Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/342465257

Anemia Defisiensi Besi

Book · June 2019

CITATION READS

1 3,106

1 author:

Wiwit Dwi Nurbadriyah


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Malang
16 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Wiwit Dwi Nurbadriyah on 26 June 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta

Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4


Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri
atas hak moral dan hak ekonomi.
Pembatasan Pelindungan Pasal 26
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku
terhadap:
i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan
peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian
ilmu pengetahuan;
iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,
kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar;
dan
iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang
memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin
Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.
Sanksi Pelanggaran Pasal 113
1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak
Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak
Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Wiwit Dwi Nurbadriyah, M.Kep.
ANEMIA DEFISIENSI BESI

Wiwit Dwi Nurbadriyah

Desain cover
Nama

Sumber
link

Tata letak:
Amira Dzatin Nabila

Proofreader:
Nama

Ukuran:
vii, 50 hlm, Uk: 15.5x23 cm

ISBN:
No ISBN

Cetakan Pertama:
November 2018

Hak Cipta 2018, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2018 by Deepublish Publisher
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau
memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata`ala,


karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan buku yang berjudul
Anemia Defisiensi Besi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga buku ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Semoga buku ini memberikan informasi bagi mahasiswa dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu keperawatan
khususnya sistem hematologi.

Malang, Juli 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
BAB 1
KONSEP ANEMIA DEFISIENSI BESI ............................................... 1
1.1 Definisi ..................................................................................... 1
1.2 Etiologi ..................................................................................... 2
1.3 Patofisiologi .............................................................................. 9
1.4 Zat Besi Dalam Tubuh............................................................. 12
1.5 Metabolisme Besi .................................................................... 12
1.6 Zat gizi yang berperan dalam metabolisme zat besi .................. 15
1.7 Sumber Besi ............................................................................ 16
1.8 Absorbsi zat besi ..................................................................... 16
1.9 Faktor yang mempengaruhi absorbsi zat besi ........................... 18
1.10 Manifestasi Klinis ................................................................... 19
1.11 Dampak Anemia Defisiensi Besi ............................................. 23
1.12 Pemeriksaan laboratorium ....................................................... 24
1.13 Diagnosis ................................................................................ 26
BAB 2
PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN ................................. 29
2.1 Pencegahan ............................................................................. 29
2.2 Tingkat kecukupan konsumsi zat besi ...................................... 30
2.3 Penatalaksanaan ...................................................................... 33
2.4 Prognosis ................................................................................ 37
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................... 38
3.1 Pengkajian .............................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 48

vi
BAB 1
KONSEP ANEMIA DEFISIENSI BESI

1.1 Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul karena
kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi
lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wirjatmadi, 2012)
Menurut Kiswari (2014) adalah anemia defisiensi besi bisa
merupakan akibat yang utama karena kehilangan darah atau tidak
memadainya masukan besi. Hal ini juga dapat merupakan kondisi
sekunder yang disebabkan proses penyakit atau kondisi yang menguras
cadangan besi, seperti perdarahan saluran pencernaan atau karena
kehamilan.
Menurut Supandiman (2007) anemia defisiensi besi adalah anemia
yang sekunder terhadap kekurangan besi yang tersedia untuk sintesa
hemoglobin. Oleh karena itu besi merupakan bagian dari molekul
hemoglobin maka dengan berkurangnya besi, sintesa hemoglobin
berkurang dan akhirnya adalah kadar hemoglobin akan menurun.
Menurut Brunner dan Suddarth (2011) anemia defisiensi besi
adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat
normal. (besi diperlukan untuk sintesa hemoglobin). Merupakan jenis
anemia paling sering pada semua kelompok umur.
Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan
oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesa hemoglobin. Anemia
ini merupakan bentuk anemia yang paling sering ditemukan di dunia,
terutama di Negara yang sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30%
penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan
anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi lebih sering ditemukan di negara
yang sedang berkembang sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang
terbatas, masukan protein hewani yang rendah, dan investasi parasit
merupakan masalah endemik. Saat ini di Indonesia anemia defisiensi besi

1
masih merupakan salah satu masalah gizi utama di samping kekurangan
kalori-protein, vitamin A dan yodium (Respati, 2012).
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah (yang
berfungsi membawa oksigen) mengalami penurunan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi pada
manusia dan bergantung pada usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan
tahap kehamilan (WHO, 2008).
Anemia adalah kondisi klinis yang terjadi akibat insufisiensi
kebutuhan sel darah merah (SDM), baik volume total SDM maupun
kuantitas hemoglobin. Hipoksia terjadi karena jaringan tubuh tidak adekuat
dalam mendapatkan oksigen. Anemia bukan merupakan penyakit
tersendiri, melainkan merupakan dampak dari berbagai proses patologis
yang menyebabkan abnormalitas jumlah SDM dan struktur atau fungsi
SDM (Black & Hakws, 2009).
Kadar hemoglobin (Hb) digunakan untuk membagi derajat anemia.
Klien dengan anemia ringan (Hb 10-14 g/dL) umumnya tidak
menunjukkan gejala apapun, gejala timbul seiring dengan peningkatan
keparahannya. Klien dengan anemia sedang (Hb 6-10 g/dL) dapat
menunjukkan dipsnea, palpitasi,diaforesis saat aktivitas, dan kelemahan
kronis. Anemia berat (HB <6 g/dL) dapat asimtomatik karena anemia
berkembang secara bertahap, sementara yang lain dapat menunjukkan
manifestasi klinis yang signifikan di berbagai organ tubuh.

1.2 Etiologi
1.2.1 Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama
dan masa remaja kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode
ini insiden ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya
meningkat 3 kali dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali
lipat dibanding saat lahir. Bayi prematur dengan pertumbuhan sangat
cepat, pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali dan massa
hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.

2
1.2.2 Kurangnya besi yang diserap
a. Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat
Seorang bayi pada 1 tahun pertama kehidupannya membutuhkan
makanan yang banyak mengandung besi. Bayi cukup bulan akan menyerap
lebih kurang 200 mg besi selama 1 tahun pertama (0,5 mg/hari) yang
terutama digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI
eksklusif jarang menderita kekurangan besi pada 6 bulan pertama. Hal ini
disebabkan besi yang terkandung di dalam ASI lebih mudah diserap
dibandingkan besi yang terkandung dalam susu formula. Diperkirakan
sekitar 40% besi dalam ASI diabsorbsi bayi, sedangkan dari PASI hanya
10 % besi dapat diabsorbsi.
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan
makanan yang berasal dari hewan. Di samping banyak mengandung zat
besi serapan zat besi dari makanan tersebut 20% - 30%. Sayangnya
sebagian besar penduduk di negara sedang berkembang belum
menghadirkan bahan makan tersebut di rumah dan ditambah kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi
(seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan. Minum teh
setelah makan menyebabkan hambatan penyerapan zat besi hingga 80%
(Manampiring, 2008).
b. Malabsorbsi besi
Pada orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total
sering disertai ADB walaupun penderita mendapat makanan yang cukup
besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan
lebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan besi
heme dan non heme.

1.2.3 Perdarahan
Kehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab penting
terjadinya ADB. Kehilangan darah akan mempengaruhi keseimbangan
status besi. Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi
0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/hari (1,5-2 mg besi) dapat
mengakibatkan keseimbangan negatif besi.

3
1.2.4 Transfusi feto-maternal
Kebocoran darah yang kronis kedalam sirkulasi ibu akan
menyebabkan ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus,

1.2.5 Peningkatan Kesehatan


Kebutuhan akan zat besi meningkat selama kehamilan, masa
balita, anak usia sekolah dan masa remaja. Pada masa balita, usia sekolah
dan remaja, zat besi dibutuhkan untuk proses tumbuh kembang yang cepat
sehingga membutuhkan zat besi yang banyak.

Tabel 1.1 Penyebab anemia dapat dibagi dalam penyebab langsung


dan penyebab tidak langsung yaitu:
Penyebab Langsung Batas Nilai Hb
1. Jumlah Fe dalam makanan - Ketersediaan Fe dalam bahan
tidak cukup makanan rendah
- Praktik pemberian makanan kurang
baik
- Sosial-ekonomi rendah
2. Absorbsi Fe rendah - Komposisi makanan kurang
beragam
- Terdapat zat penghambat absorbsi
3. Kebutuhan naik - Pertumbuhan fisik
- Kehamilan dan menyusui
Sumber: (WHO, 2008)

Sunarko (2002), menyebutkan faktor dominan yang


mempengaruhi timbulnya anemia yaitu:
a. Sebab Langsung
1) Intake makanan tidak cukup (sumber zat besi dan
bioavailibilitasnya rendah, zat penghambat diet).
2) Penyakit (Cacingan, Malaria, Tuberkulosis).
b. Sebab Tidak Langsung
Rendahnya perhatian terhadap wanita dalam keluarga
1) Dalam keluarga wanita mengeluarkan energi lebih banyak
2) Distribusi makanan yang tidak menguntungkan ibu dan anak
3) Kurang perhatian terhadap kaum wanita

4
DAFTAR PUSTAKA

Abdulsalam M, T. S. (2005). Anemia Defisiensi Besi: Diagnosis


Pengobatan dan Pencegahan Anemia Defisiensi Pada Bayi Dan
Anak. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM.
Adriani, W. (2012). Pengantar Gizi Masyarakat (1nd ed.). Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Agarwal, U. (2013). Rethinking Red Meat as a Prevention Strategy for
Iron. Washington: SAGE.
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Umum
Ames, J. C. (2007). An overview of evidence for a causal relation between
iron deficiency. The American Journal Of Clinical Nutrition, 931-
945.
Ann Chen Wu, M. L. (2002). Screening for Iron Deficiency. Pediatrics in
Review, 171-177.
Black. J.M and Hawks, J.(2009).Medical Surgical Nursing: Clinical
management For Positive Outcome, 8 edition. Singapore: Elsevier
Saunders
Brunner,.suddarth. (2011). Keperawatan Medical- Bedah (edisi
12).Jakarta:EGC
Debra L. Bogen, A. K. (2014). Screening for Iron Deficiency Anemia by
Dietary History in a High-Risk. Pediatrics, 1254.
DeMaeyer EM. (1995). Pencegahan Dan Pengawasan Anemia Defisiensi
Besi. Jenewe: World Health Organisation. Hlm 3-27

48
Doengoes, M. Moorhouse, M & Murr, A.C. (2014). Nursing Care Plans:
Guidelines For
Femke A.M. Jonker, M. B. (2014). Anaemia, iron deficiency and
susceptibility. British Infection Association, 523-527.
Jonathon L. Maguire, G. L. (2012). The Relationship Between Cow's Milk
and Stores of Vitamin D and Iron in Early Childhood. Pediatrics,
144-150.
Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan, ed 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kiswari,rukman. (2014). Hematologi Dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.
Kisworini P, Mulatsih S, Triasih S (Ed). (2005). Anemia Defisiensi Besi:
Clinical Practice Guidelling Anemia Defisiensi Besi. Yogyakarta:
Medika-Fakultas Kedokteran UGM. Hlm 81-93
Lestari, H. D. (2011). Defisiensi Zat Besi. Dalam R. S. dkk, Buku Ajar
Nutrisi Pediatrik dan penyakit Metabolik Jilid I (hal. 190). Jakarta:
IDAI.
Manampiring. (2008). Prevalensi Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi
Pada Anak sekolah dasar Di desa Minaesa kecamatan Wori
Kabupaten Minahasa Utara. Manado: Fakultas kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Madhulika Monga A. (2009). Effect of Iron Deficiency Anemia On Visual
Evoked Potential of Growing Children. Official Journal of The
Japanese Society of Chil Neurology. 213-216.
Mehta, Atul., Victor, Hoffbrand. (2006). Hematologi At a Glance (eds 2).
Jakarta: Erlangga.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017, ed 10. Jakarta: EGC
Naufal SN, M. S. (2005). Anemia Defisiensi Besi Bioavailabilitas Zat Besi.
Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran UGM.

49

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai