Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI (EKLAMPSI)

A. DEFINISI

Eklampsia adalah kejang akibat pre-eklamsi, tindakan yang mungkin


dilakukan adalah menyelamatkan ibu dan bayinya, biasanya bayi yang lahir
dengan kasus ini akan lahir dengan berat badan rendah/kurang gizi.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan /nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita tadi
menunjukkan gejala-gejala pre-eklamsia. (kejang-kejang timbul bukan akibat
kelainan neurologik).

B. ETIOLOGI

Eklampsia dimulai dari iskemia uteru plasenta yang di duga berhubungan


dengan berbagai faktor. Satu diantaranya adalah peningkatan resisitensi intra
mural pada pembuluh miometrium yang berkaitan dengan peninggian tegangan
miometrium yang ditimbulkan oleh janin yang besar pada primipara, anak
kembar atau hidraminion.
Iskemia utero plasenta mengakibatkan timbulnya vasokonstriksor yang
bila memasuki sirkulasi menimbulkan vasokontriksi ginjal, keadaan yang
belakangan ini mengakibatkan peningkatan produksi rennin, angiostensin dan
aldosteron.
Rennin angiostensin menimbulkan vasokontriksi generalisata dan semakin
memperburuk iskemia uteroplasenta. Aldosteron mengakibatkan retensi air dan
elektrolit dan udema generalisator termasuk udema intima pada arterior.

C. PATOFISIOLOGI

Pada eklamsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi


peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,

1
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari
timbulnya proses eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran
darah dan timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena
adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Eklamsi yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.

D. TANDA DAN GEJALA KLINIS EKLAMPSI

Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu: kejang-kejang atau
koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, meliputi :
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat (pandangan
kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan dan ke
kiri.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok kedalm, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit
kejang klonikberhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti
mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang
antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita teteap dalam
keadaan koma ( Muchtar Rustam, 1998: 275).

2
E. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan eklamsia sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya

b. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian
SM ( jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream
( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala
kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml

3
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan


penurunan fungsi organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus
dan pembukaan jalan lahir
4. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak
efektif terhadap proses persalinan

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
keperawatan kriteria hasil
1 Resiko tinggi Setelah 1. Monitor 1. Tekanan
terjadinya dilakukan tekanan diastole > 110
kejang pada ibu tindakan darah tiap 4 mmHg dan
berhubungan perawatan jam sistole 160
dengan tidak terjadi atau lebih
penurunan kejang pada merupkan
fungsi organ ibu indikasi dari
( vasospasme Kriteria Hasil : PIH
dan peningkatan - Kesadara 2. Catat tingkat 2. Gejala tersebut
tekanan darah ) n : compos kesadaran merupakan
mentis, GCS : pasien manifestasi
15 ( 4-5-6 ) dari perubahan

4
- Tanda- pada otak,
tanda ginjal, jantung
vital :TD : dan paru yang
100-120/70-80 mendahului
mmHg,Suhu : status kejang
36-37 C, Nadi: 3. Kolaborasi 3. Penurunan
60-80 x/mnt , dengan tim kesadaran
RR :16-20 medis dalam sebagai
x/mnt pemberian indikasi
anti penurunan
hipertensi aliran darah
dan SM otak
4. Monitor 4. Kejang akan
adanya meningkatkan
tanda-tanda kepekaan
dan gejala uterus yang
persalinan akan
atau adanya memungkinka
kontraksi n terjadinya
uterus persalinan
5. Kaji adanya 5. Anti hipertensi
tanda-tanda untuk
eklampsia menurunkan
( hiperaktif, tekanan darah
reflek patella dan SM untuk
dalam, mencegah
penurunan terjadinya
nadi,dan kejang
respirasi,
nyeri
epigastrium
dan oliguria )

5
2 Resiko tinggi Setelah 1. Monitor 1. Peningkatan
terjadinya foetal dilakukan DJJ sesuai DJJ sebagai
distress pada tindakan indikasi indikasi
janin perawatan terjadinya
berhubungan tidak terjadi hipoxia,
dengan foetal distress prematur dan
perubahan pada pada janin solusio
plasenta Kriteria Hasil : plasenta
 D 2. Kaji 2. Penurunan
JJ ( + ) : 12- tentang fungsi
12-12 pertumbuhan plasenta
 H janin mungkin
asil NST : diakibatkan
Normal karena
 H hipertensi
asil USG : sehingga
Normal timbul IUGR
3. Ibu dapat
3. Jelaskan mengetahui
adanya tanda- tanda dan
tanda solutio gejala solutio
plasenta plasenta dan
( nyeri perut, tahu akibat
perdarahan, hipoxia bagi
rahim tegang, janin
aktifitas janin
turun ) 4. Reaksi terapi
4. Kaji dapat
respon janin menurunkan
pada ibu yang pernafasan
diberi SM janin dan
fungsi

6
jantung serta
aktifitas
janin
5. USG dan
5. Kolaborasi NST untuk
dengan medis mengetahui
dalam keadaan/kese
pemeriksaan jahteraan
USG dan janin
NST
3 Gangguan rasa Setelah 1. Kaji tingkat 1. Ambang
nyaman ( nyeri ) dilakukan intensitas nyeri setiap
berhubungan tindakan nyeri pasien orang
dengan perawatan ibu berbeda ,den
kontraksi uterus mengerti gan demikian
dan pembukaan penyebab akan dapat
jalan lahir nyeri dan menentukan
dapat tindakan
mengantisipasi perawatan
rasa nyerinya yang sesuai
Kriteria Hasil : dengan
1. Ibu respon
mengerti pasien
penyebab terhadap
nyerinya nyerinya
2. Ibu mampu 2. Ibu dapat
beradaptasi 2. Jelaskan memahami
terhadap penyebab penyebab
nyerinya nyerinya nyerinya
sehingga bisa
kooperatif
3. Dengan

7
3. Ajarkan ibu nafas dalam
mengantisipa otot-otot
si nyeri dapat
dengan nafas berelaksasi ,
dalam bila terjadi
HIS timbul vasodilatasi
pembuluh
darah,
expansi paru
optimal
sehingga
kebutuhan 02
pada jaringan
terpenuhi
4. untuk
4. Bantu ibu mengalihkan
dengan perhatian
mengusap/ma pasien
ssage pada
bagian yang
nyeri

4 Gangguan Setelah 1. Kaji tingkat 1. Tingkat


psikologis dilakukan kecemasan kecemasan
( cemas ) tindakan ibu ringan dan
berhubungan perawatan sedang bisa
dengan koping kecemasan ibu ditoleransi
yang tidak berkurang atau dengan
efektif terhadap hilang pemberian
proses Kriteria Hasil : pengertian
persalinan 1. Ibu tampak sedangkan
tenang yang berat

8
2. Ibu diperlukan
kooperatif tindakan
terhadap medikamentos
tindakan a
perawatan 2. Jelaskan 2. Pengetahuan
3. Ibu dapat mekanisme terhadap
menerima proses proses
kondisi persalinan persalinan
yang diharapkan
dialami dapat
sekarang mengurangi
emosional ibu
yang
maladaptif
3. Gali dan 3. Kecemasan
tingkatkan akan dapat
mekanisme teratasi jika
koping ibu mekanisme
yang efektif koping yang
dimiliki ibu
efektif
4. Beri support 4. ibu dapat
system pada mempunyai
ibu motivasi untuk
menghadapi
keadaan yang
sekarang
secara lapang
dada
asehingga
dapat
membawa

9
ketenangan
hati

4. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan.

5. Evaluasi
Evaluasi disesuaikan dengan kriteria hasil yang telah ditentukan

10
DAFTAR PUSTAKA

Heller,Luz.1988.Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri.Jakrta:EGC


Mochtar,Rustam.1998.Sinopsis Obstetri.Jakarta:EGC
Wiknojosatro,hanifa.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

11
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI (PREEKLAMSI)

A. PENGERTIAN

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,


bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan
gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ( Rustam
Muctar, 1998 ).
Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
(Manuaba, 1998).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
(Mansjoer, 2000).
Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah toksemia pada
kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan proteinuria.

B. KLASIFIKASI

1. Preeklampsia Ringan
 Dua kali hasil pengukuran Tekanan Darah Diastolik berselang 4 jam
adalah 90-110 mmHg, setelah usia kehamilan 20 minggu
 Proteinuria 2+
 Tidak ada tanda-tanda/gejala preeklampsia berat

2. Preeklampsia Berat
 Tekanan darah diastolik > 110 mm Hg
 Proteinuria > 3+

12
 Tanda-tanda dan gejala lain kadang-kadang ada :
- Nyeri Epigastrium
- Nyeri kepala
- Perubahan pandangan
- Hiperrefleksia
- Edema Pulmonal
- Oliguria
- IUGR/PJT

C. ETIOLOGI

Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori


yang dapat menjelaskan tentang penyebab pre eklamsi, yaitu :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion,
dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

D. PATOFISIOLOGI

Pada preeklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi


peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses preeklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya
peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors. Preeklampsia yang berat dapat
mengakibatkan kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat
terjadinya Intra Uterin Growth Retardation.
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi

13
garam dan air. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga
hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh
mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi
tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat
badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada
glomerulus (Sinopsis Obstetri, Jilid I, Halaman 199).

Pathway

Kehamilan

Preeklamsi

Protein Urine
(0,3 gr/lt atau secara kwalitatif (++) Edema pada pre
tibia, dinding
perut,
lumbosakral,
wajah dan
tangan
Kenaikan Tekanan Darah
 Sistole : _≥ 30 mmHg.
 Diastole :≥ 15 mmHg.
Atau Sistole ≥ 140 (< 160).
Diastole ≥90 (< 110). Kegagalan organ :
Jantung, paru-paru,
Hepar, ginjal, anak ginjal, dan otak.

Ibu Janin

Kejang IUFD
IUGR
Prematuritas

14
Gawat Janin

15
E. MANIFESTASI KLINIK

Biasanya tanda-tanda preeklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat


badan yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria. Pada
preeklampsia ringan tidak ditemukan gejala – gejala subyektif.
Pada pre eklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah prontal, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah. Gejala – gejala ini
sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklampsia akan timbul.

F. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
c. Data subyektif :
- Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
- Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
- Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
- Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa,
hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia
sebelumnya
- Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok
maupun selingan
- Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi
resikonya

d. Data Obyektif :
- Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
- Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
- Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
- Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
( jika refleks + )
- Pemeriksaan penunjang ;
 Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2
kali dengan interval 6 jam
 Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ),
kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini
meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
 Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
 Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan
pada otak
 USG ; untuk mengetahui keadaan janin
 NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa Keperawatan

a Resiko tinggi terjadi kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
b Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan
perubahan pada plasenta.
c Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat.

3. Intervensi Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan 1 :Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu


berhubungan dengan penurunan fungsi organ.
Tujuan : Tidak terjadi kejang pada ibu.
Kriteria Hasil :
- Kesadaran kompos mentis.
- Tekanan darah : < 140/90 mmHg.

Intervensi :

1. Mengukur tekanan darah.


R/ Untuk mengetahui peningkatan tekanan darah.
2. Catat tingkat kesadaran.
R/ Penurunan kesadaran merupakan indikasi penurunan aliran darah
otak.
3. Kaji tanda-tanda eklamsia (hiperaktif, reflek patela dalam, penurunan
nadi dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria ).
R/ Untuk dapat mengetahui tindakan persalinan yang dapat dianjurkan
kepada klien.
4. Anjurkan kepada klien untuk membatasi cairan dan diet rendah garam.
R/ Untuk tidak menambah beban jantung dan juga mengurangi udema.
5. Anjurkan kepada klien untuk banyak istirahat dan tidur miring kekiri.
R/ Untuk mengurangi kerja jantung dan untuk menjaga kesejahteraan
janin.

b. Diagnosa keperawatan 2 : Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin


berhubungan dengan perubahan pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
- DJJ ( + ) : 12-12-12
- Hasil NST : normal
- Hasil USG ; normal
Rencana Intervensi :
1. Monitor DJJ sesuai indikasi
R/. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta
2. Kaji tentang pertumbuhan janin
R/. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan,
rahim tegang, aktifitas janin turun )
R/. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin
4. Kaji respon janin pada ibu yang terapi anti hipertensi dan atau penenang.
R/. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST
R/. USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

e. Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan : Tidak terjadi ganguan dalam pemenuhan nutrisi.
Kriteria Hasil : Berat badan meningkat, tinggi fundus uteri sesuai
dengan umur kehamilan, tidak terjadi anemia.
Rencana Intervensi :
1. Penjelasan tentang kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil.
R/ Agar klien mengetahui kebutuhan nutrisi bagi ibu hamil dan
memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut.
2. Penjelasan tentang pentingnya gizi bagi ibu hamil.
R/ Agar klien lebih dapat bekerja sama terhadap tindakan yang akan
dilaksanakan.
3. Penjelasan tentang akibat dari kekurangan gizi.
R./ Untuk mencegah terjadinya kekurangan zat gizi yang akan
menimbulkan akibat yang merugikan.
4. Evaluasi status gizi klien.
R./ Untuk mengetahui keadaan gizi klien saat ini dan untuk kontrol
selanjutnya.
4. Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan intervensi keperawatan
yang telah direncanakan.

5. Evaluasi
Diagnosa 1
- Tidak terjadi kejang pada Ibu
Diagnosa 2
- Tidak terjadi foetal distress pada janin
Diagnosa 3
- Tidak terjadi gangguan dalam pemenuhan nutrisi

Anda mungkin juga menyukai