Anda di halaman 1dari 133

Berfikir Kritis dalam Penerapan Standar

Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem


Reproduksi dan Payudara sesuai dengan
Evidence Based dan Program Pemerintah
Oleh
Ni Luh Putu Sri Erawati
Kelainan Hymen
Tipe Hymen
1. Hymen jenis anularis (lobang di tengah selaput berbentuk
oval)
Jenis ini tidak serta merta seragam seperti pada gambar di atas akan tetapi
banyak variasi dan elastisitasnya serta ketebalan yang bisa berbeda-beda.
Hal ini sangat menentukan robek tidaknya pada saat melakukan hubungan
seksual.
2. Hymen jenis bersekat (Septate hymen) Hymen jenis bersekat
(Septate hymen)
Jenis ini bersekat, dan sekat bisa hanya di permukaan atau bahkan bisa
memanjang sampai dalam, dan robek tidaknya sangat tergantung lebar dan
elastisitas sekat serta sisa ruangan/pori/lubang yang tidak tertutup oleh
sekat.
3. Hymen jenis seperti saringan (Cribriformis)
Jenis ini yang dipastikan bisa robek sangat hubungan seksual, karena
lobang hanya kecil-kecil di tengah membrane selaput hymen (seperti
saringan).
4. Hymen impervorate (selaput yang sama sekali tidak
berlubang)
Jenis ini menimbulkan keluhan berupa darah haid yang tidak bisa keluar
dan sering disertai sakit perut secara periodik ( setiap datang haid) karena
darah tidak bisa keluar, dan harus segera dilakukan incisi oleh dokter.
Hymen Imperforata
• Kelainan bawaan lahir yang langka, di mana
hymen menutupi seluruh lubang vagina
• Hymen imperforata tergolong langka dan hanya
terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran bayi
perempuan
Penyebab Hymen Imperforata
• Hymen imperforata terjadi ketika selaput dara
gagal membuka atau membentuk lubang selama
masa perkembangan janin.
• Belum diketahui secara pasti apa yang
menyebabkan terjadinya kondisi ini.
• Hymen imperforata juga tidak diturunkan dari
orang tua ke anaknya
Gejala Hymen Imperforata
• Tidak mengalami haid (amenorrhea), walaupun
tanda-tanda pubertas lainnya sudah muncul
• Sakit perut yang parah
• Kembung atau rasa penuh di perut bagian
bawah
• Buang air kecil terasa nyeri, terutama ketika
awal siklus menstruasi
• Sembelit (konstipasi)
• Sakit pinggang
Diagnosis Hymen Imperforata
• Hymen imperforata dapat didiagnosis ketika bayi baru lahir
atau ketika awal masa pubertas anak, akan tetapi, lebih sulit
mendiagnosis hymen imperforata pada bayi baru lahir.
• Sementara pada anak dalam masa pubertas, dokter akan
melakukan tanya jawab mengenai gejala yang dialami,
riwayat kesehatan, serta riwayat menstruasi pasien.
• Melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area vagina,
selaput dara, dan vulva.
• Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan
pemindaian, seperti USG atau MRI panggul.
• Dalam pemeriksaan ini, dokter dapat melihat kondisi
jaringan di area selaput dara
Pengobatan Hymen Imperforata
• Melakukan operasi himenektomi.
• Setelah operasi, dokter akan memberikan alat peregang
vagina (dilator) yang perlu dimasukkan ke dalam vagina
selama beberapa menit setiap hari. Alat tersebut dipasang
untuk mencegah selaput dara menutup kembali.
• Pemberian obat antibiotika dan pereda nyeri setelah
operasi.
• Operasi himenektomi dianjurkan ketika anak memasuki
awal masa pubertas. Hal ini dilakukan karena area vagina
pada anak lebih luas dibandingkan pada bayi. Selain itu,
kadar hormon estrogen anak juga lebih tinggi daripada
bayi sehingga dapat mempercepat proses penyembuhan.
NYERI HAID/
DISMENORE
Nyeri Haid/Dismenore terbagi menjadi
• Nyeri Haid/Dismenore Primer
• Nyeri Haid/Dismenore Sekunder
Nyeri Haid/Dismenore Primer
• Disminorea primer adalah nyeri haid yang
dijumpai tanpa kelainan alat-alat genital yang
nyata.
• Disminorea primer biasanya terjadi dalam 6-12
bulan pertama setelah 2 bulan haid pertama,
segera setelah siklus ovulasi teratur ditentukan
(Anurogo & Wulandari, 2011)
Patofisiologi Dismenorea Primer
• Rasa nyeri yang terjadi selama masa mentruasi dan selalu berhubungan
dengan siklus ovulasi.
• Hal ini disebabkan oleh korpus luteum yang akan mengalami regresi
apabila tidak terjadi kehamilan.
• Kondisi ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fospolipase A2.
• Fasfolipasae A2 akan menghidrolisis senyawa fasfolipid yang ada di
membran sel endrometrium dan menghasilkan asam arakhidonat.
• Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan prostaglandin
PGE2 dan PGF2 alfa.
• Adanya peningkatan kadar PGE2 dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang
merangsang miometrium.
• Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi uterus, sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia.
• Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi,
selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung saraf aferen
nerfus pelvicusterhadap rangsang fisik dan kimia (Anurogo & wulandari,
2011)
Faktor yang Mempengaruhi Dismenorea primer :

1. Prostaglandin
Penelitian dalam tahun-tahun terakhir menunjukan bahwa
peningkatan kadar prostaglandin (PG) penting peranannya sebagai
penyebab terjadinya dismenorea. Atas dasar itu disimpulkan bahwa
(PG) yang dihasilkan uterus berperan dalam menimbulkan
hiperaktivitas miometrium. Jika (PG) dilepaskan dalam jumlah
berlebihan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenorea
timbul pula pengaruh umum lainya seperti diare, mual, muntah
(Sukarni & Wahyu, 2013).
2. Hormon Streroid Seks
Dismenorea primer hanya terjadi pada siklus ovulatorik. Artinya,
dismenorea hanya timbul bila uterus berada di bawah pengaruh
progesteron. Sedangkan sintesis PG berhubungan dengan fungsi
ovarium. Kadar progesteron yang rendah akan menyebabkan
terbentuknya PGF-alfa dalam jumlah yang banyak. Estradiol lebih
tinggi pada wanita yang menderita dismenorea dibandingkan
wanita normal (Sukarni &Wahyu, 2013).
3. Sistem Saraf (Neurologik)
Uterus dipersyarafi oleh Sistem Saraf Otonom (SSO) yang terdiri dari
sistim saraf simpatis dan parasimpatis. Dismenorea ditimbulkan oleh
ketidakseimbangan pengendalian sistem saraf otonom terhadap mio-
metrium. Pada keadaan ini terjadi perangsangan yang berlebihan oleh
saraf simpatik sehingga serabut-serabut sirkuler pada istmus dan ostium
uteri interneum menjadi hipertonik (Sukarni &Wahyu, 2013).
4. Vasopresin
Wanita dengan dismenorea primer teryata memiliki kadar vasopresin
yang sangat tinggi, dan berbeda bermakna dari wanita tanpa
dismenorea. Ini merupakan bahwa vasopressin dapat merupakan faktor
etiologi yang penting pada dismenorea primer (Sukarni & Wahyu, 2013).
5. Psikis
Semua nyeri tergantung pada hubungan susunan saraf pusat, khususnya
talamus dan korteks. Derajat penderita yang dialami akibat rangsang
nyeri tergantung pada latar belakang pendidkan penderita. Pada
dismenorea faktor pendidikan dan faktor psikis sangat berpengaruh,
nyeri dapat dibangkitkan dibangkitkan atau diperberat oleh keadaan
psikis penderita. Seringkali segera setelah perkawinan dismenorea
hilang, dan jarang masih menetap setelah melahirkan (Sukarni &Wahyu,
2013).
Tanda dan Gelaja Dismenorea Primer
• Gejala umum dismenorea primer adalah nyeri yang
terkonsentrasi pada abdomen bawah, region
umbilical atau region suprapubicd ari abdomen.
• Dismenorea primer juga sering dirasakan pada
abdomen kiri atau kanan.
• Nyeri ini dapat menjalar ke paha atau punggung bawah.
• Gejala lain yang menyertai berupa mual dan muntah,
diare, sakit kepala, pusing (Sukarni & Wahyu) dan pada
kasus berat nyeri menstruasi dapat menyebabkan
seseorang pingsan (Anurogo & Wulandari, 2011)
Pencegahan Dismenorea Primer
Menurut Anurogo & Wulandari (2011) langkah-langkah yang dilakukan
untuk mencegah dismenore (nyeri haid), yaitu :
• Hindari stres, sebisa mungkin hidup tenang dan bahagia;
• Memilih pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang memadai,
memenuhi standar 4 sehat 5 sempurna;
• Saat menjelang haid, sebisa mungkin menghindari makanan yang
cenderung asam dan pedas;
• Istirahat yang cukup;
• Tidur yang cukup, sesusai standar keperluan masing masing 6-8 jam
sehari sesuai dengan kebiasaan;
• Rajin minum susu dengan kalsium tinggi;
• Lakukan olahraga secara teratur setidaknya 30 menit tiap hari;
• Lakukan peregangan anti nyeri haid setidaknya 5-7 hari sebelum haid;
• Menjelang haid, cobalah merendam dengan menggunakan air hangat
yang diberi garam mandi dan beberapa tetes minyak esensial bunga
lavender atau sesuai selera masing-masing;
• Usahakan tidak mengkonsumsi obat anti nyeri;
• Selama masa nyeri jangan melakukan olahraga berat atau bekerja
berlebihan sehingga menyebabkan kelelahan;
• Hindari mengomsumsi alkohol, rokok, kopi, maupun cokelat, karena
akan memicu bertambahnya kadar estrogen;
• Jangan makan segala sesuatu yang dingin secara berlebihan;
• Perbanyak konsumsi buah-buahan dan sayur makanan berkadar
lemak rendah, konsumsi vitamin E, vitamin B6, dan minyak ikan
untuk mengurangi peradangan;
• Suhu panas merupakan ramuan tua yang perlu dicoba, seperti
menggunakan bantal pemanas, kompres handuk atau botol berisi air
panas di perut dan punggung bawah serta minum minuman yang
hangat;
• Terapi alternative;
• Pijatan dengan aroma terapi juga dapat mengurangi rasa tidak
nyaman;
• Mendengarkan musik, membaca buku atau menonton TV juga bisa
dapat membantu mengurangi rasa sakit
Manejemen Dismenorea Primer
• Kompres dengan botol panas (hangat) pada bagian yang
terasa kram (bisa di perut atau pinggang bagian
belakang);
• Mandi air hangat, boleh juga menggunakan aroma terapi
menenangkan diri;
• Mengonsumsi minuman hangat yang mengandung
kalsium tinggi;
• Menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit, ambil
posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah.
Hal tersebut dalam membantu relaksasi;
• Obat-obatan yang digunakan harus berdasarkan
pengawasan dokter. Boleh minum analgesik (penghilang
rasa sakit), tetapi dosisnya tidak lebih dari tiga kali sehari
Terapi non farmakologi untuk
meringankan gelaja dismenorea, yaitu:
• Pengobatan dengan herbal seperti mengkonsumsi kunyit
asam pagi dan sore hari;
• Penggunaan suplemen minyak ikan, vitamin E;
• Relaksasi, penting untuk memberikan kesempatan bagi
tubuh memproduksi hormon yang penting untuk
mendapatkan haid tanpa rasa nyeri;
• Akupuntur, sebagian besar penanganan akulpuntur yang
ada di indonesia untuk menangani dismenorea
digabungkan dengan pengobatan medis;
• Hipnoterapi sangat efektif untuk mengatasi nyeri haid,
salah satunya adalah mengubah pola pikit dari negatif ke
positif.
Nyeri Haid/Dismenore Sekunder
• Nyeri haid sekunder disebabkan oleh kondisi
atau gangguan pada sistem reproduksi wanita.
• Nyeri ini biasanya terjadi lebih awal daripada
nyeri menstruasi biasa dan berlangsung lebih
lama
Penyebab nyeri haid biasanya
• kontraksi rahim menekan pembuluh darah yang mengelilingi rahim,
sehingga memutuskan suplai darah dan oksigen ke rahim.
• Ketiadaan oksigen menyebabkan jaringan rahim melepaskan
prostaglandin yang menciptakan rasa nyeri

Ada juga penyebab lainnya seperti:


1. Endometriosis, yaitu jaringan yang melapisi rahim ditanamkan di luar
rahim, yang paling umum pada saluran tuba, ovarium atau jaringan yang
melapisi pelvis.
2. Miom, yaitu tumor jinak di dinding rahim dapat menjadi penyebab nyeri.
3. Adenomiosis, yaitu jaringan yang melapisi rahim mulai tumbuh ke dalam
dinding otot rahim.
4. Radang panggul (PID), yaitu infeksi pada organ reproduksi wanita yang
disebabkan bakteri yang ditularkan secara seksual.
5. Stenosis serviks. Pada beberapa wanita, pembukaan leher rahim mungkin
sangat kecil sehingga menghambat aliran menstruasi, menyebabkan
peningkatan tekanan dalam uterus dan rasa sakit.
PERDARAHAN TIDAK
NORMAL
Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB)
• Kondisi yang menyebabkan perdarahan vagina
di saat seorang wanita sedang tidak menstruasi
atau haid
• Perdarahan uterus yang disfungsional terjadi
ketika hormon reproduksi mengalami gangguan
• Menurut American Society for Reproductive
Medicine, kondisi ini paling umum terjadi saat
pubertas dan menopause
Tanda – tanda DUB
 Perdarahan menstruasi yang sangat deras
 Darah menggumpal atau ada gumpalan besar
 Perdarahan lebih dari tujuh hari
 Perdarahan yang terjadi kurang dari 21 hari sejak menstruasi terakhir
Gejala-gejala PUA lainnya adalah:
 Muncul bercak darah
 Payudara terasa lunak dan sensitif
 Begah
Penyebab utama perdarahan uterus
abnormal (PUA)
• Ketidakseimbangan hormon reproduksi. Perempuan yang sedang
mengalami masa puber dan menopause mungkin mengalami
ketidakseimbangan hormon selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
• Hal ini bisa menyebabkan perdarahan yang tidak teratur. Perdarahan yang
deras atau hanya bercak-bercak. Biasanya darah tampak kecokelatan, pink,
atau merah terang.
• Hormon yang tidak seimbang juga bisa jadi efek samping pengobatan
tertentu atau memang karena sedang menjalani terapi hormon itu sendiri.
Kondisi medis yang sering menyebabkan PUA adalah:

1. Sindrom polikistik ovarium (PCOS). Gangguan endokrin yang membuat tubuh


wanita menghasilkan kelebihan hormon seks. Akibatnya, hormon estrogen dan
progesteron jadi tidak seimbang dan siklus menstruasi jadi tidak teratur.
2. Endometriosis. Kondisi ini terjadi saat dinding rahim tumbuh di luar uterus, misalnya
pada ovarium. Endometriosis juga sering menyebabkan perdarahan menstruasi yang
sangat deras.
3. Polip Rahim. Polip bisa muncul dalam rahim. Meski penyebabnya tak diketahui,
pertumbuhan ini sangat dipengaruhi oleh hormon estrogen. Pembuluh darah kecil
pada polip bisa menyebabkan perdarahan uterus abnormal.
4. Fibroid rahim. bisa muncul di rahim, dinding rahim, atau otot rahim. Seperti polip,
penyebab fibroid rahim belum dipahami. Namun, lagi-lagi hormon estrogen sangat
berperang.
5. Penyakit kelamin (penyakit menular seksual). Penyakit kelamin yang menyebabkan
luka seperti gonore dan klamidia bisa sebabkan perdarahan uterus abnormal.
Perdarahannya biasa terjadi setelah berhubungan seks.
Diagnosis
Ultrasound (USG)
• untuk mengamati organ reproduksi. Pemeriksaan ini akan mengungkapkan
apakah ada pertumbuhan abnormal seperti polip dan fibroid. USG juga bisa
memeriksa apakah ada perdarahan dalam.
Tes darah
• Tes darah dilakukan untuk memeriksa kadar hormon dan jumlah darah
lengkap. Kadar hormon bisa membantu menentukan penyebab perdarahan.
Biopsi endometrium
• Jika ada pertumbuhan abnormal, dinding rahim biasanya akan menebal.
Sampel jaringan rahim dibiopsi untuk pemeriksaan. Biopsi akan
menunjukkan kalau ada perubahan sel yang tidak wajar. Perubahan sel yang
tidak wajar bisa menandakan hormon tidak seimbang, kanker, dan lain-lain.
Pengobatan
 Pil KB
Kombinasi pil KB yang mengandung estrogen dan progesteron. Keduanya
berfungsi untuk mengatur siklus menstruasi
 Obat hormon
• Warfarin (Coumadin)
Polimenorhe
• Polimenorea ditandai oleh siklus menstruasi dengan interval 21 hari atau
kurang.
• Siklus menstruasi yang pendek ini dapat disebut sebagai polimenorea jika telah
terjadi selama lebih dari 3 siklus.
• Masa perdarahan yang berlangsung selama 2-6 hari
Gejala umum terjadinya polimenorea
• Siklus haid yang pendek (kurang dari 21 hari).
• Frekuensi menstruasi yang meningkat (lebih dari 1-2 kali dalam sebulan).
• Durasi menstruasi yang panjang.
• Dapat juga disertai dengan peningkatan volume darah menstruasi.
• Pasien dengan kondisi polimenorea dapat mengalami kondisi anemia.
Penyebab Polimenorea

• Terkadang tidak ada kelainan yang menyebabkan


polimenorea karena kondisi siklus menstruasi pendek
termasuk hal yang normal untuk beberapa wanita.
• Hal ini karena pada waktu-waktu tertentu dalam kehidupan
wanita, siklus menstruasi bisa jadi tidak teratur.
• Kondisi ini bisa terjadi ketika wanita pertama kali mulai
menstruasi selama masa pubertas, atau ketika mendekati
akhir menstruasi saat menopause
Kondisi yang dapat menyebabkan polimenorea.

1. Stres
• Stres adalah penyebab umum dari polimenorea serta kelainan menstruasi
lainnya pada wanita.
• Hal ini karena stres dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dalam tubuh
2. Infeksi dan Penyakit Menular Seksual (PMS)
• Infeksi, termasuk klamidia dan gonore, juga dapat menyebabkan polimenorea.
• Selain mengalami gejala siklus menstruasi yang pendek, wanita dengan
klamidia juga mungkin akan mengalami sakit perut yang parah dan keputihan.
• Sementara gejala gonore lainnya adalah rasa gatal yang ekstrim di area vagina,
sensasi terbakar saat buang air kecil, dan keputihan.
• Kedua kondisi ini memang bisa diobati dengan antibiotik.
• Infeksi dan penyakit menular seksual harus didiagnosis dan diobati segera
karena jika tidak, infeksi tersebut dapat menyebabkan berbagai masalah
kesehatan serius.
3. Endometriosis
• Endometritis adalah suatu kondisi di mana sel-sel yang
biasanya melapisi rahim ditemukan di area lain seperti
ovarium atau saluran tuba.
• Kondisi ini memiliki gejala sebagai berikut:
• Menstruasi yang berat dan nyeri
• Nyeri saat berhubungan badan
• Bercak di sela-sela menstruasi
• Kelainan siklus menstruasi

4. Menopause
• Menopause adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan waktu saat siklus menstruasi wanita
berhenti secara permanen.
• Ini biasanya terjadi pada wanita berusia akhir 40-an
atau awal 50-an.
• Menjelang masa ini (perimenopause), tubuh wanita
mengalami perubahan hormonal besar-besaran yang
dapat menyebabkan:
 Depresi
 Perubahan suasana hati
 Hot flashes
 Kelainan pada siklus menstruasi, seperti polimenorea
5) Penyebab Lainnya
Penyebab lain yang mendasari terjadinya
polimenorea, termasuk hiperaktivitas kelenjar
hipofisis anterior, yang menyebabkan:
 Seringnya ovulasi
 Gangguan psikologis
 Malnutrisi
 Radang panggul kronis
Diagnosis
Berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik, akan
memutuskan tes diagnosis yang diperlukan. Tes ini bisa
saja termasuk:
 Tes kehamilan
 Tes darah
 USG Transvaginal
 Histeroskopi
 Pemeriksaan kadar hormon reproduksi, seperti
progesteron, LH, FSH, dan prolaktin
Penanganan
• Polimenorea bersifat sementara dan dapat disembuhkan. Polimenorea
yang berlangsung terus-menerus dapat menimbulkan gangguan
hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus-menerus. Hal ini
memicu terjadinya anemia.
• Selain itu, kondisi polimenorea dapat memicu terjadinya gangguan
kesuburan, karena adanya gangguan proses ovulasi. Tujuan terapi
polimenorea adalah untuk mengontrol perdarahan serta mencegah
terjadinya perdarahan berulang yang dapat menyebabkan komplikasi,
seperti anemia dan gangguan kesuburan.
• Terapi yang diberikan tergantung pada usia, resiko kesehatan, dan pilihan
kontrasepsi. Pada umumnya, terapi farmakologi kondisi polimenorea
meliputi terapi hormonal, seperti hormon estrogen dan hormonal
kombinasi (estrogen dan progesteron), serta tablet penambah darah untuk
mengoreksi kondisi anemia.
• Pemberian obat NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs), seperti
ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat, menunjukkan penurunan
kejadian perdarahan. Pemberian obat NSAIDs akan menurunkan level
prostaglandin yang tinggi pada pasien dengan kondisi perdarahan yang
lebih intens.
Oligomenorhe
• kondisi ketika seorang wanita jarang sekali mengalami
menstruasi, yakni jika siklus menstruasinya lebih dari
35–90 hari atau mendapat haid kurang dari 8–9 kali
dalam kurun waktu setahun
• Oligomenorea sering dialami remaja yang baru
memasuki pubertas dan wanita yang memasuki masa
menopause.
• Gangguan menstruasi ini merupakan dampak dari
aktivitas hormon yang sedang tidak stabil di masa-masa
tersebut
Penyebab oligomenorrhea, di antaranya:

 Penggunaan kontrasepsi hormonal, seperti pil KB atau KB suntik


 Sering melakukan olahraga atau aktivitas fisik berat
 Gangguan ovulasi
 Penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit tiroid, dan sindrom polikistik
ovarium (PCOS)
 Gangguan makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia
 Masalah psikologis, seperti stres dan depresi
• Efek samping obat-obatan tertentu, seperti antipsikotik dan antiepilepsi
Menorhahgia
• Gangguan menstruasi berupa keluarnya darah
menstruasi secara berlebihan atau dalam jumlah
terlampau banyak, sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari.
• Hal ini termasuk durasi haid yang berlangsung lebih dari
menstruasi normal, yakni lebih dari 5–7 hari.
Tanda Gejala
 Mengeluarkan terlalu banyak darah dari vagina, sehingga harus mengganti
pembalut tiap jam
 Harus menggunakan dua pembalut untuk menampung perdarahan
 Harus bangun untuk mengganti pembalut saat tidur
 Mengalami gejala anemia, misalnya lemas, pucat, atau sesak napas
 Mengeluarkan gumpalan-gumpalan darah selama lebih dari satu hari
Menorrhagia bisa disebabkan oleh
berbagai hal:
• Perubahan pola makan,
• sering olahraga,
• gangguan hormon,
• infeksi atau peradangan di vagina dan leher rahim,
• gangguan tiroid,
• miom dan polip di rahim,
• gangguan pembekuan darah,
• kanker rahim atau kanker serviks.
Metrorhagia
• Metrorrhagia adalah perdarahan yang terjadi di antara periode
menstruasi
• Metrorrhagia termasuk jenis perdarahan abnormal dari vagina.
Faktor risiko
• Kondisi ini bisa dialami oleh wanita di segala usia,
namun lebih sering terjadi pada wanita usia 45 tahun ke
atas dibandingkan remaja
• Penyakit menular seksual, tumor di rahim,
• Riwayat aborsi
Penyebab Metrorrhagia

1. Stres

• Stres bisa menyebabkan tubuh memproduksi hormon stres atau kortisol. Hormon ini akan
memengaruhi kemampuan tubuh dalam produksi kadar hormon yang memicu haid, yaitu
estrogen dan progesteron, hal itu bisa mengganggu siklus menstruasi dan mungkin
menyebabkan adanya perdarahan antarperiode menstruasi.

2. Mensturasi pertama

• Menstruasi pertama (menarche) juga bisa menyebabkan metrorrhagia. Ini karena saat
pertama kali mengalami menstruasi, kadar hormon di dalam tubuh wanita belum seimbang
sehingga wajar jika siklus haidnya belum lancar.
• Kondisi ini juga kerap mengakibatkan perdarahan di luar siklus haid. Perdarahan yang
muncul biasanya berupa flek darah yang warnanya bisa kecokelatan atau merah cerah.

• 3. Malnutrisi

• Wanita yang kurang gizi atau malnutrisi cenderung memiliki siklus menstruasi tidak teratur
dan mengalami perdarahan tidak normal di luar siklus haid. Penyebab metrorrhagia pada
kondisi malnutrisi adalah karena tubuh tidak memiliki cukup gizi dan hormon untuk
memproduksi sel telur (ovulasi) serta memicu menstruasi.
4. Kontrasepsi
• Penggunaan kontrasepsi, seperti pil KB yang mengandung kombinasi estrogen dan
progesteron dapat pula menyebabkan metrorrhagia. Penggunaan awal atau penghentian
kontrasepsi yang mengandung hormon bisa mengakibatkan perdarahan di luar menstruasi.

5. Menopause
• Saat memasuki masa menopause, wanita akan mengalami perubahan kadar hormon yang
memicu haid di dalam tubuhnya. Kondisi ini pada akhirnya dapat menyebabkan metrorrhagia.

6. Obat pengencer darah


• Konsumsi obat-obatan, misalnya obat pengencer darah obat pengencer darah, juga bisa
menyebabkan metrorrhagia. Itu karena pemakaian obat tersebut bisa meningkatkan risiko
wanita mengalami perdarahan, termasuk keluar darah dari vagina. Contoh jenis obat
pengencer darah tersebut adalah warfarin.
7. Suplemen
• Selain obat pengencer darah, konsumsi suplemen tertentu, misalnya ginseng, bisa
meningkatkan risiko mengalami perdarahan di luar menstruasi. Belum ada penjelasan terkait
hal ini, tetapi diduga karena zat tertentu dalam ginseng bisa memengaruhi kadar hormon
reproduksi.
• Perlu diketahui bahwa metrorrhagia juga bisa menjadi gejala yang menjadi tanda gangguan
atau masalah kesehatan tertentu. Gangguan dan masalah kesehatan tersebut meliputi
sindrom ovarium polikistik (PCOS), endometriosis, peradangan serviks, peradangan rahim,
kanker serviks, dan kanker vagina
Penanganan Metrorrhagia
• Secara umum, penanganan metrorrhagia dilakukan oleh dokter sesuai
penyebab yang mendasarinya. Berikut ini adalah beberapa pilihan
penanganan yang dapat dilakukan dokter untuk mengatasi metrorrhagia:
 Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), untuk mengurangi kehilangan
banyak darah dan kram perut yang mungkin menyertai metrorrhagia
 Progesteron, untuk mengatasi perubahan kadar hormon dan menghentikan
perdarahan abnormal
 Penggantian jenis alat kontrasepsi, bila metrorrhagia disebabkan oleh
konsumsi pil KB kombinasi
 Kuretase bila metrorrhagia disertai perdarahan yang lama dan penebalan
dinding rahim
INFEKSI/PERADANGAN
Adalah
berbagai infeksi
yang dapat menular
dari satu orang
ke orang lain
melalui kontak
seksual
Menurut data CDC
(Centers of Desease Control)

• Lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan per tahun


• Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun):
Kelompok usia yang memiliki risiko tertinggi untuk
teertular IMS
• Pada usia ini : 3 juta kasus baru per tahun
Jenis IMS yang disebabkan karena Bakteri

• Gonore
• Sifilis
Jenis IMS yang disebabkan karena Virus

Herpes, Kutil Kelamin , AIDS, Hepatitis


Beberapa IMS berlanjut

(P e n y a k it
• PRP ul)
n g P a n g g
Rada
n k e r s e rv iks
• Ka
K om p l ik a si

kehamilan
Kontak seksual

• Tidak hanya berhubungan seksual


• Meliputi ciuman, kontak oral-genital, & Mainan seks
(sex toys)
• Tidak ada kontak seksual yang benar-benar aman
• Hanya Abstinensia dan Monogamy
Kondom

• Berguna mencegah HIV dan Gonore


• Proteksi yang rendah terhadap HPV penyebab Kutil
kelamin
Gejala secara umum IMS pada perempuan

• Cairan yang tidak biasa keluar dari alat


kelamin perempuan, biasanya berwarna
kuning kehijauan dan berbau tidak
seperti biasanya, serta gatal
• Keluarnya darah bukan pada masa haid
(infeksi vagina)
• Rasa sakit pada vagina, perut bagian
bawah, dan saat melakukan hubungan
seksual
• Muncul bintil-bintil kecil pada alat
kelamin
• Luka / lecet pada alat kelamin dan
sekitarnya
Gejala-gejala IMS
• Rasa sakit saat kencing, jikapada laki-laki
diurut keluar cairan nanah
dari alat kelamin
• Pembengkakan pada buah pelir dan terasa sakit/ panas
• Muncul bintil-bintil kecil pada alat kelamin
• Luka atau lecet pada alat kelamin dan sekitarnya
Penyebab remaja rentan terhadap IMS

• Ketidaktahuan
• Tidak ada perlindungan seksual
• Aktif secara seksual pada usia muda
• Lapisan mukosa mulut rahim lebih rentan
• Perilaku mencari pengobatan yang buruk
• Remaja wanita berhubungan seksual dengan pria beda
usia jauh lebih tua
Cara penularan IMS

• Cairan darah
• Cairan vagina
• Cairan sperma
• ASI dan atau Proses menyusui
Antara ASI yang mengandung virus,
Dan atau proses menyusui karena ada luka
(lecet pada puting saat menyusui)
IMS tidak menular melalui
• Duduk di samping orang yang terkena IMS
• Menggunakan WC umum
• Bekerja terlalu keras
• Menggunakan kolam renang umum
• Memegang gagang pintu
• Salaman dan pelukan
• Melalui peralatan makanan
• Melalui bersin/ batuk
• Melalui keringat
Perempuan lebih rentan terkena IMS

• Perempuan menampung air mani/ sperma jika


berhubungan seks
• Lapisan dinding vagina sangat halus dan mudah terluka
meskipun dalam hubungan seks biasa
• Perempuan sulit menunjukkan tanda dan gejala IMS
• Perempuan seringtidak berani meminta pasangannya
memakai kondom
• Perempuan sering tidak tahu pasangannya sering berganti-
ganti pasangan
Apakah alkohol & NAPZA meningkatkan risiko
IMS

• Ya, karena alkohol dan NAPZA membuat seseorang


tidak berfikir panjang dan membuat seseorang
mengikuti perasaan sesaat tanpa pertimbangan
yang matang.
Apa hubungan IMS dan HIV&AIDS

• Jika terkena IMS maka akan meningkatkan risiko


menjadi lebih mudah terkena HIV dan AIDS.
(meningkat 2x sampai dengan 18x lipat)
Jika terkena IMS Risiko terkena HIV dan
AIDS
Sipilis 2-10 kali lebih besar
Herpes 2-9 kali lebih besar
Kutil Kelamin 3-10 kali lebih besar
Trikomonas 3 kali lebih besar
Gonorhoe 2-9 kali lebih besar
Clamidia 3-6 kali lebih besar
Chancroid 2-18 kali lebih besar
Klamidia
Tipe : bakterial
Cara penularan: hubungan seks per vaginal dan anal
Gejala : 75% kasus pada perempuan, 25% kasus pada pria tidak
menunjukkan gejala.
- Keputihan abnormal,
- Rasa nyeri saat kencing (laki-laki & perempuan)
- Nyeri pada perut bawah, nyeri saat berhubungan seksual (perempuan)
- Nyeri atau pembengkakan pada testis (laki-laki)
Pengobatan: Antibiotik
Jika tidak diobati:
- 30% perempuan akan mengalami PRP, kehamilan ektopik, kemandulan,
nyeri panggul kronis
- Laki-laki  epididymitis (peradangan pada testis), kemandulan,
berisiko HIV
Gonore
Tipe : bakterial
Cara penularan: hubungan seks per vaginal, anal, dan oral
Gejala :
Laki-laki:
- Gejala timbul dalam waktu 1 minggu setelah terinfeksi,
- Rasa sakit saat kencing/ ereksi
- Keluar nanah pada saluran kencing terutama pagi hari
GO stadium dini sering tidak bergejala
Perempuan:
- Sulit dilihat kasat mata
- Nyeri di perut bawah, kadang keputihan tidak sedap
- Alat kelamin sakit/ gatal
- Rasa sakit/ panas saat kencing
- Perdarahan setelah berhubungan seksual

Pengobatan: Antibiotik
Gonore
Tipe: Bakterial
Gonore
Menular pada Bayi
Herpes Genital (HSV-2)
• Tipe : Viral
• Cara penularan : kontak seksual antar kulit baik vaginal, anal
maupun oral
• Gejala :
▫ pada perempuan terdapat luka lecet disekitar kelamin, dinding liang
kemaluan dan anus.
▫ Pada laki-laki terdapat luka lecet dibatang maupun kepala penis atau
anus.
• Masa inkubasi: 1-26 hari atau 6-7 hari
• Pengobatan: obat antivirus (achiclovir)
• Akibat: peningkatan risiko terinfeksi HIV, kelahiran prematur pada
wanita hamil
• Pencegahan: tidak melakukan hubungan seks anal, vaginal maupun
oral dengan orang yang terinfeksi. Pemakaian kondom
Herpes Genital
Human Papilloma Virus (HPV)
• Tipe: Viral
• Cara penularan: hubungan seksual vaginal, oral, anal
• Gejala: tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol
tumbuh pada atau didalam alat kelamin, anus dan tenggorokan
• Pengobatan: tidak ada pengobatan, kutil dapat dihilangkan
menggunakan operasi, laser
• Konsekuensi yang mungkin terjadi: HPV merupakan virus yang
dapat menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strain berhubungan
dengan terjadinya kanker serviks, vulva, vagina, anus dan penis.
• Konsekuensi: pada bayi dapat menyebbakan timbulnya kutil pada
tenggorokan yang menyumbat jalan nafas sehingga harus di
keluarkan.
• Pencegahan: tidak melakukan seks
HPV
Sifilis
• Tipe: bakterial
• Cara penularan: hubungan seks vaginal, anal atau oral. Kontak dengan
bagian yang terinfeksi
• Gejala:
▫ TAHAP 1(sifilis primer): Terjadi 9-90 hari setelah terinfeksi, timbul luka yang tidak
nyeri dipenis
▫ TAHAP 2 (sifilis sekunder): terjadi beberapa bulan setelah tahap pertama, bercak
merah tidak gatal ditangan dan kaki, pembesaran kelenjar limfa, kutil disekitar alat
kelamin dan anus.
▫ TAHAP 3(sifilis laten): tidak ada keluhan namun infeksi menyerang oragn tubuh lain.
Diketahui hanya lewat pemeriksaan darah
▫ TAHAP 4 (sifilis tersier): timbul 5-50 tahun setelah sifilis sekunder. Kerusakan
menetap pada otak, pembuluh darah, jantung, serabut saraf dan sumsum tulang
belakang.
▫ TAHAP 5 (sifilis congenital): ibu hamil terkena sifili dan melahirkan anak
menyebabkan kelainan bentuk muka, kelainan tulang, kebutaan, ketulian,kelainan
bentuk gigi, kelainan kulit, lahir mati
• Pengobatan: penisilin, namun kerusakan orgamn tubuh tidak dapat
diperbaiki
• Konsekuensi: memperbesar resiko tertular HIV,
Sifilis
Trikomoniasis
• Tipe: disebabkan oleh protozoa Trichomonas Vaginalis
• Prevalensi: terjadi paling banyak pada perempuan muda dan aktif seksual,
diperkirakan 5 juta kasus baru terjadi pada perempuan dan laki-laki.
• Cara penularan: kontak seksual, pemakaian baju penderita
• Gejala:
▫ Pada Perempuan terjadi keputihan, berbusa dan berwarna kehijauan, rasa
sakit saat buang air kecil dan saat berhubungan seksual, nyeri vagina, gatal
atau tidak ada gejala sama sekali.
▫ Laki-laki: terjadi radang saluran kencing, luka pada penis, namun pada
umumnya tanpa gejala.
• pengobatan: dapat disembuhkan dengan kombinasi obat
• Konsekuensi: pada ibu hamil menyebabkan ketuba pecah dini dan
kelahiran bayi prematur
• Pencegahan: tidak melakukan hubungan seksual, kondom dapat
mengurangi resiko tertular.
Trikomonas
Mitos-mitos seputar IMS
• Minum antibiotik sebelum berhubungan seks menurunkan risiko
terkena IMS
• Mencuci alat kelamin dengan sabun dapat menurunkan risiko
tertular IMS
• Pasangan yang menawan dan bersih pasti bebas IMS
• Pasangan usia muda tidak mungkin kena IMS
• IMS dapat dilihat langsung
• IMS bisa sembuh dengan minum alkohol
• IMS menular melalui pemakaian toilet umum
• Hubungan seks pada waktu tertentu
• Mencuci liang senggama dengan odol, betadine untuk cegah IMS
• Naik ke tempat tidur dari sisi tertentu
• Hubungan seks dengan perawan tidak akan terkena IMS
KEGANASAN PADA
SERVIK, UTERUS,
OVARIUM
• Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh pada sel-sel di
leher rahim.
• Umumnya, kanker serviks tidak menunjukkan gejala pada
tahap awal.
• Gejala baru muncul saat kanker sudah mulai menyebar.
• Dalam banyak kasus, kanker serviks terkait dengan infeksi
menular seksual.
• Penyebab utama lesi prakanker dan kanker serviks adalah
infeksi Human Papiloma Virus (HPV)
Jenis kanker serviks terbagi dua, yaitu:
1. Karsinoma sel skuamosa (KSS).
• KSS adalah jenis kanker serviks yang paling sering
terjadi.
• KSS bermula pada sel skuamosa, yaitu sel yang
melapisi bagian luar leher rahim.
2. Adenokarsinoma.
• Jenis kanker serviks ini bermula pada sel kelenjar
pada saluran leher rahim.
Pada kasus yang jarang, kedua jenis kanker serviks di
atas dapat terjadi secara bersamaan
Faktor Risiko Kanker Leher Rahim
1. Melakukan hubungan seksual diusia muda, yaitu
dibawah 18 tahun
2. Bergonta-ganti pasangan seksual
3. Melakukan hubungan seksual dengan pria yang
sering bergonta-ganti pasangan seksual
4. Merokok ataupun sebagai perokok pasif
5. Infeksi berulang pada jalan kelamin, salah satunya
karena kurang menjaga kebersihan alat kelamin
6. Memiliki riwayat keluarga dengan kanker
7. Adanya riwayat tes pap smear yang abnormal
sebelumnya.
Perjalanan penyakit Kanker SErviks
Tanda Gejala
• Perdarahan dari vagina di luar periode menstruasi,
setelah berhubungan seks, setelah pemeriksaan
panggul, atau setelah menopause
• Keputihan yang encer, berwarna kecokelatan,
bercampur darah, dan berbau busuk
• Nyeri panggul atau punggung yang tidak mereda
• Sakit ketika buang air kecil atau berhubungan seksual
• Terdapat darah pada urine
Stadium Kanker Serviks
1. Stadium 1
Sel kanker tumbuh di permukaan leher rahim, tetapi belum
menyebar ke luar rahim. Terdapat kemungkinan kanker sudah
menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, namun belum
menyerang organ di sekitarnya. Ukuran kanker bervariasi,
bahkan bisa lebih dari 4 cm.
2. Stadium 2
Kanker sudah menyebar ke rahim, namun belum menyebar
hingga ke bagian bawah vagina atau dinding panggul. Terdapat
kemungkinan kanker sudah menyebar ke kelenjar getah bening
di sekitarnya, namun belum menyerang organ di sekitarnya.
Ukuran kanker bervariasi, bahkan bisa lebih dari 4 cm.
3. Stadium 3
Kanker sudah menyebar ke bagian bawah vagina, serta
menekan saluran kemih dan menyebabkan
hidronefrosis. Terdapat kemungkinan kanker sudah
menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya,
namun belum menyerang organ di sekitarnya.
4. Stadium 4
Kanker telah menyebar ke organ lain, seperti kandung
kemih, hati, paru-paru, usus, atau tulang.
KLASIFIKASI STADIUM
• 0 Karsinoma in situ (karsinoma preinvasif)
• I Karsinoma serviks terbatas di uterus (ekstensi ke korpus
uterus dapat diabaikan)
• IA Karsinoma invasif didiagnosis hanya dengan mikroskop.
Semua lesi yang terlihat secara makroskopik, meskipun invasi
hanya superfisial, dimasukkan ke dalam stadium IB.
• IA1 apabila invasi stroma tidak lebih dari 3,0 mm kedalamannya
dan 7,0 mm atau kurang pada ukuran secara horizontal.
• IA2 apabila invasi stroma lebih dari 3,0 mm dan tidaklebih dari
5,0mm dengan penyebaran horizontal 7,0 mm atau kurang.
• IB apabila lesi terlihat secara klinik dan terbatas di serviks atau
secara mikroskopik lesi lebih besar dari IA2.
• IB1 apabila lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter
terbesar 4,0 cm atau kurang.
• IB2 apabila lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter
terbesar lebih dari 4,0 cm 5.
• II Invasi tumor keluar dari uterus tetapi tidak sampai ke dinding panggul
atau mencapai 1/3 bawah vagina.
• IIA Tanpa invansi ke parametrium
• IIA1 apabila lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter
terbesar 4,0 cm atau kurang.
• IIA2 apabila lesi terlihat secara klinik berukuran dengan diameter
terbesar lebih dari 4,0 cm.
• IIB Tumor dengan invansi ke parametrium
• III Tumor meluas ke dinding panggul atau mencapai 1/3 bawah vagina
dan/atau menimbulkan hidronefrosis atau afungsi ginjal.
• IIIA Tumor mengenai 1/3 bawah vagina tetapi tidak mencapai dinding
panggul
• IIIB Tumor meluas sampai ke dinding panggul dan/atau menimbulkan
hidronefrosis atau afungsi ginjal.
• IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kemih atau rektum dan/atau
meluas keluar panggul kecil (true pelvis).
• IVB Metastasis jauh (termasuk penyebaran pada peritoneal, keterlibatan
dari kelenjar getah bening supraklavikula, mediastinal, atau para aorta,
paru, hati, atau tulang).
Penatalaksanaan
Metode Terapi Lesi Prakanker Serviks
• Krioterapi
• Elektrokauter
• Diatermi Elektrokoagulasi
• Laser
Tata Laksana Kanker Serviks Invasif
Stadium 0 / KIS (Karsinoma In Situ) Konisasi
(Cold knife conization):
1) Bila margin bebas, konisasi sudah adekuat
pada yang masih memerlukan fertilitas;
2) Bila tidak bebas, maka diperlukan re-konisasi;
3) Bila fertilitas tidak diperlukan histerektomi
total;
4) Bila hasil konisasi ternyata invasive, terapi
sesuai tata laksana kanker invasif.
Stadium IA1 (LVSI negatif)
1) Konisasi (Cold knife conization) bila free
margin (terapi adekuat) apabila fertilitas
dipertahankan (Tingkat Evidens B).
2) Bila tidak free margin dilakukan rekonisasi
atau simple histerektomi.
3) Histerektomi Total apabila fertilitas tidak
dipertahankan.
Stadium IA1 (LVSI positif)
1) Operasi trakelektomi radikal dan
limfadenektomi pelvik apabila fertilitas
dipertahankan.
2) Bila operasi tidak dapat dilakukan karena
kontraindikasi medik dapat dilakukan
Brakhiterapi
Stadium IA2, IB1, IIA1
Pilihan:
1) Operatif Histerektomi radikal dengan limfadenektomi
pelvik. (Tingkat evidens 1 / Rekomendasi A).
• Ajuvan Radioterapi (RT) atau Kemoradiasi bila terdapat
faktor risiko yaitu metastasis KGB, metastasis parametrium,
batas sayatan tidak bebas tumor, deep stromal invasion,
LVSI dan faktor risiko lainnya. Hanya ajuvan radiasi
eksterna (EBRT) bila metastasis KGB saja. Apabila tepi
sayatan tidak bebas tumor/closed margin, maka radiasi
eksterna dilanjutkan dengan brakhiterapi.
2) Non Operatif Radiasi (EBRT dan brakiterapi) dan
Kemoradiasi (Radiasi : EBRT dengan kemoterapi konkuren
dan brakiterapi).
INFERTILITAS
• Infertilitas adalah gangguan sistem
reproduksi yang menyebabkan kegagalan
untuk mencapai kehamilan klinis setelah 12
bulan atau lebih berhubungan intim secara
teratur tanpa menggunakan kontrasepsi
(WHO).
Ada 2 jenis infertilitas :

• Infertilitas primer : bila pasangan tersebut


belum pernah mengalami kehamilan sama
sekali.
• Infertilitas sekunder : bila pasangan
tersebut sudah pernah melahirkan namun
setelah itu tidak pernah hamil lagi.
Etiologi
Pada Perempuan
1. Hormonal
• Gangguan glandula pituitaria, thyroidea, adrenalis atau ovarium yang
menyebabkan :
• Kegagalan ovulasi.
• Kegagalan endometrium uterus untuk berproliferasi dan sekresi.
• Sekresi vagina dan cervix yang tidak menguntungkan bagi sperma.
• Kegagalan gerakan (motilitas) tuba falopii yang menghalangi
spermatozoa mencapai uterus.
2. Sumbatan
• Tuba falopii yang tersumbat, kira-kira sepertiga dari penyebab
infertilitas. Sumbatan tersebut dapat disebabkan :
• Kelainan kongenital.
• Penyakit radang pelvis umum, misalnya apendixitis dan peritonitis.
• Infeksi tractus genitalis, misalnya gonore.
Faktor Lokal
• Keadaan-keadaan seperti :
• Fibroid uterus, yang menghambat implantasi
ovm.
• Erosi cervix yang mempengaruhi pH sekresi
sehingga merusak sperma.
• Kelainan kongenital vagina, cervix atau uterus
yang menghalangi pertemuan sperma.
Pada Laki-laki
1) Gangguan Spermatogenesis
• Analisis cairan seminal dapat mengungkapkan :
• Jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta per mililiter
cairan seminal.
• Jumlah spermatozoa yang abnormal lebih dari 40% yang
berupa defek kepala (caput) atau ekor (cauda) yang
spesifik. Keadaan ini mungkin karena adanya aplasia sel
germinal, pengelupasan, atau suatu defek kongenital, atau
beberapa penyebab yang tidak dapat ditetapkan.
• Cairan seminal yang diejakulasikan kurang dari 2 ml.
• Kandungan kimia cairan seminal tidak memuaskan,
misalnya kadar glukosa, kolesterol, atau enzim
hialuronidase abnormal dan pH-nya terlalu tinggi atau
terlalu rendah.
2) Obstruksi
• Sumbatan (oklusi) kongenital duktus atau tubulus.
• Sumbatan duktus atau tubulus yang disebabkan oleh penyakit
peradangan (inflamasi) akut atau kronis yang mengenai membran
basalis atau dinding otot tubulus seminiferus, misalnya orkitis,
infeksi prostat, infeksi gognokokus. Penyakit ini merupakan
penyebab yang paling umum pada infertilitas pria.
3) Ketidakmampuan Koitus atau Ejakulasi
• Faktor-faktor fisik
misalnya hipospadia, epispidia, deviasi penis seperti
pada priapismus atau penyakit peyronie.
• Faktor-faktor psikologis yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
mencapai atau mempertahankan ereksi.
• Alkoholisme kronik.
4) Faktor Sederhana
• Kadang-kadang faktor-faktor sederhana seperti memakai
celana jeans ketat, mandi dengan air terlalu panas, atau berganti
lingkungan ke iklim tropis dapat menyebabkan keadaan luar (panas)
yang tidak menguntungkan untuk produksi sperma yang sehat.
Manifestasi Klinik

Wanita :
 Terjadi kelainan sistem endokrin.
 Hipomenore dan amenore.
 Perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan
masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi
genetik.
 Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki
payudara yang tidak berkembang, dan gonatnya abnormal.
 Wanita infertil dapat memiliki uterus.
 Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang
akibat infeksi, adhesi, atau tumor.
 Traktus reproduksi internal yang abnormal.
Pria
 Riwayat terpajan benda-benda mutan yang membahayakan reproduksi
(panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi);
 Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu;
 Riwayat infeksi genitorurinaria;
 Hipertiroidisme dan hipotiroid;
 Tumor hipofisis atau prolactinoma;
 Disfungsi ereksi berat;
 Ejakulasi retrograt;
 Hypo / epispadia;
 Mikropenis;
 Andesensus testis (testis masih dalam perut / dalam liat paha;
 Gangguan spermatogenesis (kelainan jumlah, bentuk dan motilitas
sperma);
 Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis);
 Varikokel (varises pembuluh balik darah testis); dan
• Abnormalitas cairan semen.
Pemeriksaan Pasangan Infertil
Langkah pemeriksaan pasangan infertil dirancang dengan urutan
seperti di bawah ini :
1) Anamnesis

• Pada pengumpulan data dengan anamnesis akan diketahui


tentang keharmonisan hubungan keluarga, lamanya
perkawinan, hubungan seksual yang dilakukan, dan lain-lain.

2) Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi
pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu tubuh, dan pernapasan.
Juga dilakukan foto toraks pada kedua pihak
3) Pemeriksaan Laboratorium
• Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin
(darah, urine lengkap, fungsi hepar dan ginjal, gula darah).
• Pemeriksaan laboratorium khusus terhadap suami meliputi
pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan ini
diperlukan syarat yaitu tidak boleh berhubungan seks selama 3-
5 hari, ditampung dalam gelas, modifikasi dengan bersenggama
memakai kondom yang telah dicuci bersih, dan bahan yang
ditampung harus mencapai laboratorium dalam waktu ½ sampai
1 jam, pemeriksaan setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam di
laboratorium. Jumlah spermatozoa diharapkan minimal
20juta/ml.
• Pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume,
viskositas, bau, fruktosa, kemampuan menggumpal dan mencair
kembali.
4) Pemeriksaan Terhadap Ovulasi
• Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan
telur).
• Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan
dalam tidak dijumpai kelainan alat kelamin wanita.
• Untuk membuktikan terjadi ovulasi (pelepasan telur), dilakukan
pemeriksaan suhu basal badan.
• Progesteron yang dikeluarkan oleh korpus luteum dapat meningkatkan
suhu basal badan, yang diukur segera setelah bangun tidur. Dengan
terjadinya ovulasi, suhu basal badan rendah atau meningkat menjadi
bifasik.
• Waktu perubahan tersebut dianggap terjadi ovulasi, sehingga harus
dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seks dengan kemungkinan
hamil yang besar.
5) Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur
• Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi
yang sangat vital dalam proses kehamilan
yaitu tempat saluran spermatozoa dan ovum,
tempat terjadinya konsepsi (pertemuan sel
telur dan spermatozoa), tempat tumbuh dan
berkembangnya hasil konsepsi, tempat
saluran hasil konsepsi menuju rahim untuk
dapat bernidasi (menanamkan diri).
Pemeriksaan Khusus meliputi:
1) Histeroskopi
• Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat
optik ke dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut
saluran telur dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan
dalam rahim), lapisan dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim
karena pengaruh hormon, polip atau mioma dalam rahim) dan
keterangan lain yang diperlukan.
2) Laparoskopi
• Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat
optik ke dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan
tentang keadaan indung telur yang meliputi ukuran dan situasi
permukaannya, adanya graaf folikel, korpus luteum atau korpus albikans,
abnormalitas bentuk, keadaan tuba fallopi (yang meliputi kelainan
anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan peritoneum rahim, dan
sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas infeksi). Pengambilan
cairan pada peritoneum untuk pemeriksaan sitologi pewarnaan dan
pembiakan.
3) Ultrasonografi
• Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting
pada pasangan infertil terutama ultrasonografi
vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran
yang lebih jelas tentang anatomi alat kelamin
bagian dalam, mengikuti tumbuh kembang folikel
de graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi
(pengambilan) telur (ovum) pada folikel
graaf untuk pembiakan bayi tabung.
• Ultrasonografi vaginal dilakukan pada sekitar
waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian
pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat
perangsang indung telur lainnya.
4) Uji pasca-senggama
• Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk
mengetahui kemampuan tembus spermatozoa dalam
lendir serviks.
• Pasangan dianjurkan melakukan hubungan seks di rumah
dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk
pemeriksaan.
• Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan jumlah spermatozoa yang dijumpai dalam
lendir tersebut. Pemeriksaan ini dilakukan sekitar
perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14,
dengan perhitungan menstruasi hari pertama dianggap
ke-1. Namun hasilnya masih belum mendapat
kesepakatan para ahli.
5) Pemeriksaan Hormonal
• Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat
dipastikan penyebab infertilitas dapat dilakukan
pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan aksis
hipotalamus, hipofise, dan ovarium.
• Hormon yang diperiksa adalah gonadotropin (Folicle
Stimulation Hormon (FSH) dan Hormon Luteinisasi (LH)) dan
hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin).
• Pemeriksaan hormonal ini dapat menetapkan kemungkinan
infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur (ovulasi).
• Semua pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus
menstruasi, sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan.
• Oleh karena itu pasangan infertilitas diharapkan mengikuti
rancangan pemeriksaan sehingga kepastian penyebabnya
dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya
Penatalaksanaan

Wanita
 Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu
yang tepat untuk coital;
 Pemberian terapi obat, seperti :
 Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
 Terapi penggantian hormon.
 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal.
 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat.
 GIFT (Gemete Intrafallopian Transfer);
 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas;
 Bedah plastik misalnya penyatuan uterus bikonuate;
 Pengangkatan tumor atau fibroid; dan
 Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi.
Pria
 Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat;
 Agen antimikroba;
 Testosterone enantat dan testosteron spionat untuk stimulasi kejantanan;
 HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme;
 FSH dan HCG untuk meningkatkan spermatogenesis (produksi sperma);
 Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus;
 Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik;
 Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma;
 Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat; dan
• Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida
Fibrio adenoma
Fibroadenoma

• Fibroadenoma adalah salah satu jenis tumor jinak


paling umum pada payudara yang mudah bergeser
saat disentuh.
• Fibroadenoma memiliki bentuk yang padat dengan
tekstur kenyal atau keras dan permukaannya terasa
licin.
• Umumnya, ukuran fibroadenoma bisa membesar dan
mengecil dengan sendirinya, serta memiliki ukuran
yang cukup variatif.
Faktor Risiko Fibroadenoma

• Wanita dengan rentang usia antara 15-35 tahun.


• Tidak menutup kemungkinan wanita pada usia
berapapun dapat mengidap penyakit ini.
Penyebab Fibroadenoma
• Perkembangan fibroadenoma sering kali dikaitkan dengan
hormon reproduksi, tapi penyebab utamanya masih belum
diketahui secara pasti.
• Fibroadenoma muncul sebagai respon tidak normal dari
tubuh wanita terhadap hormon estrogen.
• Wanita berada dalam masa reproduksi, maka fibroadenoma
ini lebih rentan untuk muncul.
• Ukuran fibroadenoma bisa membesar pada masa kehamilan
atau saat seseorang sedang menjalani terapi pengganti
hormon, dan akan mengecil kembali ketika tingkat hormon
reproduksi menurun, misalnya setelah wanita memasuki
masa menopause.
Fibroadenoma dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

• Fibroadenoma kompleks: Fibroadenoma jenis ini disebabkan oleh


pertumbuhan sel yang cepat (hiperplasia). Fibroadenoma kompleks dapat
didiagnosis dengan analisis jaringan menggunakan mikroskop (biopsi).
• Fibroadenoma besar: Jenis fibroadenoma ini dapat membesar hingga
sekitar 5 sentimeter dan harus dilakukan pengangkatan karena benjolan
dapat menekan jaringan payudara yang ada sekitarnya.
• Fibroadenoma juvenile: Fibroadenoma jenis ini adalah yang paling
umum ditemukan pada wanita dengan usia 10-18 tahun. Jenis ini dapat
membesar. Namun, seiring berjalannya waktu akan menghilang dengan
sendirinya.
• Tumor phyllodes: Walaupun bersifat jinak, tumor phyllodes dapat juga
berubah menjadi ganas sewaktu-waktu. Karena itu, dokter biasanya
menyarankan untuk mengangkat tumor ini.
Gejala Fibroadenoma

• Benjolan tidak terasa sakit.


• Berbentuk bundar dengan tepi tumor yang jelas.
• Mudah digerakkan ketika disentuh.
• Benjolan bisa terasa kenyal atau agak keras.
• Setiap orang bisa memiliki lebih satu fibroadenoma
sekaligus dengan beragam ukuran.
Diagnosis Fibroadenoma
• Mamografi diagnostik.
Pemeriksaan ini menggunakan sinar-X untuk
menghasilkan gambar (mammogram) dari area yang
mencurigakan di jaringan payudara pengidap.
• Ultrasonografi payudara.
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara untuk
menghasilkan gambar bagian dalam payudara. USG
payudara ini biasanya dianjurkan untuk mengevaluasi
benjolan payudara pada wanita yang memiliki jaringan
payudara yang padat, atau wanita di bawah usia 30
tahun.
Pengobatan Fibroadenoma

• Lumpektomi, yaitu operasi yang dilakukan dengan


cara memotong atau mengangkat benjolan
fibroadenoma dari payudara.
• Cryoablation, yaitu memasukkan alat tipis mirip
tongkat ke benjolan fibroadenoma untuk
menyemburkan gas yang akan membekukan jaringan.
KANKER PAYUDARA
• Kanker payudara adalah suatu jenis tumor ganas yang
berkembang pada sel-sel payudara.
• Kanker ini dapat tumbuh jika terjadi pertumbuhan
yang abnormal dari sel-sel pada payudara.
• Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dari sel
normal dan berakumulasi, yang kemudian
membentuk benjolan atau massa.
• Pada stadium yang lebih parah, sel-sel abnormal ini
dapat menyebar melalui kelenjar getah bening ke
organ tubuh lainnya
Ada beberapa jenis yang terbagi menjadi dua
tipe yang berbeda
• Kanker payudara invasive terjadi ketika sel kanker
telah menyebar ke bagian lain payudara.
• Kanker payudara non-invasive, merupakan kondisi
sel kanker belum menyebar dari jaringan aslinya.
Faktor Risiko
• Jenis kelamin wanita jauh lebih tinggi dibandingkan pria.
• Usia yang bertambah, paling banyak pada usia di atas 50 tahun.
• Belum pernah hamil sebelumnya.
• Memiliki payudara yang padat dengan jaringan ikat yang lebih banyak
daripada jaringan ikat.
• Mulai menopause pada usia lebih tua, yaitu setelah usia 55 tahun.
• Mulai menstruasi sebelum usia 12 tahun.
• Penggunaan alat kontrasepsi hormon dan terapi hormon setelah menopause.
• Riwayat kanker payudara pada diri sendiri pada salah satu payudara.
• Riwayat kanker payudara pada nenek, ibu, tante, adik, kakak, atau anak
sekandung.
• Pernah terpapar dengan radiasi.
• Kebiasaan merokok atau minum minuman beralkohol.
• Kelebihan berat badan atau obesitas.
Gejala Kanker Payudara
• Benjolan atau pengerasan pada payudara yang berbeda dari
jaringan sekitar.
• Darah keluar dari puting payudara.
• Kemerahan atau pembesaran pori-pori kulit payudara yang
menyerupai kulit jeruk.
• Nyeri dan pembengkakan pada payudara.
• Pengelupasan kulit di sekitar puting payudara.
• Perubahan pada kulit payudara, seperti cekungan.
• Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan dari payudara.
• Puting tertarik masuk (retraksi atau inversi) ke dalam.
• Benjolan atau pembengkakan di bawah ketiak.
Diagnosis Kanker Payudara

• Mamografi atau foto payudara, untuk mendeteksi kelainan


pada payudara.
• Ultrasonografi (USG) payudara, untuk menentukan
benjolan payudara berupa massa padat atau kista yang
berisi cairan.
• Biopsi dengan pengambilan sampel jaringan, untuk
diperiksa di laboratorium dan menentukan sel yang
diperiksa bersifat jinak atau ganas.
• Computerized Tomography scan (CT scan) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI), untuk menentukan ukuran serta
penyebaran dari kanker payudara.
Pengobatan Kanker Payudara
• Pembedahan, yang meliputi pengangkatan kanker
atau benjolan (lumpektomi), pengangkatan seluruh
payudara (mastektomi), pengangkatan jumlah terbatas
dari kelenjar limfe (sentinel node biopsy), atau
pengangkatan beberapa kelenjar limfe (axillary lymph
node dissection).
• Radioterapi, yang dilakukan dengan menggunakan
energi sinar X dan proton untuk mematikan sel-sel
kanker.
• Kemoterapi, yang dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan tertentu untuk mematikan sel kanker.
• Terapi hormonal, untuk menghalangi sel kanker
untuk mendapatkan hormon yang mereka butuhkan
untuk tumbuh.
• Terapi biologis, bekerja dengan sistem kekebalan
tubuh pengidap untuk membantu melawan sel kanker,
atau untuk mengontrol efek samping dari perawatan
kanker lainnya.
• Terapi Radiasi, menggunakan sinar berenergi tinggi
untuk membunuh sel kanker.
SEKIAN &
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai