kebutuhan untuk menyesuaikan memesan jumlah sebelum bahan baku persediaan mendapat
sangat rendah atau meningkat ke tingkat yang tidak menguntungkan. Akhirnya, manajemen
persediaan harus dilakukan dengan menjaga catatan akurat dari barang jadi yang siap
dikapalkan. Hal ini sering berarti posting produksi barang baru selesai terhadap jumlah
persediaan serta mengurangi pengiriman terbaru dari barang jadi ke pembeli. Ketika
perusahaan memiliki kebijakan pengembalian di tempat, biasanya ada sub-kategori yang
terkandung dalam persediaan barang jadi untuk memperhitungkan setiap barang yang
dikembalikan yang direklasifikasi sebagai kualitas kelas diperbaharui atau kedua. Akurat
mempertahankan angka pada persediaan barang jadi memungkinkan untuk cepat
menyampaikan informasi kepada tenaga penjual untuk apa yang tersedia dan siap untuk
pengiriman pada waktu tertentu. Selain mempertahankan kontrol volume dan pergerakan
berbagai persediaan, manajemen persediaan juga memungkinkan untuk mempersiapkan
catatan yang akurat yang digunakan untuk mengakses setiap pajak yang jatuh tempo pada
setiap jenis persediaan. Tanpa data yang tepat mengenai volume unit dalam setiap tahapan
operasi secara keseluruhan, perusahaan tidak dapat secara akurat menghitung jumlah pajak.
Hal ini bisa mengakibatkan kurang dari yang seharusnya pajak jatuh tempo dan kemungkinan
terkena sanksi kaku dalam hal audit independen. 2. Bangunan Inventory Management
2. a.amplikasi EOQ metode JTC Sebuah sistem persediaan just-in-time membuat tingkat
persediaan sangat rendah dengan hanya memproduksi pesanan pelanggan tertentu.
Pendekatan ini berbeda dengan alternatif yang lebih umum memproduksi dengan perkiraan apa
pesanan pelanggan mungkin Dengan menggunakan just-in-time konsep, ada kebutuhan sangat
berkurang untuk bahan baku dan barang dalam proses, sedangkan persediaan barang jadi
harus dekat dengan tidak ada. Penggunaan persediaan just-in-time memiliki keuntungan
sebagai berikut: Harus ada jumlah minimal persediaan usang, karena tingginya tingkat
perputaran persediaan terus item dari stok yang tersisa dan mulai ditinggalkan. Karena produksi
berjalan sangat singkat, lebih mudah untuk menghentikan produksi satu jenis produk dan
beralih ke produk yang berbeda untuk memenuhi perubahan permintaan pelanggan. Tingkat
persediaan sangat rendah berarti bahwa biaya persediaan memegang (seperti ruang gudang)
diminimalkan. Perusahaan ini menginvestasikan uang jauh lebih sedikit di persediaan, karena
persediaan kurang diperlukan. Persediaan kurang bisa rusak dalam perusahaan, karena tidak
diadakan cukup lama untuk kecelakaan yang berhubungan dengan penyimpanan muncul. Juga,
memiliki persediaan kurang memberikan bahan penangan lebih banyak ruang untuk manuver,
sehingga mereka cenderung tidak mengalami setiap persediaan dan menyebabkan kerusakan.
Kesalahan produksi dapat melihat lebih cepat dan diperbaiki, yang menghasilkan produk yang
lebih sedikit diproduksi yang mengandung cacat. Meskipun besarnya keuntungan sebelumnya,
ada juga beberapa kelemahan yang terkait dengan persediaan just-in-time, yaitu: Sebuah
pemasok yang tidak mengirimkan barang kepada perusahaan tepat pada waktunya dan dalam
jumlah yang benar dapat mempengaruhi secara serius proses produksi. Sebuah bencana alam
dapat mengganggu arus barang ke perusahaan dari pemasok, yang bisa menghentikan
produksi hampir seketika. Investasi harus dilakukan di bidang teknologi informasi untuk
menghubungkan sistem komputer perusahaan dan pemasoknya, sehingga mereka dapat
mengkoordinasikan pengiriman suku cadang dan bahan. Sebuah perusahaan mungkin tidak
dapat segera memenuhi persyaratan tatanan besar dan tak terduga, karena memiliki sedikit
atau tidak ada stok barang jadi.
b. EOQ merupakan teknik statistik yang menggunakan rata-rata, sedangkan
prosedur MRP mengasumsikan bahwa permintaan (dependent) diketahui sesuai dengan yang
digambarkan dalam sebuah jadwal induk produksi. Penentuan ukuran lot ini berdasarkan pada
biaya setup atau biaya pesanan per pesanan.
3 Pembahasan
Untuk menentukan metode lot sizing mana yang sebaiknya digunakan, dilakukan analisis
dampak biaya persediaan dari setiap alternatif teknik lot sizing. Berikut analisis untuk tiap-tiap
teknik lot sizing:
Yakni suatu teknik penentuan lot size yang jumlahnya sama dengan jumlah
pesanan/kebutuhan. Dengan demikian L4L menyusun pesanan yang direncanakan tepat sesuai
dengan kebutuhan bersih, memproduksi secara tepat apa yang dibutuhkan setiap minggu,
sehingga meminimumkan biaya simpan dan tidak memperhitungkan biaya set up dan
keterbatasan kapasitas.
Bila contoh soal di atas diselesaikan dengan menggunakan metode L4L, maka Perhitungan dan
skedul MRP dengan metode L4L adalah sbb:
Keterangan
HC = biaya simpan. Dihitung dengan cara End Inventory x biaya simpan perminggu
Misalnya pada minggu pertama End Inventory = 0 dan biaya simpan per minggu = 10% x 10 =
1, maka HC = 0 x 1 = 0
SC = biaya pesan setiap kali pesan. Dihitung dengan cara: product quantity x biaya pesan
setiap kali pemesanan
Misalnya pada minggu pertama, Net Requirement = 50 dan product quantity = 50 jadi
pemesanan hanya dilakukan 1x, sedang biaya pesan setiap kali pemesanan sebesar 47, maka
SC = 1 x 47 = 47.
Hasil perhitungan sebagaimana terlihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa bila digunakan
metode L4L, TIC untuk 8 minggu adalah 376
Yakni penentuan jumlah lot size dengan menggunakan konsep EOQ yang secara eksplisit
menyeimbangkan biaya simpan dan pesan tahunan.Dalam model EOQ permintaan
diasumsikan konstan, atau dengan kata lain diperlukan safety stock untuk mengantisipasi
variabilitas permintaan. EOQ menggunakan estimasi total permintaan tahunan, stup cost atau
order cost, dan holding cost tahunan. EOQ tidak didisain untuk sistim dengan periode waktu
yang diskrit seperti halnya MRP. MRP mengasumsikan bahwa kebutuhan telah dipenuhi pada
awal periode. Holding cost hanya diperhitungkan pada persediaan akhir, tidak dihitung
berdasarkan rata-rata persediaan sebagaimana EOQ. Sementara EOQ berasumsi bahwa
penggunaan persediaan didasarkan pada basis kontinyu selama periode. Berdasarkan hal-hal
tersebut maka pemecahan contoh sola di atas bila digunakan metode EOQ akan sebagai
berikut:
Keterangan:
cara menghitung HC dan SC sama dengan cara menghitung HC dan SC pada teknik L4L
Dari perhitungan yang ditunjukkan pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bila
digunakan metoda EOQ, maka TIC akan sebesar 171,05
Metode ini merupakan metode penentuan lot size yang dinamis yang menghitung jumlah
komponen yang dipesan dengan membandingkan antara biaya simpan dan biaya pesan untuk
berbagai lot size dan memilih lot yang memiliki biaya simpan dan biaya pesan yang hampir
sama. Bila lot sizing Jumlah Pembelian dihitung dengan metoda LTC, maka perhitungan
dilakukan
dengan melakukan simulasi yakni alternatif pertama setiap minggu memesan sejumlah
kebutuhan sehingga minggu 1 memesan 50 dan seterusnya, alternatif kedua kebutuhan minggu
1 dan 2 dipesan sekaligus yakni 110 ( 50+60) ,alternatif ketiga kebutuhan minggu pertama
sampai minggu 3 dipesan sekaligus yakni 180 (50+60+70)
dst... seperti dalam tabel berikut
Dengan demikian pemesanan pertama sebanyak 335 unit untuk memenuhi kebutuhan selama
5 minggu yakni minggu 1 hingga 5. dan kemudian dilakukan reorder sebanyak 190 unit untuk
memenuhi kebutuhan selama tiga minggu yakni minggu ke enam hingga minggu ke delapan.
Selanjutnya, skedul MRP-nya adalah sebagai berikut:
Minggu Net Req Prod. Quant. Ending HC SC TIC
Invent.
1 50 335 285 14,25 47 61,25
2 60 0 225 11,25 0 72,5
3 70 0 155 7,75 0 80,25
4 60 0 95 4,75 0 85
5 95 0 0 0 0 85
6 75 190 115 5,75 47 137,75
7 60 0 55 2,75 0 140,5
8 55 0 0 0 0 140,05
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa bila digunakan metoda LTC maka
TIC untuk 8 minggu sebesar 140,05
Metode ini juga merupakan metode dinamis yang pemilihan lot didasarkan pada kriteria total
biaya (biaya simpan+biaya pesan) per unit yang terkecil. Dengan menggunakan contoh soal
yang sama dengan sebelumnya, maka perhitungan LUC adalah sebagai berikut:
Mingg Quant. ordered CC OC TC UC Keterangan
u
1 50 0 47 47 0,94
1-2 110 3 47 50 0,4545
1-3 180 10 47 57 0,3167
1-4 240 19 47 66 0,2750
1-5 335 38 47 85 0,2537
1-6 410 56,7 47 103,7 0,2530 *LUC
5 5
1-7 470 74,7 47 121,7 0,2590
5 5
1-8 525 94 47 141 0,2686
7 60 0 47 47 0,7833
7-8 115 2,75 47 49,75 0,4326 *LUC
Berdasarkan model LUC pembelian pertama kali dilakukan sebanyak 410 untuk memenuhi
kebutuhan minggu pertama hingga minggu keenam. Kemudian pembelian kedua sebanyak 115
untuk memenuhi kebutuhan minggu ke tujuh dan ke delapan. Skedul MRP menjadi sebagai
berikut:
Dari skedul MRP di atas dapat dilihat bahwa bila pengadaan inventori dilakukan dengan
menggunakan model LUC maka total cost untuk delapan minggu sebesar 153,5.
Berdasarkan analisis biaya TIC, maka untuk situasi dan kondisi seperti yang ada dalam kasus,
penentuan inventori disarankan menggunakan model LUC karena menghasilkan TIC yang
terendah .
Berdasarkan data skedul produksi master diperlukan 1250 Sebuah produk akhir “Z” yang
harus diselesaikan dalam waktu 15 minggu. Lead time untuk produk akhir 1 minggu. Untuk
membuat 1 unit Z diperlukan 1 unit A. Sementara untuk membuat 1 unit A diperlukan komponen
B sebanyak 1 unit. 1 unit B dibuat dengan menggunakan komponen C sebanyak 1 unit. Berikut
ini data tentang inventori di tangan (inventory on hand) dan lead time.
B 250 1
C 500 2
Diminta
Pembahasan
Membandingkan kebutuhan bersih atau Net Component Requirement (NCR) yang
dihitung dengan menggunakan cara lama (tradisional) dan dengan menggunakan
pendekatan MRP
C 550 0 500 50
Berdasarkan informasi tentang pembuatan produk akhir berikut jenis dan jumlah komponen-
komponen yang diperlukan untk membuat produk akhir, maka dapat disusun pohon struktur
produk sebagai berikut:
Menentukan kapan dilakukan pemesanan untuk tiap-tiap komponen agar produk akhir
dapat diselesaikan tepat pada waktunya
Produk akhir harus sudah tiba dalam minggu 15 , sementara lead timenya 1 minggu, maka
produk akhir harus sudah seleai paling lambat akhir minggu ke-14 (=15-1). Total lead time
semua komponen penyusun produk akhir adalah 7 minggu, sehingga skedul untuk periode ke
depan produk akhir harus sudah dikirim pada minggu ke-21(=14+7). Oleh karena pada minggu
ke-21 harus sudah tiba ke konsumen , sementara lead time produk akhir 1 minggu maka produk
tersebut harus sudah selesai paling lambat akhir minggu ke 20 (=21-1). Dengan demikian saat
pemesanan masing-masing komponen dapat ditentukan sebagai berikut:
Setelah menghitung NCR, membuat pohon struktur produk dan menentukan saat produk akhir
harus selesai serta saat pemesanan komponen harus dilakukan maka dapat dibuat skedul MRP
dengan mengikuti format sbb:
Z Gross 1250
requirement
Lt=1
Scheduled 0
receipts
On-hand 0
inventory
NCR 1250
Planned 1250*
order
release
A Gross 1250
requirement
Lt=4
Scheduled 0
receipts
On-hand 450
inventory
NCR 800
Planned 800*
order
release
B Gross 800
requirement
Lt=1
Scheduled 0
receipts
On-hand 250
inventory
NCR 550
Planned 550*
order
release
C Gross 550
requirement
Lt =2
Scheduled 0
receipts
On-hand 500
inventory
NCR 50
Planned 50*
order
release
599 x 487
EMBED SIZE (PX)
A di crash 2 minggu, sehingga A menjadi 1 minggu dengan biaya crash = $600 x 2 = $1.200 D
di crash 3 minggu, sehingga D menjadi 4 minggu dengan biaya crash = $75 x 3 = $225 E di
crash 3 minggu, sehingga E menjadi 3 minggu dengan biaya crash = $50 x 3 = $150 G di crash
2 minggu, sehingga G menjadi 2 minggu dengan biaya crash = $250 x 2 = $500 Total biaya
crash =$1200 + $225 + $150 + $500 = $2075
6. Perencanaan SDM merupakan salah satu strategi perusahaan agar mendapatkan karyawan
Dalam artikel ini Anda akan mempelajari hal-hal yang perlu Anda tahu seputar perencanaan
Daftar Isi
Apa yang Dimaksud dengan Perencanaan SDM?
Siapa yang Bertanggung jawab dalam Perencanaan SDM?
Apa Dampak tidak adanya Perencanaan SDM?
Apa Komponen dalam Human Resources Planning?
o Workforce Forecasting
o Rekrutmen
o Pengembangan Karyawan
o Mempertahankan Karyawan
Strategi Perencanaan Tenaga Kerja
o Menganalisis Tujuan Perusahaan
o Mengenali SDM yang Sudah Ada
o Prediksi Supply and Demand
o Merumuskan Strategi
o Melakukan Monitoring Rutin
Human Resources Planning atau perencanaan sdm yaitu proses mendapatkan tenaga kerja
Pihak yang bertanggung jawab dalam melakukan perencanaan SDM adalah pimpinan
departemen HR yang bekerja sama dengan tiap-tiap pimpinan departemen dalam perusahaan.
Workforce Forecasting
kerja di masa yang akan datang, kemudian membandingkannya dengan kondisi perusahaan
saat ini. Dari situ, departemen SDM bisa mengetahui berapa banyak karyawan yang perlu
Rekrutmen
Departemen SDM melakukan proses rekrutmen dengan strategi yang sudah dirancang khusus
Pengembangan Karyawan
Karena tuntutan kondisi yang terus berkembang, kualifikasi karyawan pun perlu terus
ditingkatkan. Oleh karena itu proses training karyawan juga termasuk bagian dari man power
planning
Mempertahankan Karyawan
Mendapatkan karyawan membutuhkan biaya yang tinggi, agar karyawan berkualitas tidak
pindah ke perusahaan lain, departemen SDM perlu merancang manfaat-manfaat yang menarik
Sebelum mengenali potensi SDM, penting bagi Anda untuk menganalisa tujuan perusahaan
terlebih dahulu.
Dengan menganalisis tujuan perusahaan, Anda bisa dengan mudah mengenali SDM seperti
Coba lakukan analisis pada tujuan perusahaan secara mendetail. Pastikan Anda benar-benar
memahami setiap tujuan perusahaan, entah itu dari segi produksi, keuangan, pemasaran,
Semakin detail tujuan perusahaan maka semakin mudah bagi Anda untuk mengenali dan
Langkah Perencanaan SDM yang kedua adalah mengenali SDM yang sudah ada di
perusahaan. Tujuannya tak lain adalah agar setiap SDM dalam perusahaan dapat berfungsi
secara optimal.
Sebagai langkah awal, Anda bisa melakukan pemetaan sederhana seperti berapa jumlah total
karyawan yang aktif, usia karyawan aktif, hingga berapa banyak karyawan yang mendekati
masa pensiun.
Setelah itu Anda bisa mulai memetakan potensi SDM perusahaan. Misalnya, jumlah karyawan
yang sudah mencapai target, jumlah karyawan yang mengikuti training, hingga jumlah
Dari situ, Anda bisa mengetahui bagaimana perencanaan SDM yang paling tepat untuk
perusahaan.
Prediksi Supply and Demand
Agar perencanaan SDM bisa tepat sasaran, maka Anda juga harus memahami dinamika SDM
itu sendiri.
Anda harus tahu SDM seperti apa yang dibutuhkan perusahaan saat ini dan nanti, serta
bagaimana caranya untuk mendapatkan SDM yang sesuai dengan kriteria tersebut. Membuat
Tidak ada rumus yang pasti untuk itu. Namun, Anda bisa menggunakan beberapa
pertimbangan seperti perkembangan teknologi dan situasi sosial politik (eksternal), anggaran
perusahaan dan prediksi penjualan perusahaan (internal), hingga masalah workforce seperti
Merumuskan Strategi
Setelah melewati poin-poin sebelumnya, Anda seharusnya sudah bisa memastikan apakah
Jika dari analisis serta data yang Anda dapatkan ternyata SDM perusahaan surplus maka apa
strategi yang harus dilakukan? Apakah harus melakukan redeployment atau justru
Namun jika ternyata perusahaan justru defisit SDM, Anda juga harus merumuskan strategi.
perencanaan SDM. Setelah Anda memutuskan strategi yang harus dijalankan, lakukanlah
Anda bisa melakukan evaluasi secara berkala terhadap strategi yang telah diimplementasikan.
Misalnya Anda memilih program training untuk menyelesaikan masalah defisit SDM, periksa
apakah program tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Jika program tidak berjalan, cari tahu
SDM adalah aset perusahaan yang paling berharga. Tanpa adanya karyawan yang bekerja
Dengan adanya perencanaan SDM yang matang, maka target perusahaan bisa lebih mudah
dicapai. Kelima langkah menyusun strategi perencanaan SDM di atas dapat diimplementasikan
pada perusahaan Anda agar kinerja karyawan semakin optimal dan target perusahaan pun
terpenuhi.