Anda di halaman 1dari 18

Polimenorhea dan Oligomenorhea

Minggu 7
Polimenorhea dan oligomenorhea

adalah dua jenis gangguan menstruasi yang berhubungan dengan ketidakteraturan siklus
haid. Kedua kondisi ini dapat memengaruhi kesuburan dan kesehatan wanita secara umum.
Polimenorhea

Polimenorhea adalah kondisi ketika menstruasi lebih sering terjadi dan berlangsung
singkat. Hal ini dapat mengganggu kesuburan wanita. Gejala dari polimenorhea dapat
berupa menstruasi yang lebih sering terjadi, atau siklus menstruasi yang lebih pendek
dibandingkan dengan siklus normalnya.

Normalnya, siklus menstruasi berlangsung antara 21-35 hari, dengan perdarahan selama 2-
6 hari. Sementara itu, volume kehilangan darah rata-rata sebanyak 20-80 mililiter (ml).
Pada kasus polimenorea, seorang wanita mengalami perdarahan kurang dari 21 hari,
bahkan waktu menstruasi bisa terjadi secara tidak teratur sehingga sulit untuk diprediksi.
Penyebab Polimenorhea

Penyebab polimenorhea dapat bervariasi, mulai dari stres, penyakit infeksi menular
seksual, endometriosis, fibroid dan polip rahim, hingga tumor atau sel kanker23. Berikut
ini adalah beberapa penjelasan singkat tentang penyebab polimenorhea:

• Stres: Stres sering kali menjadi pemicu polimenorea dan masalah menstruasi lainnya.
Ini karena dampaknya terhadap keseimbangan hormon di dalam tubuh. Oleh karena
itu, penting untuk mengelola stres dengan baik. Carilah pemicu stres yang dialami, lalu
sebisa mungkin cari cara untuk mengatasinya. Apabila Anda bisa mengalami stres yang
tidak berujung hingga mengganggu siklus menstruasi, tidak ada salahnya untuk
berkonsultasi kepada dokter atau psikolog1.
Penyebab Polimenorhea
• Penyakit infeksi menular seksual: Adanya infeksi penyakit menular seksual seperti
klamidia dan gonore juga dapat menyebabkan seorang wanita mengalami polimenorea.
Wanita yang menderita klamidia biasanya merasakan sakit yang luar biasa pada perut
bagian bawah dan kelamin serta mengalami keputihan. Sementara penyakit gonore
biasanya menunjukkan gejala seperti gatal yang sangat pada area kewanitaan, sensasi
terbakar pada saat buang air kecil, dan keputihan.

• Endometriosis: Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang melapisi rahim


tumbuh di luar rahim. Jaringan ini dapat tumbuh di indung telur, saluran telur bahkan
usus. Meskipun endometriosis adalah penyakit jinak dan bukan sel kanker, tetapi jika
semakin parah akan menyebabkan pendarahan dan peradangan pada organ-organ tubuh
wanita. Perdarahan akibat endometriosis dapat menyebabkan haid menjadi lebih sering
dan gangguan hormonal pada wanita.
Penyebab Polimenorhea
• ibroid dan polip rahim: Fibroid dan polip rahim adalah semacam daging yang tumbuh
pada organ reproduksi wanita bagian dalam. Dua penyakit ini secara umum bersifat
jinak tapi dapat berkembang menjadi ganas. Meskipun bukan sel kanker, tetapi
penyakit ini dapat menyebabkan berbagai masalah seperti perdarahan, nyeri perut,
sakit saat berhubungan intim, atau perut yang membesar. Perdarahan yang terjadi
akibat fibriod dan polip dapat menyebabkan seorang wanita mengalami
polymenorrhea.

• Adanya tumor atau sel kanker: Polimenorea juga bisa saja diakibatkan oleh adanya
tumor atau sel kanker pada organ-organ reproduksi wanita. Adanya keganasan sel
kanker dapat menyebabkan siklus haid menjadi terganggu.
Untuk menentukan penyebab polimenorhea,
dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan,
mulai dari peninjauan riwayat menstruasi,
pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan
penunjang, seperti tes darah, tes urine, pap smear,
dan USG
Pengobatan polimenorhea tergantung pada penyebabnya.
Beberapa jenis pengobatan yang mungkin diberikan dokter
adalah:

• Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen, untuk mengurangi


nyeri dan peradangan.
• Obat hormonal, seperti pil KB, suntik KB, atau implan KB, untuk mengatur
siklus menstruasi dan mengurangi perdarahan.
• Obat antikoagulan, seperti traneksamat, untuk mengurangi perdarahan berlebih.
• Antibiotik, jika polimenorhea disebabkan oleh infeksi bakteri.
• Operasi, jika polimenorhea disebabkan oleh fibroid, polip, atau kanker.
Oligomenorhea

Oligomenorhea adalah kondisi ketika periode menstruasi seorang wanita pada usia subur
tidak teratur atau susah diprediksi. Penyebab oligomenorea biasanya bukanlah hal yang
serius. Namun, pada kasus tertentu, oligomenorea bisa menjadi pertanda adanya gangguan
kesehatan pada tubuh.

Gejala dari oligomenorhea adalah menstruasi yang jarang terjadi, atau siklus menstruasi
yang lebih dari 35 hari5. Normalnya, periode menstruasi terjadi setiap 21–35 hari. Jika
seorang wanita tidak mengalami menstruasi selama lebih dari 35–90 hari, maka wanita
tersebut dapat dikatakan menderita oligomenorea. Oligomenorea menyebabkan
penderitanya hanya mengalami haid sebanyak 6–8 kali dalam setahun. Banyaknya darah
yang keluar pun tidak dapat diprediksi. Darah bisa keluar lebih sedikit dari biasanya atau
justru lebih banyak.
Penyebab Oligomenorhea
• Penyakit tiroid: Penyakit tiroid, seperti hipotiroidisme dan hipertiroidisme, dapat
memengaruhi produksi hormon tiroid yang berperan dalam mengatur siklus
menstruasi. Jika hormon tiroid terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka menstruasi bisa
menjadi tidak teratur atau bahkan berhenti sama sekali.

• Sindrom polikistik ovarium (PCOS): PCOS adalah kondisi di mana terdapat banyak
kista (benjolan berisi cairan) di dalam ovarium. PCOS dapat menyebabkan
ketidakseimbangan hormon, terutama hormon androgen yang berlebih. Hormon
androgen yang berlebih dapat mengganggu proses ovulasi (pelepasan sel telur dari
ovarium) dan menyebabkan menstruasi menjadi tidak teratur atau jarang terjadi.
Penyebab Oligomenorhea
• Malnutrisi: Malnutrisi, misalnya karena gangguan makan, seperti anoreksia nervosa
dan bulimia, dapat menyebabkan berat badan turun drastis. Berat badan yang terlalu
rendah dapat memengaruhi produksi hormon estrogen yang berperan dalam mengatur
siklus menstruasi. Jika hormon estrogen terlalu rendah, maka menstruasi bisa menjadi
tidak teratur atau jarang terjadi.

• Obesitas: Obesitas, yaitu kondisi di mana berat badan melebihi batas normal, juga
dapat memengaruhi siklus menstruasi. Obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin,
yaitu kondisi di mana tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif untuk
mengatur kadar gula darah. Resistensi insulin dapat meningkatkan produksi hormon
androgen yang dapat mengganggu ovulasi dan menstruasi.
Penyebab Oligomenorhea
• Diabetes: Diabetes, yaitu kondisi di mana kadar gula darah terlalu tinggi, juga dapat
menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Diabetes dapat menyebabkan
komplikasi pada organ-organ reproduksi, seperti ovarium, rahim, dan vagina.
Komplikasi ini dapat mengganggu proses ovulasi dan menstruasi.

• Radang panggul: Radang panggul adalah peradangan pada organ-organ reproduksi


wanita, seperti ovarium, rahim, dan saluran telur. Radang panggul dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri, virus, jamur, atau parasit yang menular melalui hubungan seksual.
Radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut, abses, atau sumbatan pada saluran
telur. Hal ini dapat mengganggu proses ovulasi dan menstruasi.
Penyebab Oligomenorhea
• Kanker: Kanker, seperti kanker ovarium, kanker rahim, atau kanker serviks, juga dapat
menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Kanker dapat merusak jaringan
dan organ-organ reproduksi, serta mengubah produksi hormon. Kanker juga dapat
menyebabkan perdarahan abnormal, nyeri, atau keputihan yang tidak normal.

• Menopause dini: Menopause dini adalah kondisi di mana seorang wanita berhenti
menstruasi sebelum usia 40 tahun. Menopause dini dapat disebabkan oleh faktor
genetik, autoimun, atau pengobatan tertentu, seperti kemoterapi atau radioterapi.
Menopause dini dapat menyebabkan penurunan produksi hormon estrogen dan
progesteron yang berperan dalam mengatur siklus menstruasi. Menopause dini juga
dapat menyebabkan gejala-gejala seperti hot flashes, keringat malam, susah tidur,
mood swings, atau penurunan libido.
Penyebab Oligomenorhea
• Masalah psikologis: Masalah psikologis, seperti depresi, ansietas, atau stres, juga dapat
memengaruhi siklus menstruasi. Masalah psikologis dapat mempengaruhi sistem saraf pusat
yang mengontrol produksi hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi. Masalah
psikologis juga dapat mempengaruhi gaya hidup, seperti pola makan, aktivitas fisik, atau
kebiasaan merokok, yang dapat memengaruhi kesehatan reproduksi.

• Efek samping obat-obatan: Beberapa jenis obat-obatan, seperti obat antidepresan, obat
antipsikotik, obat antiepilepsi, obat antikoagulan, atau obat steroid, juga dapat menyebabkan
siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Obat-obatan ini dapat memengaruhi keseimbangan
hormon, fungsi ovarium, atau fungsi hipotalamus dan hipofisis yang mengatur siklus
menstruasi. Jika Anda mengalami oligomenorhea setelah mengonsumsi obat-obatan tertentu,
sebaiknya konsultasikan dengan dokter Anda.
Penyebab Oligomenorhea

• Olahraga berat: Olahraga berat, seperti atletik, lari, atau angkat beban, juga dapat
menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Olahraga berat dapat menyebabkan
penurunan lemak tubuh yang berperan dalam produksi hormon estrogen. Olahraga berat juga
dapat menyebabkan stres fisik dan mental yang dapat mengganggu keseimbangan hormon.

Untuk menentukan penyebab oligomenorhea, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan,


mulai dari peninjauan riwayat menstruasi, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang,
seperti tes darah, tes urine, tes hormon, dan USG.
Untuk menentukan penyebab oligomenorhea,
dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan,
mulai dari peninjauan riwayat menstruasi,
pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan
penunjang, seperti tes darah, tes urine, tes
hormon, dan USG.
Pengobatan oligomenorhea tergantung pada penyebabnya.
Beberapa jenis pengobatan yang mungkin diberikan dokter
adalah:

• Obat hormonal, seperti pil KB, suntik KB, atau implan KB, untuk mengatur
siklus menstruasi dan mengatasi ketidakseimbangan hormon.
• Obat antidiabetes, seperti metformin, untuk mengatasi resistensi insulin dan
mengurangi produksi hormon androgen pada penderita PCOS.
• Obat tiroid, seperti levotiroksin, untuk mengatasi hipotiroidisme dan
mengatur produksi hormon tiroid.
• Antibiotik, jika oligomenorhea disebabkan oleh infeksi bakteri.
• Operasi, jika oligomenorhea disebabkan oleh fibroid, polip, atau kanker.
Sekian
See You Next Time~

Anda mungkin juga menyukai