KEPERAWATAN MATERNITAS II
DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH :
Kelompok 11
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 11
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
1.3 Tujuan..............................................................................................................................
1.4 Manfaat............................................................................................................................
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................
3.2 Saran..............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri. (oxorn DC, 1986). Rasa
nyeri pada persalinan lazim terjadi dan merupakan proses yang melibatkan fisiologis
dan psikologis ibu. Nyeri merupakan penyebab frustrasi dan putus asa, sehingga
beberapa ibu sering merasa tidak akan mampu melewati proses persalinan (Potter P,
Ann Griffin Pery, 2006). Murray melaporkan kejadian nyeri pada 2.700 ibu bersalin,
15% mengalami nyeri ringan, 35% dengan nyeri sedang, 30% dengan nyeri hebat dan
20% persalinan disertai nyeri sangat hebat(Shaaron Smith Murray, Emily Slone, Mc
Kinney, Trula Myers Gorne, 2002)
Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri berasal dari
kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume
maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat,
puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan
berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 jam untuk multipara (Reeder,
Martin & Griffin, 2011). Nyeri yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa
kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat menyebabkan
melemahnya kontraksi rahim dan berakibat pada persalinan yang lama (Maryunani,
2010).
Menurut Bobak (2004) dalam Anik.M, 2010 penyebab nyeri persalinan adalah
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan berakhir titik
dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:
0 : Sutura terpisah.
c. Kemajuan persalinan.
Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
Pembukaan serviks.
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4
jam. Menyantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
Penurunan bagian terbawah janin.
Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5 yang sesuai
dengan metode perlimaan. Menuliskan turunnya kepala janin dengan garis
tidak terputus dari 0-5. Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai.
Garis waspada dan garis bertindak.
1. Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks 4 cm (jam ke 0), dan
berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap (6 jam). Pencatatan
dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit.
2. Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) pada
garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di
sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan perlu
dilakukantindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus
berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d. Jam dan waktu.
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.
2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan. Menyantumkan tanda ‘x’ di
garis waspada, saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan.
e. Kontraksi uterus.
Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama kontraksi dengan:
1. :titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya < 20
detik.
2. : garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
20-40 detik.
3. :Arsir penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya > 40
detik.
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
1. Oksitosin. Jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan dan dalam satuan tetes
per menit.
2. Obat lain dan caira IV. Mencatat semua dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
g. Kondisi ibu.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh.
Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai.
Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada
penyulit. Memberi tanda panah pada partograph pada kolom waktu yang
sesuai.
Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi. Mencatat suhu tubuh pada
kotak yang sesuai.
2. Volume urine, protein dan aseton.
Mengukur dan mencatat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu
berkemih). Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan protein
dalam urine.
2) Lembar belakang partograf.
Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna untuk
mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi baru
lahir.
a. Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat
merujuk dan masalah dalam kehamilan/ persalinan.
b. Kala I.
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaannya.
c. Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.
d. Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III,
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri,
kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e. Kala IV.
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f. Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin,
penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
Lembar 1 Partograf
Lembar 2 Partograf
2.3 Sistem Rujukan ke Layanan Kesehatan
a. Defenisi
Menurut Kepmenkes No. 03l /Birhup/72 menyatakan bahwa sistem rujukan
adalah sistem di dalam pelayanan kesehatan di mana terjadi pelimpahan tanggung
jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik secara
vertikal maupun horizontal
Menurut Depkes RI 2006 menyatakan bahwa sistem rujukan adalah sistem yang
dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin
pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan
komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru
lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar
dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka
berada.
Suatu sistem yang memberikan suatu gambaran tata cara pengiriman neonatus
resiko tinggi dari tempat yang kurang mampu memberikan penanganan ke Rumah
Sakit yang dianggap mempunyai fasilitas yang lebih mampu dalam hal
penatalaksanaannya secara menyeluruh (mempunyai fasilitas yang lebih dalam hal
tenaga medis, laboratorium, perawatan dan pengobatan)
b. Tujuan
1. Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat
2. Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefesien mungkin
3. Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit-unit
kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut
4. Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi
5. Meningkatkan upaya promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif secara berdaya
guna dan berhasil guna
c. Jenis Rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan
eksternal
1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah)
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan
rujukan kesehatan
1. Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan meliputi pencegahan dan peningkatan kesehatan
Rujukan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu pada tingkat dasar di
masyarakat melalui Puskesmas à Dinas Kesehatan Kabupaten/KotaProvinsi,
misalnya :
1. Penanganan wabah
2. Bantuan sarana, misalnya, obat-obatan dan vaksin
3. Bantuan teknologi, misalnya, pemeriksaan limbah rujukan medis
2. Rujukan medik
Rujukan medis meliputi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pemulihan dan
pengobatan
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan dan tindakan
Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan pelayanan pengobatan setempat
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua
dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun
berada di suatu sistem dan saling berhubungan
Tingkat perawatan pelayanan kesehatan :
1. Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D, Puskesmas,
Rumah Bersalin
2. Pelayan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS Kabupaten, RS
Swasta, RS Propinsi
3. Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan/non
pendidikan pemerintah atau swasta
Sesuai dengan pembagian tingkat perawatan maka unit perawatan bayi baru lahir
dapat dibagi menjadi :
1. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III
Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah bayi kurang bulan, sindroma
ganguan pernafasan, kejang, cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera,
gangguan pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah, ikterik yang
timbulnya terlalu awal atau lebih dari dua minggu dan diare.
Pada unit ini perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kegawatan BBL
yaitu identifikasi sindroma ganguan nafas, infeksi atau sepsis, cacat bawaan
dengan tindakan segera,ikterus,muntah, pendarahan, BBLR dan diare.
2. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II :
Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini meliputi pertolongan resusitasi
bayi baru lahir dan resusitasi pada kegawatan selama pemasangan
endotrakeal, terapi oksigen, pemberian cairan intravena, terapi sinar dan
tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatan BBLR dan bayi lahir
dengan tindakan.
Pada unit ini diperlukan sarana penunjang berupa laboratorium dan
pemeriksaan radiologis serta ketersediaan tenaga medis yang mampu
melakukan tindakan bedah segera pada bayi.
3. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I :
Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan
neonatologi dapat ditangani disini.
Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus yang ditangani sebagian
besar merupakan kasus resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan
maupun bayi baru lahir.
e. Mekanisme Rujukan
1) Penemuan masalah pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih
Penemuan neonatus,bayi dan balita yang tidak dapat ditangani oleh kader/dukun
bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.
A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,
tensimeter dan stetoskop
K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia
dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke
tempat rujukan.
S (Surat)
Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu
O (Obat)
Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk
K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan
DA (Darah)
Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila
terjadi perdarahan
6. Implementasi
Implementasi keperawatan dalam konsep asuhan keperawatan adalah pengelolahan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan yang
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. (Mitayani, 2011).
7. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk mencapai
objectif, efisien, dan efektif serta untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga
membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program
perencanaan yang akan dating (Craven, 2010).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, Deby Utami Siska. 2019. Sosialisasi Penggunaan Metode Pembelajaran Pada
Pengisian Lembar Patograf Untuk Dosen Kebidana di STIK Bina Husada
Palembang. Khidmah 1.2: 150-154.
Sari, D. P., Rufaida, Z., & Lestari, S. W. P. (2018). Nyeri persalinan. E-Book Penerbit
STIKes Majapahit, 1-30. https://scholar.google.co.id/scholar?
q=manajemen+nyeri+persalinan&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qab
s&u=%23p%3DS_1ZN8PbpjoJ
http://eprints.undip.ac.id/55434/4/
Lidia_Shafiatul_Umami_22010113120009_Lap.KTI_BAB_2.pdf (Diakses pada 30 maret
2022 pada pukul 11.51 WIB)