Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KALA 1

KEPERAWATAN MATERNITAS II

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Ns. Lili Fajria, S.Kep, M.Biomed

DISUSUN OLEH :
Kelompok 11

Putri Ayu Naibaho (2011311005)

Fajrin Nurhasni (2011312048)

Latifah Azzahra Dewson (2011311029)

Febri Ayu Nazila (2011313006)

Maulidyna Lairas (2011312051)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Padang, 31 Maret 2022

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................

1.3 Tujuan..............................................................................................................................

1.4 Manfaat............................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS...................................................................................................

2.1 Manajemen Nyeri Persalinan........................................................................................

2.2 Partograf sebagai Alat Identifikasi Persalinan..........................................................

2.3 Sistem Rujukan ke Layanan Kesehatan.....................................................................

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan......................................................................................

BAB III PENUTUP.....................................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

3.2 Saran..............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Manajemen Nyeri Persalinan


a. Defenisi Persalinan

Sebagian besar (90%) persalinan disertai rasa nyeri. (oxorn DC, 1986). Rasa
nyeri pada persalinan lazim terjadi dan merupakan proses yang melibatkan fisiologis
dan psikologis ibu. Nyeri merupakan penyebab frustrasi dan putus asa, sehingga
beberapa ibu sering merasa tidak akan mampu melewati proses persalinan (Potter P,
Ann Griffin Pery, 2006). Murray melaporkan kejadian nyeri pada 2.700 ibu bersalin,
15% mengalami nyeri ringan, 35% dengan nyeri sedang, 30% dengan nyeri hebat dan
20% persalinan disertai nyeri sangat hebat(Shaaron Smith Murray, Emily Slone, Mc
Kinney, Trula Myers Gorne, 2002)

Nyeri persalinan merupakan suatu kondisi yang fisiologis. Nyeri berasal dari
kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Dengan makin bertambahnya baik volume
maupun frekuensi kontraksi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat,
puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan
berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 jam untuk multipara (Reeder,
Martin & Griffin, 2011). Nyeri yang terjadi dapat mempengaruhi kondisi ibu berupa
kelelahan, rasa takut, khawatir dan menimbulkan stress. Stress dapat menyebabkan
melemahnya kontraksi rahim dan berakibat pada persalinan yang lama (Maryunani,
2010).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan


akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Nyeri terjadi bersama
banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatan. Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat
terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut dalam serabut saraf dalam tubuh ke
otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang


terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin
selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan tekanan
darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot.

Nyeri persalinan ditandai dengan adanya kontraksi rahim, kontraksi


sebenarnya telah terjadi pada minggu ke-30 kehamilan yang disebut kontraksi
Braxton hicks akibat perubahan-perubahan dari hormon estrogen dan progesteron
tetapi sifatnya tidak teratur, tidak nyeri dan kekuatan kontraksinya sebesar 5 mmHg,
dan kekuatan kontraksi Braxton hicks ini akan menjadi kekuatan his dalam persalinan
dan sifatnya teratur. Kadang kala tampak keluarnya cairan ketuban yang biasanya
pecah menjelang pembukaan lengkap, tetapi dapat juga keluar sebelum proses
persalinan. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan dapat berlangsung dalam
waktu 24 jam.

Mouncastle mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensori yang di bawa


oleh stimulus sebagai akibat adanya ancaman atau kerusakan jaringan dapat di di
simpulkan bahwa nyeri adalah ketika seorang terluka. International assosiation for
studi of paint mendefinisikan nyeri sebagai salah satu sensori subjek dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial atau di potensial yang di rasakan di mana terjadi kerakan. Artur
Curton (1983) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi timbul
ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menhilangkan rasa nyeri.

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan


ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya. Nyeri merupakan kondisi
berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri
pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

b. Penyebab Nyeri Pesalinan

Menurut Bobak (2004) dalam Anik.M, 2010 penyebab nyeri persalinan adalah

1) Kontraksi otot rahim


Kontraksi rahim menyebabkan dilatasi dan penipisan serviks serta
iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium. Karena rahim merupakan
organ internal maka nyeri yang timbul disebut nyeri visceral. Nyeri visceral
juga dapat dirasakan pada organ lain yang bukan merupakan asalnya disebut
nyeri alih (reffered pain). Pada persalinan nyeri alih dapat dirasakan pada
punggung bagian bawah dan sacrum. Biasanya ibu hanya mengalami rasa
nyeri ini hanya selama kontraksi dan babas dari rasa nyeri pada interval antar
kontraksi.
2) Regangan Otot Dasar Panggul
Jenis nyeri ini timbul pada saat mendekati kala II. Tidak seperti nyeri
visceral, nyeri in terlokalisir di daerah vagina, rectum dan perineum, sekitar
anus. Nyeri kenis ini disebut nyeri somatic dan di sebabkan peregangan
struktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian bawah janin.
3) Episiotomy
Ini dirasakan apabila ada tindakan episiotomy, laserasi maupun rupture pada
jalan lahir.
4) Kondisi Psikologis
Nyeri dan rasa sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Takut,
cemas dan tegang memicu produksi hormon prostatglandin sehingga timbul
stress. Kondisi stress dapat mempengaruhi kemampuan tubuh menahan rasa
nyeri
c. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
1) Internal
a. Pengalaman Nyeri
Pengalaman melahirkan sebelumnya dapat mempengaruhi respon ibu
terhadap nyeri. Ibu yang mempunyai pengalaman nyeri yang tidak
menyenangkan dan sangat menyakitkan serta sulit dalam persalinan
sebelumnya, perasaan cemas dan takut pada persalinan sebelumnya akan
mempengaruhi sensitivitasnya terhadap nyeri yang dirasakan (Anik.M,
2010).
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik
yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan serviks, serta penurunan
janin selain persalinan (Qorinina, 2017).
b. Usia
Kondisi psikologi yang masih cenderung naik dan turun saat usia muda
bisa memicu terjadinya kecemasan yang tinggi dan nyeri yang dirasakan
lebih berat. Usia merupakan salah satu faktor menentukan toleransi
terhadap nyeri, toleransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan
pemahaman terhadap nyeri. Pada penelitian Wahyuningsih pada tahun
2014, usia yang dijadikan sasaran penelitian yaitu antara 20-37 tahun.
Penelitian Sri wahyuni dan Endang pada tahun 2015, mengambil sasaran
usia 20-37 tahun (Qorina,2017)
c. Persiapan Persalinan
Persiapan persalinan diperlukan untuk mengurangi perasaan takut dan
cemas akan nyeri yang dirasakan saat persalinan, sehingga ibu yang akan
bersalin dapat memilih metode atau teknik latihan yang dapat mengurangi
kecemasan dan nyeri yang dirasakan (Anik.M, 2010).
d. Emosi
Perasaan cemas dan takut dalam menghadapi persalinan secara
fisiologi dapat menyebabkan kontraksi uterus menjadi terasa semakin
nyeri dan sakit (Sondakh,2013 dalam Qorinina, 2017).
2) Eksternal
a. Agama
Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, Mekanisme pertahanan
tubuh terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi
psikologis yang relatif stabil.
b. Budaya
Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang berespon terhadap
nyeri.
c. Dukungan Sosial dan Keluarga
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota
keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, dan
perlindungan. Walaupun klien tetap merasakan nyeri, tetapi akan
menurangi rasa kesepian dan ketakutan.
d. Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu
mengatasi rangsang nyeri yang dialami. Keadaan ekonomi yang kurang,
pendidikan yang rendah, informasi yang minimal dan kurang sarana
kesehatan yang memadai akan menimbulkan ibu kurang mengetahui
bagaimana mengatasi nyeri yang dialami dan masalah ekonomi berkaitan
dengan biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan kecemasan
tersendiri dalam menghadapi persalinan.
e. Komunikasi
Komunikasi tentang penyampaian informasi yang berkaitan dengan
hal-hal seputar nyeri persalinan, bagaimana mekanismenya, apa
penyebabnya, cara mengatasi dan apakah hal ini wajar akan memberikan
dampak yang positif terhadap manajemen nyeri. Komunikasi yang kurang
akan menyebabkan ibu dan keluarga tidak tahu bagaimana yang harus
dilakukan jika mengalami nyeri saat persalinan (Qorinina, 2017).
f. Pengkajian Nyeri
Pengguna skala intensitas nyeri adalah mudah dan merupakan metode
terpercaya dalam menentukan intensitas nyeri ibu. Skala seperti ini
memberikan konsistensi bagi petugas kesehatan untuk berkomunikasi
dengan klien / ibu dan petugas kesehatan lainnya. Lebih jelasnya, untuk
mengukur skala nyeri dapat di gunakan alat yang berupa verbal descriptor
scale (VDS) atau numerical rating scale ,(NRS) yang terdiri dari sebuah
garis lurus dengan 5 kata penjelas dan berupa urutan angka 0 sampai 10
yang mempunyai jarak yang sama sepanjang garis. Gambaran tersebut di
susun dari “tidak nyeri “ sampai “nyeri yang tidak tertahankan atau nyeri
sangat berat” selain itu, dapat pula di gunakan visual analog scale (VAS )
yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri, skala ini terdiri dari
enam wajah kartun yang di urutkan seorang yang tersenyum (tidak ada
rasa sakit ) meningkat wajah yang kurang bahagia hingga ke wajah yang
sedih, wajah penuh air mata ( rasa sakit yang paling buruk ) (Maryunani,
2010).
e. Manajemen Nyeri Non-Farmakologis
1. Aromaterapi
Bau-bauan yang menyenangkan dapat membuat ibu merasa nyaman
serta relaksasi pada tubuh dan fikiran ibu akan mereduksi nyeri dan cemas,
sehingga nyeri akan berkurang.
2. Relaksasi
Ada 3 jenis relaksasi yang dapat membantu ibu dalam bersalin:
 Relaksasi Progresif
Latihan ini dilakukan dengan cara sengaja mengencangkan
sekelompok otot-otot tunggal (misalnya lengan, tungkai, wajah)
sekuat mungkin melepaskannya secara sekunder. Otot-otot
dikencangkan secara berurutan dan progresif dari satu ujung bagian
tubuh ke bagian tubuh lainnya.
 Relaksasi Terkendali
Latihan ini dilakukan dengan cara mengupayakan sekelompok otot
berkontraksi dan mempertahankan kelompok otot yang lain
berelaksasi.
 Mengambil dan mengeluarkan nafas
Teknik ini dilakukan pada saat ibu berdiri dan mengambil nafas
dalam dan kemudian mengeluarkan semuanya dengan suatu
hembusan kuat setelah kontraksi selesai. ( Qorinina, 2017 )
3. Massage
Massage adalah penekanan oleh tangan pada otot atau ligamen tanpa
menyebabkan pergeseran sendi atau perubahan posisi untuk menurunkan
nyeri, menghasilkan relaksasi atau meningkatkan sirkulasi. Dasar teori
massage ini berdasarkan teori gate control yang dikatakan oleh Melzak dan
Wall bahwa sinaps bekerja seperti pintu masuk untuk mengizinkan impuls
masuk ke otak, disini terjadi peningkatan aktivitas substansi gelatinosa
akibat rangsangan dari akar ganglion dorsalis. Peningkatan aktivitas
substansia gelatinosa ini mengakibatkan tertutupnya pintu, sehingga
aktifitas sel T terhambat dan akan menghambat hantaran nyeri. Massage
adalah salah satu metode non farmakologi yang dapat dilakukan untuk
mengurangi nyeri dalam persalinan. Pijatan atau usapan yang lembut dapat
membuat ibu merasa nyaman dan rileks selama persalinan yang
disebabkan karena tubuh melepaskan hormone endorphin yang dapat
menciptakan perasaan nyaman dan enak, endorphin juga sebagai pereda
sakit yang alami.
Beberapa macam massage yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
persalinan adalah:
 Effleurage
Effleurage adalah pijatan lambat perut atau bagian tubuh lain
selama kontraksi berlangsung. Metode effleurage memperlakukan
pasien dalam posisi setengah duduk atau supine, lalu letakkan
kedua telapak tangan pada perut dan secara bersamaan digerakkan
melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan
satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah
(Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
 Deep Back Massage
Deep back massage adalah penekanan pada daerah sacrum
dengan sedikit mendalam dengan menggunakan telapak tangan.
Metode deep back massage memperlakukan pasien berbaring
miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah
sacrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan lagi dan
tekan lagi, begitu seterusnya (Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
 Counter Pressure
Firm counter pressure adalah penekanan pada daerah sacrum
dengan menggunakan tangan yang dikepalkan. Metode firm
counter pressure memperlakukan pasien dalam kondisi duduk
kemudian bidan atau keluarga pasien menekan sacrum secara
bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan
beraturan (Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
Teknik massage counter pressure dilakukan dengan memberi
penekanan pada sumber daerah nyeri pinggang persalinan yang
dirasakan sehingga dapat melepaskan ketegangan otot, mengurangi
nyeri pinggang persalinan, memperlancar peredaran darah, dan
akhirnya akan menimbulkan relaksasi. Teknik Massage Counter
Pressure selama proses persalinan akan membantu mengatasi kram
pada otot, menurunkan nyeri, kecemasan, mempercepat proses
persalinan, menghilangkan tegangan otot pada paha diikuti
ekspansi tulang pelvis karena relaksasi pada otot-otot sekitar pelvis
dan memudahkan bayi turun melewati jalan lahir, efektif dalam
membantu mengurangi rasa nyeri pinggang persalinan dan relative
aman karena hampir tidak efek samping yang ditimbulkan
(Yuliatun, 2008 dalam Erinda, 2015).

2.2 Partograf sebagai Alat Identifikasi Persalinan


Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan klinik, memantau,
mengevaluasi dan menatalaksana persalinan. Partograf dapat dipakai untuk memberikan
peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin,
serta perlunya rujukan. Waktu yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat proses
persalinan telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan serviks dari 4 sampai
10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV.
Partograf dikatakan sebagai data yang lengkap bila seluruh informasi ibu, kondisi
janin, kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan
yang diberikan, pemeriksaan laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan partograph.

Isi partograf antara lain:

1. Informasi tentang ibu :


 Nama dan umur
 Gravida, para, abortus.
 Nomor catatan medik/nomor puskesmas
 Tanggal dan waktu mulai dirawat
 Waktu pecahnya selaput ketuban.
2. Kondisi janin:
 Denyut jantung janin
 Warna dan adanya air ketuban
 Penyusupan(molase) kepala janin.
3. Kemajuan persalinan
 Pembukaan serviks
 Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin
 Garis waspada dan garis bertindak.
4. Waktu dan jam
 Waktu mulainya fase aktif persalinan.
 Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
5. Kontraksi uterus
 Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
 Lama kontraksi (dalam detik).
6. Obat-obatan yang diberikan
 Oksitosin.
 Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
7. Kondisi ibu
 Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
 Urin (volume, aseton atau protein).

Cara pengisian partograf

Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan serviks 4 cm dan berakhir titik
dimana pembukaan lengkap. Pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan
adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis
waspada. Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:

1. Denyut jantung janin : setiap 30 menit.


2. Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30 menit.
3. Nadi : setiap 30 menit.
4. Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5. Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
6. Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
7. Produksi urin (2 – 4 Jam), aseton dan protein : sekali

Cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:

1) Lembar depan partograf.


a. Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai jam.
Catat waktu pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu merasakan mules
b. Kondisi janin.
 Denyut Jantung Janin. Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30
menit (lebih sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak
menunjukkan waktu 30 menit. Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal
angka 180 dan 100. Bidan harus waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per
menit (bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi). Beri tanda ‘•’ (tanda
titik) pada kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan satu titik dengan titik yang
lainnya
 Warna dan adanya air ketuban.
Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina, menggunakan
lambang-lambang berikut:

U : Selaput ketuban Utuh.

J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban Jernih.

M : Air ketuban bercampur Mekonium.

D : Air ketuban bernoda Darah.

K : Tidak ada cairan ketuban/Kering.

 Penyusupan/molase tulang kepala janin.


Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang
(molase) kepala janin. Catat temuan yang ada dikotak yang sesuai di bawah
lajur air ketuban. Gunakanlambang-lambang berikut:

0 : Sutura terpisah.

1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.

2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.

3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.

Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih menandakan kemungkinan adanya


CPD ( cephalo pelvic disproportion).

c. Kemajuan persalinan.
Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
 Pembukaan serviks.
Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap
temuan dari setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4
jam. Menyantumkan tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur
besarnya pembukaan serviks.
 Penurunan bagian terbawah janin.
Untuk menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5 yang sesuai
dengan metode perlimaan. Menuliskan turunnya kepala janin dengan garis
tidak terputus dari 0-5. Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai.
 Garis waspada dan garis bertindak.
1. Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks 4 cm (jam ke 0), dan
berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap (6 jam). Pencatatan
dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya
penyulit.
2. Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah kanan (berjarak 4 jam) pada
garis waspada. Jika pembukaan serviks telah melampaui dan berada di
sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan perlu
dilakukantindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus
berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d. Jam dan waktu.
1. Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap kotak menyatakan satu jam sejak
dimulainya fase aktif persalinan.
2. Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan. Menyantumkan tanda ‘x’ di
garis waspada, saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan.
e. Kontraksi uterus.

Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama kontraksi dengan:

1. :titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya < 20
detik.
2. : garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
20-40 detik.
3. :Arsir penuh kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya > 40
detik.
f. Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
1. Oksitosin. Jika tetesan drip sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit
jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan dan dalam satuan tetes
per menit.
2. Obat lain dan caira IV. Mencatat semua dalam kotak yang sesuai dengan kolom
waktunya.
g. Kondisi ibu.
1. Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh.
 Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai.
 Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada
penyulit. Memberi tanda panah pada partograph pada kolom waktu yang
sesuai.
 Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau lebih sering jika terjadi
peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi. Mencatat suhu tubuh pada
kotak yang sesuai.
2. Volume urine, protein dan aseton.
Mengukur dan mencatat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu
berkemih). Jika memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan protein
dalam urine.
2) Lembar belakang partograf.
Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna untuk
mencatat proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi baru
lahir.
a. Data dasar.
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat
tempat persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat
merujuk dan masalah dalam kehamilan/ persalinan.
b. Kala I.
Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis
waspada, masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaannya.
c. Kala II.
Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping persalinan, gawat janin,
distosia bahu dan masalah dan penatalaksanaannya.
d. Kala III.
Kala III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III,
pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri,
kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e. Kala IV.
Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f. Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin,
penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
Lembar 1 Partograf
Lembar 2 Partograf
2.3 Sistem Rujukan ke Layanan Kesehatan
a. Defenisi
 Menurut Kepmenkes No. 03l /Birhup/72 menyatakan bahwa sistem rujukan
adalah sistem di dalam pelayanan kesehatan di mana terjadi pelimpahan tanggung
jawab timbal balik atas kasus atau masalah kesehatan yang timbul baik secara
vertikal maupun horizontal
 Menurut Depkes RI 2006 menyatakan bahwa sistem rujukan adalah sistem yang
dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan koordinatif untuk menjamin
pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan
komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru
lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar
dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan dan neonatal di wilayah mereka
berada.
 Suatu sistem yang memberikan suatu gambaran tata cara pengiriman neonatus
resiko tinggi dari tempat yang kurang mampu memberikan penanganan ke Rumah
Sakit yang dianggap mempunyai fasilitas yang lebih mampu dalam hal
penatalaksanaannya secara menyeluruh (mempunyai fasilitas yang lebih dalam hal
tenaga medis, laboratorium, perawatan dan pengobatan)
b. Tujuan
1. Memberikan pelayanan kesehatan pada neonatus dengan cepat dan tepat
2. Menggunakan fasilitas kesehatan neonatus seefesien mungkin
3. Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan neonatus pada unit-unit
kesehatan sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut
4. Mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi
5. Meningkatkan upaya promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif secara berdaya
guna dan berhasil guna
c. Jenis Rujukan
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan rujukan
eksternal
1. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di
dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu)
ke puskesmas induk
2. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang
pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas ke puskesmas rawat inap)
maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah)
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan medik dan
rujukan kesehatan
1. Rujukan kesehatan
 Rujukan kesehatan meliputi pencegahan dan peningkatan kesehatan
 Rujukan kesehatan dilaksanakan secara bertahap yaitu pada tingkat dasar di
masyarakat melalui Puskesmas à Dinas Kesehatan Kabupaten/KotaProvinsi,
misalnya :
1. Penanganan wabah
2. Bantuan sarana, misalnya, obat-obatan dan vaksin
3. Bantuan teknologi, misalnya, pemeriksaan limbah rujukan medis
2. Rujukan medik
Rujukan medis meliputi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan pemulihan dan
pengobatan
 Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan dan tindakan
 Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap
 Mendatangkan atau mengirimkan tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk
meningkatkan pelayanan pengobatan setempat
d. Pelaksanaan
 Pelaksanaan sistem rujukan di Indonesia telah diatur dengan bentuk
bertingkat atau berjenjang, yaitu pelayanan kesehatan tingkat pertama, kedua
dan ketiga, dimana dalam pelaksanaannya tidak berdiri sendiri-sendiri namun
berada di suatu sistem dan saling berhubungan
 Tingkat perawatan pelayanan kesehatan :
1. Pelayanan dasar termasuk didalamnya adalah RS kelas D, Puskesmas,
Rumah Bersalin
2. Pelayan spesialistik didalamnya termasuk RS kelas C, RS Kabupaten, RS
Swasta, RS Propinsi
3. Pelayanan subspesialistis ialah RS kelas A, RS kelas B pendidikan/non
pendidikan pemerintah atau swasta
Sesuai dengan pembagian tingkat perawatan maka unit perawatan bayi baru lahir
dapat dibagi menjadi :
1. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat III
 Kasus rujukan yang dapat dilakukan adalah bayi kurang bulan, sindroma
ganguan pernafasan, kejang, cacat bawaan yang memerlukan tindakan segera,
gangguan pengeluaran mekonium disertai kembung dan muntah, ikterik yang
timbulnya terlalu awal atau lebih dari dua minggu dan diare.
 Pada unit ini perlu penguasaan terhadap pertolongan pertama kegawatan BBL
yaitu identifikasi sindroma ganguan nafas, infeksi atau sepsis, cacat bawaan
dengan tindakan segera,ikterus,muntah, pendarahan, BBLR dan diare.
2. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat II :
 Perawatan bayi yang baru lahir pada unit ini meliputi pertolongan resusitasi
bayi baru lahir dan resusitasi pada kegawatan selama pemasangan
endotrakeal, terapi oksigen, pemberian cairan intravena, terapi sinar dan
tranfusi tukar, penatalaksanaan hipoglikemi, perawatan BBLR dan bayi lahir
dengan tindakan.
 Pada unit ini diperlukan sarana penunjang berupa laboratorium dan
pemeriksaan radiologis serta ketersediaan tenaga medis yang mampu
melakukan tindakan bedah segera pada bayi.
3. Unit perawatan bayi baru lahir tingkat I :
 Pada unit ini semua aspek yang menyangkut dengan masalah perinatologi dan
neonatologi dapat ditangani disini.
 Unit ini merupakan pusat rujukan sehingga kasus yang ditangani sebagian
besar merupakan kasus resiko tinggi baik dalam kehamilan, persalinan
maupun bayi baru lahir.
e. Mekanisme Rujukan
1) Penemuan masalah pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih
Penemuan neonatus,bayi dan balita yang tidak dapat ditangani oleh kader/dukun
bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan.

2) Penentuan tingkat kegawatdaruratan pada tingkat bidan desa, puskesmas


Penentuan tingkat kegawatdaruratan kasus sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab tenaga kesehatan pada tingkatannya serta penentuan kasus yang dapat
ditangani sendiri dan kasus yang harus dirujuk.
3) Pemberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Pemberian informasi mengenai kondisi atau masalah bayi yang akan dirujuk
kepada orangtua atau kelurga bayi, sehingga orangtua atau keluarga memahami
kondisi bayi

4) Pengiriman informasi pada tempat rujukan yang dituju


1. Memberitahukan kepada petugas di tempat rujukan bahwa akan ada penderita
yang dirujuk
2. Meminta petunjuk pelayanan yang perlu dilakukan dalam rangka persiapan
dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan
3. Meminta petunjuk dan cara penanganan untuk menolong penderita bila
penderita tidak mungkin dikirim
5) Persiapan penderita (BAKSOKUDA)
 B (Bidan)
Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan

 A (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,
tensimeter dan stetoskop

 K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa ia
dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke
tempat rujukan.

 S (Surat)
Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu

 O (Obat)
Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk

 K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.

 U (Uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan

 DA (Darah)
Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila
terjadi perdarahan

6) Pengiriman Penderita (Ketersediaan sarana kendaraan)


Untuk mempercepat pengiriman penderita sampai ke tujuan, perlu diupayakan
kendaraan/sarana transportasi yang tersedia untuk mengangkut penderita
7) Tindak lanjut penderita
 Penderita yang telah dikembalikan melaporkan pada instansi rujukan terkait
jika memerlukan tindak lanjut
 Lakukan kunjungan rumah bila penderita yang memerlukan tindakan lanjut
tidak melapor
f. Bagan Sistem Rujukan
 Masalah Rujukan pada Neonatus dan Bayi
Faktor Bayi :

1. Prematur / BBLR (BB< 1750–2000gr)


2. Umur kehamilan 32-36 minggu
3. Bayi dari ibu DM
4. Bayi dengan riwayat apneu
5. Bayi dengan kejang berulang
6. Sepsis
7. Asfiksia Berat
8. Bayi dengan ganguan pendarahan
9. Bayi dengan gangguan nafas (respiratory distress)
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
Mengkaji identitas klien yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lamanya perkawinan, dan alamat. Usia
ibu dalam kategori usia subur (15-49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang
32 dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun) merupakan kelompok resiko
tinggi.
2) Identits penanggung jawab
Mengkaji identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, lamanya perkawinan, dan
alamat.
3) Keluhan utama
Klien mengeluh sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
keluar lender dan bercampur darah.
(1) Riwayat penyakit sekarang
Usia kehamilan 37-40 minggu, klien mengeluh sakit perut dan keluar lender
bercampur pada pemeriksaan dalam serviks mendatar dan pembukaan telah
ada.
(2) Riwayat penyakit keluarga
Perlu dikaji adanya riwayat penyakit dalam keluarga yang dapat memperburuk
kondisi klien saat persalinan.
4) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penykit sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi kerumah sakit
atau pada saat pengkajian seperti pendarahan pervaginan di luar siklus haid,
pembesarang lebih besar dari usia kehamilan.
5) Riwayat penyakit dahulu
(1) Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan,
kapan, oleh siapa, dan dimana tindakan tersebut berlangsung.
(2) Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya; DM, jantung,
hipertensi, masalah ginekologi atau urinary, penyakit endokrin dan penyakit-
penyakit lainnya.
6) Riwayat keluarga berencana Meliputi alat kontrasepsi yang digunakan, lama
penggunaan, keluhan selama penggunaan, jumlah anak yang direncanakan. (Yuli
R, 2017)
7) Riwayat obstetri
(1) Keadaan haid
Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah tentang menarche, siklus haid,
hari pertama haid terakhir, jumlah dan warna darah keluar, lamanya haid, nyeri
atau tidak, bau.
(2) Perkawinan
Yang perlu ditanyakan berapa kali kawin dan sudah berapa lama.
(3) Riwayat kehamilan
Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah berapa kali melakukan ANC
(Ante Natal Care), selama kehamilan periksa dimana, perlu di ukur berat badan
dan tinggi badan.
8) Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu resti atau
tidak, meliputi :
(1) Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) : Digunakan untuk mengetahui umur
kehamilan
(2) Hari Perkiraan Lahir (HPL) : Untuk mengetahui perkiraan lahir
(3) Keluhan-keluhan : Untuk mengetahui apakah ada keluhan-keluhan pada
trimester I,II dan II
(4) Ante Natal Care (ANC) : Mengetahui riwayat ANC, teratur / tidak, tempat
ANC, dan saat kehamilan berapa (Wiknjosastro, 2010)
9) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(1) Kehamilan : Untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil
pemeriksaan kehamilan
(2) Persalinan : Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada perdarahan
atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan.
(3) Nifas : Untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup, apakah
dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada
masa nifas, dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya. (Wiknjosastro,
2010).
10) Pola kebiasaan sehari-hari menurut virgina handerson
(1) Respirasi : Pernafasan meningkat.
(2) Nutrisi : Biasanya klien mengalami gangguan dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi seperti mual/ muntah, masukan protein kalori kurang.
(3) Eliminasi : Biasanya klien mengalami gangguan BAK (oliguria) (kurang dari
400 ml/ 24 jam).
(4) Gerak dan keseimbangan tubuh : Aktivitas berkurang, perubahan gaya berjalan.
(5) Istirahat atau tidur : Klien biasanya mengalami kesulitan dalam istirahat dan
tidurnya karena adanya kontraksi uterus (HIS).
(6) Mempertahankan daya tahan tubuh dan sirkulasi : Biasanya temperature tubuh
meningkat dan sirkulasi meningkat.
(7) Kebutuhan personal hygiene : Kebersihan diri merupakan pemeliharaan
kesehatan untuk diri sendiri dan dilakukan 2x sehari. Biasanya kebutuhan
personal hygiene tidak ada gangguan
(8) Aktivitas : Pada klien abortus biasanya aktivitasnya terganggu karena
kebiasaan sehari-hari tidak dapat dilakukan atau tidak dapat terpenuhi dengan
baik.
(9) Kebutuhan berpakaian : Dengan dengan abortus tidak mengalami gangguan
dalam memenuhi kebutuhan berpakain tersebut.
(10) Mempertahankan temperature tubuh dan sirkulasi : Klien dengan abortus
biasanya mengalami gangguan dalam hal temperature tubuh berupa
peningkatan suhu tubuh dan sirkulasi berupa penurunan tekana darah.
(11) Kebutuhan keamanan : Kebutuhan keamanan ini perlu dipertanyakan apakah
klien tetap merasa aman dan terlindungi oleh keluarganya. Klien mampu
menghindari bahaya dari lingkungan.
(12) Sosialisasi : Bagaimana klien mampu berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresika emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.
(13) Kebutuhan spiritual : Klien lebih rajin beribadah dan berdoa untuk
menghadapi persalinan.
(14) Kebutuhan bermain dan rekreasi : Klien dengan persalinan normal biasanya
tidak dapat memenuhi kebutuhan bermain dan rekreasi karena dalam kondisi
yang lemah.
(15) Kebutuhan belajar : Bagaimana klien berusaha belajar, menemukan atau
memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah pada perkembangan yang normal,
kesehatan dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia. (Yuli R, 2017)
2. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum apakah baik, sedang, jelek (Prihardjo, 2008).
Pada persalinan normal keadaan umum klien baik (Nugroho, 2010).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran klien apakah composmetis, apatis, somnolen,
delirium, semi koma dan koma. Pada kasus ibu bersalin dengan letak sunsang
kesadarannya composmentis.
3) Tanda vital
(1) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi dan hipotensi. Batas normalnya
120/80 mmHg
(2) Nadi
Untuk mengetahui nadi klien yang dihitung dalam menit. Batas normalnya 69-
100 x/ menit
(3) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan klien yang dihitung dalam 1 menit.
Batas normalnya 12-22 x/ menit
(4) Suhu
Untuk mengetahui suhu tubuh klien, memungkinkan febris/ infeksi dengan
menggunakan skala derajat celcius. Suhu wanita saat bersalin tidak lebih dari
38º. (Saifuddin, 2010).
4) Pemeriksaan fisik Head To Toe (Sulistyowati, 2013)
(1) Kepala
Bentuk kepala oval dan bulat, kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam dan
tidak rontok. Muka oedem, tidak ada nyeri tekan.
Mata : Mata simetris kanan dan kiri, sklera mata berwarna putih, konjungtiva
berwarna merah muda.
Telinga : Simetris kanan kiri, bersih tidak ada serumen, pendengaran
berfungsi dengan baik.
Hidung : Bentuk normal, keadaan bersih, tidak ada polip, pertumbuhan rambut
hidung merata, penciuman normal.
Mulut : bentuk normal, kedaan bersih, tidak ada kesulitan menelan.
(2) Leher : Normal, tidak terdapat pembengkakan kelenjar dan vena jugularis
(3) Dada :
1. Payudara
Payudara simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, areola mamae
berwarna hitam merata, payudara terasa padat, papilla mammae menonjol,
colostrum ada, tidak ada kelainan pada payudara.
2. Paru paru
Jalan nafas spontan, vokal fremitus getarannya sama, tidak teraba massa,
perkusi sonor, suara nafas vesikuler, ada suara nafas tambahan atau tidak
yaitu wheezing atau ronchi.
3. Jantung
Kecepatan denyut apical reguler, irama jantung normal, umumnya tidak
ada kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri tekan.
4. Abdomen
Abdomen mungkin masih menonjol atau membesar, terdapat luka operasi
tertutup perban. Nyeri pada luka bekas operasi. Tinggi fundus uterus turun
1-2 jari setiap 24 jam, konsistensi uterus keras atau lembek. Perkusi
timpani pada usus, bising usus normal
5. Genetalia
Jumlah dan jenis lochea biasanya terdapat pengeluaran lochea rubra
(berwarna merah) yang menetap selama 3 hari. Berapa kali ganti pembalut
dalam sehari.
6. Ekstermitas Atas : Pada pasien persalinan normal Lingkar Lengan Atas
23 cm, tidak ada edema .
Ekstremitas bawah: Ada edema, tidak ada varises
5) VT (pemeriksaan dalam)
Untuk mengetahui keadaan vagina, portio keras atau lunak, pembukaan servik
berapa, penurunan kepala, UKK dan untuk mendeteksi panggul normal atau tidak
(Prawirohardjo, 2010)
6) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, jenis penentuan, waktu
pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi
untuk sifilis.
3. Analisa Data
Langkah awal dari perumusan keperawatan adalah pengolahan data dan analisa data
dengan menggabungkan data satu dengan lainnya, sehingga tergambar fakta
(Sulistyowati, 2012).
4. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan intensitas kontraksi uterus.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang sebab
dan akibat dari persalinan
3. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang situasi persalinan
ditandai dengan gelisah dan takut
5. Rencana keperawatan
DX : Nyeri Akut berhubungan dengan intensitas kontraksi (Mitayani, 2011).

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada pasien 1. Untuk menambah


keperawatan selama 1 x 60 dan keluarga pasien pengetahuan
menit, diharapkan nyeri tentang pengertian pasien tentang
pasien dapat berkurang / nyeri pengertian nyeri
teratasi. Dengan Kriteria 2. Anjurkan pasien 2. Untuk membantu
Hasil : Untuk melakukan mengurangi nyeri
1. Pasien dapat teknik nafas dalam pasien
menjelaskan kembali saat nyeri 3. Untuk
tentang pengertian nyeri berlangsung mengalihkan rasa
2. Pasien dapat melakukan 3. Ajarkan pasien nyeri pada pasien
teknik nafas dalam saat teknik relaksasi, 4. Untuk mengetahui
nyeri distraksi, message tingkat nyeri yang
3. Pasien dapat 4. Pantau skala nyeri dirasakan pasien
mempraktekkan yang di rasakan 5. Untuk mengetahui
kembali teknik relaksasi pasien keadaan pasien
dan distraksi 5. Observasi tingkat 6. Untuk mengetahui
4. Tingkat kesadaran baik kesadaran pasien kondisi pasien
5. Tanda-tanda vital dalam 6. Observasi tanda
batas Normal tanda vital pasien
TD : 80 / 120 mmHg
N : 80 x/ menit
S : 36,5 °C
RR : 20 x/ menit 6.
6. Kala pembukaan
lengkap (0-10)

Dx: Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


sebab dan akibat persalinan (Mitayani, 2011)

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

2. Setelah dilakukan tindakan 1. 1. Jelaskan pada 1. 1. Untuk


keperawatan selama 1 x 60 pasien dan keluarga menambah
menit, diharapkan pasien pasien tentang sebab pengetahuan
dapat mengetahui tentang dan akibat dari pasien dan
sebab dan akibat dari persalinan keluarga pasien
persalinan. Dengan Kriteria 2. Bantu pasien tentang sebab dan
Hasil : mengenali seban dan akibat persalinan
akibat dari persalinan 2. Untuk menambah
1. Pasien dan keluarga
3. Bantu pasien dan tingkat
pasien dapat
keluarga pasien pengetahuan
menjelaskan kembali
untuk mengenali pasien tentang
tentang sebab dan akibat
tanda-tanda persalinan
dari persalinan
persalinan 3. Untuk membantu
2. Pasien dan keluarga
4. Observasi tandatanda pengetahuan
pasien dapat
kebingungan pada pasien dan
menyebutkan kembali
pasien dan keluarga keluarga
sebab dan akibat dari
5. Observasi TTV 4. Untuk mengetahui
persalinan
6. Kolaborasi dengan Apakah ada
3. Pasien dan keluarga
dokter dan tim medis penjelasan yang
pasien dapat mengenali
lain untuk pemberian tidak dimengerti
tanda-tanda persalinan
4. Tidak ada tanda obat jika diperlukan atau sulit dipahami
kebingungan pada 5. Untuk mengetahui
pasien dan keluarga keadaan pasien
5. TTV dalam batas 6. Untuk
normal TD : 80 / 120 mempercepat
mmHg penyembuhan
N : 80 x/ menit pasien
S : 36,5 °C
RR : 20 x/ menit

DX: Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang situasi persalinan


ditandai dengan rasa takut (Mitayani, 2011)

No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

3. Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada pasien 1. 1. Untuk


keperawatan selama 1 x 60 dan keluarga tentang menambah
menit, diharapkan rasa takut penyebab rasa takut pengetahuan
dapat berkurang. Dengan 2. Anjurkan pasien pasien tentang rasa
Kriteria Hasil : untuk melakukan takut
teknik relaksasi 2. Untuk
1. Pasien dapat
3. Ajarkan pasien cara mengalihkan
menjelaskan kembali
mengontrol rasa takut ketakutan yang
tentang penyebab rasa
4. Identifikasi tingkat sedang dirasakan
takut
ketakutan pasien pasien
2. Pasien dapat melakukan
5. Kolaborasi dengan 3. Meningkatkan
kegiatan untuk
keluarga pasien kenyamanan
mengurangi rasa takut
untuk memberikan pasien sehingga
3. Pasien mampu
motivasi kepada bias mengurangi
mengidentifikasi dan
pasien ketakutan
menunjukkan teknik
4. Untuk memantau
mengontrol rasa takut
derajat tingkat
4. Postur tubuh, ekspresi
ketakutan pasien
wajah dan tingkat
ketakutan menunjukkan 5. Agar pasien
rasa ketakutan merasa lebih
berkurang tenang dan
5. Keluarga pasien terlihat nyaman
selalu memberikan
dukungan pada pasien

6. Implementasi
Implementasi keperawatan dalam konsep asuhan keperawatan adalah pengelolahan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan yang
mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi yang didasarkan oleh hasil keputusan
bersama bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain. (Mitayani, 2011).
7. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk menjelaskan secara sistematis untuk mencapai
objectif, efisien, dan efektif serta untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan dan juga
membantu pengambilan keputusan untuk perbaikan satu atau beberapa aspek program
perencanaan yang akan dating (Craven, 2010).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Deby Utami Siska. 2019. Sosialisasi Penggunaan Metode Pembelajaran Pada
Pengisian Lembar Patograf Untuk Dosen Kebidana di STIK Bina Husada
Palembang. Khidmah 1.2: 150-154.

Kajatin, Atin. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Maternitas.

Rakman, P. P., Sulistyowati, A., Triestuning, E., & Putra, K. W. R. (2021). ASUHAN


KEPERAWATAN PADA NY. L DENGAN DIAGNOSA MEDIS" PERSALINAN
NORMAL" KALA 1 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT DI
RUMAH BERSALIN BIDAN EVA DESA KLURAK KECAMATAN CANDI
KABUPATEN SIARJO (Doctoral dissertation, Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia
Sidoarjo).

Sari, D. P., Rufaida, Z., & Lestari, S. W. P. (2018). Nyeri persalinan. E-Book Penerbit
STIKes Majapahit, 1-30. https://scholar.google.co.id/scholar?
q=manajemen+nyeri+persalinan&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qab
s&u=%23p%3DS_1ZN8PbpjoJ

Triyani, S., & Eugenie, T. (2018). EFEKTIFITAS MANAJEMEN NYERI DENGAN


KOMPRES DAN RELAKSASI TERHADAP NYERI SAAT PERSALINAN KALA
I FASE AKTIF. 2-TRIK: TUNAS-TUNAS RISET KESEHATAN, 8(1), 50-60.
https://scholar.google.co.id/scholar?
q=manajemen+nyeri+persalinan&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qab
s&u=%23p%3DFDbMUehER0YJ

http://eprints.undip.ac.id/55434/4/
Lidia_Shafiatul_Umami_22010113120009_Lap.KTI_BAB_2.pdf (Diakses pada 30 maret
2022 pada pukul 11.51 WIB)

Anda mungkin juga menyukai