TINJAUAN KASUS
7
8
Peregangan jalan lahir oleh kepala janin pada akhir kala pembukaan dan
selama kala pengeluaran menimbulkan rasa nyeri paling hebat dalam
proses persalinan.
2) Faktor Psikis
Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi rasa nyeri.
Setiap ibu mempunyai versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan,
karena ambang batas rangang nyeri setiap orang berlainan dan subyektif
sekali. Ada yang merasa tidak sakit hanya perutnya yang terasa kencang.
Adapula yang merasa tidak tahan mengalami rasa nyeri. Beragam respon
itu merupakan suatu mekanisme proteksi diri dari rasa nyeri yang
dirasakan.
10
Keterangan :
0 : Tidak ada nyeri
1-3 : Nyeri Ringan : Secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan
baik
4-6 : Nyeri Sedang : Secara obyektif pasien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah
dengan baik.
7-9 : Nyeri Berat Terkontrol : Secara obyektif pasien terkadang tidak
dapat mengikuti perintah tapi masih respon
terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya.
11
2. Counter Pressure
a. Definisi
Counter Pressure merupakan salah satu teknik aplikasi teori gate-control,
dengan menggunakan teknik pijat dapat meredakan nyeri dengan
menghambat sinyal nyeri, meningkatkan aliran darah dan oksigenasi ke
seluruh jaringan. Pijatan yang diberikan kepada ibu bersalin selama lima
belas sampai dua puluh menit setiap kontraksi akan lebih terbebas dari rasa
sakit. Pijatan tersebut akan merangsang tubuh untuk melepaskan endorphin
yang berfungsi sebagai pereda rasa sakit dan menciptakan perasaan nyaman.
Pijat secara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman
dalam persalinan. (Pillitteri, 2010).
Massage counter pressure adalah pijatan yang dilakukan dengan
memberikan tekanan yang terus-menerus pada tulang sakrum pasien dengan
pangkal atau kepalan salah satu telapak tangan. Pijatan counter pressure
dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif
menghilangkan sakit punggung pada persalinan. (Danuatmaja, 2014).
Pijatan dengan tekanan kuat pada sakrum dengan meletakkan tumit tangan
membentuk lingkaran kecil saat kontraksi selama 2-3 menit selama 20 menit
sebagai pengurang rasa sakit persalinan. (Laila, 2015). Massage counter
pressure adalah pijatan yang dilakukan dengan memberikan tekanan yang
terus-menerus selama kontraksi pada tulang sakrum pasien dengan pangkal
atau kepalan salah satu telapak tangan (Atun dan Surtiningsih, 2013).
Pijat counter pressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan
tumit tangan atau bagian datar dari tangan. Tekanan dapat diberikan dalam
gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan sakit
punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak
14
biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan
karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi
menerima rangsangan apapun pada tubuh. Bidan harus memahami hal ini dan
menghormati keinginan ibu. (Ai Yeyeh, dkk. 2019: 68)
rahim berjalan bersama saraf simpatis rahim memasuki sumsum tulang belakang
melalui saraf torakal 10-11-12 sampai lumbal 1. Dengan begitu impuls rasa sakit
ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang
berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan
sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral (Mander, 2012).
Counter pressure dapat dikategorikan sebagai intervensi yang aman dan
cukup efektif untuk mengurangi nyeri persalinan pada kala I. Counter Pressure
dilakukan dengan memberikan tekanan pada saat kontraksi pada tulang sakrum
pasien dengan pangkal atau bisa juga dengan kepalan salah satu tangan
(Andormoyo, 2013).
3. Persalinan
a. Definisi
Persalinan normal menurut WHO (2010) adalah persalinan yang dimulai
secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian
selama proes persalinan, bayi lahir secara spontan dalam presentasi belakang
kepala pada usia kehamilan 37-42 minggu lengkap dan setelah persalinan ibu
maupun bayi berada dalam kondisi sehat. Persalinan adalah suatu proses yang
dimulai dengan adanya kontraksi uterys yang menyebabkan terjadinya
dilatasi progesif dari serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan
proses tersebut merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011).
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi
17
baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002). Persalinan adalah
suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang
besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore,
2001). Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
uri) dari dalam uterus (rahim) dengan presentasi belakang kepala melalui
vagina tanpa alat atau pertolongan istimewa yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37 – 42 minggu), lamanya persalinan berlangsung dalam 18
jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin. (Sarwono, 2000).
2. Vagina
Vagina bersifat elastis dan berfungsi sebagai jalan lahir dalam persalinan
normal.
3. Otot Rahim
Otot rahim tersusun dari tiga lapis, yang berasal dari kedua tunduk rahim,
yaitu longitudinal (memanjang), melingkar, dan miring. Segera setelah
persalinan, susunan otot rahim tersebut sedemikian rupa akan
mengondisikan pembuluh darah menutup untuk menghindari terjadinya
perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Selain menyebabkan mulut
rahim membuka secara pasif, kontraksi dominan yang terjadi pada bagian
fundus (bagian atas rahim) pada kala I persalinan juga mendorong bagian
terendah janin maju menuju jalan lahir sehingga ikut aktif dalam membuka
mulut rahim. Bila terdapat keadaan panggul dan janin yang normal serta
kerjasama antara tiga kekuatan his dan mengejan, passenger dan passage,
hal ini berarti telah terdapat keserasian untuk melahirkan janin secara
spontan (dengan kekuatan sendiri). (Eka, 2019: 127-128)
2) Jalan Lahir Keras
Panggul merupakan salah satu jalan keras yang memiliki fungsi lebih
dominan daripada jalan lahir lunak. Oleh karena itu, janin harus berhasil
menyesuaikan diri terhadap jalan lahir yang relatif kaku.
a) Tulang-Tulang Panggul, terdiri atas 3 buah tulang yaitu Os Coxae, Os
Sacrum, dan Os Cocygis.
1. Os Coxae (Tulang Innominata)
Terdiri atas dua buah tulang, yaitu kiri dan kanan. Os Coxae merupakan
fusi dari os ilium, os ischium, dan os pubis. Ciri-ciri Os Ilium, antara lain
tulang terbesar dari panggul, membentuk bagian atas dan belakang
panggul, batas atasnya merupakan penebalan tulang yang disebut crista
iliaca, ujung depan dan belakang cristia iliaca menonjol : spina iliaca
anterior superior dan spina iliaca posterior superior, serta line terminalis
merupakan bagian dari PAP.
Ciri Os Ichium, antara lain terdapat di bagian bawah tulang usus, bagian
pinggir belakangnya menonjol disebut spina ischiadica, serta bagian
19
pinggir bawah tulang duduk sangan tebal yang mendukung badan saat
duduk disebut tuber ischiadium. Pada Os Pubis, ciri cirinya yaitu terdapat
di sebelah bawah dan depan tulang usus, antara tulang kemaluan dan
tulang duduk dibatasi oleh foralen obturatum serta tangkai tulang
kamaluan yang berhubugan dengan tulang usus dinamakan ramus
supperior ossis pubis.
3. Os Coccygis
Secara umum berbentuk segitiga dengan ruas 3-5 buah dan bersatu. Pada
saat persalinan, tulang tungging dapat didorong ke belakang sehingga
memperluas jalan lahir. (Eka, 2019: 127-128)
uterus dan tenaga meneran dari ibu. Kala I pada ibu bersalin membutuhkan
waktu 7-13 jam. Jika melalui waktu ini disebut kala I memanjang. Kala I
memanjang jika tidak ditangani dengan segera akan menyebabkan partus
lama.
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his
atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Kekuatan his dan kekuatan
ibu mengejan, passage (jalan lahir) dan passenger, janin dan plasenta, dari
ketiga komponen tersebut hanya faktor power yang dapat dimanipulasi dari
luar tanpa membahayakan janin dalam proses persalinan (Manuaba, 2010).
Kekuatan his atau kontraksi otot rahim pada akhir kala I atau kala II
mempunyai amplitudo 60 mmHg dengan interval 2-3 menit durasi 60-90
detik. Kekuatan his dan meneran mendorong janin ke arah bawah
menimbulkan peregangan yang pasif, sehingga terjadi putaran paksi dalam
dan penurunan kepala, menekan serviks dimana terdapat plekus
frankenhauser sehingga menimbulkan efek meneran. Kedua kekuatan
menyebabkan kepala crowning dan penipisan jalan lahir, sehingga lahirlah
kepala.
Kekuatan his atau kontraksi dan mengejan ibu merupakan suatu hal yang
sangat penting. His dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain faktor
usia relatif tua, pimpinan persalinan, karena induksi persalinan dengan
oksitosin, serta rasa takut dan cemas. Faktor kekuatan dalam persalinan
secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Kontraksi Involunter (Kekuatan Primer)
Kontraksi berasal dari segmen atas rahim yang menebal dan dihantarkan
ke rahim bawah dalam bentuk gelombang. Intilah yang digunakan untuk
menggambarkan kontraksi involunter ini, antara lain frekuensi, durasi, dan
intensitas kontraksi. Kontraksi involunter mengakibatkan serviks menipis
(effacement) dan berdilatasi sehingga janin turun.
b) Kontraksi Volunter (Kekuatan Sekunder)
Otot-otot diafragma dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong keluar
isin ke jalan lahir sehingga menimbulkan tekanan intra abdomen. Tekanan
ini menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam
21
3) Keregangan Otot-otot
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.
Seperti halnya dengan Blader dan Lambung, bila dindingnya teregang oleh isi
yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-
otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering
terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan. (Ari, 2016: 4-5)
4) Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan
karena pada anenchalus kehamilan sering lebih lama dari biasa, karena tidak
terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosterioid dapat menyebabkan
maturasi janin, dan induksi (mulainya) persalinan. (Ari, 2016: 5)
5) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga
menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada
setiap umur kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar.
Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini
juga didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam
air ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau
selama persalinan. (Ari, 2016: 5).
d. Tahapan Persalinan
1) Kala I
Karena dalam tahap ini terjadi kontraksi pada oto-otot rahim yang
memanjang dan memendek. Serviks juga akan melunak, menipis, dan
mendatar, kemudian tertarik. Intensitas nyeri dari pembukaan pertama sampai
sepuluh akan bertambah tinggi dan semakin sering sebanding dengan
23
e. Tanda-tanda persalinan
a) Tanda-tanda persalinan sudah dekat
1) Lightening
Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi penurunan
fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan oleh kontraksi Brakton Hiks, ketegangan dinding perut,
ketegangan ligamentum rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala
kearah bawah. Masuknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan ibu
merasakan :
1. Ringan dibagian atas dan rasa sesaknya berkurang
2. Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal
3. Terjadinya kesulitan saat berjalan
4. Sering kencing (Mutmainnah, Herni, Sephanie, 2017: 16)
Pasal 46
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
1. pelayanan kesehatan ibu
2. pelayanan kesehatan anak
3. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
4. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dan/atau
5. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
2. Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama atau sendiri.
3. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara
bertanggung jawab dan akuntabel.
Pasal 47
1. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan sebagai:
a. Pemberi Pelayanan Kebidanan
b. Pengelola Pelayanan Kebidanan
c. Penyuluh dan konselor
d. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik
e. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;
dan/atau
f. Peneliti.
2. Peran Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 49
Dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1) huruf a, Bidan berwenang:
a. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa sebelum hamil;
b. Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan normal;
27
2. Counter pressure dan Efek Terhadap Nyeri persalinan Kala I Fase Aktif Pada
Ibu Primigravida, Ririn Harini.
“Penelitian ini menggunakan metode penelitian praeksperiment yang
dilaksanakan di Rumah Sakit Kanjuruhan Kabupaten Malang dan
dilaksanakan dalam waktu selama 4 bulan. Sampel dalam penelitian ini
28
adalah ibu hamil inpartu yangmasuk kala I fase aktif di kamar bersalin.
Teknik pengumpulan data dengan observasi yang menggunakan instrument
lembar observasi tentang skalanyeri yang diberikan pada responden sebelum
dansesudah dilakukan intervensi counter pressure dengan skala nyeri
Bourbonais. Analiis data adalah dengan rumus uji-t untuk menguji signifikasi
antara kedua group sampel dengan varians yang homogen atau dapat
dilakukan dengan syarat t > T tb yang artinya jika hasil perhitungan t > T tab
berarti Hoditolak dan hipotesis diterima yaitu ada hubungan antara
pelaksanaan teknik Counter Pressure dengan penurunan nyeri persalinan
Kala I.
Berdasarkan uji analisis t-test dengan tingkat kemaknaan p < 0,05
menggunakan SPSS versi 17 didapatkan nilai p = 0,002 < 0,05 sehingga dapat
diartikan bahwa ada perbedaan Penurunan Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif
pada Ibu Primigravida yang signifikan sesudah dilakukan teknik Counter
pressure.”
3. Pengaruh Terapi Massage Counter pressure Terhadap Nyeri Kala I Pada Ibu
Inpartu Di BPS Desa Durjan, Bangkalan, Astrida Budiarti, Aimmatus
Solicha.
“Pengaruh Terapi Massage Counter pressure Terhadap Nyeri Kala I Pada Ibu
Inpartu di BPS Desa Durjan Bangkalan. Sebanyak 12 responden pada
kelompok kontrol sebagian besar responden mengalami nyeri skala 4 yaitu
sebanyak 8 responden (66,7%), 3 responden (25,0%) mengalami nyeri skala
3, 1 responden (8,3%) mengalami nyeri skala 1, sedangkan dari 11 responden
pada kelompok perlakuan 6 responden (54,5%) mengalami nyeri skala 1 , 4
responden (36,4%) mengalami nyeri skala 2, 1 responden (9,1%) mengalami
nyeri skala 3. Hasil uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney didapatkan
nilai ρ = 0,000 yang berarti ρ < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan terapi massage counter pressure terhadap nyeri kala
1 pada ibu inpartu.”
29
D. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
persalinan
- Power
(Kekuatan
Persalinan Kala I Kontraksi
tenaga)
Fase Aktif
- Passage (Jalan
lahir)
- Passenger
(Janin dan
Plasenta) Nyeri Persalinan
Massage Counter
Pressure
Kerangka Teori