Anda di halaman 1dari 6

2.

1 Endometriosis
Gangguan ini adalah kelainan yang mempengaruhi rahim. Endometriosis terjadi ketika
jaringan yang melapisi rahim (jaringan endometrium) tumbuh di tempat lain di luar rahim
seperti, di ovarium, daerah panggul, usus, dan lainnya. Jaringan endometrium
memungkinkan tumbuh di luar panggul.

Perubahan hormonal terkait siklus menstruasi membuat jaringan yang ditempatkan


secara abnormal ini meradang dan menyebabkan rasa sakit. Sama seperti saat menstruasi,
di mana lapisan rahim dilepaskan setiap bulan dengan cara yang sama jaringan ini juga
keluar setiap bulan.

Namun, karena tidak ada tempat untuk pergi, mereka menumpuk di daerah panggul, yang
menyebabkan:
● Menstruasi yang sangat menyakitkan
● Gangguan reproduksi
● Infertilitas
● Pembentukan bekas luka.

Penyebab dan Gejala Endometriosis


Penyebab endometriosis belum diketahui secara pasti, tetapi diduga terkait dengan
gangguan aliran darah menstruasi, perubahan sel-sel jaringan lain menjadi sel
endometrium, serta perpindahan sel endometrium melalui aliran getah bening.

Gejala utama endometriosis adalah nyeri atau kram hebat di bagian bawah perut atau
panggul (dismenore). Keluhan lain yang dapat muncul adalah nyeri saat berhubungan
seksual, volume darah yang banyak ketika menstruasi, dan diare.

Pengobatan dan Pencegahan Endometriosis


Pengobatan endometriosis adalah dengan pemberian obat-obatan untuk meredakan
nyeri, terapi hormon untuk menghambat pertumbuhan jaringan, dan operasi untuk
mengatasi endometriosis yang tidak membaik dengan metode pengobatan lain.

Sedangkan untuk menghindari risiko terjadinya endometriosis, Anda dapat melakukan


olahraga secara rutin, menjaga berat badan agar tetap ideal, dan mengurangi konsumsi
minuman berkafein atau beralkohol.

2.2 Displasia Serviks


Displasia serviks adalah kondisi di mana terjadi pertumbuhan sel yang abnormal di mulut
rahim atau serviks. Kondisi ini dapat dialami wanita pada usia berapa pun, tetapi lebih sering
terjadi pada wanita usia 18–30 tahun.

Displasia serviks umumnya tidak bergejala. Namun, ada sebagian penderita yang
mengalami gejala berupa perdarahan dari vagina. Displasia serviks ditandai dengan
perubahan abnormal pada bentuk dan ukuran sel sehat pada jaringan serviks. Perubahan
tersebut umumnya tidak bersifat ganas atau kanker.

Penyebab dan Faktor Risiko Displasia Serviks


Penyebab paling umum dari displasia serviks adalah infeksi virus human papillomavirus
(HPV), yang penularannya terjadi melalui kontak kulit atau seksual, termasuk hubungan
seks anal dan seks oral.

Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita terkena
displasia serviks, yaitu:
● Sering berganti pasangan seksual
● Sudah berhubungan seks atau pernah melahirkan sebelum usia 18 tahun
● Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks
● Daya tahan tubuh lemah, misalnya memiliki riwayat transplantasi organ,
mengonsumsi obat penekan imunitas tubuh, atau menderita HIV/AIDS
● Riwayat merokok atau sering terpapar asap rokok
● Riwayat infeksi menular seksual
● Selain itu, beberapa studi juga menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko terkena
displasia serviks apabila sudah pernah melahirkan lebih dari 3 kali atau jika ia
menggunakan pil KB dalam jangka panjang.

Langkah Penanganan Displasia Serviks


Penanganan displasia serviks umumnya disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi
dan usia pasien. Untuk displasia ringan yang dialami wanita usia muda, kondisi ini biasanya
hanya membutuhkan pemantauan berkala melalui pemeriksaan kesehatan dan Pap smear
rutin sesuai jadwal yang direkomendasikan dokter.

Sedangkan jika displasia ringan terjadi pada wanita yang berusia lebih tua, kondisi ini
mungkin memerlukan pemantauan secara berkala setiap 2 tahun. Tindakan lanjutan akan
dipertimbangkan jika dalam jangka waktu tersebut, displasia ringan berubah menjadi
displasia sedang atau berat, atau disertai dengan penyakit lain.

Untuk mengatasi displasia serviks berat dan mencegahnya berkembang menjadi kanker
serviks, dokter dapat melakukan penanganan berupa:
1. Bedah beku
2. Bedah laser
3. Kauterisasi
4. Operasi serviks
5. Histerektomi

2.3 Fibroid Uterus


Fibroid rahim adalah pertumbuhan massa yang bersifat non-kanker di dalam rahim atau di
luar rahim. Jenis kanker yang disebut juga leiomyoma atau mioma ini tidak ada kaitannya
dengan peningkatan risiko kanker rahim dan hampir tidak pernah berkembang menjadi
kanker.

Fibroid rahim memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari sekecil benih sehingga tidak
bisa terdeteksi oleh mata, sampai yang berukuran besar yang dapat menekan dan
memperbesar rahim. Seorang wanita bisa memiliki fibroid tunggal atau ganda. Dalam kasus
yang ekstrem, beberapa fibroid bisa muncul di dalam rahim, sehingga memperlebar organ
tersebut hingga mencapai tulang rusuk dan juga menambah beratnya.
Penyebab Fibroid Rahim
Tidak ada yang tahu apa pemicu fibroids. Para peneliti berpikir ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya hal tersebut. Faktor itu, yaitu:
● Faktor hormonal (dipicu fluktuasi kadar estrogen dan progesteron).
● Faktor genetik (berdasarkan garis keturunan).
Seperti halnya pemicunya tidak jelas, hingga kini faktor yang menyebabkan terbentuknya
fibroid rahim juga belum jelas. Hal yang diketahui bahwa fibroid berhubungan erat dengan
kondisi hormon, baik estrogen ataupun progesteron. Fibroid diketahui bisa bertambah besar
saat seorang wanita hamil, karena pada saat itu terjadi peningkatan kadar hormon. Namun,
fibroid dipastikan akan menyusut ketika seorang wanita memasuki masa menopause karena
kadar hormon cenderung menurun.

Gejala Fibroid Rahim


Kebanyakan wanita tidak mempunyai gejala fibroid rahim. Gejala tergantung pada jumlah,
ukuran, dan lokasi fibroid. Beberapa gejala umum, yaitu:
● Menstruasi yang berkepanjangan.
● Anemia (jumlah sel darah merah rendah)
● Perdarahan antar periode.
● Dispareunia, atau hubungan intim yang menyakitkan.
● Sering buang air kecil, disebabkan oleh tekanan tumor pada kandung kemih.
● Sakit atau tekanan di perut bagian bawah atau punggung bawah.

Pencegahan
Pencegahan fibroid rahim dapat dilakukan dengan berikut ini:
● Olahraga atau Aktivitas Fisik. Tubuh akan membakar kalori lebih sedikit ketika kamu
malas bergerak.
● Pola Makan Sehat. Pola makan yang tinggi kalori, sedikit sayur dan buah, sering
melewatkan sarapan, serta minum-minuman tinggi gula dapat menyebabkan
terjadinya obesitas.
● Hindari Merokok. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko mioma.

2.4 Gangguan Menstruasi


Gangguan yang berkaitan dengan siklus menstruasi hampir selalu disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormon. Selain itu kondisi ini juga berkaitan dengan pembekuan,
kanker, kista ovarium, fibroid rahim, genetika, dan penyakit menular seksual.

Beberapa gangguan yang sangat umum terkait siklus menstruasi adalah:


● Tidak adanya menstruasi atau amenore.
● Sindrom pramenstruasi.
● Fibroid.
● Perdarahan menstruasi yang berkepanjangan atau berat.
● Haid ringan atau tidak ada sama sekali.
● Gangguan dysphoric pramenstruasi (PMDD).

Gejala Gangguan Menstruasi


Ada beberapa gejala yang kerap dialami oleh wanita, seperti nyeri punggung, payudara
yang lebih lembut dan membesar, sakit kepala, muncul jerawat di beberapa bagian tubuh,
mudah lelah, mengalami peningkatan nafsu makan, perubahan suasana hati, gelisah,
hingga kram perut.Jika mengalami gejala tersebut, hal ini menandakan kondisi yang normal
dan wajar dialami wanita sebelum menstruasi.

Namun, kamu perlu waspada terhadap beberapa tanda yang menjadi gejala gangguan
menstruasi, seperti:
● Waspada terhadap perubahan siklus menstruasi. Rata-rata wanita memiliki siklus
menstruasi selama 24 sampai 34 hari. Jika kamu mengalami siklus yang lebih
pendek atau panjang dalam beberapa bulan secara rutin, sebaiknya segera lakukan
pemeriksaan pada dokter.
● Perhatikan jumlah darah menstruasi yang dihasilkan. Jika dalam waktu satu jam
kamu mengganti pembalut lebih dari satu kali sebaiknya waspada gangguan
menstruasi.
● Muncul gumpalan darah saat menstruasi.
● Perdarahan terjadi lebih dari satu minggu.
● Kelelahan terus menerus selama menstruasi.
● Sakit kepala yang tidak membaik.
● Pusing.
● Kulit menjadi lebih pucat.
● Nafas yang menjadi lebih pendek.

Pencegahan Gangguan Menstruasi


Perawatan sebelum maupun setelah menstruasi perlu dilakukan agar gejala gangguan
menstruasi tidak semakin parah. Berikut ini adalah penanganan yang dapat membantu
gangguan menstruasi, antara lain:
● Berendam air hangat atau menempelkan kompres hangat pada bagian abdomen.
Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi nyeri dan kram akibat haid.
● Berolahraga dapat mengurangi nyeri haid.
● Mengonsumsi berbagai makanan sehat, seperti gandum utuh, buah, dan sayuran
menjelang menstruasi.
● Hindari mengonsumsi makanan berlemak.
● Batasi pengonsumsian garam, gula, kafein, dan alkohol.
● Perbanyak air putih.

2.5 Kanker Ginekologi


Kanker ginekologi adalah sekelompok penyakit yang berkembang di organ reproduksi
wanita, seperti vulva, vagina, leher rahim, rahim, ovarium, dan tuba fallopi, yang semuanya
terletak di dalam panggul. Kanker ginekologi dinamai setelah organ di mana sel-sel kanker
itu terbentuk.

Berikut adalah berbagai jenis kanker ginekologi:


1. Kanker serviks adalah kanker leher rahim,
2. Endometrium atau kanker rahim
3. Kanker tuba fallopi adalah jenis kanker ginekologi langka yang memengaruhi saluran
tuba.
4. Kanker ovarium
5. Kanker vagina
6. Kanker vulva
7. Kanker peritoneal
Gejala Utama Kanker Ginelogi
Banyak dari bentuk kanker ginekologi yang tidak menunjukkan tanda atau gejala awal. Jika
pun muncul, gejala ini dapat dengan mudah dianggap sebagai gejalan penyakit lain.

Cara terbaik adalah untuk berkonsultasi dengan ginekolog jika Anda mengalami hal berikut:
● Keputihan abnormal
● Pendarahan di luar periode bulanan atau setelah menopause
● Sakit punggung atau sakit perut yang mencurigakan
● Kembung abnormal di daerah perut bagian bawah
● Perubahan yang signifikan dalam kebiasaan mandi
● Nyeri atau perdarahan selama hubungan seksual
● Nyeri atau tekanan di daerah panggul yang tak bisa dijelaskan
● Benjolan di daerah panggul
● Perubahan kulit vulva, termasuk perubahan warna dan pertumbuhan bisul, kutil, atau
ruam

2.6 Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
Sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) adalah gangguan
hormon yang terjadi pada wanita di usia subur. PCOS ditandai dengan gangguan
menstruasi dan kadar hormon maskulin (hormon androgen) yang berlebihan.

Hormon androgen yang berlebihan pada penderita PCOS dapat mengakibatkan ovarium
atau indung telur memproduksi banyak kantong-kantong berisi cairan. Kondisi ini
menyebabkan sel-sel telur tidak berkembang dengan sempurna dan gagal dilepaskan
secara teratur. Polycystic ovarian syndrome juga dapat menyebabkan penderitanya tidak
subur (mandul), dan lebih rentan terkena diabetes dan tekanan darah tinggi.

Penyebab Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)


Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan PCOS. Namun,
ada beberapa faktor yang diduga terkait dengan PCOS, yaitu:
● Kelebihan hormon insulin
● Hormon insulin adalah hormon yang menurunkan kadar gula dalam darah. Kadar
insulin yang berlebihan menyebabkan peningkatan produksi hormon androgen dan
penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin.
● Faktor genetik
● Hal ini karena sebagian penderita PCOS juga memiliki anggota keluarga yang
menderita PCOS.
● Gejala Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
● Gejala sindrom ovarium polikistik bisa timbul ketika wanita mengalami haid pertama
kali di masa pubertas. Meski gejala PCOS sering muncul saat remaja, ada juga
penderita PCOS yang baru mengalami gejalanya setelah dewasa atau saat periode
tertentu, misalnya saat berat badannya naik secara signifikan.

Berikut adalah gejala PCOS:


● Gangguan menstruasi
● PCOS kerap ditandai dengan periode menstruasi yang tidak teratur atau
berkepanjangan. Sebagai contoh, penderita PCOS hanya akan mengalami haid
kurang dari 8–9 kali dalam 1 tahun. Jarak antar haid dapat kurang dari 21 hari atau
lebih dari 35 hari, atau darah menstruasi mengalir deras.
● Gejala akibat kadar hormon androgen yang meningkat
● Peningkatan kadar hormon androgen pada wanita dengan PCOS dapat
menyebabkan munculnya gejala fisik seperti pria, seperti tumbuhnya rambut yang
lebat di wajah dan tubuh (hirsutisme), serta munculnya jerawat yang parah dan
kebotakan.
● Kista ovarium yang banyak
● Pada penderita PCOS, bisa ditemukan kantong-kantong kista di sekitar sel telur
(ovarium).
● Warna kulit menjadi gelap
● Beberapa bagian tubuh penderita PCOS bisa menjadi gelap, terutama di area
lipatan, seperti lipat leher, selangkangan, dan bagian bawah payudara.

Anda mungkin juga menyukai