Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Persalinan

Persalinan ialah proses keluarnya janin ketika kehamilan sudah

matur yaitu 37 minggu sampai 42 minggu, dengan jangka waktu kurang

dari 1 hari jika tanpa komplikasi dan janin lahir normal presentasi

belakang kepala (Padila, 2014). Sedangkan menurut Solehati & kosasih,

(2015) Melahirkan merupakan proses pengeluaran hasil konsepsi berupa

janin dan plasenta, yang dianggap mampu untuk hidup diluar rahim.

Berdasarkan definisi persalinan dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Persalinan spontan, jika ibu menggunakan tenaga sendiri selama

proses persalinan berlangsung.

b. Persalinan buatan, bila dibantu oleh kekuatan dari luar selama

berlangsungnya persalinan.

c. Persalinan anjuran, dimana proses persalinan yang memerlukan

kekuatan dari luar dengan cara pemberian rangsangan (Rohani,

Saswita, & Marisah, 2014).

Sedangkan dilihat dari cara persalinan dibadakan menjadi 2, yaitu:

a. Partus normal, persalinan langsung hanya dengan kekuatan dari

ibu, tidak memerlukan alat bantu, ibu dan bayi tidak terluka,

1
serta berlangsung tidak lebih dari 24 jam dengan letak belakang

kepala.

b. Partus abnormal, persalinan yang dilakukan menggunakan alat-

alat atau operasi SC (sectio caesaria) (Rohani, Saswita, &

Marisah).

Tanda permulaan persalinan dimulai dari beberapa minggu, bulan atau

hari sebelumnya yang dinamakan kala pendahuluan (preparatory stage of

labor). Biasanya ditandai turunnya kepala janin ke inlet pelvis, abdomen

tampak melebar dan menurunnya titik tertinggi dari rahim, merasa sulit

buang air kecil dikarenakan bawah janin menekan kandung kemih, nyeri

perut dan pinggang yang akibat kontraksi uterus, serta perubahan pada

servik yaitu lembek, mendatar, dan bertambahnya pengeluaran dari vagina

bahkan bercampur dengan darah. Sedangkan, tanda-tanda inpartu yaitu

nyeri timbul karena kontraksi mulai adekuat, sesekali serta teratur, lendir

yang tercampur darah keluar lebih banyak, dapat disertai pecahnya

ketuban sebelum waktunya dan saat dilakukan pemeriksaan dalam

didapatkan serviks mendatar serta serviks telah membuka (Padila, 2014).

2. Nyeri Persalinan

a. Definisi Nyeri

Nyeri merupakan sensasi subjektif atau rasa tidak nyaman yang sering

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Secara umum

nyeri diartikan sebagai suatu keadaan kurang menyenangkan yang terjadi

akibat rangsangan fisik ataupun dari serabut-serabut saraf dalam tubuh

2
menuju ke otak, serta diikuti dengan reaksi fisik, fisioligis maupun

emosional (Padila, 2014). Adapun, menurut Andarmoyo & Suharti,

(2014), mengungkapkan bahwa nyeri adalah suatu pengalaman

ketidaknyamanan yang setiap individu akan mengalami sensasi berbeda-

beda dalam mempersepsikan rasa nyeri.

Gambar 2.1 Titik Nyeri Persalinan


(Lilis, 2017)

1) Nyeri persalinan pada kala satu (I)

Nyeri persalinan kala I paling utama ditimbulkan oleh stimulus yang

dihantarkan melalui saraf leher rahim dan rahim atau uterus bagian

bawah. Nyeri ini disebut nyeri visceral yang didapat dari kontraksi

uterus dan aneksa. Kekuatan kontraksi dan tekanan berhubungan

dengan intensitas nyeri yang dirasakan, serta rasa nyeri akan

bertambah dengan adanya kontraksi isometik pada uterus. Selama

persalinan apabila serviks atau posisi janin yang tidak normal akan

menimbulkan distorsi mekanik dan kontraksi yang kuat disertai nyeri


3
hebat. Nyeri yang hebat disebabkan dari kontraksi kuat pada saat

uterus mengalami kontrasi isomatik untuk melawan obstruksi

(Andarmoyo & Suharti, 2014)

2) Nyeri persalinan pada kala dua (II)

Selama proses persalinan kala II, serviks mengalami dilatasi penuh

sehingga stimulasi nyeri berlansung terus menerus karena kontraksi

badan rahim dan distensi segmen bawah rahim. Tekanan dari janin

pada struktur di pelvis menyebabkan nyeri somatik meningakat,

regangan serta robekan jaringan pembungkus otot dan jaringan

dibawah kulit jalan lahir bagian bawah, robekan perinium dan

tekanan pada otot lurik perinium. Nyeri ini disalurkan lewat serabut

saraf pudental yang keluar melalui S2, S3 dan S4 segmen sacral.

Pada nyeri persalinan kala II, nyeri somatik yang dirasakan lebih

hebat dan lokasi nyeri lebih jelas (Andarmoyo & Suharti, 2014).

Gambar 2.2Alur Nyeri Persalinan


(Suparni, 2014)

4
b. Faktor Penyebab Nyeri Persalinan

Penyebab nyeri persalinan menurut Alam, (2020), yaitu:

1) Kontraksi otot rahim

Kontraksi otot rahim akan menyebabkan dilatasi dan penipisan

serviks, serta iskemia rahim akibat kontraksi arteri miometrium,

ibu hanya akan merasa nyeri pada saat kontraksi berlangsung dan

tidak merasakn nyeri pada saat interval antar kontraksi.

2) Regangan otot dasar panggul

Nyeri yang dirasakan saat mendekati kala II disebabkan oleh

regangan otot dasar panggul akibat penurunan bagian terbawah

janin. Nyeri ini biasanya dirasakan didaerah vagina, rectum,

perinium, dan sekitar anus.

3) Episiotomi

Nyeri dapat dirasakan apabila ada tindakan episiotomi, tindakan

episiotomis dilakukan pada saat jalan lahir belum mengalami

laserasi dan ruptur.

4) Kondisi psikologi

Nyeri hebat yang dirasakan akan menimbulkan rasa cemas, takut

dan tegang. Perasaan ini akan memicu peningkatan hormon

prostaglandin yang menyebabkan stress. Stress akan dapat

berpengaruh terhadap kemampuan tubuh untuk menahan rasa nyeri

yang dirasakan.

5
c. Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan

Rasa nyeri pada persalinan diakibatkan karena didalam tubuh

melakukan aktifitas yang besar sebagai upaya untuk mengeluarkan

janin. Rasa sakit atau rasa nyeri dari kontraksi dimulai dari bagian

bawah punggung, menyebar ke bagian bawah perut bahkan mungkin

menyebar hingga ke kaki. Awal mula rasa sakit dimulai seperti sedikit

ditusuk, kemudian mencapai puncak dan menghilang seluruhnya

(Padila, 2014).

Menurut Andarmoyo dan Suharti, (2014) faktor yang

mempengaruhi nyeri persalinan ada dua yaitu faktor fisiologis dan

faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis

Dari faktor fisiologis yaitu kontraksi, karena pada saat

persalinan otot-otot rahim akan memanjang dan kemudian

memendek disertai dengan gerakan otot sehingga menimbulkan

rasa nyeri. Kontraksi adalah upaya untuk membuka jalan lahir,

adanya kontraksi akan membuat serviks melunak, menipis dan

mendatar, lalu tertarik dan pada saat itu bagian bawah janin

menekan mulut rahim sehinnga mulut rahim membuka. Kekuatan

rasa nyeri mulai dari adanya pembukaan 1 cm hingga pembukaan

10 cm akan bertambah tinggi serta semakin sering. Dari sebelum

terjadi pembukaan sampai ada pembukaan 2 cm akan dirasakan

nyeri sebanyak dua kali dalam 10 menit dan biasanya akan

6
berlangsung dalam waktu 8 jam. Setelah pembembukaan 3 cm dan

seterusnya nyeri yang dirasakan sekitar 0,5-1 cm per jam. Semakin

mendekati proses persalinan kekuatan nyeri serta frekuensi nyeri

akan semakin mengkingkat.

2) Faktor Psikologis

Faktor psikologis yaitu ditimbulkan karena rasa takut dan

rasa cemas yang berlebihan. Setiap ibu akan mempunyai versi yang

berbeda-beda tentang melahirkan dan rasa nyeri persalinan,

dikarenakan ambang batas rangsangan nyeri setiap orang bersifat

subjektif.

d. Skala Nyeri Persalinan

Persepsi nyeri dapat diukur menggunakan alat ukur intensitas

nyeri. Skala intensitas nyeri yang dikemukakan oleh rockvillie, Elkin,

Perry, dan Potter dalam Solehati & Kosasih, (2015), sebagai berikut.

1) Visual Analog Scale (VAS)

Skala nyeri dengan bentuk mendatar yang panjangnya 10 cm. Pada

ujung bagian kiri menandakan tidak ada rasa nyeri, sedangkan

ujung bagian kanan menandakan nyeri berat. Nilai nyeri

menggunakan penggaris yang diletakkan sepanjang garis dengan

jarak yang dibuat oleh pasien pada garis tidak ada nyeri, kemudian

diukur dan ditulis dalam bentuk cm. Garis dibuat memanjang dan

hanya diberi angka 0 dan angka 10.

7
Persepsi skala nyeri dalam skala visual analog scale dapat

dilihat sebagai berikut.

0 = tidak ada nyeri

1-2 = nyeri ringan

3-4 = nyeri sedang

5-6 = nyeri berat

7-8 = nyeri sangat berat

9-10 = nyeri buruk sampai tidak tertahankan

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS)

(Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari, 2015)

2) Skala Intensitas Nyeri Numerik/Numeric Rating Scale ( NRS)

Skala yang berbentuk garis memdatar dengan angka 0 sampai 10.

Angka 0 berarti tidak ada rasa nyeri dan angka 10 menandakan

nyeri yang paling hebat. Panjang skala 10 cm dan disetiap pangjang

1 cm diberi tanda. Skala ini bisa digunakan bagi pasien yang

mengalami nyeri hebat, setelah operasi dan skala ini juga dapat

dipakai untuk melihat efektifitas setelah diberi intervensi pereda

nyeri.

Menurut Wong dalam Solehati & Kosasih, (2015), persepsi

skala nyeri numeric rating scale sebagai berikut.

8
0 = tidak ada nyeri

1-3 = sedikit nyeri

3-7 = nyeri sedang

7-9 = nyeri berat

10 = nyeri yang paling hebat.

Gambar 2.4 Numeric Rating Scale (NRS)

(Yudiyanta, Khoirunnisa, & Novitasari,

2015)

3) Skala Faces Pain Rating Scale (FPRS)

Skala ini menggunakan kartun wajah dan terdapat enam kategori

nyeri yang ditandai dengan angka 0 sampai 5 dan skala ini biasanya

digunakan sebagai pengukur nyeri pada anak-anak.

Adapun persepsi skala faces pain rating scale sebagai berukut.

0 = tidak menyakitkan

1 = sedikit sakit

2 = lebih menyakitkan

3 = lebih menyakitkan lagi

4 = jauh lebih menyakitkan lagi

9
5 = benar-benar menyakitkan

10
Gambar 2.5 Skala Faces Pain Rating Scale

(FPRS) (Mae Burke, 2017)

4) Skala Nyeri Bourbanis

Menurut Rosida & Widyastuti, (2014) Skala bourbanis

mempunyai 5 kategori nyeri yaitu:

0 = tidak nyeri

1-3 = nyeri ringan

4-6 = nyeri

sedang

7-8 = nyeri berat terkontrol

10 = nyeri berat tidak terkontrol

Gambar 2.6 Skala Bourbanis


(Academia, 2020)
5) Skala Nyeri FLACC

11
Sandra Merkei dkk menyusun skala FLACC sebagai

instrument yang dapat digunakan untuk mengukur sekala

nyeri. FLACC disingkat dari F (Face), L (Leg), A (Activity), C

(Cry), dan C (Consolability).Nilai skor dijumalahkan dengan

melihat skala nyeri 0-10 (Zakyah, 2015).

Tabel 2.1 FLACC Behavoral Pain Assessment Scale

Kategori 0 1 2
Wajah (Face) Tidak senyum Kadang dahi sering
(tanpa ekspresi) berkerut, cemberut,
tersenyum rahang
meringis. terkatup, dagu
bergetar
Kaki (Leg) Posisi normal Merasa tidak Menendang,
atau nyaman nyaman menarik kaki
(relaks). (gelisah) atau keatas,
tengang. gemetar.
Aktivitas Berbaring Mengeliat, posisi
(activity) dengan nyaman, badan kadang bungkuk, keras
beraktivitas dibolak (kaku) dan
dengan norman balikkan, menyentak,
dan ringan. melindungi kadang
diri dari sakit. menekan-
nekan badan.
Menangis Tidak menangis Kadang Menangis dan
(Cry) atau merintih mengerang, menjerit keras.
dalam posisi merintih,
bangun (terjaga) mendesah.
atau tertidur.
Consolabilty Posisi nyaman memberikan ingin dihibur
dan tenang. respon dengan oleh seseorang.
bicara dan
sentuhan pada
beberapa saat.

e. Penanganan Nyeri Persalinan

12
Andarmoyo dan Suharti (2014) mengungkapkan bahwa

penanganan nyeri persalinan dapat dilakukan dengan manajemen

farmokologis dan manajemen nonfarmakologis, pemilihan terapi

dalam memberikan intervensi pereda nyeri ini dapat dilihat dari sifat

nyeri yang dirasakan serta sejauh mana rasa nyeri tersebut menggangu

kesejahteraan individu itu sendiri. Manajemen nyeri nonfarmakologis

ini dapat diartikan sebagai tindakan mengurangi respon nyeri tanpa

obat-obatan.

1) Farmakologi

Menurut Alam, (2020) penanganan nyeri persalinan non

farmakologi dapat dilakukan menggunkan analgesic atau pereda

nyeri yang dibagi menjadi dua, yaitu analgesiknon narkotik dan

analgesik narkotik. Pemberian analgesik dapat menurunkan dan

mengurangi rasa nyeri. Serta anastesi yang menghilangkan sensai

pada bagian tubuh baik persial ataupun menyeluruh. Analgesik

dapat menimbulkan efek samping seperti hipoksemia janin, denyut

jantung menurun, serta meningkatnya suhu tubuh ibu sehingga

akan menyebabkan perubahan kondisi pada janin.

2) Non Farmakologi

Penanganan nyeri dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan

yaitu dengan melakukan pendekatan modulasi psikologis nyeri

seperti hipnoterapi, relaksasi, imajenasi, psikopropilaksis, umpan

balik biologis dan distraksi. Sedangkan untuk pendekatan

13
mudulasi sensorik nyeri dengan massage, terapeutik, akupresure,

akupuntur, musik, hidroterapi zet, transcultanues electrical nerve

stimulation (tens), homeopati, modifikasi lingkungan, pengaturan

posisi dan postur serta ambulasi (Solehati & Kosasih, 2015).

3. Terapi Komplementer Pijat

Massage merupakan tekanan tangan pada jaringan lunak, seperti otot,

tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan

posisi sendi. Tekanan tangan ini berguna untuk meredakan nyeri dan

memperbaiki sirkulasi atau menimbulkan relaksasi (Padila, 2014).

Gerakan-gerakan dasar pada teknik pijatan yaitu, gerakan memutar

menggunakan telapak tanggan, gerakan menekan, mendorong kedepan dan

kebelakang menggunakan tenaga, gerakan memotong-motong, gerakan

menepuk-nepuk, gerakan meremas-remas dan gerakan meliuk-liuk (Sari,

Rufaidah & Lestari, 2018).

Beberapa teknik massage yang biasa digunakan untuk merangsang

saraf yaitu sebagai berikut.

a. Effleurage

Effluerage merupakan sebuah teknik pijatan mengusap lembut,

lambat dan pajang dan tidak putus-putus. Teknik ini dilakukan

dengan ujung-ujung jari yang ditekan lembut dan ringan serta

usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit (Padila, 2014).

Maryunani dalam penelitian Saragih dan Zendrato, (2018)

memaparkan bahwa massage effleurage merupakan teknik pijat yang

14
dilakukan menggunakan telapak jari tangan dengan pola gerakan

melingkar pada abdomen, pinggang atau paha. Pijat effleurage

mempunyai manfaat untuk menurunkan tekanan darah,

menormalkan denyut jantung dan pernapasan serta merangsang

pelepasan hormone endorphin yang dikenal sebagai penghilang rasa

sakit atau rasa nyeri secara alamiah.

Teknik effleurage pada permulaan dilakukan dosis 5 kali dan

pada penutup dilakukan dosis 3 kali baik pada sebagian tubuh

ataupun pada seluruh tubuh. Pada extremitas teknik effleurage

dilakukan dengan dorongan dan tekanan yang baik dan setiap

gosokan harus berakhir di kelenjar limfe (Trisnowiyanto, 2014).

Gambar 2.7Massage Effleurage


(Farlex, 2012)

15
b. Endorphine

Pijat endorphine adalah sebuah metode sentuhan ringan yang

pertama kali dikembangkan oleh Constance Palinsky digunakan

untuk mengelola rasa sakit. Sentuhan ringan ini digunakan untuk

mengurangi rasa tidak nyaman selama proses persalinan,

menormalkan detak jantung dan tekanan darah serta meningkatkan

relaksasi dengan cara menimbulkan rasa nyaman melalui permukaan

kulit (Aprillia, 2011).

Endorphine massage merupakan sebuah teknik sentuhan dan

pijatan. Teknik endorphine massage dapat memberikan rasa nyaman

dan tenang kepada ibu saat menjelan persalinan atau selama proses

persalinan berlangsung (Putra, 2016).

Endorpine adalah zat di dalam tubuh yang merupakan gabungan

antara endogenous dan morphine sebagai unsur dari protein yang

diproduksi oleh sel-sel tubuh dan sistem saraf manusia. Di dalam

tubuh endorpine memiliki kegunaan yang sangat penting, yakni

mengatur produksi hormone seks, mengendalikan perasaan stres,

mengendalikan rasa nyeri dan rasa sakit serta dapat meningkatkan

sistem kekebaln tubuh. Sentuhan atau pijatan endorphine dapat

meningkatkan zat endorphine didalam tubuh sehingga bisa

mengurangi rasa tidak nyaman selama proses persalinan (Putra,

2016).

16
Gambar 2.8 Massage Endorphine
(Aprillia, 2017)

c. Counterpressure

Menurut Danuatmaja dalam Padila, (2014), mengungkapkan

bahwa counterpressure merupakan sebuah teknik pijatan kuat dengan

cara meletakkan tumit tangan atau menggunakan bola tennis.

Tekanan pada teknik ini diberikan dalam gerakan lurus atau

lingkaran kecil.

Counterpressure adalah salah satu teknik tekanan yang dilakukan

terus menerus selama kontraksi. Tekanan dilakukan pada tulang

sacrum menggunakan kepalan tangan atau peremasan pada kedua

pinggul. Remasan pada panggul akan mengurangi regangan yang

terjadi pada sakro iliaka sehingga dapat mengurangi tegangan-

tegangan yang diakibatkan adanya tekanan internal dari kepala

janin. Teknik counterpressure tidak dapat dilajutkan jika setelah

dilakukan pemijatan tidak ada perubahan atau pengurangan rasa

nyeri yang dirasakan (Rohani, Saswita & Marisah, 2014).

17
Gambar 2.9Massage counterpressure
(Chilbirth Education, 2010)

d. Massage punggung

Rezeki dalam penelitian Supliyani, (2017), mengungkapkan

bahwa teknik massage punggung merupakan suatu intervensi yang

relative mudah untuk dilakukan oleh tenaga kesehatan bahkan dapat

dilakukan oleh anggota keluarga untuk mengurangi intensitas nyeri

persalinan. Teknik ini sangat diperlukan untuk mengurangi

komplikasi pada ibu dan janin saat proses persalinan dan setelah

persalinan.

Menurut Setiawan dan Prasetyo (2014), ada beberapa tujuan dari

pijat punggung, yaitu dapat meningkatkan sirkulasi darah, member

kenyamanan, menurunkan kecemasan, menurunkan ketengangan

otot, meringankan insomnia, menurunkan persepsi nyeri serta dapat

menstimuli sirkulasi kulit.

Lally dalam penelitian Supliyani, (2017), pada proses persalinan

massase punggung dapat berfungsi sebagai analgesik epidural yang


18
dapat mengurangi nyeri persalinan dan stress dan dapat memberikan

rasa nyaman. Asuhan esensial ini sangat diperlukan bagi ibu

bersalin, karena diberikannya asuhan esensial dapat mengurangi

nyeri dan stres yang muncul saat proses persalinan.

Gambar 2.10 Massage


Punggung (Orami,
2020)
e. Akupresure

Akupresure merupakan sebuah pengobatan tradisional yang

berasal dari Jepang dan berkembang di Asia sudah lebih dari 5000

tahun. Prinsip kerja dari akupresure yaitu dengan menstimulasi 14

sistem meridian untuk menyeimbangkan bionergi didalam tubuh

yaitu antara yin, yan dan qi (chee). Pada setiap meridian memiliki

400-500 titik saluran energi yang berhungungan dengan organ dalam

serta beberapa sistem yang berperan sebagai katup yang

menyalurkan energi ke seluruh tubuh (Putri & Amalia, 2019).

Akupresure berasal dari kata accus dan pressure yang artinya

jarum dan menekan. Akupresure digunakan untuk memberikan


19
stimulasi pada titik akupuntur dengan teknik penekanan atau teknik

mekanik. Pada akupresure digunakan penekanan sebagai ganti jarum

pada akupuntur. Teknik ini bertujuan untuk melancarkan aliran

energy vital (qi) pada seluruh tubuh (Amigo, Erwanto, Muflih,

Suwarsih, & Lathu, 2017).

Cara kerja akupresure adalah dengan mengidentifikasi

penyakit berdasarkan titik-titik akupresure atau acupoint pada

saluran meridian. Dengan melakukan pijatam pada titik-titik tersebut

akan menyeimbangkan aliran energi yang dapat mengurangi atau

menghilangkan rasa sakit (Putri & Amalia, 2019).

Titik akupresur yang berguna saat persalinan antara lain pada

kaki bagian dalam empat jari diatas mata kaki, telapak tangan

diantara ibu jari dan jari-jari lain, kaki dekat jempol, diantara kedua

mata, dipundak bagian atas, dibawah mata kaki, ditelapak kaki

(Klein et.al dalam Aryanti & Aulia, 2019).

Gambar 2.11Titik Akupresure

(buenaMente, 2020)

20
B. Kerangka Teoritis

Nyeri persalinan (Intensitas Nyeri ↓ ↑)


Faktor Penyebab/Pencetus
Kala I
Kala II
1. Kontraksi otot rahim

2. Regangan otot dasar panggul

3. Episiotomi

4. Kondisi psikologi Farmakologi


Analgesik non narkotik

Analgesik narkotik
Faktoryang mempengaruhi

1. Faktor fisiologis
Non Farmakologi
2. Faktor psikologis Pijat Effleurage

Pijat Endorphin

Pijat Counterpressure

Pijat Punggung

Pijat Akupresure

Gambar 2.12 Kerangka Teori


(Andarmoyo & Suharti, 2014 : Solehati & Kosasih, 2015, dan Alam, 2020)

21
C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Tehnik Pijat
Effleurage
Endorphin
Counterpressure
Intensitas nyeri persalinan (↓)
Pijat Punggung
Dan Akupresure

Gambar 2.13 Kerangka Konsep

22

Anda mungkin juga menyukai