1 Endometriosis
Gangguan ini adalah kelainan yang mempengaruhi rahim. Endometriosis terjadi ketika
jaringan yang melapisi rahim (jaringan endometrium) tumbuh di tempat lain di luar rahim
seperti, di ovarium, daerah panggul, usus, dan lainnya. Jaringan endometrium
memungkinkan tumbuh di luar panggul.
Namun, karena tidak ada tempat untuk pergi, mereka menumpuk di daerah panggul, yang
menyebabkan:
● Menstruasi yang sangat menyakitkan
● Gangguan reproduksi
● Infertilitas
● Pembentukan bekas luka.
Gejala utama endometriosis adalah nyeri atau kram hebat di bagian bawah perut atau
panggul (dismenore). Keluhan lain yang dapat muncul adalah nyeri saat berhubungan
seksual, volume darah yang banyak ketika menstruasi, dan diare.
Displasia serviks umumnya tidak bergejala. Namun, ada sebagian penderita yang
mengalami gejala berupa perdarahan dari vagina. Displasia serviks ditandai dengan
perubahan abnormal pada bentuk dan ukuran sel sehat pada jaringan serviks. Perubahan
tersebut umumnya tidak bersifat ganas atau kanker.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seorang wanita terkena
displasia serviks, yaitu:
● Sering berganti pasangan seksual
● Sudah berhubungan seks atau pernah melahirkan sebelum usia 18 tahun
● Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks
● Daya tahan tubuh lemah, misalnya memiliki riwayat transplantasi organ,
mengonsumsi obat penekan imunitas tubuh, atau menderita HIV/AIDS
● Riwayat merokok atau sering terpapar asap rokok
● Riwayat infeksi menular seksual
● Selain itu, beberapa studi juga menunjukkan bahwa wanita lebih berisiko terkena
displasia serviks apabila sudah pernah melahirkan lebih dari 3 kali atau jika ia
menggunakan pil KB dalam jangka panjang.
Sedangkan jika displasia ringan terjadi pada wanita yang berusia lebih tua, kondisi ini
mungkin memerlukan pemantauan secara berkala setiap 2 tahun. Tindakan lanjutan akan
dipertimbangkan jika dalam jangka waktu tersebut, displasia ringan berubah menjadi
displasia sedang atau berat, atau disertai dengan penyakit lain.
Untuk mengatasi displasia serviks berat dan mencegahnya berkembang menjadi kanker
serviks, dokter dapat melakukan penanganan berupa:
1. Bedah beku
2. Bedah laser
3. Kauterisasi
4. Operasi serviks
5. Histerektomi
Fibroid rahim memiliki ukuran yang bervariasi, mulai dari sekecil benih sehingga tidak
bisa terdeteksi oleh mata, sampai yang berukuran besar yang dapat menekan dan
memperbesar rahim. Seorang wanita bisa memiliki fibroid tunggal atau ganda. Dalam kasus
yang ekstrem, beberapa fibroid bisa muncul di dalam rahim, sehingga memperlebar organ
tersebut hingga mencapai tulang rusuk dan juga menambah beratnya.
Penyebab Fibroid Rahim
Tidak ada yang tahu apa pemicu fibroids. Para peneliti berpikir ada beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya hal tersebut. Faktor itu, yaitu:
● Faktor hormonal (dipicu fluktuasi kadar estrogen dan progesteron).
● Faktor genetik (berdasarkan garis keturunan).
Seperti halnya pemicunya tidak jelas, hingga kini faktor yang menyebabkan terbentuknya
fibroid rahim juga belum jelas. Hal yang diketahui bahwa fibroid berhubungan erat dengan
kondisi hormon, baik estrogen ataupun progesteron. Fibroid diketahui bisa bertambah besar
saat seorang wanita hamil, karena pada saat itu terjadi peningkatan kadar hormon. Namun,
fibroid dipastikan akan menyusut ketika seorang wanita memasuki masa menopause karena
kadar hormon cenderung menurun.
Pencegahan
Pencegahan fibroid rahim dapat dilakukan dengan berikut ini:
● Olahraga atau Aktivitas Fisik. Tubuh akan membakar kalori lebih sedikit ketika kamu
malas bergerak.
● Pola Makan Sehat. Pola makan yang tinggi kalori, sedikit sayur dan buah, sering
melewatkan sarapan, serta minum-minuman tinggi gula dapat menyebabkan
terjadinya obesitas.
● Hindari Merokok. Kebiasaan ini dapat meningkatkan risiko mioma.
Namun, kamu perlu waspada terhadap beberapa tanda yang menjadi gejala gangguan
menstruasi, seperti:
● Waspada terhadap perubahan siklus menstruasi. Rata-rata wanita memiliki siklus
menstruasi selama 24 sampai 34 hari. Jika kamu mengalami siklus yang lebih
pendek atau panjang dalam beberapa bulan secara rutin, sebaiknya segera lakukan
pemeriksaan pada dokter.
● Perhatikan jumlah darah menstruasi yang dihasilkan. Jika dalam waktu satu jam
kamu mengganti pembalut lebih dari satu kali sebaiknya waspada gangguan
menstruasi.
● Muncul gumpalan darah saat menstruasi.
● Perdarahan terjadi lebih dari satu minggu.
● Kelelahan terus menerus selama menstruasi.
● Sakit kepala yang tidak membaik.
● Pusing.
● Kulit menjadi lebih pucat.
● Nafas yang menjadi lebih pendek.
Cara terbaik adalah untuk berkonsultasi dengan ginekolog jika Anda mengalami hal berikut:
● Keputihan abnormal
● Pendarahan di luar periode bulanan atau setelah menopause
● Sakit punggung atau sakit perut yang mencurigakan
● Kembung abnormal di daerah perut bagian bawah
● Perubahan yang signifikan dalam kebiasaan mandi
● Nyeri atau perdarahan selama hubungan seksual
● Nyeri atau tekanan di daerah panggul yang tak bisa dijelaskan
● Benjolan di daerah panggul
● Perubahan kulit vulva, termasuk perubahan warna dan pertumbuhan bisul, kutil, atau
ruam
○
2.6 Polycystic Ovary Syndrome (PCOS)
Sindrom polikistik ovarium atau polycystic ovarian syndrome (PCOS) adalah gangguan
hormon yang terjadi pada wanita di usia subur. PCOS ditandai dengan gangguan
menstruasi dan kadar hormon maskulin (hormon androgen) yang berlebihan.
Hormon androgen yang berlebihan pada penderita PCOS dapat mengakibatkan ovarium
atau indung telur memproduksi banyak kantong-kantong berisi cairan. Kondisi ini
menyebabkan sel-sel telur tidak berkembang dengan sempurna dan gagal dilepaskan
secara teratur. Polycystic ovarian syndrome juga dapat menyebabkan penderitanya tidak
subur (mandul), dan lebih rentan terkena diabetes dan tekanan darah tinggi.