Anda di halaman 1dari 39

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Persalinan

1) Definisi Persalinan

Persalinan merupakan proses pengeluaran janin pada kehamilan cukup

bulan 37-42 minggu, dimana janin lahir secara spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi pada ibu

maupun janin (Herinawati H, Hindriati T, Novilda A, 2019).

Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang akan dilalui oleh

setiap ibu dan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting. Hampir semua

ibu bersalin mengalami rasa nyeri yang luar biasa (Puspitasari L,2020).

Persalinan atau partus yaitu proses pengeluaran konsepsi yang dapat

hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (NK.Risnawati, 2021).

Persalinan yaitu proses keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam

uterus melalui jalan lahir.Ketika persalinan, terjadi proses membuka dan

menipisnya serviks serta janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan yang

normal terjadi pada umur kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) (WN

Seftianingtiyas,dkk, 2021).
Persalinan dikatakan sebagai puncak dari serangkaian latihan

pendahuluan sehingga akhirnya tercapai keadaan optimal kesehatan ibu dan

janin untuk meyongsong proses kelahiran bayi (SA Rahman,dkk.2017).

2. Nyeri

1) Definisi

Nyeri adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan

dan kompleks yang merupakan fenomena yang sangat individual

dengan komponen sensorik dan emosional. Ibu hamil biasanya khawatir

terhadap nyeri yang akan mereka hadapi saat persalinan dan

kelahiran serta bagaimana mereka akan bereaksi terhadap nyeri dan untuk

mengatasi rasa sakit tersebut. Ada berbagai metode non farmakologis dan

farmakologis dapat digunakan untuk membantu ibu mengatasi nyeri

persalinan. Metode yang dipilih tergantung pada situasi, ketersediaan

Rasa nyeri pada persalinan terjadi pada awal persalinan sampai

pembukaan lengkap akan berlangsung 12-18 jam, dilanjutkan kala

pengeluaran janin sampai pengeluaran plasenta. Rasa nyeri ini

dipengaruhi oleh kelelahan, keletihan, kecemasan dan rasa takut yang

akan menyebabkan peningkatan rasa nyeri.

Rasa nyeri selama proses persalinan mengakibatkan pengeluaran

adrenalin. Pengeluaran adrenalin ini akan mengakibatkan pembuluh

darah berkontraksi sehingga akan mengurangi aliran darah yang

membawa oksigen ke uterus dan mengakibatkan penurunan kontraksi

uterus yang akan menyebabkan memanjangnya waktu persalinan, sehingga


menghilangkan rasa takut dan nyeri selama proses persalinan menjadi

hal yang cukup penting (Herinawati H. Hindriati T. Novilda A, 2019).

Nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi sehingga

kebutuhan oksigen meningkat, naiknya tekanan darah, berkurangnya motilitas

usus dan vesika urinari. Keadaan ini dapat merangsang kenaikan katekolamin

yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga

terjadi inersia uterus dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan

rasa khawatir, tegang, takut dan stres. Ibu bersalin yang mengalami stres

menyebabkan kelelahan dan sekresi katekolamin yang mengakibatkan

terjadinya partus lama hingga kematian ibu saat melahirkan (Puspitasari Lina,

2020).

Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu, bergantung pada

persepsinya.Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai persepsi nyeri.

Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak

menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan

dengan adanya suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu

merasa tersiksa, menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-

hari, psikis, dan lain-lain (KD Anggraini, 2018).

Rasa nyeri yang hebat dapat mempengaruhi kenaikan denyut jantung,

sistem pernafasan, kenaikan tekanan darah dan dapat menyebabkan stress

sehingga menghambat pengeluaran hormon oksitosin yang berakibat

kontraksi tidak adekuat dan terganggunya dilatasi serviks. Perbedaan waktu

persalinan pada wanita yang mengalami ketakutan dengan wanita yang


tidak mengalami ketakutan sebesar 1 jam 32 menit . Persalinan

memanjang atau lama menjadi salah satu penyumbang Angka Kematian

Ibu (AKI), persalinan memanjang disebabkan karena salah satu faktor

terjadinya persalinan yaitu kontraksi melemah, kontraksi yang lemah dapat

disebabkan karena faktor sikologis yaitu kelelahan, dan stress yang

berdampak pada terhambatnya pengeluaran hormone oksitosin untuk

proses kontraksi. Stress pada ibu juga akan berakibat pada distress

janin yang dapat mengakibatkan kematian janin (FS Utami. IM Putri, 2020).

2) Skala Nyeri Persalinan

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa parah

nyeri dirasakan individu, pengukuran intesitas nyeri sangat subjektif

dan individual 2021dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama

dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda. Nyeri dinilai

berdasarkan tingkah laku manusia, yang secara kultur mempengaruhi,

sehingga latar belakang mempengaruhi ekspresidan pemahaman terhadap

nyeri. Penilaian skala nyeri dapat dibagi atas pasien yang memiliki

kemampuan verbal dan dapat melaporkan sendiri rasa sakitnya (self

reported) dan pasien dengan ketidakmampuan verbal baik karena

terganggu kognitifnya, dalam keadaan tersedasi, ataupun berada dalam

mesin ventilator. Pengukuran nyeri dapat menggunakan beberapa skala.


1. Pengukuran skala nyeri dalam penelitian ini menggunakan

Visual Analog Scale.Visual Analog Scale (VAS) adalah cara

yang paling banyak digunakan untuk menilai nyeri. Skala

linier ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri

yang mungkin dialami seorang pasien. Rentang nyeri diwakili

sebagai garis sepanjang 10 cm, dengan atau tanpa tanda pada

tiap sentimeter. Tanda pada kedua ujung garis ini dapat

berupa angka atau pernyataan deskriptif. Ujung yang

satu mewakili tidak ada nyeri, sedangkan ujung yang lain

mewakili rasa nyeri terparah yang mungkin terjadi. Skala

dapat dibuat vertikal atau horizontal. VAS juga dapat

diadaptasi menjadi skala hilangnya atau reda rasa nyeri.

Digunakan pada pasien anak >8 tahun dandewasa. Manfaat

utama VAS adalah penggunaannya sangat mudah dan sederhana.

Gambar 3. Skala Visual Analog Scale (VAS)

Keterangan : Tidak Nyeri Skala (0): Tidak Nyeri,

Nyeri Ringan Skala (1-3) : Secara objekti fklien dapat

berkomunikasi dengan baik. Nyeri Sedang Skala (4-6) :Secara


objektif klien mendesis, menyeringai,dapat menunjukkan lokasi

nyeri, dan dapat mengikuti perintah dengan baik., Nyeri Berat

Skala (7-9) : Secara objektif klien terkadang tidak dapat

mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan dengan baik., Nyeri Sangat berat Skala (10) :

Klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi atau memukul

(Seftyaningtyas WN, Istianingsih Y, Anggraini S, 2021).

2. Numerical rating scale (NRS)

Numerical Rating Scale (NRS) terdiri dari sebuah garis

horizontal yang dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan

nomer 0 sampai 10. Pasien diberi tahu bahwa 0 menyatakan

“tidak ada nyeri sama sekali” dan 10 menyatakan “nyeri paling

parah yang mereka dapat bayangkan”. Pasien kemudian diminta

untuk menandai angka yang menurut mereka paling tepat dapat

menjelaskan tingkat nyeri yang mereka rasakan pada suatu waktu.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Hawker dkk, 2011

dalam “Measures of Adult Pain Arthritis Care & Research”,

penelitian ini membandingkan antara VAS, NRS, McGill Pain

Questionnaire (MPQ), SF-MP, CPGS, SF-36 BPS, dan ICOAP

menunjukkan bahwa semua skala nyeri menunjukkan hasil yang

baik. Pada uji validitasnya skala nyeri NRS menunjukkan r =


>0,86, uji reliabilitas skala nyeri NRS menunjukkan r = 0,96 dan

0,95 secara berurutan.

Gambar 4. Numerical Rating Scale (NRS)

Kriteria nyeri adalah sebagai berikut :

 Skala 0 : Tidak ada rasa nyeri yang dialami

 Skala 1-3 : Merupakan nyeri ringan dimana secara

objektif, klien masih dapat berkomunikasi dengan baik.

Nyeri yang hanya sedikit dirasakan.

 Skala 4-6 : Merupakan nyeri sedang dimana secara

objektif, klien mendesis, menyeringai dengan

menunjukkan lokasi nyeri. Klien dapat

mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti

perintah. Nyeri masih dapat dikurangi dengan alih

posisi

 Skala 7-9 : Merupakan nyeri berat dimana klien sudah

tidak dapat mengikuti perintah, namun masih dapat

menunjukkan lokasi nyeri dan masih respon terhadap


tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi dengan alih

posisi.

 Skala 10 : Merupakan nyeri sangat berat. Klien sudah

tidak dapt berkomunikasi klien akan menetapkan suatu

titik pada skala yang berhubungan dengan persepsinya

tentang intensitas keparahan nyeri. Skala penilaian

numerik lebih digunakan sebagai pengganti alat

pendeskripsian kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10. Skala ini paling

efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri

sebelum dan setelah intervensi (N Kurniasih,2018).

3) Manajemen Nyeri Persalinan

1. Manajemen Farmakologi

Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan

yang digunakan untuk menghilangkan nyeri dengan

menggunakan obat-obatan.Tiga kelompok obat nyeri

yaitu :

a. Analgetik non opioid

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN)

Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai

sedang terutama asetomenofn (Tylenol) dan OAISN

dengan ef anti peritik, analgetik dan anti iflamasi, Asam

asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin (Morfin, Advil)


merupakan OAINS yang sering digunakan untuk

mengatasi nyeri akut derajat ringan. OAINS

menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat cedera

melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor

asam arokidonat. Prostaglandin mensintesis nosiseptor

dan bekerja secara sinergis dengan prodok inflamatorik

lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan

histamin untuk menimbulkan hiperanalgetik. Dengan

demikian OAINS mengganggu mekanisme transduksi

di nosiseptor aferen primer dengan menghambat

sintesis prostaglandin.

b. . Adjuvan / Koanalgeti

Merupakan obat yang memiliki efek analgetik

atau efek komplementer dalam penatalaksanaan nyeri

yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain.

Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau

Fenitoin (Dilantin)

c. Analgesia opioid

Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia

dan digunakan dalam penatalaksanaan nyeri dengan

skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat ini

merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca

operasi dan nyeri terkait kanker. Morfin merupakan


salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk

mengobati nyeri berat. Berbeda dengan OAINS yang

bekerja diperifer, Morfin menimbulkan efek

analgetiknya di sentral. Morfin menimbulkan efek

dengan mengikat reseptor opioid di nukleus modulasi

di batang otak yang menghambat nyeri pada sistem

assenden.

2. Managemen Non-Farmakologi

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi

(memanajemen) nyeri saat persalinan, yaitu salah satunya

dengan memberikan terapi non farmakologis.Beberapa hal

yang dapat dilakukan ialah :

a. Distraksi

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu

selain nyeri. Ada empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual,

misalnya membaca atau menonton televisi, Distraksi auditory,

misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil, misalnya

menarik nafas dan massase, Distraksi kognitif, misalnya

bermain puzzle.

b. Hypnosis-diri

Hpnosis-diri Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi

nyeri melalui pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri


menggunakan sugesti dari dankesan tentang perasaan yang

rileks dan damai.

c. Stimulas Kutaneus

stimulasi kulit yang dilakukan untuk menghilangkan nyeri

massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan

stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-

langkah sederhana dalam upaya menurunkan persepsi nyeri

d. Massase

Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak,

biasanya otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan

atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,

menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi.

e. Terapi Hangat dan Dingin

Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang

memperkuat sensitifitas reseptor nyeri.

f. Relaksasi pernafasan

Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi

pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (DP Sari.2018).


4) Faktor Yang Menyebabkan Nyeri Persalinan

1. Internal

a. Pengalaman Nyeri

Pengalaman melahirkan sebelumnya dapat

mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Ibu yang

mempunyai pengalaman nyeri yang tidak

menyenangkan dan sangat menyakitkan serta sulit

dalam persalinan sebelumnya, perasaan cemas dan

takut pada persalinan sebelumnya akan mempengaruhi

sensitifitasnya terhadap nyeri yang dirasakan.

Nyeri persalinan merupakan pengalaman

subjektif tentang sensasi fisik yang terkait dengan

kontraksi uterus , dilatasi dan serviks, serta penurunan

janin selama persalinan.

b. Usia

Kondisi psikologi yang masih cenderung naik

dan turun saat usia muda bisa memicu terjadinya

kecemasan yang tinggi dan nyeri yang dirasakan lebih

berat. Usia merupakan salah satu faktor menentukan

toleransi terhadap nyeri, toleransi akan meningkat

seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap

nyeri. Pada penelitian Wahyuningsih pada tahun 2014,

usia yang dijadikan sasaran penelitian yaitu antara 20-


37 13 tahun. Penelitian Sri wahyuni dan Endang pada

tahun 2015, mengambil sasaran usia 20-37 tahun.

c. Persiapan Persalinan

Persiapan persalinan diperlukan untuk

mengurangi perasaan takut dan cemas akan nyeri yang

dirasakan saat persalinan, sehingga ibu yang akan

bersalin dapat memilih metode atau teknik latihan yang

dapat mengurangi kecemasan dan nyeri yang dirasakan.

d. Emosi

Perasaan cemas dan takut dalam menghadapi persalinan

secara fisiologi dapat menyebabkan kontraksi uterus

menjadi terasa semakin nyeri dan sakit.

2. Eksternal

a. Agama

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang, mekanisme

pertahanan tubuh terhadap nyeri semakin baik karena

berkaitan dengan kondisi psikologis yang relatif stabil.

b. Budaya

Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang

berespon terhadap nyeri.

c. Dukungan Sosial Dan Budaya

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung

kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk


memperoleh dukungan, bantuan, dan perlindungan.

Walaupun klien tetap merasakan nyeri, tetapi akan

menurangi rasa kesepian dan ketakutan.

d. Sosial Ekonomi

Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat

membantu mengatasi rangsang nyeri yang dialami.

Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan yang

rendah, informasi yang minimal dan kurang sarana

kesehatan yang memadai akan menimbulkan ibu

kurang mengetahui bagaimana mengatasi nyeri yang

dialami dan masalah ekonomi berkaitan dengan biaya

dan persiapan persalinan sering menimbulkan

kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan.

e. Komunikasi

Komunikasi tentang penyampaian informasi yang

berkaitan dengan hal-hal seputar nyeri persalinan,

bagaimana mekanismenya, apa penyebabnya, cara 15

mengatasi dan apakah hal ini wajar akan memberikan

dampak yang positif terhadap manajemen nyeri.

Komunikasi yang kurang akan menyebabkan ibu dan

keluarga tidak tahu bagaimana yang harus dilakukan

jika mengalami nyeri saat persalinan (P Nillam Nur

Maulid,2019).
5) Lama Nyeri Persalinan

Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan

dan makin hebat dalam kala pengeluaran. Pada ibu yang baru

pertama kali bersalin, kala pembukaan berlangsung kira-kira

13 jam dankala pengeluaran kira-kira 11/2jam. Pada wanita yang

pernah melahirkan kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu

sekitar 7 jam dan kala pengeluaran sekitar ½ jam

(Herinawati,dkk, 2019).

6) Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan

Faktor yang memperngaruhi nyeri persalinan, yaitu (Dyah Permata

Sari,dkk, 2018):

a. Faktor fisiologi nyeri

(a) Pembukaan dan penipisan serviks

(b) Segmen bawah rahim tegang

(c) Ligamen uterus meregang

(d) periotonium tertarik

(e) Kandung kemih tertekan

(f) Hipoksia

(g) Vagina tertekan

(h) Multi/primpara

b. Faktor Psikologis

(a) Ketakutan

(b) Panik
(c) Harga diri rendah

(d) Marah pada bayi

(e) Takut hamil ganguan aktifitas seksual

c. Faktor persepsi dan toleransi terhadap nyeri

(a) Intensitas persalinan

(b) Kematangan serviks

(c) Posisi janin

(d) Karakteristik panggul

(e) Kelelahan

7) Klasifikasi Nyeri

1. Nyeri Akut

Karakteristik nyeri akut yang tiba-tiba atau lambat dari

intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi. Nyeri akut berlangsung kurang dari

6 bulan. Nyeri akut jika tidak ditangani akan mempengaruhi

proses penyembuhan, masa perawatan dan penyembuhan akan

lebih lama (Nanda, 2013).

2. Nyeri Kronis

Nyeri kronis dirasakan secara tiba-tiba atau lambat

dengan intensitas nyeri dari ringan hingga berat, terjadi secara

konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau

diprediksi. Nyeri kronis umumnya bersifat menetap, lama dan

berlangsung lebih dari 6 bulan (N Kurniasih,2018).


Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa

golongan berdasarkan pada tempat, sifat, berat ringannya nyeri,

dan waktu lamanya serangan :

a. Nyeri berdasarkan tempatnya

(a) Pheriperal pain, yaitu nyeri yang terasa pada

permukaan tubuh misalnya pada kulit, mukosa.

(b) Deep pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan

tubuh yang lebih dalam atau pada organ-organ

tubuh visceral.

(c) Refered pain, yaitu nyeri dalam yang disebabkan

karena penyakit organ/struktur dalam tubuh yang

ditransmisikan kebagian tubuh didaerah yang

berbeda, bukan daerah asal nyeri.

(d) Central pain, yaitu nyeri yang terjadi karena

perangsangan pada sistem saraf pusat, spinal cord,

batang otak, thalamus, dan lain-lain.

(e) Nyeri akibat kanker merupakan nyeri yang

dirasakan pada klien yang menderita kanker. Nyeri

yang dirasakan biasanya bersifat akut atau kronis.

Nyeri kanker disebabkan oleh berkembangnya

tumor dan berhubungan dengan proses patologis,

prosedur invasif, toksin-toksin dari pengobatan,


infeksi dan keterbatasan secara fisik. Nyeri ini

dirasakan pada lokasi dimana tumor berada atau

tidak jauh dari tumor atau kanker.

b. Nyeri berdasarkan sifatnya

(a) Incidental pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-

waktu lalu menghilang.

(b) Steady pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap

serta yang dirasakan dalam waktu yang lama.

(c) Paroxymal pain, yaitu nyeri yang dirasakan

berintensitas tinggi dan kuat. Nyeri tersebut

biasanya menetap ± 10-15 menit, lalu menghilang,

kemudian timbul lagi.

c. Nyeri berdasarkan berat ringannya

(a) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah.

(b) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi.

(c) Nyeri berat, yaitu nyeri dengan intensitas yang

tinggi.

d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan

(a) Nyeri akut, yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu

yang singkat dan berakhir kurang dari enam bulan,

sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas.

Rasa nyeri mungkin sebagai akibat dari luka, seperti

luka operasi, ataupun pada suatu penyakit


arteriosclerosis pada arteri koroner. Nyeri akut

merupakan nyeri yang bersifat sementara,

mendadak, area nyeri teridentifikasi. Gejala nyeri

muncul seperti berkeringat, pucat, peningkatan

tekanan darah, nadi dan pernapasan.

(b) Nyeri kronis, yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari

enam bulan. Nyeri kronis ini polanya beragam dan

berlangsung berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Ragam pola tersebut ada yang nyeri timbul dengan

periode yang diselingi interval bebas dari nyeri lalu

timbul kembali nyeri, dan begitu seterusnya. Ada

pula pola nyeri kronis yang konstan, artinya rasa

nyeri tersebut terus-menerus terasa makin lama

semakin meningkat intensitasnya walaupun telah

diberikan pengobatan. Misalnya, pada nyeri karena

neoplasma.

(c) Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung

lebih dari 5 bulan, lokasi nyeri tidak teridentifikasi,

sulit dihilangkan, tidak ada perubahan pada tanda-

tanda vital tubuh.

(d) Nyeri kronis yang tak teratur merupakan nyeri yang

sesekali terjadi dalam jangka wakru tertentu. Nyeri


berlangsung selama beberapa jam, hari atau minggu

(Eka Alvianta, 2019).

8) Tanda dan Gejala Nyeri

Secara umum nyeri akan didapatkan respon psikologis berupa

(H.Tanjung.2020) :

1. Suara

a. Menangis

b. Merintih

c. Menarik / menghembuskan nafas

2. Ekspresi Wajah

a. Meringis

b. Menggigit lidah / mengatupkan gigi

c. Dahi berkerut

d. Tertutup ratap / membukamata atau mulut

e. Mengiggit bibir

3. Pergerakan Tubuh

a. Kegelisahan

b. Mondar - mandir

c. Gerakan menggosok atau berirama

d. Bergerak melindungi bagian tubuh

e. Immobilisasi

f. Otot tegang
4. Interaksi Sosial

a. Menghindari percakapan kontak dan kontak sosial

b. Berfokus aktivitas atau mengurangi nyeri

c. Disorientasi waktu

9) Fisiologi Nyeri

a. Fisiologi (alur) terjadinya nyeri dalam persalinan, yaitu

(H.Tanjung.2020),yaitu :

a) Pada kala I nyeri sifatnya visceral, ditimbulkan oleh kontraksi

uterus dan dilatasi serviks yang dipersyarafi oleh serabut aferen

simpatis dan ditransmisikan ke medulla spinalis pada segman

T10 - L1 (Thorakal 10 - Lumbal 1) melalui serabut syaraf delta

dan serabut syaraf C yang berasal dari dinding lateral dan

fundus uteri.

b) Pada kala II merupakan nyeri somatic yang ditransmisikan

melalui nervus pudendal. Pada kala ini intensitas nyeri dan

terlokalisasi.

b. Secara lebih terperinci, fisiologi nyeri persalinan dapat dijelaskan

sebagai berikut :

a) Pada kala I :

Nyeri dihasilkan oleh dilatasi serviks SBR, serta distensi

uterus.

Intensi nyeri kala I akibat dari kontraksi uterus involunter nyeri

dirasakan dari pinggang dan menjalar ke perut.


Kualitas nyeri bervariasi. Sensasi impuls dari uterus, sinapsnya

pada Torakal 10,11,12 dan Lumbal 1. Mengurangi nyeri pada

fase ini dengan memblok daerah diatasnya.

b) Fase Transisi dari Kala I sampai kala II

Selama fase transisi ibu biasanya akan merasakan sensasi nyeri

yang sangat. Ekspresi yang nampak tidak berdaya dan

menunjukan kemampuan untuk mendengar serta konsetrasi

yang menurun.

c) Pada kala II :

Nyeri diakibatkan oleh tekanan kepala janin pada bagian

pelvis. Distensi struktur pelvis serta tekanan pada pleksus

lumbosakralis.

Nyeri dirasakan pada :

 Regio L2, bagian bawah ounggung dan juga paha serta

tungkai

 Pada areal vagina dan perineum

Sensinya seperti tarikan, tekanan, rasa terbakar dan

putiran serta keram. Ibu biasanya mempunyai

keinginan untuk mengejan. Sensasi impuls dibawa dari

perineum ke sacrum 2,3, oleh saraf pudendal. Untuk

mengurangi nyeri diblok pada reseptor yang lebih

bawah.
3. Kecemasan

1) Definisi Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang

ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam

dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas

(Reality Testing Ability/ RTA, masih baik), kepribadian masih tetap utuh

(tidak mengalami keretakan kepribadian/ splitting of personality), perilaku

dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. (Irando

Irfan,2021).

Kecemasan (anxiety) adalah keadaan suasana perasaan (mood)

yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan

kekhawatiran tentang masa depan (AM Pramesti,2019).

2) Aspek – Aspek Kecemasan

Aspek-aspek kecemasan menurut Nevid dkk. (2005) terbagi

menjadi tiga aspek, yaitu:

a. Aspek Fisik Gangguan yang terjadi pada fisik indvidu

yang mengalami kecemasan meliputi produksi keringat

yang lebih banyak, gemetar, perasaan mual, panas

dingin, jantung berdetak kencang, sesak nafas, gelisah,

perasaan lemas, diare, dan buang air kecil lebih sering

dari biasanya.

b. Aspek Perilaku Perilaku individu yang mengalami

kecemasan akan menjadi berbeda dari biasanya,


meliputi perilaku menghindar, ketergantungan terhadap

orang lain, dan individu cenderung menghindari atau

meninggalkan situasi yang dapat memicu timbulnya

kecemasan.

c. Aspek Kognitif Individu yang mengalami kecemasan

akan merasakan kekhawatiran yang berlebih terhadap

sesuatu yang akan terjadi. Individu akan merasa

terancam oleh seseorang atau peristiwa yang akan

terjadi, dan merasakan kebingungan serta kekhawatiran

akan ditinggal seorang diri.

Aspek-aspek kecemasan terdiri dari beberapa aspek

yaitu:

a. Aspek Suasana Hati Aspek Suasana hati

merupakan perasaan mudah marah dan perasaan

tegang pada diri seseorang.

b. Aspek Pikiran Aspek pikiran yaitu perasaan

khawatir dengan sesuatu yang tidak jelas, sulit

untuk berkonsentrsi, menganggap besar suatu

masalah, merasa bahwa dirinya sebagai individu

yang sangat sensitif, merasa tidak berdaya dan

pikiran yang kosong.


c. Aspek Motivasi Aspek motivasi merupakan

perasaan ingin melarikan diri dari suatu

masalah, minghindari suatu keadaan yang dapat

menimbulkan perasaan cemas dan takut, serta

rasa ketergantungan yang tinggi.

d. Aspek Perilaku Aspek perilaku merupakan

perasaan gelisah, gugup, dan waspada yang

berlebihan terhadap sesuatu.

e. Aspek Gejala Biologis Aspek gejala biologis

merupakan perubahan yang terjadi secara

biologis terhadap seseorang seperti tubuh akan

memproduksi keringat lebih banyak dari

biasanya, gemetar, mual, jantung berdebar lebih

kencang, merasa pusing, dan mulut akan terasa

kering

3) Tingkat Kecemasan

Kecemasa dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu kecemasan ringan,

kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik (Sandjaja,2017) :

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ini normal dapat dialami seseorang, berguna untuk

meningkatkan kesadaran individu untuk berhati-hati dan

waspada. Kecemasan ini menuntut individu untuk belajar


menghadapi masalah. Biasanya ditandai dengan gemetar,

mudah lelah, nafas pendek, danketegangan otot.

b. Kecemasan sedang

Pada tahap ini, perhatian individu terhadap rangsang dari

lingkungannya kurang. Seluruh indranya dipusatkan kepada

penyebab kecemasan itu saja dan mengesampingkan hal lain.

Kecemasan sedang ditandai dengan hiperaktifitas autonomik,

wajah merah, kadang pucat.

c. Kecemasan berat

Pada tingkat ini, persepsi individu menjadi sempit. Individu

cenderung memikirkan hal kecil saja dan mengabaikan hal-hal

lain, individu tidak mampu berpikir berat, membutuhkan

banyak saran serta arahan. Terjadi pula gangguan

fungsionalnya. Cemas yang berat ditandai dengan takikardi,

hiperventilasi, berkeringat.

d. Panik

Pada kejadian panik, terjadi disorganisasi pada individu.

Individu tersebut tidak dapat mengendalikan diri dan tidak

dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi saran dan

arahan. Panik dapat menyebabkan diare, mulut kering, sering

kencing, sulit menelan.


4) Fisiologi Kecemasan

Teori fisologis penyebab kecemasan menurut (Azhul

Fathi.2019) stress fisik atau emosional mengaktivasi amygdala yang

merupakan bagian dari sismtem limbik yang berhubungan dengan

komponen emosional di otak. Respon emosional yang timbul ditahan

oleh input dari pusat yang lebih tinggi dari forebrain. Respon

neurologis dari amygdala ditransmisikan dan menstimulasi repon

hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus melepaskan hormon CRF

(corticotropin factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan

hormon lain yaitu ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam

darah. ACTH sebagai gantinya menstimulasi kelenjar adrenal untuk

menghasilkan kortisol, sutu kelenjar kecil yang berada di atas ginjal.

Semakin berat stress, kelenjar adrenal akan menghasilkan kortisol

semakin banyak dan menekan sistem imun.


4. Massage Effleurage

1) Definisi Massage (Pijatan)

Massage atau pijat merupakan terapi nyeri yang paling

primitif yang menggunakan reflekslembut manusia untuk

menahan, menggosok atau meremas bagian tubuh yang nyeri.

Massage dilakukan dengan tindakan penekanan oleh tangan pada

jaringan lunak, biasanya otot, tendon atau ligamentum, tanpa

menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk

meredakan nyeri,menghasilkan relaksasi, dan atau memperbaiki

sirkulasi (Sri Lestari dan Nita Apriyani. 2019).

Massage merupakan salah satu manajemen nyeri non

farmakologi untuk membuat tubuh menjadi rileks, bermanfaat

mengurangi rasa sakit atau nyeri, menentramkan diri, relaksasi,

menenangkan saraf dan menurunkan tekanan darah (Amin

Maliha,dkk.2021).

Massage effleurage merupakan teknik relaksasi yang aman,

mudah, tidak perlu biaya, tidak memiliki efek samping dan dapat

dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (Seftianingtyas WN,

dkk.2021).

Massage merupakan tekanan tangan pada jaringan lunak,

seperti otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau

perubahan posisi sendi. Tekanan tangan ini berguna untuk meredakan


nyeri dan memperbaiki sirkulasi atau menimbulkan relaksasi

(Trisnawati,dkk.2021).

Gerakan-gerakan dasar pada teknik pijatan yaitu, gerakan

memutar menggunakan telapak tanggan, gerakan menekan,

mendorong kedepan dan kebelakang menggunakan tenaga, gerakan

memotong-motong, gerakan menepuk-nepuk, gerakan meremas-remas

dan gerakan meliuk-liuk (Trisnawati,dkk.2021).

Effluerage merupakan sebuah teknik pijatan mengusap lembut,

lambat dan pajang dan tidak putus-putus. Teknik ini dilakukan dengan

ujung-ujung jari yang ditekan lembut dan ringan serta usahakan ujung

jari tidak lepas dari permukaan kulit (Trisnawati,dkk.2021).

2) Metode Massage

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot tendon atau ligamen, tanpa menyebabkan

pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,

menghasilkan relaksasi, dan atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan

gerakan dasar meliputi: gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak

tangan, gerakan menekan dan mendorong kedepan dan kebelakang

menggunakan tenaga, menepuk-nepuk, meremas-remas, dan gerakan

meliuk-liuk. Beberapa metode message antara lain:


a. Metode Effluerage

Memperlakukan pasien dalam posisi setengah

duduk, lalu letakkan kedua tangan pada perut dan

secara bersamaan digerakkan melingkar ke arah pusat

simpisis atau dapat kjuga menggunakan satu telapak

tangan menggunakan gerakan melingkat atau satu

gerakan.

b. Metode deep back massage

Memperlakukan pasien berbaring miring,

kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah

sacrum secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan

dan tekan lagi, begitu seterusnya. Deep back massage

adalah penekanan pada sakrum yang dapat mengurangi

ketegangan pada sendi sakroiliakus dari posisi oksiput

posterior janin. Selama kontraksi dapat dilakukan

penekanan pada sakrum yang dimulai saat awal

kontraksi dan diakhiri setelah kontraksi berhenti. Jika

klien menggunakan fetal monitor, dapat melihat garis

kontraksi untuk memulai dan mengakhiri penekanan.

Penekanan dapat dilakukan dengan tangan yang

dikepalkan seperti bola tenis pada sakrum 2,3,4.

Metode deep back massage memperlakukan pasien

berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien


menekan daerah sakrum secara mantap dengan telapak

tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.

Selain itu dapat dilakukan dengan menggunakan

metode rubbing massage yaitu teknik pijatan yang

dilakukan pada punggung diantara kontraksi.

Persalinan disertai rasa nyeri dan 7-14% tidak

disertai nyeri. Pada kala I terjadi kontraksi yang dapat

menekan ujung syaraf sehingga menimbulkan

rangsangan nyeri dan berdampak timbulnya ketakutan

dan rasa takut. Ada rasa takut sehingga dapat

berdampak pada kecepatan pembukaan serviks

sehingga dibutuhkan intervensi untuk mengurangi rasa

takut tersebut salah satunya dengan memberikan pijatan

pada ibu bersalin.

c. Metode rubbing massage

Gerakan pemijatan pada daerah pnggung bagian

belakang secara lembut yang dilakukan dari atas sampai

ke bawah menggunakan telapak tangan atau jari tangan.

d. Metode firm counter pressure


Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk

kemudian bidan atau keluarga pasien menekan sacrum

secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan

secara mantap dan beraturan.

e. Abdominal lifting

Memperlakukan pasien dengan cara

membaringkan pasien pada posisi kepala agak tinggi.

Letakkan kedua telapak tangan 92 pada pinggang

pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan

yang berlawanan ke arah puncak perut tanpa menekan

ke arah dalam, kemudian ulangi lagi (Utami,2020).

3) Tujuan Massage Effleurage

Massage effleurage bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi

darah menghangatkan otot abdomen, dan meningkatkan relaksasi fisik

dan mental (Seftianingtyas WN, dkk.2021).

4) Teknik Massage Effleurage

Teknik effleurage adalah bentuk massage dan tekanan dengan

menggunakan telapak tangan berupa tekanan lembut ke atas

permukaan tubuh dengan arah sirkular secara berulang.

Teknik effleurage atau usapan lembut dilakukan pada sacrum

dan vertebral sebagai pusat nyeri menggunakan seluruh telapak tangan

peneliti. Gerakannya searah dengan jarum jam, bersamaan dengan


pengaturan pola nafas ibu. Hal ini dilakukan supaya ibu bersalin lebih

rilek (Puspitasari Lina.2020).

Massage effleurage dalam persalinan dilakukan dengan

menggunakan ujung jari yang lembut dan ringan. Lakukan usapan

dengan ringan dan tanpa tekanan kuat, tetapi usahakan ujung jari tidak

lepas dari permukaan kulit. Stimulasi kulit dengan teknik effleurage

menghasilkan impuls yang dikirim lewat serabut saraf besar yang

berada di permukaan kulit, serabut saraf besar ini akan menutup

gerbang sehingga otak tidak menerima pesan nyeri karena sudah

diblokir oleh stimulasi kulit dengan teknik ini, akibatnya persepsi

nyeri akan berubah selain meredakan nyeri, massage akan merangsang

otot-otot uterus untuk berkontraksi (Wulandari Priharyanti dan Nur

Hiba Prasita Dwi. 2018).

a. Teknik menggunakan dua tangan di punggung

Lakukan usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat dengan cara

menggosok lembut dengan kedua telapak tangan dan jari pada

punggung ib ubersalin setingga servikal 7 keawah luar menuju sisi

tulang rusuk selama 30 menit dengan frekuensi 40 kali gosokan

permenit, tetap usahan ujung jari tidka lepas dari permukaan kulit.
Gambar 5.Teknik menggunakan dua tangan di punggung

b. Teknik menggunakan duatangan di abdomen

Teknik ini bisa dilakukan ibu inpartu sendiri dengan menggunakan

kedua telapak tangan melakukan usapan ringan, tegas, konstan

dengan cara gerak melingkar abdomen, dimulai dari abdomen

bagian bawah diatas simpisis pubis, mengarah kesamping perut lalu

ke fundus uteri, kemudian turun dan kembali ke perut bagian bawah

di samping simpisis.

c. Teknik menggunakan satu tangan

Teknik ini dapat dilakukan oleh orang lain (suami,keluarga, atau

petugas kesehatan) dengan menggunakan ujung jari tangan

melakukan usapan pada abdomen secara ringan dan tegas, konstan

dan lambat dengan membentuk pola angka 8 (Fitriyanti Qorina

FZ.2017).
Gambar 6. Teknin menggunakan dua tangan dan satu tangan di
abdomen

5) Pengaruh Massage Effleurage

Massage effleurage memiliki pengaruh terhadap penurunan

intensitas nyeri persalinan kala I fase laten, karena massage ini akan

memberikan rasa nyaman pada ibu, sehingga kecemasan ibu akan

nyeri persalinan akan berkurang karena meningkatnya produksi

hormon endhorpin sehingga nyeri persalinan pun berkurang.

Sedangkan pada pembukaan jalan lahir tidak ada pengaruh massage

effleurage terhadap pembukaan jalan lahir dikarenakan hasil yang

didapat pembukaan jalan lahir yang terjadi sesuai dengan waktu

pembukaan jalan lahir normal, yaitu pada fase aktif pembukaan jalan

lahir terjadi 1cm/jam (Sitorus Riris,dkk.2020).

6) Manfaat Massage Effleurage

a. Usapan ringan dapat meningkatkan produksi oksitosin endogen,

sehingga merangsang kontraksi uterus.

b. Dapat meningkatkan oksitosin yang bisa menimbulkan

kenyamanan serta kepuasan.


c. Sentuhan ringan pada abdomen dapat meningkatkan kekuatan

serta frekuensi kontraksi.

d. Dapat menurunkan hormon stress dan meningkatkan hormon

oksitosin dan mampu membantu menurunkan kecemasan

(Fitriyanti Qorina FZ.2017).

7) Prosedur Massage Effleurage

a. Atur posisi sesuai kenyamanan ibu

b. Saat timbul kontraksi, kedua telapak tangan diatas simpisis

pubis

c. Bersama - sama inspirasi secara perlahan, usapkan kedua ujung

ujung jari tangan dengan tekanan yang ringan, tegas dan

konstan ke arah samping abdomen, mengelilingi samping

abdomen menuju ke arah fundus uteri

d. Setelah sampi di fundus uteri, ekspirasi perlahan dan usapkan

kedua ujung jari tangan tersebut menuju perut bagian baah

diatas simpisis pubis melalui umbilicus

e. Gerakan di ulang ketika kontraksi berlangsung

f. Pemijat harus memperhatikan respon ibu ketika dipijat, ketika

ibu sudah merasa tidak nyaman atau kontraksi telah berhenti,

maka pijatan diberhentikan.


8) Fisiologis Massage Effleurage

Fisiiologis effleurage mendorong tubuh untuk mengaktivasi

vagus/parasimpatis bermielin melakukan mekanisme health

(pemeliharaan kesehatan), growth (pengembangan kesehatan),

restoration (pemeliharaan kesehatan). parasimpatis vagus bermielin

juga memainkan peran dalam menekan pernurunan hormon stress

dengan pelepasan neutransmitter opioid endogen seperti asetil kolin,

serotonin, dopamin dan endorphin. Hormon - hormon tersebut

membantu pemeliharaan kesehatan yang selanjutnya mendorong ibu

melewati fase depence dengan baik, apabila ibu dapat melewati proses

ini dengan baik maka nyeri akan kembali normal (Qurniasih Nila,

Sofro Zaenal Mutaqqien.2020).

B. Penelitian Terkait

Hasil penelitian Kurniasi (2017), menyatakan bahwa sebelum

dilakukan massage effleurage ada 61,8% menyatakan nyeri berat, setelah

dilakukan massage effleurage hasil yang mengalami nyeri berat turun menjadi

33,3%..Terbukti dengan hasil dari uji bivariate dengan P-value sebesar 0,017

< 0,05. Yang dalam asumsi penelitiannya dapat dilihat terdapat perbandingan

atau perbedaan yang jauh antara hasil sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi dana dan pengaruh massage effleurage. Oleh karena itu dapat

diasumsikan bahwa massage effleurage dapat memberikan ketenangan

sehingga menjadi landasan dalam menciptakan sensasi rasa aman.


Penelitian oleh Sri Rejeki (2013), rentang nyeri yang sebelum

dilakukannya suatu tindakan yaitu 9-10 sebanyak 13 responden (54,2%), pada

skala 7-8 sebanyak 11 responden (45,8%). Dapat diartikan bahwa nyeri yang

paling banyak dialami ibu bersalin sebelum dilakukannya tindakan merupakan

neri berat hingga nyeri tidak tertahankan. Setelah dilakukannya Teknik

Massage Back-Effleurage terjadi penurunan nyeri berat menjadi nyeri sedang

sebanyak 18 responden (75%) pada skala 3-6. Oleh sebab itu, dapat dilihat

langsung oleh penelitian dimana terjadi pengurangan rasa nyeri persalinan.


C. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi nyeri


persalinan : Skala nyeri
Nyeri
1. Internal NRS

a. Pengalaman nyeri

b. Usia

c. Persiapan persalinan Manajemen nyeri persalinan


non-farmakologi
d. Emosi

2. Eksternal
Massage Effleurage
a. Agama

b. Budaya

c. Dukungan sosial dan Penurunan intensitas nyeri


keluarga persalinan pada kala 1

d. Sosial ekonomi

e. Komunikasi

Bagan I.Kerangka Teori

(Modifikasi dari Herinawati H. Hindriati T. Novilda A, 2019;P Nillam Nur

Maulid,2019;Mandey Chaterin Pingkan,dkk.2020)

Anda mungkin juga menyukai