezka, Dewa)
14. Teman kelompok KMB yang bersama-sama berjuang, memberikan
semangat (Bayu, Anis, Hindi, Maya)
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir, dan penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, maka penulis mohon maaf. Semoga
Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca.
v
DAFTAR ISI
vi
D. PELAKSANAAN KEPERAWATAN ............................................. 78
E. EVALUASI KEPERAWATAN ....................................................... 80
V. PENUTUP ............................................................................................ 81
A. KESIMPULAN………………………………………………………… 81
B. SARAN..............................................................................................
82
VI. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 83
DAFTAR SINGKATAN
vi
i
DAFTAR LAMPIRAN
Daftar Lampiran :
Lampiran 1 : Pathway 84
Lampiran 2 : Analisa Obat 86
Lampiran 3 : Balance Cairan 90
Lampiran 4 : Prosedure Tindakan 91
Lampiran 5 : SAP 93
Lampiran 6 : Leaflet 99
Lampiran 7 : Lembar Balik 100
Lampiran 8 : ECHO 103
Lampiran 9 : EKG 105
Lampiran 10 : Foto thorax 106
Lampiran 11 : Hasil LAB 107
Lampiran 12 : Lembar Konsultasi 108
vi
ii
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
besar kasus disebabkan oleh penyakit arteri koroner dan infark miokard.
Seiring waktu, penyakit arteri koroner dan diabetes mellitus telah menjadi
faktor predisposisi utama gagal jantung. Penyebab struktural lain dari gagal
1
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
dunia. Angka kematian ini, 85% diakibatkan oleh serangan jantung dan
Sakit Umum Daerah Koja Jakarta pasien yang masuk dengan kasus gagal
jantung menjadi lebih rendah dari curah jantung normal sehingga darah
bekerja dengan maksimal dalam darah. Dampak lain yang muncul adalah
dispnea. Dispnea pada pasien CHF juga dipengaruhi oleh aktivitas pasien
sehingga New York Heart Association (NYHA) atau kriteria yang dibuat
(Nirmalasari, 2017).
masalah pencernaan. Pada gagal jantung sebelah kanan yang lama, fungsi
mengganggu curah jantung lebih lanjut. Efusi pleura dan masalah paru lain
dapat terjadi, dan komplikasi mayor gagal jantung berat adalah syok.
berperilaku hidup sehat. Dalam upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu
secara teratur, minum obat, dan menjaga berat badan selalu stabil. Upaya
evaluasi keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
kongestif
dan praktik
C. Ruang Lingkup
satu kasus yaitu “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. M Dengan Gagal
D. Metode Penelitian
E. Sistem Penulisan
1. Definisi
dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Ini hasil
dari setiap gangguan yang mengganggu pengisian ventrikel atau ejeksi darah
penurunan toleransi latihan, dan retensi cairan (edeme paru dan perifer)
dimana jantung tidak bisa memompa darah secara adekuat untuk memenuhi
juga akan menurun yang dapat menurunkan kualitas hidup pasien. Terjadinya
dari curah jantung normal sehingga darah yang dipompa pada setiap kontriksi
dan karbondioksida antara udara dan darah di paru-paru. Hal ini akan
karbondioksida. Situasi ini akan memberikan suatu gejala seperti sesak napas
pasien CHF akan merasakan sesak saat beraktivitas ringan maupun sedang
2. Etiologi
yaitu serambi kanan dan kiri yang berada dibagian atas, serta bilik kanan dan
kiri yang ada dibagian bawah. Berdasarkan letak ruang jantung tersebut,
gagal jantung kongestif bisa dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu sebelah kiri,
besar kasus disebabkan oleh penyakit arteri koroner dsn infark miokard.
Seiring waktu, penyakit arteri koroner dan diabetes melitus telah menjadi
faktor predisposisi utama gagal jantung. Penyebab struktural lain dari gagal
3. Patofisiologi
memadai. Pada tahap awal gagal jantung kongestif, fisiologi jantung mencoba
hiperkontraktilitas miokard.
jantung dan menyebabkan gagal jantung progresif. Selain itu, sistem RAAS
tubuh, baik dalam keadaan istirahat maupun saat mengalami stress fisiologis.
keadaan-keadaan :
b. Kontraktilitas
serabut jantung
darah melawan tekanan yang diperlukan oleh tekanan arteri. Pada keadaan
gagal jantung, bila salah satu atau lebih dari keadaan di atas terganggu,
jantung.
akan membentuk asam di dalam tubuh. Situasi ini akan memberikan suatu
dan nyeri tekan pada kuadran kanan. Suplai darah yang didaerah otot dan
kulit, menyebabkan kulit menjadi pucat dan dingin serta timbul gejala letih,
4. Manifestasi klinis
jantung kongestif. Meski pada tahap awal gejalanya mungkin tidak akan
memburuknya kondisi yang diderita maka tanda dan gejalanya akan kian
nyata.
Setidaknya ada tiga tahapan gejala yang bisa dilihat pada seseorang
penderita gagal jantung kongestif. Yang pertama adalah gejala tahap awal.
signifikan, makin sering ingin buang air kecil, terutama saat malam hari
tanda dan gejala berikut ini : Denyut jantung tidak teratur, batuk-batuk karena
dipenuhi cairan. Sesak juga akan muncul ketika melakukan aktivitas fisik
ringan atau ketika sedang berbaring, sulit beraktivitas karena setiap kali
penderita sudah mengalami tanda dan gejala berupa : Menjalarnya rasa nyeri
di dada melalui tubuh bagian atas, kondisi ini bisa juga menandakan adanya
Pada kondisi gagal jantung kongestif berat, tanda dan gejala akan
dirasakan bahkan ketika tubuh sedang beristirahat. Pada tahap ini, penderita
5. Komplikasi
a. Hepatomegali
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas abdomen terjadi akibat
b. Aritmia ventrikel
mempunyai peranan.
c. Efusi pleura
cairan terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang pleura. Efusi pleura biasanya
dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari
6. Penatalaksanaan
a. Terapi
1) Farmakologi
angka kelangsungan hidup. Obat ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan
gangguan fungsi ginjal (kadar kalium serum > 5,0 mmol/L, serum kreatinin >
2,5mg/dl) Contoh obat : Captopril dosis awal 6,25mg (3x/hari), dosis target
1020mg (2x/hari), Lisinopril dosis awal 2,5-5mg (1x/hari), dosis target 20-
40mg
(1x/hari), Ramipril dosis awal 2,5mg (1x/hari), dosis target 5mg (2x/hari),
angina ( nyeri dada) akibat penyakit jantung. Obat ini tidak boleh diberikan
darah tinggi dan gagal jantung, mengurangi angka kematian karena penyebab
dengan dosis awal 4/8mg (1x/hari), dosis target 32mg (1x/hari), Valsartan
dengan dosis awal 40mg (2x/hari), dosis target 160mg (2x/hari), Losartan
(1x/hari), dosis target 40mg (1x/hari), Telmisartan dengan dosis awal 40mg
monitor fungsi ginjal dan serum elektrolit serial ketika ARB digunakan
bersama ACE
d) Penyekat β
aritmia jantung, dan untuk melindungi jantung dari serangan jantung kedua
(1x/hari), dosis target 10mg (1x/hari), Carvedilol dengan dosis awal 3,125mg
12,5/25mg (1x/hari), dosis target 200mg (1x/hari). Obat ini tidak boleh
dan 3, sindroma sinus sakit (tanpa pacu jantung permanen), sinus bradikardia
Non farmakologis
gagal jantung
b) Pembatasan cairan
c) Latihan fisik
kronik stabil. Program latihan fisik memberikan efek yang sama baik
Pasien harus memantau berat badan rutin setiap hari, jika terdapat
kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis
( IMT > 30 kg/m2) dengan gagal jantung, untuk mencegah perburukan gagal
7. Pengkajian Keperawatan
berikut :
beraktivitas
b. Riwayat kesehatan
saat ini, adanya batuk, nyeri dada atau abdomen, anoreksia atau mual,
risiko lain seperti hipertensi atau diabetes melitus, diet dan aktivitas yang
keadaan beristirahat)
pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah
stenosis katup
3) Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk
dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan denyut lemah)
mungkin ada
vena
7) Nyeri atau keamaan : nyeri dada , angina akut atau kronis, nyeri abdomen
11) Integritas ego : ansietas, khawatir, dan takut, stres yang berhubungan
medis)
d. Pemeriksaan penunjang
1) EKG (Elektrokardiogram)
fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah
2) Tes laboratorium :
kemungkinan saturasi oksigen rendah. Pada gagal ventrikel kiri hasil agd
paru-paru.
4) Ultra Sonogram
dan kondisi kesehatan kesehatan lainnya, alat ini memiliki kemampuan untuk
ventricular.
5) Katerisasi jantung
gagal jantung sisi kanan dan kiri, dan stenosis katup atau insufisiensi ( Majid,
2018). Pada gagal jantung kiri didapatkan (VEDP) 10 mmHg atau pulmonary
arterial wedge pressure > 12 mmHg dalam keadaan istirahat. Curah jantung
8. Diagnosa Keperawatan
jantung S3 atau S4, ejection fraction (EF) menurun, cardiac index (CI)
bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,
berlebihan)
asupan cairan, kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek
vincristine, tryptilinescarbamazepine)
hyperlipidemia)
tanda-tanda vital
peralatan tidur
9. Intervensi Keperawatan
perubahan afterload
dalam batas normal, nadi kuat >60 x/menit, tidak terjadi aritmia denyut
Intervensi :
bahan kimia iritan), agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,
berlebihan)
menurun
Intervensi :
membaik
Intervensi :
2) Auskultasi bunyi napas. Catat area yang menurun/tak ada bunyi napas
5) Tinggikan kepala tempat tidur, letakan pada posisi duduk tinggi atau
asupan cairan, kelebihan asupan natrium, gangguan aliran balik vena, efek
vincristine, tryptilinescarbamazepine)
membaik
Kriteria Hasil : klien bebas dari edema, klien dapat mempertahankan bunyi
paru bersih, berat badan stabil, turgor kulit baik, tidak ada oliguria
Intervensi :
fase akut
5) Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan
konstipasi
hyperlipidemia)
meningkat
Kriteria hasil : Kulit pasien tampak hangat dan lembab, pasien menyatakan
Intervensi :
1) Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaphoresis secara
teratur.
3) Ukur tanda-tanda vital dan periksa lab : Hb, Ht, BUN,AGD (Analisa
tanda-tanda vital
aktivitas meningkat
aktivitas harian.
Intervensi :
informasi
menurun
peralatan tidur
membaik
pengetahuan membaik
penyebab, efek dari penyakit, tanda dan gejala, mengetahui tindakan untuk
Intervensi :
yang spesifik
Intervesi :
terhadap kulit
saat itu dan kebutuhan yang dirasakan oleh pasien, implementasi keperawatan
dilakukan
direncanakan
b. Tindakan dilakukan dengan cara yang tepat, aman, serta sesuai dengan
kondisi pasien
dilakukan.
Pada tahap ini perawat membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan
dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan serta menilai apakah masalah
yang terjadi sudah teratasi seluruhnya, hanya sebagaian atau bahkan belum
kebutuhan pasien saat ini, perlu atau tindakan dirujuk ke tempat kesehatan
lain, dan apakah perlu menyusun ulang prioritas diagnosa agar kebutuhan
Pada bab ini penulis akan menguraikan asuhan keperawatan pada pasien Tn. M
dengan gagal jantung kongestif di ruang kardiologi kamar 406 Rumah Sakit
Umum Daerah Koja. Mulai dari tanggal 22 Maret 2022 sampai dengan 24 Maret
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 Maret 2022, data yang diperoleh penulis
1. Identitas Pasien
11/RW 04 Jakarta Timur, sumber biaya BPJS dan sumber informasi yang
2. Resume
Tn. M datang ke RSUD Koja pada tanggal 18 Maret 2022 melalui IGD
sesak nafas kurang lebih sudah 1 bulan, sesak hilang timbul lamanya 15-20
menit, nyeri perut lamanya sudah 1 minggu, meriang sudah 1 minggu, tidak
nafsu makan, pasien mengatakan mual, serta mengalami batuk, sakit kepala,
pasien terlihat lemas, terlihat tungkai kiri bawah bengkak. Keadaan umum
112x/menit, pernafasan 28x/menit, suhu 36.7 ºC, saturasi 95%. Hasil foto
klasifikasi dan elongasi aorta. Masalah keperawatan yang ada yaitu Pola
nafas tidak efektif, penurunan curah jantung, perfusi perifer tidak efektif,
dilakukan yaitu, memberikan infus 1 kolf RL/24 jam, memberikan obat oral
salbutamol 3x2 mg, ramipril 1x2 mg, PCT 3x500 mg, NAC 3x200 mg,
3. Riwayat Keperawatan
Sakit pada tahun 2019 pasien di rawat di Rumah Sakit karena sesak
nafas
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
: Hubungan
: Tinggal bersama
Klien merupakan anak ke 4 dari 4 bersaudara, ayah dan ibu klien sudah
hipertensi
dengan anak dan cucunya, klien juga mengatakan bila dirumah yang
mengingat klien yang sudah sering keluar masuk rumah sakit. Klien
ini, klien mengatakan dirinya kini tidak bisa beraktifitas seperti biasa
karena mudah lelah dan sesak. Klien mengatakan bila sedang ada
masalah maka klien istirahat. Hal yang saat ini sedang dipikirkan yaitu
1) Pola nutrisi
makanan.
2) Pola eliminasi
Sakit yaitu sekitar 6 kali warna urine kuning, klien tidak memiliki
bolak balik ke toilet. Pola BAB sehari sekali, waktu BAB tidak
perangsang BAB.
Sebelum sakit : mandi 2x sehari pada pagi dan sore hari, klien
seminggu.
selama masuk Rumah Sakit, dan belum sikat gigi juga belum
malam hari, dan siang hari sekitar 2 jam lama tidurnya. Di Rumah
Sakit : klien mengatakan lama tidur sekitar 4 jam pada malam hari
4. Pemeriksaan fisik
Berat badan sebelum sakit tidak terkaji karena klien lupa, sedangkan
saat ini berat badan klien 51 kg, tinggi badan klien 153 cm, tekanan
28x/menit, suhu tubuh klien 36.7ºC, keadaan umum klien sakit sedang,
b. Sistem penglihatan
keruh, sclera klien anikterik, pupil mata klien isokor, fungsi penglihatan
c. Sistem pendengaran
dari telinga tidak ada, tidak ada perasaan penuh pada telinga, tidak ada
d. Sistem wicara
Klien berbicara dengan jelas, tidak ada pelo, dysatria, dan kelainan
wicara lainnya.
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas klien tampak ada sumbatan yaitu sputum, pernafasan tidak
kuning pekat, hasil palpasi dada tidak ada nyeri, tidak ada kelainan
dada tampak simetris, suara nafas ronckhi, tidak ada nyeri saat
f. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 112 kali permenit, tekanan darah 156/91 mmHg,
teratur, kelainan bunyi jantung tidak ditemukan, sakit dada tidak ada.
g. Sistem hematologi
(NR 21.0-28.8), base excess -3.3 mmol/L (NR -2.5 - +2.5), natrium 143
mEq/L (NR 135-147), kalium 3.90 mEq/L (NR 3.5-5.0), klorida 105
mEq/L (NR 96-108), kreatinin 1.03 mg/dL (NR 0.67-1.17), ureum 23.2
i. Sistem pencernaan
gigi palsu, tidak terdapat stomatitis, lidah tampak kotor, salifa normal,
tidak ada muntah, tidak ada nyeri pada ulu hati, bising usus 8 kali
permenit, tidak terjadi diare, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba,
j. Sistem endokrin
k. Sistem urogenital
Balance cairan pasien per 24 jam, tidak ada perubahan pola berkemih,
warna urin kuning, tidak terdapat distensi kandung kemih, tidak ada
l. Sistem integument
Turgor kulit baik, akral teraba hangat, warna kulit kemerahan, keadaan
kulit baik tidak terdapat luka maupun lesi, tidak ada kelainan pada kulit,
kondisi kulit daerah pemasangan infus baik tidak terjadi kemerahan dan
bengkak.
m. Sistem musculoskeletal
tidak ada sakit pada tulang, sendi, ataupun kulit, klien mengatakan tidak
kekuatan otot ekstremitas kanan atas dan bawah 4444, ekstremitas kiri
5. Data tambahan
apa itu gagal jantung kongestif, namun masih kurang memahami mengenai
terjadi dan klien mengatakan sudah mengetahui makanan apa saya yang
6. Data penunjang
3.3 mmol/L (NR -2.5 - +2.5), natrium 143 mEq/L (NR 135-147), kalium
3.90 mEq/L (NR 3.5-5.0), klorida 105 mEq/L (NR 96-108), kreatinin 1.03
sewaktu 99 mg/dL (NR 70-200). Hasil foto thorax jantung kesan tidak
elongasi aorta.
7. Penatalaksanaan
Klien mendapat diit biasa atau lunak, klien mendapat terapi infus 1 kolf
Terapi obat oral : salbutamol 3x2 mg, ramipril 1x2 mg, PCT 3x500 mg,
Nacetyl cysteine (NAC) 3x200 mg, furosemide 1x40 mg, ceftriaxone 1x2 gr.
8. Data fokus
sudah sering keluar masuk rumah sakit, klien mengatan 1 bulan terakhir ini
kaki nya terasa kebas dan terlihat bengkak, klien mengatakan terkadang
28x/menit, suhu 36.7ºC, BB sebelum sakit tidak terkaji karena klien lupa,
BB sesudah sakit 51 kg, sklera anikterik, CRT lebih dari 2 detik, tungkai
bawah bagian kiri tampak bengkak, akral dingin, klien tampak lemah,
turgor kulit menurun, klien tampak sesak, tekanan darah 156/91 mmHg,
klien tidak mengetahui obat hipertensi harus diminum rutin, klien dan
akral teraba dingin, mukosa bibir kering. Status nutrient klien BB 51 kg,
TB 153 cm, IMT 21,7. Hasil AGD : p CO2 29.0 mm Hg (NR 32.0-45.0), p
klien tampak pucat, konjungtiva anemis, tidak nafsu makan dan mual, porsi
makan yang dihabiskan hanya ½ porsi, pola makan 3x/hari, bunyi suara
berpakaian, serta dalam melakukan BAK dan BAB, klien tampak dibantu
oleh keluarga dan perawat dalam pemenuhan aktifitas, balance cairan +300
9. Analisa data
No. Data Fokus Masalah Etiologi
melakukan aktivitas
- Pasien mengatakan
memiliki riwayat
rumah sakit
- Pasien mengatakan
1 bulan terakhir ini kaki
nya terasa kebas dan
terlihat
bengkak
DO :
- Kesadaran pasien
compos mentis
- TD 156/91 mmHg,
N 112x/menit, RR
28x/menit
- Ekstremitas bawah
bagian kiri tampak
bengkak, pasien tampak
lemah.
2. DS : Pola nafas tidak b.d
efektif
- Pasien mengatakan hambatan
sesak setelah upaya nafas
yang ditandai
melakukan aktivitas dengan adanya
sputum
- Pasien mengatakan
- Pasien mengatakan
berbaring
- Pasien mengatakan
dahak
DO :
- Pasien tidak
untuk mengeluarkan
sputum
- RR 28x/menit, N
112x/menit, terdapat
sumbatan sputum
- Pasien tampak
sesak
- Keadaan umum
lemah
3. DS : Perfusi b.d
perifer peningkatan
- Pasien mengatakan tidak efektif tekanan darah
kiri
- Pasien mengatakan
terkadang seperti
kesemutan
- Pasien mengatakan
memiliki riwayat
hipertensi
- Pasien mengatakan
mempunyai riwayat
merokok
DO :
- Akral dingin
- Terdapat edeme
bagian kiri
- Turgor kulit
menurun
- TD 156/91 mmHg
- Pasien tampak
pucat
- Konjungtiva
anemis
4. DS : Intoleransi b.d sesak nafas
aktivitas
- Keluarga pasien
mengatakan kebutuhan
- Pasien mengatakan
merasa tidak nyaman saat
bernafas, dan merasa
mudah
tahun
- Pasien mengatakan
hipertensi
- Pasien mengatakan
diminum
DO :
- TD 156/91 mmHg
- Pasien tidak
mengetahui obat
rutin
- Pasien mengatakan
kamar mandi
DO :
- Pasien tampak
lemah
- Usia pasien 81
tahun, kebutuhan ADL
dibantu oleh keluarga
B. Diagnosa Keperawatan
darah
terpapar informasi.
masuk rumah sakit, pasien mengatan 1 bulan terakhir ini kaki nya
lemah
Kriteria hasil : tekanan darah dalam batas normal 120/80 mmHg, nadi
Intervensi :
e. Posisikan semi-fowler
Pelaksanaan
tekanan darah pasien 156/91 mmHg. Pukul 10.00 WIB monitor intake
dan output cairan, didapatkan intake 752 dan output 690. Pukul 11.00
WIB monitor saturasi oksigen, saturasi pasien 98%. Pukul 11.30 WIB
mmHg. Pukul 18.00 WIB monitor intake dan output cairan, didapatkan
intake 752 dan output 690. Pukul 19.00 WIB monitor saturasi oksigen,
pasien 133/67 mmHg. Pukul 10.00 WIB monitor intake dan output
cairan, didapatkan intake 690 dan output 752. Pukul 11.00 WIB
intake dan output cairan, didapatkan intake 690 dan output 752. Pukul
Pukul 14.30 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah pasien 102/52
mmHg. Pukul 15.00 WIB monitor intake dan output cairan, didapatkan
intake 690 dan output 752. Pukul 16.00 WIB monitor saturasi oksigen,
dengan cukup. Pukul 07.00 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah
100/74 mmHg. Pukul 10.00 WIB monitor intake dan output cairan,
didapatkan intake 690 dan output 752. Pukul 11.00 WIB monitor
saturasi oksigen, saturasi pasien 99%. Pukul 13.00 WIB berikan posisi
Evaluasi
Intervensi :
c. Monitor sputum
e. Berikan oksigen
WIB, 20.00 WIB, dan 24.00 WIB) dan NAC 3x200 mg (oral,
Pelaksanaan
156/91 mmHg, suhu 36.7 ºC. Pukul 08.30 WIB monitor pola nafas,
obat. Pukul 15.00 WIB monitor TTV pasien TD 151/94 mmHg, suhu
36.6 ºC. Pukul 17.00 WIB monitor pola nafas, pasien tampak sedikit
obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua obatnya
pada posisi ini aliran balik vena ke jantung (preload) dan paru
terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua
mmHg, suhu 36.4 ºC. Pukul 09.00 WIB monitor pola nafas, sesak
fowler bila pasien terdapat kongesti paru lebih baik pasien diberikan
obat. Pukul 15.00 WIB monitor TTV pasien TD 149/100 mmHg, suhu
36.6 ºC. Pukul 17.00 WIB monitor pola nafas, sesak pasien berkurang,
18.00 WIB monitor bunyi nafas tambahan, tidak terdapat bunyi nafas
salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua obatnya dan
terdapat kongesti paru lebih baik pasien diberikan posisi fowler karena
NAC 200 mg, pasien meminum semua obatnya dan tidak menunjukan
pasien TD 102/52 mmHg, suhu 36.6 ºC. Pukul 15.00 WIB monitor
Pukul 16.00 WIB monitor bunyi nafas tambahan, suara ronkhi tidak
posisi fowler bila pasien terdapat kongesti paru lebih baik pasien
terapi obat salbutamol 2 mg, NAC 200 mg, pasien meminum semua
WIB monitor TTV pasien TD 110/89 mmHg, suhu 36.5 ºC. Pukul
obat. Pukul 07.00 WIB monitor TTV pasien TD 100/74 mmHg, suhu
paru lebih baik pasien diberikan posisi fowler karena posisi ini dapat
Evaluasi
dan g
darah
Data objektif : CRT lebih dari 2 detik, akral dingin, terdapat edeme
Intervensi :
kulit, suhu)
hipertensi)
edeme pada ekstremitas bawah bagian kiri, pengisian kapiler lebih dari
2 detik, warna kulit pucat, suhu 36.7 ºC. Pukul 09.30 WIB identifikasi
dan hipertensi sudah 1 tahun. Pukul 10.00 WIB monitor panas, nyeri
pada area edeme, terdapat bengkak pada ekstrmitas bawah bagian kiri.
Pukul 14.00 WIB anjurkan perawatan kulit yang tepat dengan cara
minyak untuk melembabkan kulit agar tidak kering. Pukul 16.00 WIB
suhu 36.4 ºC. Pukul 09.30 WIB identifikasi faktor resiko gangguan
tahun. Pukul 10.00 WIB monitor panas, nyeri atau bengkak pada
ekstremitas, pasien tidak demam, nyeri sudah tidak ada, bengkak pada
obat penurun tekanan darah secara teratur. Pukul 14.00 WIB anjurkan
WIB monitor panas, nyeri atau bengkak pada ekstremitas, pasien tidak
Pukul 13.00 WIB anjurkan minum obat penurun tekanan darah, pasien
pengisian kapiler kurang dari 2 detik, warna kulit membaik, suhu 36.6
Pukul 17.00 WIB monitor panas, nyeri atau bengkak pada ekstremitas,
pasien tidak demam, nyeri sudah tidak ada, bengkak pada ekstrmitas
bawah bagian kiri sudah membaik. Pukul 20.00 anjurkan minum obat
WIB anjurkan pasien istirahat. Pukul 08.00 WIB monitor panas, nyeri
pada area edeme, terdapat bengkak pada ekstrmitas bawah bagian kiri.
anjurkan pasien
istirahat.
Evaluasi
oleh keluarga seperti mandi, BAB dan BAK, ekstremitas bawah bagian
aktivitas sehari-hari
Intervensi :
perawatan diri)
Pelaksanaan
WIB memonitor pola tidur dan jam tidur, pasien dapat tidur siang 2
jam dan tidur malam 7 jam. Pukul 10.00 WIB memfasilitasi aktivitas
bertahap. Pukul 14.00 WIB memonitor pola tidur dan jam tidur, pasien
dapat tidur siang 2 jam dan tidur malam 7 jam. Pukul 20.00 WIB
fisik pasien berkurang. Pukul 09.00 WIB memonitor pola dan jam
tidur, pasien tidur siang 3 jam dan tidur malam 7 jam. Pukul 10.00
aktivitas fisik seperti berjalan, ke kamar mandi buang air kecil. Pukul
11.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien dapat istirahat dan tidur.
WIB memonitor pola tidur dan jam tidur, pasien dapat tidur siang 3
jam dan tidur malam 6 jam. Pukul 20.00 WIB memfasilitasi aktivitas
fisik pasien berkurang. Pukul 15.00 WIB memonitor pola dan jam
tidur, pasien tidur siang 3 jam dan tidur malam 8 jam. Pukul 17.00
aktivitas seperti biasa. Pukul 22.00 WIB memonitor pola tidur dan jam
tidur, pasien dapat tidur siang 3 jam dan tidur malam 7 jam. Pukul
24.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien dapat istirahat dan tidur.
dari tempat tidur ke kursi, buang air kecil ke kamar mandi. Pukul
13.00 WIB menganjurkan tirah baring, pasien dapat istirahat dan tidur.
Evaluasi
aktivitas berkurang
terpapar informasi
hipertensi
menurun Intervensi :
secara rutin
Pelaksanaan
obat ramipril secara rutin, pasien dapat meminum obat ramipril secara
rutin. Pukul 22.00 WIB monitor tekanan darah, tekanan darah pasien
secara rutin, pasien dapat meminum obat ramipril secara rutin. Pukul
secara rutin, pasien dapat meminum obat ramipril secara rutin. 23.00
oleh dokter.
Evaluasi
memahami dan paham tentang resiko akibat jika obat tidak dikonsumsi
secara rutin
mmHg,
keluarganya pulang
Kriteria hasil : jatuh dari tempat tidur menurun, jatuh saat berjalan
menurun
Intervensi :
Pelaksanaan
sudah terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 12.00 WIB mengatur
tempat tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur
dalam posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari
tempat tidur. Pukul 13.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang
tidak licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke
pasien baik. Pukul 16.00 WIB memastikan roda tempat tidur dalam
terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 20.00 WIB mengatur tempat
tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur dalam
posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari tempat
tidur. Pukul 21.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang tidak
licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke kamar
sudah terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 12.00 WIB mengatur
tempat tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur
dalam posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari
tempat tidur. Pukul 13.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang
tidak licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke
pasien baik. Pukul 16.00 WIB memastikan roda tempat tidur dalam
terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 20.00 WIB mengatur tempat
tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur dalam
posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari tempat
tidur. Pukul 21.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang tidak
licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke kamar
sudah terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 17.00 WIB mengatur
tempat tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur
dalam posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari
tempat tidur. Pukul 20.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang
tidak licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke
pasien baik. Pukul 22.00 WIB memastikan roda tempat tidur dalam
terpasang pada tempat tidur pasien. Pukul 08.00 WIB mengatur tempat
tidur mekanis pada posisi terendah, tempat tidur pasien diatur dalam
posisi rendah untuk mengurangi resiko jatuh jika turun dari tempat
tidur. Pukul 10.00 WIB menganjurkan memakai alas kaki yang tidak
licin, pasien memakai sendal jepit jika ingin berjalan maupun ke kamar
Evaluasi
Data subjektif : pasien mengatakan dirinya sudah tidak lemas lagi dan
dapat turun dari tempat tidur berjalan sambil pegangan Data objektif :
Pada bab ini penulis membahas mengenai kesenjangan antara teori dan kasus,
faktor-faktor pendukung dan penghambat serta alternative antara teori dan pada
Kongestif di ruang Kardiologi kamar 406 Rumah Sakit Umum Daerah Koja
Jakarta Utara yang telah dilaksanakan dari tanggal 22 Maret sampai 24 Maret
2022. Pembahasan ini akan disesuaikan dengan proses keperawatan mulai dari
keperawatan.
A. Pengkajian
penulis tidak menemukan kesenjangan antara teori dan kasus. Gagal jantung
darah tinggi membuat jantung kerja lebih keras, akibat jantung harus
sesuai dengan teori dan kasus yaitu merasa sesak, mual, nafsu makan
76
74
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
ringan, hal ini disebabkan karena jantung yang tidak dapat memompa cukup
gejala yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus yaitu distensi vena jugularis
tidak ditemukan pada pasien karena pasien belum terjadi edema paru
daerah abdomen, dikarenakan hasil palpasi abdomen teraba lembek dan baru
kesenjangan antara teori dengan kasus, pada pasien dengan gagal jantung
dan elektrolit, urinalisa, nitrogen urea darah (BUN), kreatinin serum, ultra
laboratorium darah dan elektrolit, kreatinin serum, dan analisa gas darah,
pemeriksaan lain tidak dilakukan karena hasil pemeriksaan ini sudah cukup
Pemeriksaan ini tidak dilakukan karena dengan gejala yang ada dan
pemeriksaan EKG dan foto thorax sudah dapat menentukan pasien dengan
gagal jantung kongestif disamping itu pasien merupakan pasien BPJS maka
Bisoprolol, Ramipril, dan Lasix untuk menjaga tekanan darah pasien agar
tetap dalam batas normal dan mengurangi retensi cairan yang terjadi pada
yang tidak sesuai dengan teori yaitu pasien diberikan terapi obat Salbutamol
untuk mengobati rasa sesak nafas, PCT untuk meredakan nyeri dan demam,
bakteri.
B. Diagnosa Keperawatan
beberapa diagnosa yang berbeda antara teori dan kasus. Diagnosa yang
Diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak ada di kasus yaitu nyeri
integritas kulit/jaringan.
C. Perencanaan Keperawatan
intervensi. Pada tahap ini perencanaan yang dibuat untuk pasien sudah
sesuai dengan teori dan program medis yang diberikan. Hanya saja dalam
D. Pelaksanaan Keperawatan
adanya kerja sama yang baik dengan perawat ruangan. Penulis melakukan
tindakan keperawatan mulai dari jam 07.30 WIB hingga jam 14.00 WIB
akibat tingkat sirkulasi oksigen yang tidak adekuat dan stagnasi darah di
jaringan perifer. Oksigenasi yang adekuat dan diuresis yang sesuai juga
tempat tidur harus ditinggikan 20 sampai 30 cm. Pada posisi ini aliran
pasien terdapat kongesti paru lebih baik pasien diberikan posisi fowler
Mengatur diit sehingga kerja dan ketegangan otot jantung minimal, dan
status nutrisi terpelihara, sesuai dengan selera dan pola makan pasien.
al., 2021).
berbagai hal yang masih kurang jelas, sarana yang digunakan dalam
banyaknya cairan infus yang masuk kepada perawat dan penulis juga
E. Evaluasi
macam evaluasi yaitu evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses dilakukan
tujuan yang disusun dari 5 diagnosa yang diangkat. Evaluasi yang didapat
dari 5 diagnosa yang diangkat, hanya 3 diagnosa yang teratasi yaitu pola
kurang terpapar informasi dengan pasien sudah tidak merasa sesak nafas,
batuk tetapi tidak keluar dahak, sudah tidak terhambat untuk melakukan
peningkatan tekanan darah dan untuk diagnosa yang tujuan belum tercapai
Pada bab ini penulis menguraikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil
pasien Tn.M dengan gagal jantung kongestif di Ruang Kardiologi Kamar 406
Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta, maka penulis dapat mengambil
A. Kesimpulan
karena penyakit hipertensi. Tanda dan gejala yang ditemukan pada pasien
semua ada pada teori kecuali distensi vena jugularis, hepatomegaly, dan
acites. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien semua ada pada
teori yaitu pola nafas tidak efektif, penurunan curah jantung, perfusi perifer
Semua intervensi yang penulis susun sesuai dengan yang ada pada teori.
berbagai hal yang masih kurang jelas, sarana yang digunakan dalam
81
Prodi Diploma Tiga Keperawatan STIKes RS Husada
82
yang tujuan tercapai yaitu pola nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas,
defisit pengetahuan tentang hipertensi, dan tujuan yang tidak tercapai yaitu
B. Saran
2. Perawat
3. Mahasiswa
83
Daftar Pustaka
Anies. (2021). Penyakit jantung & pembuluh darah (C. Farmadiani (ed.)).
Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Laksmini, P., Rahayu, S., Feng Lin, M., Yunita Prabawati, C., & Sulistyo Budhi,
B. (2020). Ekspresi Emosi (EE) dan Gejala Yang Muncul Pada Pasien Gagal
Jantung. Jurnal Kesehatan Dr. Soebandi, 8(2), 88–91.
https://doi.org/10.36858/jkds.v8i2.181
Malik, A., Brito, D., & Vaqar, S. (2021). Congestive Heart Failure (Updated 2021
Nov 2). Critical Care Nursing Clinics of North America, 15(4), 1–13.
https://doi.org/10.1016/S0899-5885(03)00056-X
Lampiran 1 : Pathway
Pathway
Infark Miokard
Hipertrofi Ventrikel
Disfungsi diastolik
dan sistolik, iskemia,
miokardium dan
aritmia
Curah jantung
menurun Tekanan
hidrostatik
>> tekanan
osmotik
Hipertrofi
ventrikel
Transudasi
cairan ke
Pengisian
interstital
ventrikel kiri
menurun
Pembesaran
cairan ke
alveoli
84
Aliran darah Edema
ke jantung paru
tidak adekuat
Pengembanga
n paru tidak
Perfusi Penurunan optimal
perifer curah
tidak jantung
efektif
Pola nafas
tidak efektif
Suplai darah
pada jaringan
menurun
Metabolisme
anaerobik
Energi
menurun
Fatigue
(Kelelahan)
Intoleransi
aktivitas
(Sumber : (Malik et al., 2021))
Analisa Obat
A. Salbutamol
Salbutamol, juga dikenal sebagai albuterol dan dipasarkan sebagai
Ventolin, adalah obat yang digunakan membuka saluran napas di
paruparu. Obat ini digunakan untuk mengobati asma, penyempitan
bronkus yang dipicu olahraga, dan penyakit paru obstruktif kronis
1. Indikasi : asma bronkial, penyakit paru obstruktif kronis, bronkitis,
dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran napas
yang reversibel
2. Kontraindikasi : detak jantung terlalu cepat, detak jantung terlalu
lambat, atau tidak teratur (aritmia), dada terasa tertekan atau nyeri
dada, demam atau menggigil, sesak napas, gangguan penglihatan,
pingsan
3. Efek Samping : aritmia, demam atau menggigil, sesak napas
4. Dosis : dewasa dan anak-anak usia >12 tahun: 2–4 mg, 3–4 kali
sehari. Dosis dapat ditingkatkan sampai maksimal 8 mg, 3–4 kali
sehari
B. Ramipril
Ramipril adalah obat untuk menangani hipertensi. Selain itu, obat ini
juga digunakan dalam pengobatan gagal jantung dan setelah serangan
jantung. Ramipril merupakan obat golongan ACE inhibitor yang
bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II
1. Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang; gagal jantung kongestif
(tambahan); setelah infark miokard pada pasien dengan gagal
jantung yang terbukti secara klinis; pasien rentan usia diatas 55
tahun, pencegahan infark miokard, stroke, kematian kardiovaskular
atau membutuhkan revaskularisasi
2. Kontraindikasi : pada pasien yang hipersensitif terhadap produk ini
atau obat angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEI) lainnya.
89
86
91
b. Reaksi hipersensitivitas seperti angiodema, gatal (pruritus),
urtikaria, kulit kemerahan (rash), takikardi, hipotensi
c. Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare
d. Reaksi anafilaktoid terutama setelah pemberian obat secara
intravena (reaksi hipersensitivitas terhadap obat Acetylcysteine
yang ditandai dengan kulit kemerahan, hipotensi dan/atau sesak
napas)
e. Batuk darah (haemoptysis), hidung berair (rhinorrhea) dan
stomatitis (penggunaan secara inhalasi)
f. Mata gatal, pandangan kabur, iritasi dan merah (penggunaan
secara tetes mata)
3. Efek Samping : muntah yang terus menerus, batuk berdarah,
demam, nyeri dada atau sulit bernapas
4. Dosis : penggunaan (dewasa) larutan Acetylcysteine 100 mg
sebanyak 6-10 mL, 3-4 kali sehari, dapat ditingkatkan menjadi 220
mL setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan
Acetylcysteine 200 mg dapat digunakan sebanyak 3-5 mL, 3-4x
sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL setiap 2-6 jam bila
perlu. Untuk sediaan inhalasi pada pasien dengan trakeostomi dapat
digunakan larutan Acetylcysteine 100 mg atau 200 mg sebanyak 1-
2 mL setiap jam E. Furosemid :
Furosemida, yang dijual salah satunya dengan merek Lasix, adalah obat
yang digunakan untuk mengobati penumpukan cairan karena gagal
jantung, jaringan parut hati, atau penyakit ginjal. Furosemide juga
dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah tinggi
1. Indikasi : udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. Terapi
tambahan pada udem pulmonari akut dan udem otak yang
diharapkan mendapat onset diuresis yang kuat dan cepat
2. Kontraindikasi : gagal ginjal dengan anuria, prekoma dan koma
hepatik, defisiensi elektrolit, hipovolemia, hipersensitivitas.
92
3. Efek Samping : gangguan elektrolit, dehidrasi, hipovolemia,
hipotensi, peningkatan kreatinin darah
4. Dosis : dewasa : 20–50 mg suntikan IM/IV atau tablet 40 mg per
hari. Dosis maksimal 1.500 mg suntikan IM/IV per hari atau tablet
80 mg per hari. Anak: 0,5–1,5 mg/kgBB suntikan IM/IV per hari.
Dosis maksimal 20 mg suntikan IM/IV per hari
F. Ceftriaxone
Seftriakson adalah antibiotik yang berguna untuk pengobatan sejumlah
infeksi bakteri. Antibiotik ini termasuk golongan sefalosporin generasi
tiga
1. Indikasi : untuk mengatasi infeksi bakteri gram negatif maupun
gram positif
2. Kontraindikasi : pada individu dengan riwayat hipersensitivitas
terhadap obat ini atau golongan sefalosporin lainnya.
3. Efek Samping : ruam kulit, aritmia, mual atau muntah, keringat
berlebihan
4. Dosis : yang diberikan biasanya berkisar antara 1–2 gram per 12
atau 24 jam, tergantung pada penyakit dan tingkat keparahan
infeksi
Lampiran 3 : Balance Cairan
93
Tanggal 22 Maret 2022
Input :
1.Minum : 900 ml
2.AM : 5 x 64 = 320 Total : 1220 Output :
1. Urine : 400
2. IWL : 15 x 64 = 960 Total : 1360
Balance Cairan : 1220 – 1360 = -140 cc
94
Lampiran 4 : Prosedure Tindakan
3. Evaluasi a. Menjawab
(5 meni) Memberi pertanyaan
kesempatan Meyimak
a. b.
kepada kesimpulan
peserta Menjawab
untuk bertanya c. salam
Menyimpulkan
materi penyuluhan
b. dan hasil diskusi
Mengucap salam
c.
95
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah dikonsultasikan kepada pembimbing
sebelum pelaksanaan
b. Pemberi materi telah menguasai seluruh materi
c. Tempat dipersiapkan H-3 sebelum pelaksanaan
d. Mahasiswa dan peserta berada di tempat sesuai kontrak waktu
yang telah disepakati
2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Peserta aktif dalam diskusi tanya jawab
c. Peserta mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Evaluasi Hasil
a. 70% peserta dapat menyebutkan pengertian diit rendah garam,
tujuan dari diit rendah garam , macam- macam dari diit rendah
garam , makanan yang boleh dikonsumsi dan tidak boleh
dikonsumsi
b. Klien dapat memahami tentang hipertensi VIII. Pertanyaan
1. Menjelaskan tentang hipertensi
2. Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala hipertensi
3. Menyebutkan 5 dari 8 faktor-faktor resiko hipertensi
4. Menyebutkan 3 dari 4 komplikasi hipertensi
5. Menyebutkan 4 dari 6 cara pencegahan hipertensi
6. Menyebutkan 3 dari 5 makanan yang dianjurkan untuk
hipertensi
7. Menyebutkan 2 dari 3 makanan yang tidak dianjurkan untuk
hipertensi
96
MATERI HIPERTENSI
1. Pengertian
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah abnormal (apabila
tekanan darahnya sistol diatas 120 dan diastol diatas 90) yang dapat
menjadi penyebab utama timbulnya penyakit kardiovaskuler (jantung)
2. Tanda dan Gejala
a. Sakit kepala
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun
h. Epistaksis (mimisan)
3. Faktor-faktor resiko hipertensi
a. Riwayat keluarga
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Merokok, kebiasaan minum alcohol
e. Kurang aktivitas fisik
f. Kebiasaan minum kopi
g. Kebiasaan konsumsi makanan yang banyak mengandung garam
h. Kebiasaan konsumsi lemak dan jeroan
4. Komplikasi
a. Stroke
b. Infark miokardium (serangan jantung)
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
5. Pencegahan
a. Kontrol ke faskes terdekat
b. Meminum obat-obatan hipertensi anjuran dokter (Amlodipine,
Spironolacton, Catopril, dll) dengan teratur
97
c. Pengaturan diit rendah garam
d. Konsumsi makanan yang sehat dan bernutrisi
e. Aktivitas fisik secara rutin
f. Kelola stress atau pikiran
6. Makanan yang dianjurkan
a. Sumber karbohidrat : Beras merah, roti gandum, singkong, ubi,
kentang, jagung
b. Sumber protein hewani : Daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, hati,
ikan
c. Sumber protein nabati : Tahu, tempe, kacang-kacangan
d. Sayuran : Bayam, sawi, selada, lobak hijau
e. Buah : Pisang, semangka, anggur, kiwi, delima, bit
7. Makanan yang tidak dianjurkan
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (jeroan, gajih, minyak
kelapa)
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit,
crakers, keripik atau makanan yang asin)
Makanan dan minuman kaleng (sarden, sosis, kornet, sayuran, serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink)
98
Lampiran 6 : Leaflet
Leaflet
99
Lampiran 7 : Lembar Balik
LEMBAR BALIK
100
101
102
Lampiran 8 : ECHO
ECHO
103
Lampiran 9 : EKG
104
EKG
105
FOTO THORAX
HASIL LAB
106
Lampiran 12 : Lembar Konsultasi
LEMBAR KONSULTASI
PRODI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN STIKES RS HUSADA
107
Nama Pembimbing : Ns. Fendy Yesayas., M. Kep
Nama Mahasiswa : Aisyah Hana Farida
Judul Tugas Mahasiswa : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. M Dengan CHF
di Ruang Kardiologi Kamar 406 Rumah Sakit
Umum Daerah Koja Jakarta
108