Anda di halaman 1dari 11

RESUME KEPEMIMPINAN

Dosen Pembimbing:
Ibu Lembah Adriani, S.Kep, Ns, MMRS

Disusun oleh:
Sevia Ito Permadani (AOA0200937)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN D3 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES
MALANG
2021 / 2021
A. PENGERTIAN KEPEMIMPINAN

Fungsi manajemen yang telah diterapkan dalam sebuah organisasi tidak akan berjalan
tanpa adanya sosok pemimpin. Namun, keberadaan seorang pemimpin juga tidak menjamin
tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien. Agar tujuan organisasi dapat dicapai
secara efektif dan efisien, maka seorang pemimpin perlu menerapkan kepemimpinan secara
baik dan benar. Kepemimpinan memegang peranan yang dominan, krusial, dan kritikal
dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan prestasi kerja, baik pada tingkat individual,
kelompok, dan organisasi.

Dilansir dari buku Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia (2018) karya
Muhammad Busro, kepemimpinan adalah suatu proses memengaruhi orang lain sehingga
orang lain tersebut dengan sukarela mau melaksanakan kegiatan bersama dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang
mampu mengelola sebuah organisasi dan mampu melaksanakan kepemimpinan secara efektif
sehingga tujuan organisasi bisa dicapai.

Dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia (2009) karya Edy Sutrisno,
dijelaskan bahwa dalam kepemimpinan terdapat tiga aspek penting, yaitu:

1. Pemimpin harus melibatkan orang lain Orang lain di sini dapat diartikan sebagai
bawahan, pengikut, atau anggota kelompok. Kesediaan anggota kelompok dalam
menerima arahan dari pemimpin membantu menegaskan status pemimpin dan
memungkinkan terjadinya proses kepemimpinan.Tanpa adanya bawahan atau anggota
kelompok, semua sifat-sifat kepemimpinan seorang pemimpin akan menjadi tidak
relevan.

2. Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan
anggota kelompok. Maksudnya adalah anggota kelompok tetap memiliki kuasa dalam
sebuah organisasi. Mereka bisa membentuk kegiatan kelompok dengan berbagai cara.
Akan tetapi, kekuasaan pemimpin dalam sebuah organisasi cenderung lebih tinggi
daripada anggota kelompok.

3. Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggunakan berbagai bentuk kekuasaan


Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin biasanya digunakan untuk
memengaruhi perilaku anggota kelompok melalui sejumlah cara. Pada dasarnya, para
pemimpin memengaruhi para anggota kelompok untuk melakukan pengorbanan pribadi
demi tujuan organisasi.

B. TEORI KEPEMIMPINAN

a. Teori Scientific management (Taylor)

Scientific Management, atau dalam Bahasa Indonesia disebut Manajemen Ilmiah,


pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul
Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor
mendeskripsikan manajemen ilmiah sebagai:"Penggunaan metode ilmiah untuk
menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan."

Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang puas
dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu disebabkan oleh
karena:

para pekerja menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan
yang sama (hampir tak ada standar kerja). para pekerja cenderung menganggap gampang
pekerjaannya. Ketidakpuasan ini diidentifikasi oleh Taylor dalam pernyataannya kepada
Presiden Theodore Roosevel. Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah
pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut
adalah: Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan
menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan. Secara ilmiah, pilihlah dan
kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut. Bekerja samalah secara
sungguh-sungguh dengan para pekerja untu menjamin bahwa semua pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.

Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen
dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya
daripada bagi para pekerja. Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika
itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu
mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan
melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak
sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang
melakukan tugas tersebut.

b. Teori Cotingency (Fiedler)

Kepemimpinan kontigensi adalah situasi kerja dan budaya organisasi. Teori


kepemimpinan ini dikemukanan oleh Fredeirck E. Fiedler, yang mendalilkan bahwa gaya
kepemimpinan yang sukses paling baik ditentukan oleh situasi yang ditentukan. Teori ini
dikenal dengan teori kongensi kepemimpinan (theory of leadership).Ide dasar
kepemimpinan kontingensi

Kinerja dan kesuksesan pemimpin tidak hanya didasarkan pada kualitas atau
metodenya, tetapi juga pada situasi dimana gaya kepemimpinan itu bekerja. Ada argumen
bahwa setiap jenis kepemimpinan diperlukan pada masanya. Artinya, gaya
kepemimpinan tertentu diperlukan pada situasi tertentu dan tidak cocok pada situasi lain.

Tidak ada satu gaya kepemimpinan terbaik. Pemimpin akan paling efektif ketika
gaya kepemimpinannya paling sesuai dengan situasi yang dihadapi. Dalam sebuah situasi
perusahaan tersebut bisa terkait dengan karakteristik seperti tingkat pengalaman bawahan
dan sifat tugas kelompok misalnya apakah terstruktur dengan jelas atau tidak.

Cara kerja teori kontingensi kepemimpinan


Teori kontingensi tidak berkaitan dengan membuat beradaptasi dengan suatu
situasi, melainkan tujuan untuk gaya pemimpin dengan situasi yang sesuai. Untuk
memanfaatkan teori ini sebaik mungkin, penting untuk menemukan gaya apa yang
dimiliki seorang pemimpin. Ini dilakukan melalui Least Preferred Coworker Scale (LPC).
LPC adalah daftar yang dirancang untuk mencari tahu apa yang paling ingin
diajak bekerja sama dengan seorang pemimpin, dan pada menunjukkan gaya
kepemimpinan. Total skor menentukan gaya kepemimpinan yang diperlukan Skor LPC
tinggi: pemimpin dengan keterampilan pribadi yang baik dan mengandalkan hubungan
dengan orang lain untuk menyelesaikan tugas. Ini adalah tipe pemimpin yang berorientasi
pada orang ( people oriented leader ). Mereka melakukan yang terbaik ketika tingkat
hubungan antara mereka dan para pengikut berada di puncaknya.
Skor LPC Rendah: pemimpin yang mencapai tujuan melalui fokus pada tugas dan
kekuatan posisi. Gaya kepemimpinan ini berorientasi pada tugas ( task oriented
leadership ). Tipe ini paling efektif ketika kekuatan posisi tinggi, serta struktur tugas yang
telah baik.
Teori ini penting karena memberi pemilik bisnis wawasan untuk
mengkombinasikan berbagai tipe kepemimpinan dengan situasi yang dibutuhkan. Di
situasi tertentu, manajer butuh manajer yang mau membengkokkan kebijakan jika
keadaan menuntutnya. Di situasi lain, pemilih membutuhkan manajer yang patuh dan
sangat ketat dalam menerapkan kebijakan perusahaan.
c. Teori great man theory (bolman and Deal)

Teori kepemimpinan ini menyatakan bahwa pemimpin yang hebat memiliki sifat
kepemimpinan yang terbawa dari lahir, bukan karena dibentuk. Teori yang sudah dikenal
di abad ke-19, menunjukkan adanya kualitas seorang pemimpin sebenarnya telah melekat
secara natural atau bawaan dari lahir. Pemimpin tipe ini sering kali membawa sifat-sifat
alami, seperti kecerdasan, keberanian, membangun kepercayaan diri, intuisi, dan pesona.

Great Man Theory adalah aliran kepemimpinan yang percaya bahwa pemimpin
hebat dilahirkan, bukan dibuat. Asumsinya, akan ada orang-orang yang lahir ke dunia
dengan memiliki karakteristik dan sifat tertentu, dan hal tersebut tidak ditemukan pada
semua orang. Teori ini percaya bahwa para pemimpin terkemuka sepanjang sejarah
dilahirkan untuk memimpin dan pantas melakukannya karena kemampuan dan bakat
alami mereka.

Dua Asumsi Dasar Great Man Theory

Orang-orang yang mendukung teori ini percaya bahwa orang-orang yang


termasuk dalam Great Man ini sering berasal dari penguasa aristokrat. Ini karena orang-
orang dari status sosial yang lebih tinggi memiliki lebih banyak kesempatan untuk
berlatih dan mencapai peran kepemimpinan, sehingga muncul gagasan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan yang melekat.Terdapat 2 asumsi dasar yang
membangun teori ini, yakni

1. Pemimpin hebat dilahirkan dengan memiliki sifat tertentu yang memungkinkan


mereka untuk bangkit dan memimpin.
2. Para pemimpin yang hebat dapat muncul ketika dunia dalam keadaan sangat
membutuhkan.

Argumen yang Melawan Great Man Theory

Herbert Spencer, seorang filsuf, sosiolog, ahli biologi, dan ahli teori politik
terkemuka dari era Victoria, menyatakan bahwa Great Man Theory tidak ilmiah. Salah
satu masalah utama dalam teori ini adalah, bahwa tidak semua orang yang memiliki apa
yang disebut kualitas kepemimpinan alami benar-benar menjadi pemimpin yang hebat.
Jika kepemimpinan hanyalah kualitas bawaan, semua orang yang memiliki sifat-sifat
pemimpin akhirnya akan menemukan diri mereka dalam peran kepemimpinan, tapi
ternyata tidak begitu.

Pandangan pemimpin yang efektif telah berubah secara nyata dari waktu ke
waktu. Great Man Theory tidak bisa lagi ditemukan karena tidak ada pemimpin
karismatik tunggal yang menggunakan kekuatannya sendiri untuk memimpin orang lain.
Kepemimpinan adalah proses yang kompleks dan membutuhkan kerja sama individu dan
lingkungan, sehingga pemimpin yang hebat dibentuk oleh waktu karena sifat-sifat yang
diperlukan untuk memimpin dipelajari dan diasah.

d. Teori Sifat Bawaan Dan Teori X dan Y (Mc.Gregor

1. Teori sifat bawaan

Dalam perjalanan hidup, kita berhadapan dengan sejumlah pemimpin hebat. Baik
itu dalam dunia politik, korporasi, maupun sosial, pemimpin hebat cenderung mampu
menarik orang- orang di sekelilingnya, dan menginsipirasi mereka mengikuti
keputusannya, apakah itu kecil maupun besar.

Apa yang sebenarnya membedakan pemimpin yang baik dengan yang hebat?
Karakteristik apa yang menentukan pemimpin demikian? Artikel ini akan
menjelaskan karakteristik yang umumnya dimiliki oleh para pemimpin hebat sebagai
titik awal bagi Anda mengawali dan meningkatkan kemampuan dalam peran sebagai
pemimpin.

2. Memiliki Keingintahuan yang Aktif.

Para pemimpin yang dapat membangun hubungan baik dengan orang lain secara
alami memiliki rasa ingin tahu terhadap mereka yang ada di sekelilingnya.
Keingintahuan yang alami ini memungkinkan mereka berinteraksi dan mendengarkan
baik-baik perkataan orang lain serta memahami sudut pandangnya. Mengembangkan
rasa empati atau memahami sesama adalah kunci untuk mengetahui alasan pemikiran
orang lain, apa yang penting bagi mereka, dan cara mereka memahami suatu situasi.

Hal ini memungkinkan para pemimpin hebat memandu dengan rasa empati dan
kepedulian, serta terbuka terhadap ide-ide baru, yang dapat membangun hubungan
jangka panjang dengan orang-orang yang bekerja bersamanya.

3. Kesadaran Diri.

Para pemimpin hebat memahami dengan baik kondisi emosional dalam dirinya.
Mereka mengetahui dengan baik kekurangan dan kelebihannya. Memiliki tolok ukur
yang akurat seperti ini memungkinkan para pemimpin mengenali kemampuan dan
keterbatasannya, sehingga dapat memanfaatkan saran atau pertimbangan bawahannya
di waktu yang tepat untuk menunjukkan fleksibilitas dan kerendahan hatinya. Para
pemimpin yang baik mengetahui saat mereka berada dalam konsentrasi penuh dan
saat kelelahan, sehingga mereka mampu mencapai tujuan sesuai kemampuan dan
potensi maksimalnya.

4. Komunikasi yang Jelas.

Para pemimpin hebat memiliki kemampuan menyuarakan ide dan arahannya


tanpa menyisakan keraguan. Mengetahui apa yang ingin kita capai sering kali tampak
jelas di dalam pikiran, namun jika penjelasan kita disertai dengan ekspresi kosong,
kemungkinan besar akan ada masalah dalam mengkomunikasikannya.

Masalah dalam berkomunikasi seperti ini harus diatasi dengan baik, karena para
pengikut cenderung mudah kehilangan kepercayaan kepada pemimpin yang tidak
mampu mengekspresikan diri dengan jelas. Dari sudut pandang para pemimpin, jika
dia tidak mampu menyampaikan visinya kepada anggota tim, produk yang dihasilkan
kemungkinan besar tidak akan memuaskan.

5. Mampu Memotivasi.

Para pemimpin hebat tidak memimpin dengan memerintah orang lain. Namun,
menginspirasi pengikutnya untuk bertindak, serta ingin membantu dan bekerja
bersamanya.

kunci untuk mencapai hal ini adalah memupuk keinginan untuk membantu orang
lain. Di saat orang lain merasakan bahwa Anda berniat tulus membantu mereka,
sebaliknya mereka pun akan termotivasi untuk bertindak dan membantu Anda saat
dibutuhkan.

6. Menguasai Cara Mendekati.

Tidak semua orang berfungsi dengan cara yang sama. Hal ini mungkin terdengar
seperti konsep dasar, namun sering kali diabaikan oleh mereka yang posisinya naik
menjadi pemimpin.

Hal-hal seperti sudut pandang budaya, latar belakang pendidikan, keterbatasan


bahasa, sifat pribadi, dan beragam latar belakang yang ada, semuanya akan
mempengaruhi cara suatu informasi diproses dan diartikan.

e. Teori X dan Y

Teori X dan Teori Y adalah teori motivasi manusia diciptakan dan dikembangkan
oleh Douglas McGregor di Sloan School of Management MIT pada tahun 1960 yang
telah digunakan dalam manajemen sumber daya manusia, perilaku organisasi,
komunikasi organisasi dan pengembangan organisasi.

Teori ini diungkapkan oleh Douglas McGregor yang mengemukakan strategi


kepemimpinan efektif dengan menggunakan konsep manajemen partisipasi. Konsep
terkenal dengan menggunakan asumsi-asumsi sifat dasar manusia. Pemimpin yang
menyukai teori X cenderung menyukai gaya kepemimpinan otoriter dan sebaliknya,
seorang pemimpin yang menyukai teori Y lebih menyukai gaya kepemimpinan
demokratik. Untuk kriteria karyawan yang memiliki tipe teori X adalah karyawan dengan
sifat yang tidak akan bekerja tanpa perintah, sebaliknya karyawan yang memiliki tipe
teori Y akan bekerja dengan sendirinya tanpa perintah atau pengawasan dari atasannya.
Tipe Y ini adalah tipe yang sudah menyadari tugas dan tanggung jawab pekerjaannya.
C. GAYA KEPEMIMPINAN

1. Gaya kepemimpinan Otoriter

Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab
dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.

Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak


ada satupun tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia
memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil.
Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.

Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah
ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara.
Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.

2. Gaya kepemimpinan Demokrasi

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan


wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu
mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan
demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab
para bawahannya.

3. Gaya kepemimpinan partisipatif

Dessler (2002:27) mengatakan bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti


melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini terutama penting manakala
pemikiran kreatif diperlukan untuk 14 memecahkan masalah yang kompleks atau
membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim.

4. Gaya kepemimpinan Laissez Faire

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang
dihadapi.
D. PERAN DAN FUNGSI PEMIMPIN
Fungsi kepemimpinan dalam manajemen adalah suatu cara yang dilakukan oleh seorang
pemimpin agar dapat menambah nilai pada suatu kelompok. Suatu kepemimpinan akan
mampu menjalankan fungsinya dengan baik, jika pemimpin di dalamnya memiliki dominasi
yang kuat terhadap kelompok sosial lainnya. Menurut website simplicable dot com, ada
beberapa fungsi kepemimpinan yang perlu kita ketahui dalam bidang kepemimpinan.
1. Menyusun Strategi yang Tepat.
2. Merancang Taktik.
3. Penyelesaian Masalah (Problem Solving)
4. Memimpin dengan memberi contoh yang baik.
5. Membentuk dan menerapkan budaya yang positif.
6. Membentuk ketangguhan.
Kriteria Pemimpin yang Harus di Miliki
1. Kualitas tertinggi dari kepemimpinan yang ideal adalah integritas.
2. Menginspirasi.
3. Mampu Berkomunikasi dengan Baik.
4. Kemampuan Pengambilan Keputusan.
5. Kreatif dan Inovatif.
6. Akuntabilitas.
7. Percaya Diri dan Optimis.
8. Kecerdasan Emosional.
E. PERAN DAN FUNGSI KEPALA RUANG SEBAGAI PEMIMPIN

Kepala ruang bertanggung jawab secara langsung memastikan kegiatan dalam organisasi.
Dalam institut layanan keperawatan, para manajer bertugas untuk memastikan bahwa
keseluruhan tujuan yang telah ditetapkan oleh keperawatan dapat diwujudkan melalui
rangkaian kegiatan manajemen, baik yang bersifat fungsional maupun operasional.

Fungsi manajemen terbagi ada empat fungsi yaitu perencanaan, pengoorganisasian,


pengarah dan pengawasan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi kepala
ruang menurut perspektif staf keperawatan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah
deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah staf keperawatan di Rumah sakit. Variabel
pada penelitian ini adalah fungsi kepala ruang. Analisa data menggunakan distribusi
frekuensi dan standar deviasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut staf keperawatan di Rumah sakit, kepala
ruang telah menjalankan fungsinya dengan baik. Sehingga diharapkan kepala ruang tetap
menjalankan fungsinya sesuai dengan uraian tugas dan standar operasional. Seperti fungsi
dalam manajerial yang lain maka fungsi dari kepala ruang juga meliputi komponen-
komponen yang sama yaitu planning, organizing, actuating dan controling.

Pengorganisasian yang dilakukan pimpinan meliputi kewenangannya, tanggung


jawabnya, pendelegasian tugas termasuk pengorganisasian perawatan di tingkat ruang dalam
memberikan asuhan keperawatan. Fungsi pengarahan, dalam menjalankan fungsi pengarahan
kepala ruangan kepala ruangan akan melakukan kegiatan supervisi terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan, bimbingan terhadap staf, mengkoordinasi dan memotivasi staf
keperawatan. Fungsi pengarahan ini adalah merupakan fungsi dari kepemimpinan seorang
kepala ruangan secara menyeluruh seperti, bagaimana gaya kepemimpinannya, bagaimana
mengelola konflik dan sebagainya (Pratiwi dkk, 2010)

Anda mungkin juga menyukai