Anda di halaman 1dari 12

Nama : Annisa Tampubolon

NIM : P07524419047

Kelas : DIV/1B

Mata Kuliah : Ginekologi

PEMERIKSAAN GINKOLOGI

Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan secara bimanual untuk
menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita, berkaitan dengan upaya pengenalan atau
penentuan ada tidaknya kelainan pada bagian tersebut.

Pemeriksaan penyakit ginekologik

1.Anamnesis, Secara rutin ditanyakan umur penderita,sudah menikah atau belum,siklus haid,penyakit
yang pernah di derita,dan operasi yang pernah dialami.

a.Riwayat penyakit umum, Perlu ditanyakan apakah penderita pernh menderita penyakit berat,seperti
TBC,jantung,ginjal,DM,dan jiwa.

b.Riwayat obstetric, Perlu diketahui riwayat tiap-tiap kehamilan sebelumnya,apakah berakhir dengan
keguguran atau dengan persalinan,apakah persalinan normal atau operasi.

c.Riwayat haid, Haid merupakan peristiwa sangat penting dalam kehidupan wanita.Perlu diketahui
menarche,siklus haid teratur atau tidak,banyaknya darah yang keluar waktu haid,lamanya haid,disertai rsa
nyeri atau tidak.

d.Riwayat ginekologi, Riwayat penyakit/kelainan ginekologi serta pengobatannya dapat memberi


keterangan penting,terutama operasi yang pernah dialami.

e.Keluhan sekarang, Mendengar keluhan penderita sangat penting untuk pemeriksaan pertanyaan yang
sangat sederhana seperti “untuk apa ibu datang kemari” atau “apa keluhan ibu” dapat memberi keterangan
banyak kearah diagnosis.

f. Perdarahan, Perlu ditanyakan apakah perdarahan itu ada hubungannya dengan siklus haid atau
tidk,banyaknya dan lamanya perdarahan.Jadi,perlu diketahui apakah yang sedang dihadapi itu
menoragia,hipermenorea,polimenorea,apakah hipomenorea,oligomenorea ataukah metroragia.

g.Fluor albus, fluor albus atau keputihan,walaupun tidk mengandung bahaya maut,cukup mengganggu
penderita,baik fisik maupun mental.Sifat dan banyknya keputihan dapat memberi petunjuk kearah
etiologinya.Perlu ditanyakan sudah berapa lama keluhan itu,terus menerus atau pada waktu-waktu
tertentu saja,banyaknya,warnanya,baunya,disertai rasa gatal/nyeri atau tidak.

h.Rasa nyeri, Rasa nyeri di perut,panggul,pinggang,atau alat kelamin luar dapat merupakan gejala dari
beberapa kelainan ginekologik.Dalam menilai gejala ini dapat dialami kesulitan karena faktor
subjektifitas memegang peranan penting.

i.Miksi, Keluhan dari saluran kencing sering menyertai kelainan ginekologik.karena itu perlu ditanyakan
rasa nyeri waktu kencing,seringnya kencing,retensi urine,kencing tidak lancar atau tidak tertahan.

j.Defekasi, Beberapa penyakit yang berasal dari rectum dan kolom sigmoid sering menimbulkan kesulitan
dalam diagnosis penyakit ginekologik.karena itu penderita harus selalu ditanya tentang BABnya apakah
ada kesulitan defekasi,apakah defekasi disertai rasa nyeri,atau encer disertai lendir atau darah.
Untuk pemeriksaan ginekologik dikenal 3 jenis letak :

1.Letak litotomi, Letak ini yang paling popular,terutama di Indonesia.Untuk itu diperlukan meja
ginekologik dengan penyangga bagi kedua tungkai. Penderita berbaring ditasnya sambil lipat lututnya
diletakkan pada penyangga dan tungkainya dalam fleksi santai,sehingga penderita berbaring dalam posisi
mengangkang.

2.Letak miring

Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring kesebelah kiri,sambil paha dan lututnya ditekuk dan
kedua tungkai sejajar.

3.Letak sims

letak ini hampir sama dengan letak miring,hanya tungkai kiri harus lurus,tungki kanan ditekuk kearah
perut,dan lututnya diletakkan pada alas (tempat tidur),sehingga panggul membuat sudut miring dengan
alas,lengan kiri dibelakang badan dan bahu sejajar dengan alas.Dengan demikian,penderita berbaring
setengah tengkurap.

Gangguan dan Maslah Dalam Sistem Reproduksi Wanita

I.Hypermenorrhoe (menoragia)

Defenisi:Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normail,kadang disertai dengan
bekuan darah sewaktu menstruasi.

Penyebab:

 Hipoplasia uteri (penebalan dinding rahim),terapi: Uterotonika

 Astenia (tidak ada kekuatan),terapi: Uterotonika,roborntia

 Myoma Uteri,terapi: tergantung dari penanganannya.

 Hypertensi, Terapi: Pemberian SM.Regim

 Infeksi,misal: Endometritis. Terapi: hormonal,pembedahan,radiasi

 Penyakit darah,mis: Hemofili

 Gangguan pelepasan endometriu,terapi: kerokan.

Tindakan bidan:memberikan anti perdarahan seperti Ergometrin tablet/injeksi atau merujuk kefaslitas
yang lebih tinggi dan lengkap.

II.Hypomenorrhoe

Defenisi: perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebab: hypomenorhoe
disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang,akibat dari kurang gizi,penyakit menahun
maupun gangguan hormonal. Tindakan bidan: Merujuk kefasilitas yang lebih tinggi dan lebih lengkap.

III.Polymenorrhoe atau Epimenoragia

Defenisi: Sikus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang dari 21 hari sedangkan jumlah
perdarahan relative sama atau lebih banyak dari biasa. Penyebab: adanya gangguan hormonal dengan
umur korpus luteum memendek sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat
stadium proliferasi pendek atu stadium sekresi pendek atau karena keduanya. Terapi: Stadium profilasi
dapat diperpanjang dengan hormone estrogen dan stadium sekresi menggunakan hormon kombinasi
estrogen dan pregesteron.
IV.Oligomennorhoe

Defenisi: siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari,sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
Penyebab: ganggun hormonal,pengaruh psikis dan sebagainya. Terapi: pemberian obat yang
mengandung hormon-hormon yang dapat merangsang ovulasi.

V.Amenorea

Defenisi: Keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.

Klasifikasi: 1.Amenorea Primer: Apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun

2.Amenorea Skunder: Apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haid,tetapi berhenti
berturut-turut selama 3 bulan.Penyebab: kelainan kongenital gangguan system hormona,gangguan
gizi,ketidak stabilan emosi. Terapi: Terapi ini tergantung dengan etiologinya.Secara umum dapat
diberikan hormone-hormon yang merangsang ovulasi,pengembalian keadaan umum,menyeimbangkan
antara kerja-rekreasi dan istirahat.

VI.Perdarahan diluar haid (Metroragia)

Defenisi: perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Penyebab: perdarahan
ini dapat disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan kelainan anatomis.Pada kelainan hormonal
terjadi rangsangan estrogen dan progesteron dengan bentuk perdarahan seperti terjadi diluar
menstrusi,bersifat bercak dan terus menerus,dan perdarahan menstruasi berkepanjangan.

Pengobatan:

- Pada remaja dengan pengaturan secara hormonal

- Pada wanita menikah atau mempunyai anak dengan memeriksa alat kelamin,bila perlu lakukan kuretase
dan pemeriksaan patologi.

Pada kelainan anatomis terjadi perdarahan karena adanya gangguan pada alat-alat kelamin diantaranya
pada mulut rahim (keganasan,perlukaan),keguguran atau penyakit trofoblas.Pada saluran telur berupa
kehamilan tuba,tumor tuba dan sebagainya.Dapat disampaikan bahwa setiap perdarahan abnormal terjadi
bersamaan atau diluar menstruasi sebaiknya melakukan konsultasi kedokter untuk mendapatkan
pengobatan yang tepat.

GANGGUAN HAID DAN SIKLUS HAID

1. Amenorea

Amenorea dibagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan sekunder. Amenorea primer
adalah kondisi di mana seorang wanita sama sekali belum mengalami haid hingga 16
tahun.Sedangkan amenorea sekunder adalah kondisi di mana seorang wanita usia subur yang
tidak sedang hamil dan pernah menstruasi sebelumnya, berhenti mendapatkan menstruasi selama
3 bulan atau lebih. Kedua jenis amenorea ini memiliki penyebab yang berbeda. Amenorea primer
dapat disebabkan oleh kelainan genetik, gangguan otak yang mengatur hormon menstruasi, atau
masalah pada indung telur (ovarium) atau rahim.

Sedangkan penyebab amenorea sekunder adalah:

 Kehamilan.
 Menyusui.
 Menopause.
 Penurunan berat badan yang berlebihan.
 Penyakit tertentu, seperti penyakit tiroid, polycystic ovarian syndrome (PCOS), dan
tumor otak di bagian kelenjar pituitari atau hipofisis.
 Gangguan rahim, seperti miom atau polip dalam rahim.
 Stres berat.
 Efek samping obat-obatan, seperti kemoterapi, obat penunda haid, dan antidepresan.
 Penggunaan kontrasepsi, seperti pil KB, KB suntik, dan IUD.

Selain itu, kekurangan gizi atau malnutrisi dan olahraga yang berlebihan juga bisa menyebabkan
wanita mengalami amenorea.

2. Dismenorea

Dismenorea adalah kondisi di mana wanita mengalami nyeri saat menstruasi, umumnya
pada hari pertama dan kedua haid. Gejalanya berupa nyeri atau kram di perut bagian bawah yang
terus berlangsung, dan terkadang menyebar hingga ke punggung bawah serta paha. Rasa nyeri
tersebut juga bisa disertai sakit kepala, mual, dan muntah. Dismenorea ini bisa terjadi karena
kadar hormon prostaglandin yang tinggi saat hari pertama haid. Setelah beberapa hari, hormon
ini akan berkurang kadarnya hingga dapat membuat nyeri haid ikut mereda. Nyeri haid jenis ini
biasanya akan mulai berkurang seiring bertambahnya usia atau setelah melahirkan.

Selain karena hormon prostaglandin, dismenorea juga bisa terjadi karena adanya kelainan
sistem reproduksi wanita, seperti:

 Endometriosis
 Miom rahim
 Kista atau tumor di rahim
 Radang panggul
 Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)

Berbeda dengan dismenorea yang normal terjadi karena peningkatan hormon prostaglandin,
dismenorea karena penyakit tertentu biasanya akan berlangsung lebih lama dan semakin
memburuk seiring bertambahnya usia.

3. Menorrhagia

Menorrhagia adalah gangguan menstruasi berupa keluarnya darah menstruasi secara


berlebihan atau dalam jumlah yang terlampau banyak, sehingga mengganggu aktivitas sehari-
hari. Ini termasuk durasi haid yang berlangsung lebih dari menstruasi normal, yakni lebih dari 5-
7 hari.

Wanita dengan gangguan menstruasi menorrhagia akan mengalami beberapa keluhan berikut ini:

 Darah yang keluar dari vagina terlalu banyak, sehingga harus mengganti pembalut tiap
jam.
 Harus menggunakan dua pembalut untuk menampung perdarahan.
 Harus bangun untuk mengganti pembalut pada saat tidur.
 Mengalami gejala anemia, misalnya lemas, pucat, atau sesak napas.
 Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah selama lebih dari satu hari.

Menorrhagia bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari perubahan pola makan, sering
olahraga, gangguan hormon, infeksi atau peradangan di vagina dan leher rahim, gangguan tiroid,
miom dan polip di rahim, gangguan pembekuan darah, hingga kanker rahim atau kanker serviks.
4. Oligomenorea

Oligomenorea adalah kondisi ketika seorang wanita jarang sekali mengalami menstruasi,
yakni jika siklus menstruasinya lebih dari 35-90 hari atau mendapat haid kurang dari 8-9 kali
dalam kurun waktu setahun. Oligomenorea sering dialami remaja yang baru memasuki pubertas
dan wanita yang memasuki masa menopause. Gangguan menstruasi ini merupakan dampak dari
aktivitas hormon yang sedang tidak stabil di fase-fase tersebut.

Di samping itu, ada beberapa hal lain yang mungkin jadi penyebab oligomenorrhea, yaitu:

 Penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik.


 Sering melakukan olahraga atau aktivitas fisik berat.
 Gangguan ovulasi.
 Penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit tiroid, dan sindrom polikistik ovarium
(PCOS).
 Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia.
 Masalah psikologis, seperti stres dan depresi.
 Efek samping obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik dan antiepilepsi.

5. Premenstrual dysphoric disorder (PMDD)

Menjelang menstruasi, tidak sedikit wanita mengalami nyeri atau kram perut ringan, sakit
kepala, dan keluhan psikologis, seperti perubahan mood, merasa cemas, gelisah, hingga mudah
emosi. Gejala-gejala yang muncul mendekati datang bulan ini disebut dengan PMS atau
premenstrual syndrome. Namun jika gejala PMS yang dirasakan cukup berat hingga
mengganggu aktivitas sehari-hari, maka kondisi ini disebut PMDD. Selain nyeri haid yang
disertai sakit kepala, gejala PMDD bisa berupa gelisah, susah tidur, makan berlebihan, sulit
konsentrasi, depresi, merasa lemas dan tidak berenergi, hingga muncul ide atau keinginan untuk
bunuh diri. Penyebab PMDD dan PMS belum diketahui secara pasti, namun diduga karena
adanya kelainan zat kimia di otak yang mengatur mood. Salah satu zat kimia ini adalah
serotonin.

Selain itu, ada beberapa hal yang diduga turut berperan dalam munculnya kondisi ini, seperti:

 Faktor keturunan
 Kelebihan berat badan
 Jarang berolahraga
 Penyakit tiroid
 Konsumsi alkohol dan penggunaan obat-obat terlarang

Untuk memastikan penyebab gangguan menstruasi, diperlukan serangkaian pemeriksaan oleh


dokter. Pemeriksaan ini meliputi peninjauan riwayat menstruasi, pemeriksaan fisik, serta tes
penunjang berupa tes darah, hingga USG, histerosalpingografi, dan MRI. Beberapa pemeriksaan
lain yang mungkin dilakukan untuk menemukan penyebab gangguan menstruasi adalah pap
smear, biopsi rahim, dan histeroskopi
DISFUNGSI SEKSUAL

Disfungsi seksual adalah gangguan yang menyebabkan adanya penurunan hasrat seksual atau
adanya hambatan dalam menikmati aktivitas seksual. Disfungsi seksual dapat terkena, baik pada laki-laki
maupun perempuan. Gangguan ini dapat terjadi kapan saja, dan risikonya meningkat berdasarkan usia.

Gejala Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual dapat bermanifestasi dalam berbagai bentuk bergantung pada tipe dan
penyebab disfungsi. Gejala dan tanda disfungsi seksual, meliputi:

 Berkurangnya keinginan untuk aktivitas seksual.


 Kesulitan untuk membangkitkan gairah seksual.
 Nyeri saat berhubungan seksual.
 Pada laki-laki kesulitan untuk mempertahankan ereksi atau ejakulasi terlalu cepat juga dapat
diartikan sebagai salah satu disfungsi seksual.
 Pada perempuan, kesulitan untuk mencapai orgasme, kering pada Miss V, dan nyeri saat
berhubungan termasuk dalam disfungsi seksual

Penyebab Disfungsi Seksual

Disfungsi seksual sering disebabkan oleh stres fisik maupun psikis yang dialami oleh seseorang.
Beberapa penyebab lain yang dapat mendasari gangguan disfungsi seksual meliputi:

 Trauma seksual.
 Masalah psikologis.
 Diabetes.
 Penyakit jantung atau kondisi medis lainnya.
 Penyalahgunaan obat-obat narkotik.
 Penggunaan alkohol.

Faktor Risiko Disfungsi Seksual

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan disfungsi seksual, meliputi:

 Merokok.
 Berat badan berlebihan.
 Konsumsi alkohol berlebihan.
 Konsumsi narkotika.
 Gaya hidup dan pola diet yang tidak sehat, konsumsi diet tinggi lemak dapat menyebabkan
peningkatan risiko disfungsi seksual.

Diagnosis Disfungsi Seksual

Menegakkan diagnosis disfungsi seksual sering tidak memerlukan pemeriksaan khusus. Gejala
disfungsi seksual dapat didiagnosis berdasarkan riwayat yang dimiliki pengidap. Riwayat ini termasuk
riwayat dan perilaku seksual terhadap pasangan. Dokter juga dapat menggali lebih lanjut gangguan lain
yang mendasari disfungsi seksual. Gangguan tersebut termasuk kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan
gangguan kejiwaan lainnya yang mempengaruhi aktivitas seksual.
Pencegahan Disfungsi Seksual

Beberapa tipe disfungsi seksual dengan penyebab yang spesifik tidak dapat dicegah, namun beberapa
hal berikut dapat dilakukan untuk mencegah faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi seksual, yaitu:

 Stop merokok.
 Olahraga setiap hari, minimal 15 menit setiap hari.
 Menjaga berat badan tetap ideal.
 Diet gizi seimbang.
 Membatasi konsumsi alkohol, maksimal dua gelas per hari.
 Kontrol teratur terhadap penyakit-penyakit kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, dan darah
tinggi.

Pengobatan Disfungsi Seksual

Pengobatan disfungsi seksual bergantung pada kondisi yang mendasari dari gangguan tersebut.
Pengobatan terhadap penyebab dari disfungsi seksual dapat menyembuhkan kondisi tersebut. Penggunaan
gel atau krim lubrikasi atau terapi hormon dapat mengobati permasalah terutama pada seseorang dengan
hambatan dalam menikmati aktivitas seksual.

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Membicarakah kesehatan reproduksi tidak terpisahkan dengan soal hak reproduksi, kesehatan
seksual dan hak seksual. Hak reproduksi adalah bagian dari hak asasi yang meliputi hak setiap pasangan
dan individual untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab jumlah, jarak, dan waktu
kelahiran anak, serta untuk memiliki informasi dan cara untuk melakukannya.

1. Kesehatan Seksual

Kesehatan seksual yaitu suatu keadaan agar tercapai kesehatan reproduksi yang mensyaratkan bahwa
kehidupan seks seseorang itu harus dapat dilakaukan secara memuaskan dan sehat dalam arti terbebas
dari penyakit dan gangguan lainnya. Terkait dengan ini adalah hak seksual, yakni bagian dari hak asasi
manusia untuk memutuskan secara bebas dan bertanggungjawab terhadap semua hal yang berhubungan
dengan seksualitas, termasuk kesehatan seksual dan reproduksi, bebas dari paksaan, diskriminasi dan
kekerasan.

2. Prinsip Dasar Kesehatan Dalam Hak Seksual dan Reproduksi

a. Bodily integrity, hak atas tubuh sendiri, tidak hanya terbebas dari siksaan dan kejahatan fisik, juga
untuk menikmati potensi tubuh mereka bagi kesehatan, kelahiran dan kenikmatan seks aman.

b. Personhood, mengacu pada hak wanita untuk diperlakukan sebagai aktor dan pengambilan keputusan
dalam masalah seksual dan reproduksi dan sebagai subyek dalam kebijakan terkait.

c. Equality, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dan antar perempuan itu sendiri, bukan hanya
dalam hal menghentikan diskriminasi gender, ras, dan kelas melainkan juga menjamin adanya keadilan
sosial dan kondisi yang menguntungkan bagi perempuan, misalnya akses terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi.

d. Diversity, penghargaan terhadap tata nilai, kebutuhan, dan prioritas yang dimiliki oleh para wanita dan
yang didefinisikan sendiri oleh wanita sesuai dengan keberadaannya sebagai pribadi dan anggota
masyarakat tertentu.

e. Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas yang mengacakup berbagai aspek, tidak hanya aspek
biologis dan permasalahannya bukan hanya bersifat klinis, akan tetapi non klinis dan memasuki aspek
ekonomi, politik, dan sosial-budaya. Oleh karena aitu diintroduksi pendekatan interdisipliner (meminjam
pendekatan psikologi, antropologi, sosiologi, ilmu kebijakan, hukum dan sebagainya) dan ingin
dipadukan secara integratif sebagai pendekatan transdisiplin.

Abrotus
abortus buatan, abortus dengan jenis ini merupakan suatu upaya yang disengaja untuk menghentikan
proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu, dimana janin (hasil konsepsi) yang dikeluarkan tidak bisa
bertahan hidup di dunia luar.

Secara garis besar ada 2 hal penyebab Abortus, yaitu :

1. Penyebab secara umum


a. Infeksi akut
- virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis
- Infeksi bakteri, misalnya streptokokus
- Parasit, misalnya malaria
b. Infeksi kronis
- Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
- Tuberkulosis paru aktif.
- Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
Penyebab paling sering terjadinya abortus dini adalah kelainan pertumbuhan hasil konsepsi (pembuahan),
baik dalam bentuk Zygote, embrio, janin maupun placenta.

2. Alasan Abortus Provokatus


Abortus Provokatus ialah tindakan memperbolehkan pengaborsian dengan syarat-syarat sebagai berrikut:
a. Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau
jika janin telah meninggal (missed abortion).
b. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
c. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
d. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya
kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker
payudara.
e. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
f. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
g. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan
kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
h. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi
vaskuler, hipertiroid, dll.
i. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
j. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
k. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini sebelum
melakukan tindakan abortus harus berkonsultasi dengan psikiater.

Infertilitas, Sistem kesehatan reproduksi hingga mengalami kemandulan selama ini di artikan
sebagai kondisi yang hanya di alami oleh para wanita saja, padahal tidak menutup kemungkinan kalau
kaum pria sebanyak 40 % juga mengalami kemandulan ini. Banyak pengertian dari Infertilitas tapi pada
intinya makna dari Infertilitas adalah sistem kesehatan reproduksi yang terganggu dan menyebabkan
ketidak mampuan mempunyai seorang anak. Banyak yang sudah menikah selama bertahun tahun dan
belum juga di karunia momongan. Oleh karena itu sudah saatnya bagi pasangan yang menikah lama dan
belum memiliki anak untuk melakukan cek kesehatan reproduksi, karena mungkin salah satu dari
pasangan suami istri yang hingga saat ini belum mendapatkan anak mengalami Infertilitas atau yang
lebih di kenal dengan kemandulan.
Pengertian Dari Infertilitas
Infertilitas terbagi menjadi dua yaitu :
1. Infertilitas primer yaitu pasangan suami istri yang belum mampu memiliki anak setelah satu tahun
menikah
2. Infertilitas sekunder yaitu pasangan suami istri yang pernah memiliki anak sebelumnya tapi hingga
saat ini belum mampu untuk mendapatkan anak lagi.

Pasangan suami istri di anggap Infertilitas karena sistem kesehatan reproduksi salah satu
pasangan ada yang terganggu. Hal ini dapat di maklumi karena proses pembuahan yang berujung pada
kehamilan dan lahirnya janin ke dunia merupakan kerjasama antara suami dan istri. Makna dari kerjasama
itu adalah suami yang mempunyai sistem dan fungsi kesehatan reproduksi yang sehat dan mampu
menghasilkan atau menyalurkan spermatozoa ke organ reproduksi wanita, Istri yang memiliki sitem dan
fungsi reproduksi sehat dan mampu menghasilkan sel telur atau ovum yang dapat di buahi oleh
spermatozoa dan mempunyai rahim sebagai tempat perkembangan janin, embrio sampai bayi berusia
cukup bulan dan di lahirkan. Apabila salah satu faktor tersebut tidak di miliki oleh salah satu pasangan,
pasangan tersebut tidak akan mampu mempunyai anak.

Pasangan suami istri dapat di katakan Infertilitas jika selama kurun waktu satu tahun menikah
belum mendapatkan seorang nak. Demikian pengertian dari infertilitsa. Yang harus di sadari adalah
langkah apa yang kan di lakukan apabila salah satu pasangan mengalami Infertilitas atau tidak subur.
Banyak pasangan yang mengalami Infertilitas dan berhasil memiliki anak, jadi ketenangan dan berpikir
rasional adalah langkah awal yang tepat yang dapat di lakukan untuk mengatasi Infertilitas sehingga
kesehatan reproduksi dapat kita jaga.

KELAINAN KONGENITAL KROMOSOM HORMONAL DAN GENETIKA

Kelainan kongenital adalah kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat pembuahan.
Klainan kongenital merupakan penyebab terjadinya keguguran, lahir mati atau kematian persalinan pada
minggu pertama. Kelainan kongenital dapat mncapai kehidupan yang lebih besar,karena itu pada setiap
kehamilan perlu melakukan pemeriksaan antenatal untuk dapat mengetahui kemungkinan kelainan
kongenital diantaranya dengan pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban, dan pemeriksaan
darah janin. Kejadian kongenital skitar 0,2% sampai 0,4% dari seluruh persalinan.

Untuk mendeteksi kemungkinan munculnya kelainan pada janin, berikut adalah


pemeriksaan Skrining yang dapat dilakukan: 

Skrining prakonsepsi (sebelum kehamilan). Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk


mengetahui risiko kelainan tertentu yang dimiliki oleh kedua orangtua dan kemungkinan kelainan
tersebut dapat diwariskan kepada anak.  

Skrining perikonsepsi (selama masa kehamilan). Pemeriksaan ini bertujuan untuk


memonitor kondisi ibu hamil, mencegah terjadinya risiko serta mendeteksi adanya kelainan pada
kandungan dan janin bayi pada trimester pertama dan kedua. Beberapa metode skrining yang dilakukan
selama masa kehamilan adalah tes USG , tes darah dan tes diagnosis korion dan amnion untuk mendeteksi
apabila ada infeksi pada kandungan serta kelainan kromosom. 

Skrining neonatal (pasca kelahiran). Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa adanya


kelainan kongenital agar dapat segera diobati dan mencegah perkembangan kelainan tersebut. 

Kelainan fisik, Cacat lahir yang memengaruhi fisik atau bagian tubuh bayi antara lain:

1. Bibir sumbing, adalah kondisi terbentuknya celah pada bibir bagian atas, langit-langit mulut, atau
keduanya.

2. Kelainan jantung bawaan, adalah pembentukan jantung atau pembuluh darah besar yang tidak normal.
Ada beberapa jenis kelainan jantung bawaan, yaitu:

 Kebocoran katup jantung


 Penyempitan katup jantung
 Patent ductus arteriosis
 Tetralogy of Fallot

3. Kelainan bentuk tangan atau kaki, dapat berupa:

 Satu tangan atau kaki lebih besar atau lebih kecil.


 Jumlah jari tangan atau jari kaki lebih banyak dari normal (polidaktili).
 Satu atau lebih jari tangan atau jari kaki menempel satu sama lain.
 Terlahir tanpa tangan atau kaki.
 Perlu diketahui, cacat lahir pada bentuk tangan dan kaki merupakan kelainan yang jarang terjadi.

4. Neural tube defect (NTD)

NTD adalah cacat lahir pada struktur otak, tulang belakang, atau ruas tulang belakang. Beberapa
contoh kelainan neural tube defect adalah anensefali, encephalocele, iniencephaly, dan spina bifida.
Selain beberapa organ tubuh di atas, kelainan kongenital juga bisa terjadi pada bagian tubuh lain.
Misalnya pada telinga, bayi bisa terlahir dengan kelainan bentuk telinga yang disebut microtia atau
terbentuknya lubang kecil di depan telinga yang disebut sinus preaurikular.

Kelainan Fungsiona, merupakan kelainan bawaan yang terkait dengan kelainan sistem atau
fungsi organ tubuh. Kelainan tersebut antara lain:

 Kelainan fungsi otak dan saraf, yang terkait dengan aspek intelektual, perilaku, bahasa, dan gerak
tubuh. Contoh penyakit kelainan ini adalah sindrom Down dan sindrom Prader-Willi.
 Kelainan yang membuat tubuh tidak mampu membuang zat kimia sisa metabolisme. Contoh
kelainan ini adalah fenilketonuria dan kekurangan hormon tiroid (hipotiroid kongenital).
 Kelainan yang sering kali tidak terlihat saat lahir, namun memburuk secara bertahap. Contohnya
adalah distrofi otot atau gangguan pendengaran.
 Gangguan penglihatan, misalnya akibat cacat mata bawaan.

Cacat lahir seperti bibir sumbing atau kelainan bentuk tangan dan kaki bisa langsung terdeteksi saat
bayi lahir. Sedangkan pada bayi dengan kelainan jantung bawaan, penting bagi orang tua bayi untuk
mengamati gejala di bawah ini:

 Napas yang cepat.


 Sesak napas saat disusui.
 Berat badan menurun.
 Kulit kebiruan atau sianosis.
 Pembengkakan pada kelopak mata, perut, dan tungkai.

Sebagai pencegahan, periksakan bayi Anda secara rutin dan penuhi jadwal imunisasi sesuai anjuran
dokter anak. Langkah ini penting agar dokter dapat memantau proses tumbuh kembang bayi, dan
memberikan penanganan lebih dini jika terdeteksi kelainan bawaan. Konsultasi genetik sebelum menikah
juga sangat disarankan, terutama bila Anda atau pasangan memiliki penyakit yang dapat diturunkan
kepada anak sebagai kelainan bawaan, misalnya cystic fibrosis dan penyakit Tay-Sachs.

Periksakan kehamilan secara rutin ke dokter kandungan untuk menjaga kehamilan tetap sehat.
Ikuti jadwal pemeriksaan kehamilan sesuai anjuran dokter atau menurut jadwal berikut:

1 bulan sekali, sejak minggu ke-4 sampai minggu ke-28.

2 minggu sekali, sejak minggu ke-28 sampai minggu ke-36.

1 minggu sekali, sejak minggu ke-36 sampai minggu ke-40.


Pada banyak kasus, penyebab kelainan kongenital tidak diketahui. Namun, kelainan kongenital atau
kelainan bawaan dapat terkait dengan beberapa faktor berikut ini:

Faktor genetik, Cacat lahir akibat faktor genetik dapat diturunkan dari salah satu atau kedua orang
tua, namun bisa juga tidak diturunkan dari orang tua. Beberapa contoh kelainan kongenital akibat faktor
genetik adalah:

 Sindrom Down
 Sindrom Prader-Willi
 Sindrom Marfan
 Progeria atau progeria Hutchinson-Gilford

Faktor lingkungan, Kelainan kongenital akibat faktor lingkungan terjadi akibat infeksi, paparan zat
kimia, atau efek samping obat-obatan pada masa kehamilan. Faktor-faktor tersebut bisa menyebabkan
cacat lahir yang parah, bahkan sampai keguguran. Jenis kelainan bawaan yang bisa dialami bayi akibat
paparan faktor di atas pada masa kehamilan adalah:

 Katarak, tuli, dan kelainan jantung, akibat infeksi rubella atau campak Jerman.
 Kepala bayi lebih kecil dari normal (mikrosefalus), akibat infeksi virus Zika.
 Fetal alcohol syndrome, akibat konsumsi minuman beralkohol.
 Neural tube defect, akibat kekurangan asupan asam folat.

Diagnosis Kelainan Kongenital

Kelainan bawaan sering kali bisa langsung diketahui melalui pemeriksaan fisik ketika bayi
dilahirkan. Namun pada kondisi tertentu, misalnya kelainan jantung bawaan, dokter akan menjalankan
pemeriksaan penunjang, seperti foto Rontgen, MRI, echo jantung, atau EKG. Pada beberapa kasus,
kelainan bawaan pada bayi dapat terdeteksi sejak masa kehamilan. Misalnya, untuk mendeteksi spina
bilfida, dokter akan melakukan tes darah, USG kehamilan, dan pemeriksaan sampel cairan ketuban pada
ibu hamil.

Pengobatan Kelainan Kongenital

Pengobatan kelainan bawaan akan disesuaikan dengan jenis kelainan yang diderita. Metodenya
bisa dengan pemberian obat-obatan, alat bantu, terapi, sampai operasi. Beberapa contoh pengobatannya
adalah:

 Pemberian obat kortikosteroid, seperti prednisone, untuk distrofi otot.


 Pemakaian alat bantu jalan untuk kelainan bentuk tangan dan kaki.
 Pemakaian alat bantu dengar untuk gangguan pendengaran.
 Operasi untuk kelainan jantung bawaan, misalnya pemasangan sumbatan pada patent ductus
arteriosus, dan bedah jantung pada tetralogy of fallot.
 Operasi rekonstruksi untuk bibir sumbing atau kelainan bentuk bagian tubuh lain.

Komplikasi Kelainan Kongenital

Berikut adalah beberapa komplikasi yang mungkin dialami penderita kelainan kongenital berdasarkan
jenis kelainannya:

 Bibir sumbing: gangguan makan dan bicara, masalah gigi, serta kehilangan pendengaran.
 Penyakit jantung bawaan: gangguan irama jantung, proses tumbuh kembang yang lambat, dan
gagal jantung kongestif.
 Kelainan bentuk tangan dan kaki: kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari, seperti makan,
mandi, atau berjalan, serta merasa rendah diri karena penampilan yang tidak normal.
 Sindrom Down: kelainan jantung, gangguan pencernaan, dan gangguan sistem kekebalan tubuh.
 Sindrom Prader-Willi: diabetes, hipertensi, sleep apnea, masalah kesuburan, serta osteoporosis.
Pencegahan Kelainan Kongenital

Kebanyakan kelainan bawaan tidak bisa dicegah, namun risiko terjadinya kelainan tersebut dapat
dikurangi dengan melakukan langkah-langkah di bawah ini:

Sebelum kehamilan

 Pastikan mengikuti imunisasi sesuai jadwal.


 Pastikan Anda dan pasangan tidak menderita penyakit menular seksual.
 Penuhi asupan asam folat sebelum merencanakan kehamilan.
 Lakukan konsultasi dan tes genetik, terutama jika Anda atau pasangan memiliki penyakit yang
dapat diturunkan kepada anak sebagai kelainan bawaan.
 Konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat-obatan sebelum hamil.

Selama kehamilan

 Jangan merokok dan hindari paparan asap rokok.


 Hindari mengonsumsi minuman beralkohol.
 Jangan menggunakan NAPZA.
 Lakukan olahraga ringan dan cukupi waktu
 Lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin.

Anda mungkin juga menyukai