net/publication/342465257
CITATION READS
1 3,106
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Wiwit Dwi Nurbadriyah on 26 June 2020.
Desain cover
Nama
Sumber
link
Tata letak:
Amira Dzatin Nabila
Proofreader:
Nama
Ukuran:
vii, 50 hlm, Uk: 15.5x23 cm
ISBN:
No ISBN
Cetakan Pertama:
November 2018
PENERBIT DEEPUBLISH
(Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)
Anggota IKAPI (076/DIY/2012)
Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman
Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581
Telp/Faks: (0274) 4533427
Website: www.deepublish.co.id
www.penerbitdeepublish.com
E-mail: cs@deepublish.co.id
KATA PENGANTAR
Penulis
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. v
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
BAB 1
KONSEP ANEMIA DEFISIENSI BESI ............................................... 1
1.1 Definisi ..................................................................................... 1
1.2 Etiologi ..................................................................................... 2
1.3 Patofisiologi .............................................................................. 9
1.4 Zat Besi Dalam Tubuh............................................................. 12
1.5 Metabolisme Besi .................................................................... 12
1.6 Zat gizi yang berperan dalam metabolisme zat besi .................. 15
1.7 Sumber Besi ............................................................................ 16
1.8 Absorbsi zat besi ..................................................................... 16
1.9 Faktor yang mempengaruhi absorbsi zat besi ........................... 18
1.10 Manifestasi Klinis ................................................................... 19
1.11 Dampak Anemia Defisiensi Besi ............................................. 23
1.12 Pemeriksaan laboratorium ....................................................... 24
1.13 Diagnosis ................................................................................ 26
BAB 2
PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN ................................. 29
2.1 Pencegahan ............................................................................. 29
2.2 Tingkat kecukupan konsumsi zat besi ...................................... 30
2.3 Penatalaksanaan ...................................................................... 33
2.4 Prognosis ................................................................................ 37
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................... 38
3.1 Pengkajian .............................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 48
vi
BAB 1
KONSEP ANEMIA DEFISIENSI BESI
1.1 Definisi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul karena
kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah merah dan fungsi
lain dalam tubuh terganggu (Adriani & Wirjatmadi, 2012)
Menurut Kiswari (2014) adalah anemia defisiensi besi bisa
merupakan akibat yang utama karena kehilangan darah atau tidak
memadainya masukan besi. Hal ini juga dapat merupakan kondisi
sekunder yang disebabkan proses penyakit atau kondisi yang menguras
cadangan besi, seperti perdarahan saluran pencernaan atau karena
kehamilan.
Menurut Supandiman (2007) anemia defisiensi besi adalah anemia
yang sekunder terhadap kekurangan besi yang tersedia untuk sintesa
hemoglobin. Oleh karena itu besi merupakan bagian dari molekul
hemoglobin maka dengan berkurangnya besi, sintesa hemoglobin
berkurang dan akhirnya adalah kadar hemoglobin akan menurun.
Menurut Brunner dan Suddarth (2011) anemia defisiensi besi
adalah keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat
normal. (besi diperlukan untuk sintesa hemoglobin). Merupakan jenis
anemia paling sering pada semua kelompok umur.
Anemia Defisiensi Besi (ADB) adalah anemia yang disebabkan
oleh kurangnya besi yang diperlukan untuk sintesa hemoglobin. Anemia
ini merupakan bentuk anemia yang paling sering ditemukan di dunia,
terutama di Negara yang sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30%
penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan
anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi lebih sering ditemukan di negara
yang sedang berkembang sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang
terbatas, masukan protein hewani yang rendah, dan investasi parasit
merupakan masalah endemik. Saat ini di Indonesia anemia defisiensi besi
1
masih merupakan salah satu masalah gizi utama di samping kekurangan
kalori-protein, vitamin A dan yodium (Respati, 2012).
Anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah (yang
berfungsi membawa oksigen) mengalami penurunan untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis spesifik bervariasi pada
manusia dan bergantung pada usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan
tahap kehamilan (WHO, 2008).
Anemia adalah kondisi klinis yang terjadi akibat insufisiensi
kebutuhan sel darah merah (SDM), baik volume total SDM maupun
kuantitas hemoglobin. Hipoksia terjadi karena jaringan tubuh tidak adekuat
dalam mendapatkan oksigen. Anemia bukan merupakan penyakit
tersendiri, melainkan merupakan dampak dari berbagai proses patologis
yang menyebabkan abnormalitas jumlah SDM dan struktur atau fungsi
SDM (Black & Hakws, 2009).
Kadar hemoglobin (Hb) digunakan untuk membagi derajat anemia.
Klien dengan anemia ringan (Hb 10-14 g/dL) umumnya tidak
menunjukkan gejala apapun, gejala timbul seiring dengan peningkatan
keparahannya. Klien dengan anemia sedang (Hb 6-10 g/dL) dapat
menunjukkan dipsnea, palpitasi,diaforesis saat aktivitas, dan kelemahan
kronis. Anemia berat (HB <6 g/dL) dapat asimtomatik karena anemia
berkembang secara bertahap, sementara yang lain dapat menunjukkan
manifestasi klinis yang signifikan di berbagai organ tubuh.
1.2 Etiologi
1.2.1 Kebutuhan yang meningkat secara fisiologis
Pada periode pertumbuhan cepat yaitu pada umur 1 tahun pertama
dan masa remaja kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode
ini insiden ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya
meningkat 3 kali dan massa hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 2 kali
lipat dibanding saat lahir. Bayi prematur dengan pertumbuhan sangat
cepat, pada umur 1 tahun berat badannya dapat mencapai 6 kali dan massa
hemoglobin dalam sirkulasi mencapai 3 kali dibanding saat lahir.
2
1.2.2 Kurangnya besi yang diserap
a. Masukan besi dari makanan yang tidak adekuat
Seorang bayi pada 1 tahun pertama kehidupannya membutuhkan
makanan yang banyak mengandung besi. Bayi cukup bulan akan menyerap
lebih kurang 200 mg besi selama 1 tahun pertama (0,5 mg/hari) yang
terutama digunakan untuk pertumbuhannya. Bayi yang mendapat ASI
eksklusif jarang menderita kekurangan besi pada 6 bulan pertama. Hal ini
disebabkan besi yang terkandung di dalam ASI lebih mudah diserap
dibandingkan besi yang terkandung dalam susu formula. Diperkirakan
sekitar 40% besi dalam ASI diabsorbsi bayi, sedangkan dari PASI hanya
10 % besi dapat diabsorbsi.
Makanan yang banyak mengandung zat besi adalah bahan
makanan yang berasal dari hewan. Di samping banyak mengandung zat
besi serapan zat besi dari makanan tersebut 20% - 30%. Sayangnya
sebagian besar penduduk di negara sedang berkembang belum
menghadirkan bahan makan tersebut di rumah dan ditambah kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi
(seperti kopi dan teh) secara bersamaan pada waktu makan. Minum teh
setelah makan menyebabkan hambatan penyerapan zat besi hingga 80%
(Manampiring, 2008).
b. Malabsorbsi besi
Pada orang yang telah mengalami gastrektomi parsial atau total
sering disertai ADB walaupun penderita mendapat makanan yang cukup
besi. Hal ini disebabkan berkurangnya jumlah asam lambung dan makanan
lebih cepat melalui bagian atas usus halus, tempat utama penyerapan besi
heme dan non heme.
1.2.3 Perdarahan
Kehilangan darah akibat perdarahan merupakan penyebab penting
terjadinya ADB. Kehilangan darah akan mempengaruhi keseimbangan
status besi. Kehilangan darah 1 ml akan mengakibatkan kehilangan besi
0,5 mg, sehingga kehilangan darah 3-4 ml/hari (1,5-2 mg besi) dapat
mengakibatkan keseimbangan negatif besi.
3
1.2.4 Transfusi feto-maternal
Kebocoran darah yang kronis kedalam sirkulasi ibu akan
menyebabkan ADB pada akhir masa fetus dan pada awal masa neonatus,
4
DAFTAR PUSTAKA
48
Doengoes, M. Moorhouse, M & Murr, A.C. (2014). Nursing Care Plans:
Guidelines For
Femke A.M. Jonker, M. B. (2014). Anaemia, iron deficiency and
susceptibility. British Infection Association, 523-527.
Jonathon L. Maguire, G. L. (2012). The Relationship Between Cow's Milk
and Stores of Vitamin D and Iron in Early Childhood. Pediatrics,
144-150.
Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi Keperawatan, ed 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kiswari,rukman. (2014). Hematologi Dan Transfusi. Jakarta: Erlangga.
Kisworini P, Mulatsih S, Triasih S (Ed). (2005). Anemia Defisiensi Besi:
Clinical Practice Guidelling Anemia Defisiensi Besi. Yogyakarta:
Medika-Fakultas Kedokteran UGM. Hlm 81-93
Lestari, H. D. (2011). Defisiensi Zat Besi. Dalam R. S. dkk, Buku Ajar
Nutrisi Pediatrik dan penyakit Metabolik Jilid I (hal. 190). Jakarta:
IDAI.
Manampiring. (2008). Prevalensi Anemia dan Tingkat Kecukupan Zat Besi
Pada Anak sekolah dasar Di desa Minaesa kecamatan Wori
Kabupaten Minahasa Utara. Manado: Fakultas kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Madhulika Monga A. (2009). Effect of Iron Deficiency Anemia On Visual
Evoked Potential of Growing Children. Official Journal of The
Japanese Society of Chil Neurology. 213-216.
Mehta, Atul., Victor, Hoffbrand. (2006). Hematologi At a Glance (eds 2).
Jakarta: Erlangga.
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017, ed 10. Jakarta: EGC
Naufal SN, M. S. (2005). Anemia Defisiensi Besi Bioavailabilitas Zat Besi.
Yogyakarta: Medika Fakultas Kedokteran UGM.
49