Anda di halaman 1dari 5

Waham [SDKI D.

0105]

Waham merupakan diagnosis keperawatan yang didefinisikan sebagai


keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan secara kuat atau
terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

Diagnosis ini diberi kode D.0105, masuk dalam kategori psikologis,


subkategori integritas ego dalam Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).

Dalam artikel ini, kita akan belajar diagnosis keperawatan waham secara
komprehensif, namun dengan Bahasa sederhana agar lebih mudah dimengerti.

Kita akan mempelajari tanda dan gejala yang harus muncul untuk dapat mengangkat
diagnosis ini, bagaimana cara menulis diagnosis dan luaran, serta memilih intervensi
utamanya.

Baca seluruh artikel atau lihat bagian yang anda inginkan pada daftar isi berikut:

 Tanda dan Gejala


 Penyebab (Etiologi)
 Penulisan Diagnosis
 Luaran (HYD)
 Intervensi
o Manajemen Waham (I.09295)
o Orientasi Realita (I.09297)
 Diagnosis Terkait
 Referensi

Tanda dan Gejala

Untuk dapat mengangkat diagnosis ini, Perawat harus memastikan bahwa tanda dan
gejala dibawah ini muncul pada pasien, yaitu:

DS:

 Mengungkapkan isi waham

DO:

 Menunjukkan perilaku sesuai isi waham


 Isi pikir tidak sesuai realitas
 Isi pembicaraan sulit dimengerti

Bila data diatas tidak tampak pada pasien, maka Perawat harus melihat
kemungkinan masalah lain pada daftar diagnosis keperawatan, atau diagnosis
keperawatan lain yang masuk dalam sub kategori integritas ego pada SDKI.
Penyebab (Etiologi)

Penyebab (etiologi) dalam diagnosis keperawatan adalah faktor-faktor yang


mempengaruhi perubahan status kesehatan.

Etiologi inilah yang digunakan oleh Perawat untuk mengisi bagian “berhubungan


dengan ….” pada struktur diagnosis keperawatan.

Adapun penyebab (etiologi) untuk masalah waham adalah:

1. Faktor biologis: kelainan genetik/keturunan, kelainan neurologis (mis: gangguan


sistem limbik, gangguan ganglia basalis, tumor otak)
2. Faktor psikodinamik (mis: isolasi sosial, hipersensitif)
3. Maladaptasi
4. Stres berlebihan

Penulisan Diagnosis

Diagnosis ini merupakan diagnosis keperawatan aktual, yang berarti penulisannya


menggunakan metode tiga bagian, yaitu:

[masalah] + [penyebab] + [tanda/gejala].

Sehingga contoh penulisannya menjadi seperti ini:

Waham berhubungan dengan stres berlebihan dibuktikan


dengan mengungkapkan isi waham, menunjukkan perilaku sesuai isi waham,
isi pikir tidak sesuai realitas, isi pembicaraan sulit dimengerti.

Atau bila rumusannya kita disederhanakan, maka dapat menjadi:

Waham b.d stres berlebihan d.d mengungkapkan isi waham, menunjukkan perilaku


sesuai isi waham, isi pikir tidak sesuai realitas, isi pembicaraan sulit dimengerti.

Perhatikan:

1. Masalah = waham
2. Penyebab = stres berlebihan
3. Tanda/gejala = mengungkapkan isi waham., dst
4. b.d = berhubungan dengan
5. d.d = dibuktikan dengan
Pelajari lebih rinci pada: “Cara menulis diagnosis keperawatan sesuai SDKI.”

Luaran (HYD)

Dalam Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), luaran utama untuk diagnosis
waham adalah: “status orientasi membaik.”

Status orientasi membaik diberi kode L.09090 dalam SLKI.


Status orientasi membaik berarti membaiknya keyakinan yang sesuai dengan
kenyataan.

Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status orientasi membaik adalah:

1. Verbalisasi waham menurun


2. Perilaku waham menurun
3. Perilaku sesuai realita membaik
4. Isi pikir sesuai realita membaik
5. Pembicaraan membaik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus memastikan bahwa penulisan
terdiri dari 3 komponen, yaitu:

[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].

Contoh:

Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status orientasi


membaik, dengan kriteria hasil:

1. Verbalisasi waham menurun


2. Perilaku waham menurun
3. Perilaku sesuai realita membaik
4. Isi pikir sesuai realita membaik
5. Pembicaraan membaik
Perhatikan:

1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status


orientasi
2. Ekspektasi = Membaik
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,
Lebih jelas baca artikel “Cara menulis luaran keperawatan sesuai SLKI.”

Intervensi

Saat merumuskan intervensi apa yang harus diberikan kepada pasien, perawat
harus memastikan bahwa intervensi dapat mengatasi penyebab.

Namun bila penyebabnya tidak dapat secara langsung diatasi, maka perawat harus
memastikan bahwa intervensi yang dipilih dapat mengatasi tanda/gejala.

Selain itu, perawat juga harus memastikan bahwa intervensi dapat mengukur luaran
keperawatan.

Selengkapnya baca di “Cara menentukan intervensi keperawatan sesuai SIKI”.

Dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi utama untuk


diagnosis waham adalah:
1. Manajemen waham
2. Orientasi realita

Manajemen Waham (I.09295)

Intervensi manajemen waham dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI) diberi kode (I.09295).

Manajemen waham adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan mengelola kenyamanan, keamanan, dan orientasi realitas
pasien yang mengalami keyakinan yang keliru dan menetap yang sedikit atau
sama sekali tidak berdasar pada kenyataan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi ini berdasarkan SIKI, antara lain:

Observasi

 Monitor waham yang isinya membahayakan diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan
 Monitor efek terapeutik dan efek samping obat

Terapeutik

 Bina hubungan interpersonal saling percaya


 Tunjukkan sikap tidak menghakimi secara konsisten
 Diskusikan waham dengan berfokus pada perasaan yang mendasari waham
(“Anda terlihat seperti sedang merasa ketakutan”)
 Hindari perdebatan tentang keyakinan yang keliru, nyatakan keraguan sesuai
fakta
 Hindari memperkuat gagasan waham
 Sediakan lingkungan aman dan nyaman
 Berikan aktivitas rekreasi dan pengalihan sesuai kebutuhan
 Lakukan intervensi pengontrolan perilaku waham (Mis: limit setting, pembatasan
wilayah, pengekangan fisik, atau seklusi)
Edukasi

 Anjurkan mengungkapkan dan memvalidasi waham (uji realitas) dengan orang


yang dipercaya (pemberi asuhan/keluarga)
 Anjurkan melakukan rutinitas harian secara konsisten
 Latih manajemen stres
 Jelaskan tentang waham serta penyakit terkait (mis: delirium, skizofrenia, atau
depresi), cara mengatasi dan obat yang diberikan
Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat, sesuai indikasi


Orientasi Realita (I.09297)

Intervensi orientasi realita dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)


diberi kode (I.09297).

Orientasi realita adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


meningkatkan kesadaran terhadap identitas diri, waktu, dan lingkungan.

Tindakan yang dilakukan pada intervensi orientasi realita berdasarkan SIKI, antara
lain:

Observasi

 Monitor perubahan orientasi


 Monitor perubahan kognitif dan perilaku

Terapeutik

 Perkenalkan nama saat memulai interaksi


 Orientasikan orang, tempat, dan waktu
 Hadirkan realita (mis: beri penjelasan alternatif, hindari perdebatan)
 Sediakan lingkungan dan rutinitas secara konsisten
 Atur stimulus sensorik dan lingkungan (mis: kunjungan, pemandangan, suara,
pencahayaan, bau, dan sentuhan)
 Gunakan simbol dalam mengorientasikan lingkungan (mis: tanda, gambar, warna)
 Libatkan dalam terapi kelompok orientasi
 Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup, sesuai kebutuhan
 Fasilitasi akses informasi (mis: televisi, surat kabad, radio), jika perlu

Edukasi

 Anjurkan perawatan diri secara mandiri


 Anjurkan penggunaan alat bantu (mis: kacamata, alat bantu dengar, gigi palsu)
 Ajarkan keluarga dalam perawatan orientasi lansia

Referensi

1. PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
2. PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.
3. PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai