Dismenore
a. Pengertian
Beberapa pendapat tentang pengertian Dismenore, antara lain:
1) Menurut Surtiretna (2001), Dismenore adalah rasa sakit yang menyerupai kejang, terasa di
perut bagian bawah, dan biasanya dimulai 24 jam sebelum haid, dan berlangsung sampai 12 jam
pertama dari masa haid.
2) Menurut Dianawati (2003), Dismenore merupakan kekakuan atau kejang di bagian bawah
perut dan terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi
3) Menurut Ramaiah (2006), Dismenore adalah nyeri atau kram pada perut yang dirasakan
sebelum dan selama menstruasi.
23
4) Menurut Prawirohardjo (2007), Dismenore atau nyeri haid merupakan suatu rasa tidak enak di
perut bawah sebelum dan selama menstruasi dan sering kali disertai rasa mual.
5) MIMS Petunjuk Konsultasi (2007/2008) mengatakan bahwa Dismenore adalah rasa nyeri
yang timbul menjelang dan selama menstruasi, ditandai dengan gejala kram pada abdomen
bagian bawah. Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin.
Dismenore merupakan rasa nyeri yang hebat yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
(Wijayanti, 2009).
6) Menurut Proverawati & Misaroh (2009), Dismenore adalah nyeri menstruasi yang memaksa
wanita untuk istirahat atau berakibat pada menurunnya kinerja dan berkurangnya aktifitas sehari-
hari. Istilah Dismenore (dysmenorrhoea) berasal dari bahasa “Greek” yaitu dys (gangguan atau
nyeri hebat/ abnormalitas), meno (bulan) dan rrhoea yang artinya flow (aliran). Jadi Dismenore
adalah gangguan aliran darah menstruasi atau nyeri menstruasi.
Dari beberapa pendapat mengenai Dismenore, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
Dismenore adalah rasa nyeri yang timbul menjelang dan selama menstruasi yang dapat
menggangggu aktivitas sehari-hari, ditandai dengan gejala kram pada abdomen bagian bawah.
Gejala ini disebabkan karena tingginya produksi hormon Prostaglandin. 24
b. Klasifikasi
1) Dismenore Primer
Dismenore primer, (disebut juga Dismenore idiopatik, esensial, intrinsik) adalah nyeri
menstruasi tanpa kelainan organ reproduksi (tanpa kelainan ginekologik). Terjadi sejak
menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan (Proverawati & Misaroh, 2009).
Dismenore primer timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu.
Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan
melahirkan (Wijayanti, 2009).
Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih,
oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis
anovulatuar yang tidak disertai rasa nyeri. Rasa nyeri tidak timbul lama sebelumnya atau
bersama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari (Prawirohardjo, 2006).
Dismenore primer biasanya dimulai 6 bulan hingga 1 tahun setelah seorang gadis mendapatkan
menstruasi pertamanya. Ini adalah waktu ketika sel telur mulai matang setiap bulan dalam
ovarium. Pematangan sel telur disebut 25
ovulasi. Dismenore tidak ada pada siklus jika ovulasi belum terjadi. Dismenore primer jarang
terjadi setalah usia 20 tahun (Ramaiah, 2006).
Menurut Prawirohardjo (2006), ada beberapa faktor peranan sebagai penyebab Dismenore
primer, antara lain;
a) Faktor kejiwaan
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat
penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul Dismenore.
b) Faktor kostitusi
Faktor ini erat hubungannya dengan faktor di atas karena dapat menurunkan ketahanan terhadap
rasa nyeri, misalnya anemia, penyakit menahun, dan sebagainya yang dapat mempengaruhi
timbulnya Dismenore.
c) Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya Dismenore primer adalah stenosis
canalis servikalis.
d) Faktor alergi
Dismenore sekunder, (disebut juga sebagai Dismenore ekstrinsik, acquired) adalah nyeri
menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya endometriosis (sebagian besar),
fibroids, adenomyosis. Terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami Dismenore
(Proverawati dkk, 2009).
Dismenore sekunder merupakan nyeri yang disebabkan oleh kelainan ginekologi seperti
salpingitis kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis uteri dan lain-lain (Prawirohardjo,
2006).
Dismenore sekunder biasanya didapati pada wanita berusia diatas 20 tahun meskipun dalam
beberapa kasus bisa mulai tampak pada usia kurang dari 20 tahun (Ramaiah, 2004).
c. Tanda dan Gejala
Gejala Dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram dibagian bawah perut yang
menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainnya adalah muntah, sakit kepala, cemas,
kelelahan, diare, pusing dan rasa kembung atau perut terasa penuh. Beberapa wanita mengalami
nyeri sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung beberapa hari (Ramaiah, 2004).
Dismenore atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan
wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan pengobatan. Karena gangguan ini 27
sifatnya subyektif, berat atau intensitasnya sukar dinilai. Walaupun frekuensi Dismenore cukup
tinggi dan lama dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan dan
memuaskan. Oleh karena itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak diperut bagian
bawah sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, dan
iritabilitas sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara
hidupnya sehari-hari (Prawirohardjo, 2006).
d. Penanganan
a) Olahraga atau latihan, psikoterapi untuk meyakinkan perempuan bahwa keluhannya tidak
membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu darah keluar dengan lancar
b) Obat-obatan anti sakit (analgetik) sebaiknya bukan golongan narkotik seperti Morfin dan
Codein
2) Upaya penanganan Dismenore menurut Proverawati & Misaroh (2009) dan Wijayanti (2009)
adalah :
28
a) Kompres dengan botol dingin (hangat tepat pada bagian yang terasa kram (bisa di perut atau
pinggang bagian belakang)
g) Obat-obatan yang digunakan harus atas pengawasan dokter. Boleh minum analgetik
(penghilang rasa sakit) yang banyak dijual di toko obat, asal dosisnya tidak lebih dari 3 kali
sehari
3) Menurut Dianawati (2003), ada beberapa cara pengobatan yang biasa dilakukan untuk
membantu mengurangi Dismenore yaitu:
a) Olahraga ringan
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa Dismenore adalah gangguan yang tidak berbahaya
untuk kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan
lingkungan penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya tabu atau
takhayul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat mengenai makanan sehat, istirahat
yang cukup, dan olahraga mungkin berguna.
b) Pemberian obat analgesik
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat di tempat tidur dan kompres panas pada perut
bawah untuk mengurangi penderitaannya. Obat analgesik yang sering diberikan adalah preparat
kombinasi Aspirin, Fenasetin, dan Kafein. Obat-obat paten yang beredar di pasaran antara lain
Novalgin, Ponstan, Acep-aminopen dan sebagainya.
c) Terapi hormonal
Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar-
benar Dismenore primer atau untuk memungkinkan penderita melakukan pekerjaan penting pada
waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi. 30
d) Terapi dengan obat nosteroid anti prostaglandin
Dapat memberikan keringanan karena kemudahan pengeluaran darah haid dan prostaglandin di
dalamnya.