Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN NYERI PADA PERSALINAN

Disusun oleh:
Nabilla Ramadhani (40720024)
Prischa Anastasia Supriyadi (40720031)
Salwa Winslow (40720042)
Wanelis (40720049)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menjalankan dan menyelesaikan tugas
membuat makalah yang berjudul “Manajemen Nyeri Pada Persalinan” tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan keterbatasan kemampuan yang kami miliki, maka
dari kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah
berikutnya.
Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Depok, 28 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
Fisiologi Nyeri Persalinan......................................................................................................3
Pendekatan Farmakologi dan Non Farmakologi....................................................................7
Anestesi Lokal dan Analgesik................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................11
PENUTUPAN..........................................................................................................................11
Kesimpulan...........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman yang subyektif dan hanya orang yang mengalaminya
yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Mubarok, 2007). Nyeri adalah
salah satu faktor yang dominan dalam persepsi perempuan akan pengalaman persalinan, dan
bidan harus menyadari peran pentingnya agar dapat memaksimalkan kesejahteraan selama
dan setelah kelahiran pada semua wanita baik primipara maupun multipara (Karlsdottir,
Halldorsdottir, & Lundgren, 2014). Rasa nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari
adanya kontraksi otot rahim. Kontraksi inilah yang menimbulkan rasa sakit pada pinggang,
daerah perut dan menjalar kearah paha. Kontrasi uterus menyebabkan keluhan nyeri
persalinan yang dapat menimbulkan kecemasan dan kelelahan ibu dalam persalinan serta
membawa pengaruh negatif pada kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin. Hasil
penelitian didapat bahwa persalinan menyebabkan nyeri berat (91.9%) dan pengalaman nyeri
menimbulkan pengalaman negatif kepada wanita sehingga bidan dan wanita perlu mengenal
dan memahami nyeri dalam proses persalinan.

International association for studi of paint mendefinisikan nyeri sebagai salah satu sensori
subjek dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau di potensial yang di rasakan di mana terjadi kerakan.
Artur Curton (1983) mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi timbul
ketika jaringan sedang rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menhilangkan rasa nyeri. Nyeri persalinan bersifat hal yang alami dan fisiologis yang di
alami oleh wanita (Juniartati & Widyawati, 2018). Dimana intensitas nyeri persalinan terjadi
dari skala nyeri 7-10, yaitu dari nyeri berat hingga sangat berat. Dapat diukur dengan
Numerik Rating Scale untuk menentukan intensitas nyeri (Asrinah dkk, 2010).

1
A. Rumusan Masalah

1. Bagaimana fisiologi nyeri dalam persalinan?


2. Bagaimana bentuk pendekatan farmakologi dan non farmakologi untuk
mempertahankan kenyamanan dan manajemen nyeri persalinan?
3. Seperti apa anestesi lokal dan analgetic yang digunakan untuk manajemen nyeri
persalinan?

B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara untuk manajemen nyeri pada ibu
yang bersalin.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Fisiologi Nyeri Persalinan

Rasa sakit persalinan memiliki dua komponen: viseral dan somatik. Nyeri
viseral disebabkan oleh dilatasi serviks dan peregangan segmen bawah rahim serta
distensi korpus uteri. Nyeri somatik terjadi pada saat mendekati persalinan awal kala
II, bersifat nyeri dan terlokalisir ke vagina, rektum dan perineum sehingga nyeri
didominasi oleh kerusakan jaringan di panggul dan perineum. Nyeri somatic menjalar
ke dermatom yang berdekatan T10 dan L1 dan jika dibandingkan dengan nyeri
viseral, lebih tahan terhadap obat pengurangan rasa nyeri. Pada dasarnya rasa nyeri
pada proses persalinan berbeda dengan rasa nyeri yang dialami individu pada
umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada:
a. Proses fisiologis: Nyeri persalinan adalah proses fisiologis, dimana ini
terjadi karena adanya kontraksi akibat proses hormonal dalam persalinan
seperti naiknya kadar oksitoksin, naiknya kadar prostaglandin dan turunya
kadar progresteron
b. Perempuan dapat mengetahui bahwa ia akan mengalami nyeri saat bersalin
apalagi bila seseorang telah mengalami atau berpengalaman sebelumnya,
sehingga hal tersebut dapat diantisipasi.
c. Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan akan membantu
perempuan untuk mengatasi nyeri persalinan yang bersifat intermiten
(sementara).
d. Konsentrasi perempuan pada bayi yang akan dilahirkan akan membuat lebih
toleran terhadap nyeri yang dirasakan saat persalinan, karena ia lebih berfokus
pada harapan kelahiran bayinya.

3
Rasa tidak nyaman (nyeri) selama persalinan kala I disebabkan oleh dilatasi dan penipisan
serviks serta iskemia uterus hal ini dikarenakan penurunan aliran darah sehingga oksigen
lokal mengalami defisit akibat kontraksi arteri miometrium, nyeri ini disebut nyeri viseral.
Sedangkan pada akhir kala I dan kala II, nyeri yang dirasakan pada daerah perineum yang
terjadi akibat peregangan perineum, tarikan peritonium dan daerah uteroservikal saat
kontraksi, penekanan vesika urinaria, usus dan struktur sensitif panggul oleh bagian terendah
janin, nyeri ini disebut nyeri somatik (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2014; (Lowdermilk et
al., 2016; (Tal, Taylor, Burney, Mooney, & Giudice, 2015).

Impuls rasa nyeri pada tahap pertama (Kala I) persalinan ditransmisikan melalui segmen
saraf spinalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik lumbar atas.
Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan serviks. Rasa tidak nyaman akibat perubahan
serviks dan iskemia rahim disebut nyeri viseral.

Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar kedaerah lumbar punggung
dan menurun ke femur. Impuls nyeri yang berasal dari serviks dan korpus uteri
ditransmisikan oleh serabut saraf aferen melalui pleksus uterus, pleksus pelviks, pleksus
hipogastrik inferior, midle, posterior dan masuk ke lumbal yang kemudian masuk ke spinal
melaui L1, T12, T11 dan T10. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri ini hanya selama kontraksi
dan bebas dari rasa nyeri pada interval antar kontraksi (Lowdermilk et al., 2014;
(Lowdermilk et al., 2016; (Tal et al., 2015).

4
Tahap kedua persalinan (Kala II) yakni tahap pengeluaran bayi, ibu mengalami nyeri
somatik atau nyeri pada perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum ini timbul akibat
peregangan jaringan perineum akibat tekanan bagaian terendah janin, kandung kemih, usus
atau strukstur sensitif panggul yang lain. Impuls nyeri pada tahap kedua persalinan (kala II)
dihantar melalui saraf pudendal menuju S1-4 dan sistem parasimpatis jaringan perineum.

5
Nyeri yang dirasakan terutama pada daerah vulva dan sekitarnya serta pinggang
(Freudenrich, 2009; (Pearce, 2016).

Nyeri tahap ketiga (kala III) adalah nyeri lokal yang disertai kram dan sensasi robekan
akibat distensi dan laserasi serviks, vagina atau jaringan perineum. Rasa nyeri pada alat-alat
tubuh didaerah pelvis, terutama pada daerah traktus genitalia interna disalurkan melalui
susunan saraf simpatik menyebabkan kontraksi dan vasokonstriksi. Sebaliknya saraf
parasimpatik mencegah kontraksi dan menyebabkan vasodilatasi. Oleh karena itu efeknya
terhadap uterus yaitu bahwa simpatik menjaga tonus uterus, sedangkan saraf parasimpatik
mencegah kontraksi uterus, jadi menghambat tonus uterus. Pengaruh dari kedua jenis
persarafan ini menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang intermiten. Rangkaian susunan
saraf simpatik daerah pelvik terdiri dari tiga rangkaian, yaitu rantai sakralis, plexsus
haemorhoidalis superior, dan pleksus hipogastrika superior.

6
Pendekatan Farmakologi dan Non Farmakologi

A. NON FARMAKOLOGIS:

A. Aromaterapi: Bau-bauan yang menyenangkan dapat membuat ibu merasa


nyaman serta relaksasi pada tubuh dan fikiran ibu akan mereduksi nyeri dan
cemas, sehingga nyeri akan berkurang.
B. Relaksasi Ada 3 jenis relaksasi yang dapat membantu ibu dalam bersalin:
- Relaksasi Progresif Latihan ini dilakukan dengan cara sengaja mengencangkan
sekelompok otot-otot tunggal (misalnya lengan, tungkai, wajah) sekuat mungkin
melepaskannya secara sekunder. Otot-otot dikencangkan secara berurutan dan
progresif dari satu ujung bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya.
- Relaksasi Terkendali Latihan ini dilakukan dengan cara mengupayakan
sekelompok otot berkontraksi dan mempertahankan kelompok otot yang lain
berelaksasi.
- Mengambil dan mengeluarkan nafas Teknik ini dilakukan pada saat ibu berdiri
dan mengambil nafas dalam dan kemudian mengeluarkan semuanya dengan suatu
hembusan kuat setelah kontaksi selesai. ( Qorinina, 2017 )
7
C. Massage: Massage adalah penekanan oleh tangan pada otot atau ligamen tanpa
menyebabkan pergeseran sendi atau perubahan posisi untuk menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi atau meningkatkan sirkulasi. Massage adalah salah satu
metode non farmakologi yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri dalam
persalinan. Pijatan atau usapan yang lembut dapat membuat ibu merasa nyaman
dan rileks selama persalinan yang disebabkan karena tubuh melepaskan hormone
endorphin yang dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak, endorphin juga
sebagai pereda sakit yang alami (Danuatmadja, 2004 dalam Pane, 2014).

Beberapa macam massage yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri


persalinan adalah:
a) Effleurage Effleurage adalah pijatan lambat perut atau bagian tubuh lain
selama kontraksi berlangsung. Metode effleurage memperlakukan pasien dalam posisi
setengah duduk atau supine, lalu letakkan kedua telapak tangan pada perut dan secara
bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga
menggunakan satu telapak tangan dengan gerakkan melingkar atau satu arah
(Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
b) Deep Back Massage: Deep back massage adalah penekanan pada daerah
sacrum dengan sedikit mendalam dengan menggunakan telapak tangan. Metode deep
back massage memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga
pasien menekan daerah sacrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan lagi
dan tekan lagi, begitu seterusnya (Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).
c) Counter Pressure Firm: counter pressure adalah penekanan pada daerah
sacrum dengan menggunakan tangan yang dikepalkan. Metode firm counter pressure
memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien
menekan sacrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan
beraturan (Maemunah, 2009 dalam Pane, 2014).

B. FARMAKOLOGIS:

Berbagai agen farmakologi digunakan sebagai manajemen nyeri. Biasanya untuk


menghilangkan nyeri digunakan analgesik, yang terbagi menjadi dua golongan yaitu
analgesik non narkotik dan analgesik narkotik, pilihan obat tergantung dari rasa nyeri.

8
a. Pethidin: Pethidin merupakan salah satu metode pengurangan rasa sakit yang
dilakukan dengan menyuntikkan pethidine di paha atau pantat. Masa kerjanya bisa
mencapai 4 jam dan dapat menimbulkan rasa kantuk (walaupun ibu tetap dalam
keadaan sadar) serta kadang-kadang juga dapat menimbulkan rasa mual. Efek
pethidin, yang merupakn turunan morfin ini, tidak hanya dirasakan oleh ibu, tetapi
juga oleh janin. Janin ikut mengantuk dan agak lemas. Oleh karena itu, cara ini sudah
jarang digunakan.
b. ILA (Intra Thecal Labor Anlegesia): Tujuan utaman tindakan ILA (Intra Thecal
Labor Anlegesia) ialah untuk mengilangkan nyeri persainan tanpa menyebabkan blok
motorik, sakitnya hilang tetapi tetap bisa mengejan, yang dapat dicapai dengan
menggunakan obat-obat anastesia. Keuntungan yang di perdapat dengan program
ILA:
a) Cepat dan memuaskan. Mula kerja cepat, memberikan analgesia penuh, blok
bilateral, serta ketinggian blok dapat diatur.
b) Keamanan. Dosis yang digunakan sangat kecil, sehingga resiko toksisitas karena
anestetik lokal, seperti total spinal, tidak berarti atau tidak ada sama sekali.
c) Fleksibel. Pasien dalam fase laten persalinan dapat diberikan fentanil atau
sulfentanil intrathecal ( single shot ) dan dibiarkan bejalan-jalan. Pada multipara
dengan pembukaan serviks diatas 8 cm dapat diberikan dosis tunggal petidin atau
gabungan narkotik dan anestetik lokal intrathecal untuk menghasilkan analgesia yang
cepat dan penuh selama fase aktif persalinan dan kelahiran. Anestesia local (infiltrasi
local dengan injeksi lidochaine pada perineum dan blok syaraf pudendal) Anesthesia
umum (Thiopental intravena).
c. Anestesi regional (epidural, spinal dan kombinasinya): Anestesi regional
merupakan jenis anestesi yang sering digunakan untuk melahirkan. Untuk jenis
anestesi ini biasanya dilakukan penyuntikan pada daerah epidural. Keuntungan dari
jenis anestesi ini adalah dapat menghindarkan bayi dari hipoksia pasca persalinan
selama tekanan darah dipertahankan dalam batas normal. Sedangkan pada kelahiran
atau partus normal spontan jenis anestesi yang dilakukan adalah anestesi lokal,
dimana anestesi jenis ini biasanya diberikan pada saat episiotomi. Anestesi ini tidak
mengurangi nyeri kontraksi saat melahirkan melainkan hanya pada labia mayor, labia
minor dan perineum (Wahyuningsih, 2014).

9
Anestesi Lokal dan Analgesik

- ANESTESI LOKAL: Dalam kebidanan anestesi lokal dapat diberikan dalam


beberapa cara yaitu:

a. Topical; Pemasangan infus.

b. Subkutan/intradermal; Penjahitan luka.

c. Infiltrasi di sekeliling serabut saraf tunggal; Blok anestesi pudendus.

d. Epidural; Pada permukaan durameter atau seksio caesarea.

e. Spinal (intratekal); Ke dalam cairan serebrospinal pada ruang subarachnoid


(intratekal).

Pemilihan anestesi lokal:

1. Spinal: Yang sering digunakan adalah lidokain 5% (50-75 mg) masa kerja 60-
150 menit dan bupivakain 0,5% (15-20 mg) masa kerja 120-180 menit. Jarang
dijumpai reaksi toksik dan transfer melalui plasenta.

2. Epidural: bupivakain 0,5%-0,75% sering digunakan karena ikatan protein


plasma lebih besar sehingga pengaruh pada bayi sangat kecil. Dianjurkan
pemberian zat anestesi lokal dengan andrenalin 1/200.000 untuk mengurangi
absorbs sistematik, memperpanjang masa kerja dan meningkatkan blok
motoric. Pemberian obat harus dikurangi 20-50% dari dosis biasa, dosis yang
diberikan 15-20 ml tergantung tinggi badan.

- ANALGESIK NON OPIOID: Memiliki target aksi pada enzim siklooksigenase


(COX). COX berguna sebagai mediator nyeri, salah satunya Prostaglandin.
Mekanisme analgesic jenis ini adalah memblok permbentukan Prostaglandin
dengan cara menginhibisi enzim COX sehingga pembentukan mediator nyeri
dapat berkurang. Contohnya adalah seperti; aspirin, ibuprofen, dan asam
mefenamat. Adapun efek samping yang perlu diperhatikan meliputi; gangguan
gastrointestinal, asma, dan reaksi alergi.

- ANALGESIK OPIOID: Berhubungan dengan endorphin dan enkefalin. Opioid


bekerja dalam banyak tempat dalam sistem saraf pusat; medulla spinalis, medulla
oblongata, midbrain, dan korteks serebri. Obat ini menekan aktivitas jaringan
yang menjadi target pelepasan neurotransmitter dan memiliki efek menenangkan.
Obat ini akan menghambat fungsi hipotalamus dan menurunkan tingkat aktuvutas
dalam sistem saraf otonom. Contoh obat ini adalah seperti; morfin dan fentanyl.
Cara pemberian obat ini adalah secara injeksi intramuscular dan akan
dimetabolisme di hati dan dieksresi melalui urin dan empedu. Efek samping yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan obat ini adalah halusinasi, konvulsi, depresi
sitem saraf pusat, depresi pernapasan bradikardia dan hipotensi.

10
BAB III

PENUTUPAN

Kesimpulan

Nyeri pada persalinan adalah kejadian fisiologis yang dialami oleh ibu ketika
waktu melahirkan dikarenakan adanya kontraksi dalam perut dalam upaya untuk
melahirkan janin dan plasenta. Perasaan nyeri pasti akan dialami oleh wanita yang
bersalin sehingga semua wanita terutama para tenaga kesehatan diperlukan untuk
mengenali, mengetahui dan memahami rasa nyeri yang akan dihadapi ketika ibu
bersalin dan bagaimana upaya untuk membantu ibu menghadapi dan menanggulangi
rasa sakit yang dialaminya.
Terdapat dua pilihan cara untuk menanggulangi rasa sakit ibu bersalin, secara
farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis untuk mengurangi rasa sakit
yaitu dengan menggunakan obat-obatan yang terbagi menjadi analgesic non narkotik
dan analgesic narkotik juga pemberian anestesi lokal. Sedangkan untuk terapi non
farmakologis dapat dilakukan seperti pemijatan deep back massage, menyediakan
aromaterapi yang bersifat menenangkan, dan relaksasi.
Anestesi lokal yang dapat diberikan kepada ibu bersalin terdapat dua pilihan
yaitu, spinal dan epidural. Anestesi spinal yang sering digunakan adalah lidokain 5%
dengan masa kerja 60-150 menit. Untuk anestesi epidural yang sering digunakan
adalah bupivakain 0,5-0,75% karena ikatan protein plasma lebih besar sehingga tidak
ada pengaruh pada bayi.
Analgesic terbagi menjadi analgesic opioid dan non opioid. Analgesic opioid
seperti morfin memiliki cara kerja menekan aktivitas jaringan yang menjadi target
pelepasan neurotransmitter dan memiliki efek menenangkan. Analgesic non opioid
seperti ibuprofen memiliki cara kerja memblok prostaglandin yang berperan sebagai
mediator nyeri dengan menginhibisi enzim COX.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/1152/3/BAB%20II.pdf

Rejeki, Sri. 2020. Buku Ajar Manajemen Nyeri Persalinan (Non Farmaka). Semarang:
Unimus Press.

Sari, Dyah Permata. Rufaida, Zulfa. Lestari, Sri Wardini Puji. 2018. Nyeri Persalinan.
Mojokerto: STIKes Majapahit Mojokerto.

Widiawati, Ida. Legiati, Titi. Mengenal Nyeri Persalinan Pada Primipara Dan Multipara
Volume: 2, Nomor 1 (hlm. 45). Tasikmalaya: FIKes-Universitas Muhammadiyah
Tasikmalaya.

12

Anda mungkin juga menyukai