BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan pembedahan merupakan salah salah satu alternatif terapi
pada pasien yang mengalami gangguan kesehatan terus meningkat
insidensinya dari tahun ketahun. Berdasarkan data WHO (Word Health
Organisasion) bahwa selama lebih dari satu abad, perawatan bedah telah
menjadi komponen penting dari perawatan kesehatan di seluruh dunia.
Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta tindakan bedah dilakukan di seluruh
dunia pada tahun 2019. Data Tabulasi Nasional Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Tahun 2019, menjabarkan bahwa tindakan bedah
menempati urutan ke-11 dari 50 pola penyakit di Indonesia dengan persentase
12,8% dan diperkirakan 32% diantaranya merupakan bedah mayor, dan 25,1%
mengalami kondisi kejiwaan serta 7% mengalami kecemasan (Kemenkes,
2020).
Sebagian besar tindakan pembedahan yang dilakukan pada pasien
menggunakan anastesi umum. Anestesi umum pada pembedahan dapat
menyebabkan permasalahan antara lain mual, muntah, batuk kering, nyeri
tenggorokan, pusing, nyeri kepala, nyeri punggung, gatal-gatal, lebam di area
injeksi serta hilang ingatan sementara. Pasien-pasien dianestesi umum
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk mengalami mual dan muntah
dibandingkan dengan pasien yang menggunakan jenis anestesi lain (Islam &
Jain, 2004 dalam Rihiyantoro, 2018).
Mual muntah post operasi dikenal dengan istilah Post Operative
Nausea And Vomiting (PONV). Menurut GAN, T.J (2006) dalam ismiatun
(2020). PONV adalah efek samping yang terjadi setelah tindakan anestesi
(Indrawati & Apriliyani, 2010 dalam Rhamadani, 2019). Mual menjadi sensasi
subyektif dari suatu tanda akan muntah, dalam ketidakhadiran gerakan otot
untuk memuntahkan, ketika memberat, dihubungkan dengan meningkatnya
2
dengan anastesi umum, dengan 8 pasien mengeluh mual (80 %). Selama ini
intervensi yang dilakukan oleh petugas dalam pengurangan mual dengan
memberikan pengobatan seperti injeksi dari intruksi dokter dan belum pernah
dilakukan intervensi seperti aromaterapi atau akupressure dalam tindakan
perawatan yang dilakukan untuk mengatasi mual dan muntah tersebut.
Penelitian ini melakukan intervensi pada pasien post operasi secara
umum tanpa mengkhususkan oprasi tertentu, Dimana terapi sebelumnya lebih
condong pada satu terapi saja, pada penelitian sebelumnya lebih banyak pada
mual muntah pada ibu hamil. pada penelitian ini adalah gabungan dari 2
intervensi yaitu aromaterapi peppermint dan akupresur perikardium 6 (P6)
terhadap nausea vomitus.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang peneliti
lakukan adalah “Apakah ada pengaruh aromaterapi peppermint dan akupresur
perikardium 6 (P6) terhadap nausea vomitus pada pasien post operasi dengan
anastesi umum?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk diketahui pengaruh aromaterapi peppermint dan akupresur P6
terhadap nausea vomitus pada pasien post operasi dengan anastesi umum
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2022.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui rata-rata nausea vomitus sebelum intervensi aromaterapi
peppermint dan akupresur P6 pasien post operasi dengan anastesi
umum di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2022.
b. Diketahui rata-rata nausea vomitus sesudah intervensi aromaterapi
peppermint dan akupresur P6 pasien post operasi dengan anastesi
umum di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2022
6
D. Perumusan Masalah
Pulih dari anestesi umum idelnya secara bertahap dan tanpa keluhan.
Sebagian besar pasien mengalami pemulihan dari anestesi tanpa kejadian-
kejadian khusus seperti mengalami beberapa gangguan diantaranya sebagai
berikut :
1) Gangguan pernapasan
Obstruksi jalan napas parsial atau total, tidak ada ekspirasi (tidak ada suara
napas) paling sering dialami pada pasien pascaanestesi umum yang belum
sadar karena lidah jatuh menutup faring atau edema laring. Penyebab lain
yaitu kejang laring (spasme laring) pada pasien menjelang sadar karena
laring terangsang oleh benda asing, darah atau sekret.
Selain itu, pasien juga dapat mengalami sianosi (hiperkapnea, hiperkarbia)
atau saturasi O2 yang menurun (hipoksemia) yang disebabkan pernapasan
pasien yang lambat dan dangkal (hipoventilasi). Pernapasan lambat dapat
diakibatkan karena pengaruh obat opioid dan dangkal karena pelumpuh
otot yang masih bekerja. Hipoventilasi yang berlanjut akan menyebabkan
asidosis, hipertensi, takikardi yang berakhir dengan depresi sirkulasi dan
henti jantung.
2) Gangguan kardiovaskular
Komplikasi pada sistem sirkulasi yang dapat dijumpai pada pasien dengan
anestesi umum yaitu hipertensi dan hipotensi. Hipertensi dapat disebabkan
oleh nyeri akibat pembedahan, iritasi pipa trakhea, cairan infus berlebihan,
atau aktivasi saraf simpatis karena hipoksia, hiperkapnia, atau asidosis.
Hipertensi akut dan berat yang berlangsung lama akan menyebabkan gagal
ventrikel kiri, infark miokard, disritmia, edema paru, atau perdarahan otak.
Hipotensi disebabkan akibat aliran isian balik vena (venous return)
menurun yang disebabkan perdarahan, terapi cairan kurang adekuat,
7
E. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian memberikan informasi dan data dasar untuk penelitian
selanjutnya mengenai pasien post operasi anastesi umum dengan mual
muntah. Hasil ini diharapkan dapat menambah wawasan/pengetahuan
peneliti tentang pasien post operasi anastesi umum dengan mual muntah
2. Bagi pasien post operasi anastesi umum
Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi responden untuk mengatasi
keluhan mual muntah yang di alami.
8
F. Ruang Lingkup
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasi anastesi
umum dengan objek mual muntah. Tempat penelitian dilakukan di RSUD
Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Penelitian akan dilaksanakan
setelah kaji etik disetujui dan surat ijin penelitian dikeluarkan. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif, dengan rancangan penelitian quasi
eksperiment atau eksperiment semu. Penelitian ini menggunakan instrumen
yaitu lembar bersedia ikut penelitian, lembar instrumen observasi mual
muntah skala Gordon, lembar identitas responden, SOP intervensi dan lembar
observasi intervensi aroma terapi peppermint dan akupresur P6. Pengumpulan
data di lakukan oleh peneliti. Analisis data di lakukan secara univariat dan
Bivariat.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi konseptual
1. Pembedahan
a. Pengertian
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang
bertujuan untuk menyelamatkan nyawa pasien, mencegah kecacatan
dan komplikasi. Namun demikian, operasi atau pembedahan yang
dilakukan dapat menyebabkan komplikasi yang dapat membahayakan
nyawa pasien. Terdapat tiga faktor penting dalam pembedahan yaitu,
penyakit pasien, jenis pembedahan, dan pasien itu sendiri. Bagi pasien
tindakan operasi atau pembedahan adalah hal menakutkan yang pasien
alami. Sangatlah penting melibatkan pasien dalam setiap proses pre
operatif (Haynes et al., 2010). Jadi dapat disimpulkan bahwa operasi
atau pembedahan adalah tindakan medis dengan menggunakan
prosedur invasif yang dilakukan untuk mencegah komplikasi atau
menyelamatkan nyawa pasien, sehingga dalam prosesnya
membutuhkan keterlibatan pasien dan tenaga kesehatan untuk
manajemen pre operatif.
b. Indikasi pembedahan
Beberapa indikasi pasien yang dilakukan tindakan pembedahan
di antaranya adalah:
1) Diagnostik : biopsi atau laparotomi eksploitasi.
2) Kuratif : eksisi tumor atau pengangkatan apendiks yang mengalami
inflamasi.
3) Reparatif : memperbaiki luka multiple.
4) Rekonstruktif/kosmetik : mamaoplasti, atau bedah plastik.
5) Paliatif : menghilangkan nyeri atau memperbaiki masalah,
misalnya pemasangan selang gastrotomi yang dipasang untuk
10
c. Klasifikasi pembedahan
1) Tindakan Pembedahan berdasarkan urgensinya dibagi menjadi
lima tingkatan, antara lain:
a) Kedaruratan/Emergency
b) Urgent
c) Diperlukan pasien harus menjalani pembedahan
d) Efektif
e) Pilihan keputusan tentang dilakukannya pembedahan
sepenuhnya kepada pasien.
2) Menurut faktor resikonya, pembedahan diklasifikasikan menjadi
bedah minor dan bedah mayor, tergantung pada keparahan
penyakit, bagian tubuh yang terkena, tingkat kerumitan
pembedahan, dan lamanya waktu pemulihan (Virginia, 2019).
a) Bedah minor
b) Bedah mayor
e. Persiapan pembedahan
Terdapat beberapa persiapan dan perawatan pre operatif, di
antaranya adalah :
1) Persiapan mental
Pasien yang akan dioperasi biasanya menjadi agak gelisah dan
takut. Perasaan gelisah dan takut kadang-kadang nampak tidak
jelas. Tetapi kecemasan itu dapat terlihat jika pasien menanyakan
pertanyaan yang berulang, meskipun pertanyaannya telah dijawab.
Pasien tidak mau berbicara dan memperhatikan keadaan
sekitarnya, tetapi berusaha mengalihkan perhatiannya, atau muncul
gerakan yang tidak terkontrol, dan tidur gelisah. Pasien sebaiknya
diberikan informasi bahwa selama operasi tidak akan merasa sakit
karena sudah dilakukan tindakan bius atau anestesi. Selain itu perlu
dijelaskan kepada pasien, semua operasi besar memerlukan
transfusi darah untuk menggantikan darah yang hilang selama
operasi dan transfusi darah bukan berarti keadaan pasien dalam
kondisi sangat gawat (Apipudin et al., 2017).
2) Persiapan fisik
Pasien yang akan dioperasi diberi makanan yang rendah lemak,
tetapi tinggi karbohidrat, protein, vitamin, dan kalori, pasien harus
puasa 12-18 jam sebelum operasi dimulai. Selain pasien
dipuasakan pasien dilakukan lavemen/klisma untuk mengosongkan
usus besar agar tidak mengeluarkan feses di meja operasi.
Kebersihan mulut juga harus diperhatikan, mulut harus dibersihkan
dan gigi disikat untuk mencegah terjadinya infeksi terutama bagian
paru-paru dan kelenjar ludah. Sebelum dioperasi pasien harus
mandi atau dimandikan. Kuku disikat dan cat kuku harus dibuang
agar ahli anestesi dapat melihat perubahan warna kuku dengan
jelas. Selain itu juga harus memperhatikan bagian yang akan
dioperasi. Berkaitan dengan tempat dan luasnya daerah yang harus
12
Mual dan muntah paska operasi merupakan efek samping yang paling
sering setelah anestesi (Zainumi, 2009). Mual dan muntah paska
operasi atau yang biasa disingkat PONV (Post Operative Nausea and
Vomiting) merupakan dua efek tidak menyenangkan yang menyertai
anestesia dan pembedahan, dimana hal tersebut memicu komplikasi
seperti dehidrasi, kelainan elektrolit, serta masa tinggal yang lama di
rumah sakit. (Utariani, 2021).
3) Delay
Adalah mual dan muntah yang timbul setelah 24 jam paska
pembedahan.
4. Konsep Aromaterapi
a. Pengertian
Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial
atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga
kesehatan, membangkitkan semangat, menyegarkan serta
menenangkan jiwa dan raga (Astuti, 2015). Beberapa minyak essensial
yang sudah diteliti dan ternyata efektif sebagai sedatif penenang ringan
yang berfungsi nmenenangkan sistem saraf pusat yang dapat
membantu mengatasi insomnia terutama diakibatkan oleh stress,
gelisah, ketegangan, dan depresi. Bentuk aromaterapi ada yang berupa
minyak, sabun, dan lilin aromaterapi. Salah satu jenis macam-macam
aromaterapi dari rumpun tumbuhan adalah citrus aurantium.
Kandungan minyak pada citrus aurantium memiliki efek anti
spasmodik dan obat penenang ringan. Kandungan citrus aurantium
terdiri dari minyak essensial yang disebut dengan neroli. Kandungan
22
b. Manfaat aromaterapi
Manfaat aroma terapi (Setyoadi, 2011) antara lain:
1) Mengatasi insomnia dan depresi, meredakan kegelisahan,
2) Mengurangi perasaan ketegangan,
3) Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran, dan
jiwa yang sering digabungkan dengan praktik pengobatan
alternatif,
4) Aroma terapi tidak hanya bekerja bila ada gangguan, tetapi juga
dapat menjaga kestabilan ataupun keseimbangan gistem yang
terdapat dalam tubuh sehingga tubuh menjadi sehat dan menarik
5) Merupakan pengobatan holistis untuk menyeimbangkan semua
fungsi tubuh.
f. Aromaterapi peppermint
Aromaterapi peppermint adalah salah satu aromaterapi yang
dapat digunakan untuk melemaskan otot-otot yang kram, memperbaiki
gangguan ingestion, digestion, menurunkan terjadinya mual dan
muntah serta mengatasi ketidakmampun flatus. (Snyder & Lindquist,
2010 dalam Supatmi & Agustiningsih, 2015). Penelitian terkait yang
dilakukan oleh Supatmi & Agustiningsih (2015) menyimpulkan bahwa
secara umum aromaterapi jenis peppermint yang diberikan secara
inhalasi, efektif menurunkan mual dan muntah. Hasil penelitian oleh
Susanti (2019) juga menunjukan pengaruh yang terhadap penurunan
skala mual antara sebelum dan setelah pemberian aromaterapi
peppermint pada pasien kemoterapi. Hasil penelitian lain oleh Santi
(2013) juga menunjukan pengaruh aromaterapi blended peppermint
dan ginger oil terhadap rasa mual pada ibu hamil trimester.
Aromaterapi peppermint mengandung menthol (35-45%) dan
menthone (10%-30%) sehingga dapat bermanfaat sebagai antiemetik
dan antispasmodik pada lapisan lambung dan usus dengan
menghambat kontraksi otot yang disebabkan oleh serotonin dan
substansi lainnya (Lubis, 2019). Peppermint mengandung minyak
esensial sekitar 1,2-1,5 yang larut dalam etanol 96%, eter dan metilen
klorida, dengan berat jenis relatif 0,900-0,916 dan nilai pH tidak lebih
dari 1,4, mengandung 30-70% menthol bebas dan mentol esters dan
lebih dari 40 senyawa lainnya. Komponen utama Peppermint oil
adalah menthol (29%), menton (20-30%), dan asetat mentil (3-10%).
Senyawa lain yang ditemukan di peppermint adalah flavonoid (12%),
polifenol polimerisasi (19%), karoten, tokoferol, betaine, dan choline
(WHO, 2002; Gardiner, 2000).
25
h. Cara pemberian
Peppermint Essential oil bersifat potensial, sehingga prinsipnya
start low and go slow. Dapat digunakan dengan cara inhalasi dan
topikal. Inhalasi misalnya dihirup secara langsung, teteskan 3 tetes
pada telapak tangan, gosok kedua belah tangan, hirup aroma dari
kedua telapak tangan secara langsung. Sedangkan penggunaan secara
topikal dengan cara dioleskan langsung pada lokasi bagian tubuh yang
diinginkan ataupun menggunakan alat bantu roll on saat mengoleskan.
26
5. Konsep akupressure
a. Pengertian
Akupressure adalah suatu metode teurapeutik yang
mempergunakan tekanan digital dengan cara tertentu pada titik-titik
yang dibuat pada tubuh untuk mengurangi rasa nyeri, mengatur fungsi
tubuh, dan menghasilkan analgesia. Akupressure disebut juga terapi
totok/tusuk jari merupakan salah satu bentuk fisioterapi dengan
memberikan pemijatan dan stimulasi pada titik-titik tertentu atau
accupoint pada tubuh.
Akupresur juga diartikan sebagai menekan titik-titik
penyembuhan menggunakan jari secara bertahap yang merangsang
kemampuan tubuh untuk penyembuhan diri secara alami. Akupressure
memanfaatkan rangsangan pada titik-titik akupuntur tubuh pasien
untuk memengaruhi aliran bio energi tubuh (Setyowati, 2018).
b. Manfaat akupressure
Akupresur dapat dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit
tekanan darah tinggi, penyembuhan rehabilitasi, cemas,
menghilangkan rasa sakit, serta mencegah kekambuhan penyakit. Di
dalam tubuh manusia terdapat 12 (dua belas) meridian umum dan 2
(dua) meridian istimewa yang mewakili organ-organ dalam tubuh,
yang dapat dimanipulasi untuk melancarkan energi (qi), sehingga
tubuh menjadi seimbang/sehat. akupresur dapat digunakan untuk
meningkatkan stamina tubuh, melancarkan peredaran darah,
memperbaiki kualitas tidur serta mengurangi stres atau menenangkan
pikiran (Yuyun. 2020).
c. Tujuan acupressure
Teknik pengobatan akupresur bertujuan untuk membangun
kembali sel-sel dalam tubuh yang melemah serta mampu membuat
system pertahanan dan meregenerasi sel tubuh. Umumnya penyakit
berasal dari tubuh yang teracuni, sehingga pengobatan akupresur
30
e. Pelaksanaan akupressure
Melakukan intervensi di pergelangan titik akupunktur P6 di
pergelangan tangan bagian dalam.
Gambar 2.3. Akupressure
C. Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan visualisasi hubungan antara variable untuk
lebih menjelaskan sebuah fenomena yang diciptakan oleh pakar atau ilmuwan
yang sudah baku dan sudah diakui (Wibowo, 2014). Dari uraian diatas, maka
kerangka teori dalam penelitian ini adalah :
Faktor yang
Mempengaruhi terjadi
Nausea Vomitus :
1. Faktor Anastesi
Umum
a. Intubasi
b. Inflas Gester
c. Posisi Nausea Vomitus
d. Obat-obat
Anastesi
e. Agen Anastesi
Inhalasi
Penanganan Nausea
Vomitus Post Operasi :
1. Terapi Farmakologi
2. Terapi
Komplementer
a. Aromaterapi
b. Akupresur
34
Sumber: (Gilman, 2012), (Mareza, 2019), (Supatmi, 2015), (Astuti, 2015), (Suci,
2019)
D. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kerangka yang berhubungan antara konsep-
konsep yang akan diteliti atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan
(Notoatmodjo, 2018). Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Gambar 2.5
Kerangka Konsep
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul
(Sugiyono, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai metode yang
berlandaskan pada filsafat positifisme digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2018)
B. Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian analitik pendekatan quasi eksperimen
dengan pendekatan pre post test only design. Penelitian ini sudah dilakukan
observasi pertama (pretest) sehingga peneliti dapat menguji perubahan-
perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan, tetapi dalam desain ini tidak
ada kelompok kontrol (pembanding) (Riyanto, 2017).
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien mual dan muntah pasca anastesi yang berjumlah 32 orang
pada bulan Mei tahun 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Muluk.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin
mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan
dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,
kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (Sugiyono,
2018). Besar sampel pada penelitian eksperimen menurut Lameshow
adalah dengan menggunakan rumus:
2 α
Z 1− P ( 1−P ) N
2
n=
α
d 2 ( N−1 ) + Z 2 1− P ( 1−P )
2
Keterangan:
n = Jumlah sampel
α
Z2 1− = Z score pada 1-α/2 tingkat kepercayaan
2
Confidence level (95 %) = 1,962
P = Estimasi Proporsi (32)
d = Presisi absolut (0,5)
N = Jumlah Populasi
1,962 x 0,5 [ 1−0,5 ] 32
n=
0,052 ( 32−1 ) +1,96 2 X 0,5 ( 1−0,5 )
37
3,8416 x 0,25 x 32
n=
0,0025 ( 31 ) +3,8416 x 0,25
30,7328 30,7328
n= n=
0,0775+ 0,9604 1,0379
= 29,6 responden
4. Kriteria Sampel
Kriteria inklusi
a. Pasien dengan status fisik berdasarkan American Society of
Anesthesiologists (ASA) 1 dan 2
Kriteria ekslusi
a. Belum pulih total
b. Terdapat luka robek atau lecet pada lokasi titik P6 dan ST36
c. Terdapat pembengkakan pada lokasi titik P6 dan ST36
d. Pasien yang memiliki penyakit infeksi aktif seperti hepatitis dan
HIV
e. Terdiagnosis psikiatri
E. Variabel Penelitian
Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
(Arikunto,2013).
1. Variabel independen
Variabel independen yaitu variabel yang dapat mempengaruhi atau
disebut juga variabel penyebab dan variabel bebas (Arikunto, 2013).
Pada penelitian ini yang merupakan variabel independen adalah
penggunaan aromaterapi peppermint dan akupresur P6.
2. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas atau variabel independen, disebut juga variabel tergantung atau
variabel terikat (Arikunto, 2013).Variabel dependen : nausea vomitus
Tabel 3.1
Definisi operasional variabel
Alat Skala
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
Ukur ukur
Dependen
nausea nausea vomitus yang Instrumen Pengisian 0 : Bila res- 40
Ratio
vomitus dirasakan responden lembar kuisioner ponden tidak 0 -3
setelah 6 jam operasi observasi mengukur merasa mual
mual skala mual dan muntah
muntah muntah 1 : Bila res-
pasca sebelum ponden merasa
operasi dan mual saja
sebelum sesudah 2 : Bila res-
dan intervensi ponden meng-
sesudah alami retching/
intervensi muntah
3 : Bila
responden
mengalami
mual ≥ 30
menit dan
muntah ≥
2 kali.
Independen
Akupresur Tekhnik akupresur di Lembar Pengisian 1=Diberikan Nominal
titik akupresur P6 intervensi lembar 2 =Tidak
dapat meredakan mual intervensi diberikan
dan muntah yaitu diberikan
dengan merangsang atau tidak
perikardium 6 (P6 nei- diberikan
guan), Akupresur
untuk mengatasi mual
dan muntah dapat
dilakukan pemijatan
pada lokasi/titik yang
letaknya 3 jari di atas
pertengahan pergela-
ngan tangan bagian
dalam dan Letakkan
tangan agar telapaknya
menghadap kelangit-
langit. Tempatkan 3
jari pertama dari
tangan satunya diatas
pergelangan.
Sentuhkan ibu jari
kepergelangantangan,
tepat dibawah jari
telunjuk agar terba 2
tendon besar disini.
Tekan pakai ibu jari
sampai keluar putih
diujung jari, putar
secara perlahan ber-
balik arah jarum jam
sebanyak 30 hitungan.
Saat melakukan
akupresur, lihat wajah
pasien apakah pasien
merasa nyaman atau
tidak. Lakukan teknik
yang sama pada
pergelangan tangan
sebelahnya.
Peppermint Pepermit berbentuk Lembar Pengisian 1=Diberikan Nominal
minyak essensial intervensi lembar 2 =Tidak
dalam kemasan botol intervensi diberikan
pipet. Teteskan 3 tetes diberikan
41
Penekanan pada titik PC 6 atau pintu dalam, yaitu titik tekan yang
dapat meredakan mual. Letakkan 3 jari tangan yang lain di bawah
lipatan pergelangan tangan. Letakkan ibu jari tepat di bawah ketiga
jari, di tengah-tengahnya, tepat diantara dua otot tendon besar.
c. Evaluasi
Pengambilan data dilakukan setelah dilakukannya pemberian
akupresur P6 dan aromaterapi peppermint sesuai SOP kemudian
melakukan penilaian mual muntah dengan lembar observasi
menggunakan skala gordon. Evaluasi dilakukan setelah 10 menit
pemberian intervensi dengan nilai 0-3.
H. Pengolahan data
Setelah lembar observasi diisi, dilakukan pengolahan data dengan
sistem komputer melalui tahap-tahap sebagai berikut (Hastono, 2016):
a. Editing
Peneliti melakukan pengecekan isian lembar observasi apakah
jawaban yang ada di lembar observasi sudah lengkap, jelas relevan
dan konsisten.
b. Coding
Peneliti melakukan coding sesuai dengan coding variabel dimana
variabel vomitus : 0 : Bila responden tidak merasa mual dan muntah
1 : Bila responden merasa mual saja, 2 : Bila responden mengalami
retching/ muntah , 3 : Bila responden mengalami mual ≥ 30 menit dan
muntah ≥ 2 kali. Dan pada variabel Acupresure dan papermint dengan
coding 1=Diberikan 2 =Tidak diberikan.
c. Processing
Peneliti melakukan processing dengan data dari masing-masing
responden yang dalam bentuk angka hasil dari nausea dan vomitus
dimasukkan ke dalam program atau software komputer.
d. Cleaning
44
I. Analisa Data
Analisa data pada penelitian ini dengan memanfaatkan perangkat
lunak komputer, setelah data yang didapat dilakukan pengolahan editing,
processing dan cleaning maka dimasukkan dalam program komputer untuk
dianalisi selanjutnya. Adapun analisis yang dilakukan terbagi dua, yaitu:
1. Analisis Univariat
Untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel
dependen dan independen. Analisa univariat adalah analisis satu
variabel dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, ukuran
penyebaran dan nilai rata-rata (Supardi, 2013). Analisa univariat
digunakan untuk mempersiapkan analisis selanjutnya. Penghitungan
rata-rata dilakukan dengan menjumlahkan seluruh nilai data suatu
kelompok sampel ditambah karakteristik (jenis kelamin, usia,
pendidikan), jumlah dan prosentase. Pada penelitian ini yang akan
dianalisis atau dilihat nilai rata – rata mual muntah sebelum dan setelah
dilakukan intervensi aromaterapi peppermint dan akupresur.
2. Analisis Bivariat
Dalam penelitian ini, setelah data dari mual muntah, maka :
a. Langkah awal adalah data hasil skala ditabulasikan pada tabel.
b. Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai pre dan post.
c. Sebelum peneliti melanjutkan ke analisis bivariat, peneliti akan
melakukan uji normalitas data untuk menentukan pengujian
hipotesis yang akan digunakan, dalam penelitian ini direncanakan
akan melakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro wilk,
menurut Dahlan (2016), uji shapiro wilk pada umumnya digunakan
untuk sampel yang jumlahnyakecil (kurang dari 50 resonden)
45
3. Fasilitas
a. Pelayanan Medis
48
4. Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Karakteristik Pasien Post Op Dengan Anastesi Umum di RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2022
>40 12 40,0
Total 30 100
b. Uji Normalitas
Pengujian analisis pada penelitian ini jelas sudah dipenuhi karena
sampel penelitian diambil secara acak terhadap pasien mual dan
muntah pasca anastesi di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek. Diketahui
tingkat ketepatan dalam pengambilan sampel, maka dilakukan
pengujian persyaratan analisis yang lain yaitu uji normalitas
menggunakan nilai Shapiro-Wilk, bila nilai Shapiro-Wilk > 0,05,
maka distribusinya normal (Hastono, 2016). Uji normalitas data
menggunakan Shapiro-Wilk tersebut untuk variable baik pada
kelompok intervensi sebelum dan sesudah diperoleh nilai
signifikan < 0,05 yang artinya data tersebut tidak normal.
c. Uji Bivariat
Pengaruh aromaterapi peppermint dan akupresur P6 terhadap
nausea vomitus pada pasien post operasi dengan anastesi umum di
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2022
Tabel 4.4
Distribusi Rata Rata Nausea Vomitus Sebelum dan Sesudah
Intervensi Pada Pasien Post Op Dengan Anastesi Umum
di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Tahun 2022
Medi Min- Mean Z Nilai
Variabel Mean
an Max Rank Score P
51
Sebelum
2.33 2.0 2-3
intervensi 13,50 4,617 0,0000
Sesudah
1.13 1.0 0-3
intervensi
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
1. Rata-rata nausea vomitus sebelum intervensi adalah 2,33, dengan nilai
standar deviation 0,4, nilai minimal 2 dan nilai maksimal 3.
2. Rata-rata nausea vomitus sesudah intervensi adalah 1,13, dengan nilai
standar deviation 0,7, nilai minimal 0 dan nilai maksimal 3.
3. Ada perbedaan rata-rata nausea vomitus sebelum dan sesudah intervensi
pada pasien post operasi dengan anastesi umum di RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung tahun 2022 ( Z Score = 4,617, p-value =
0,000).
B. Saran
1. Informasi yang di dapatkan dari penelitian ini dapat di jadikan sebagai
salah satu pertimbangan perawat dalam melaksanakan pengembangan ilmu
agar dapat di terapkan di pelayanan kesehatan
2. Pasien post operasi dengan anastesi umum dapat melakukan terapi
aromaterapi peppermint secara mandiri sebagai salah satu uapaya dalam
menurunkan mual dan muntah
61