Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH AROMA TERAPI DAUN MINT TERHADAP

MUAL DAN MUNTAH PADA PASIEN POST OPERASI ODONTEKTOMI


DENGAN GENERAL ANESTESIA
DI RS INDRIATI SOLO BARU

NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
WIDARYATI
NIM ST172086

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Daun Mint Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Post Operasi
Odontektomi Dengan General Anastesia Di Rumah Sakit Indriati Solo Baru

Widaryati1),Setiyawan 2),Noerma Shovie Rizqiea2)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
wiwidwidaryati843@gmail.com
2)
Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRAK

Odontektomi merupakan pembadahan yang digunakan untuk mengambil gigi yang tidak erupsi sebagian
atau sisa akar yang tidak dapat diekstraksi. Operasi odontektomi dengan menggunakan general anastesia
akan menyebabkan permasalahan mual muntah. Salah satu cara menurunkan mual muntah adalah dengan
menggunakan aromaterapi daun mint. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian
aromaterapi daun mint terhadap mual & muntah pada pasien post operasi odontektomi dengan general
anestesia. Desain penelitian menggunakan metode quasi eksperimen dengan pre test and post test
nonequivalent control group. Pengukuran dengan lembar observasi untuk mengukur intensitas mual
muntah sebelum dan sesudah diberikan aromaterapi daun mint dengan Numeric Rating Scale (NRS).
Pengambilan sampel dengan cara accidental sampling, sejumlah 40 responden dibagi menjadi kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol. Hasil analisis bivariat didapatkan ada perbedaan bermakna antara
kelompok perlakuan dan kontrol intensitas mual muntah sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
dengan p value 0,000 dan 0,001 (p< 0,05). Hasil penelitian ini menyarankan pemberian terapi
komplementer seperti terapi non farmakologi khususnya aromaterapi daun mint untuk menurunkan mual
muntah pada pasien post operasi odontektomi dengan general anestesia.

Kata Kunci : Mual Muntah, Aromaterapi Daun Mint, Post Operasi Odontektomi
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2019

Pengaruh Pemberian Aromaterapi Daun Mint Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Post Operasi
Odontektomi Dengan General Anastesia Di Rumah Sakit Indriati Solo Baru

Widaryati1),Setiyawan 2),Noerma Shovie Rizqiea2)


1)
Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
wiwidwidaryati843@gmail.com
2)
Dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta

ABSTRACT

Odontectomy is the surgical extraction of a tooth that is partially erupting or the remaining roots cannot
be extracted. Odontectomy with general anesthesia will cause nausea and vomiting problems. One
treatment to reduce nausea and vomiting is by aromatherapy mint leaves. The purpose of this study was
to identify the effect of mint leaf aromatherapy on nausea and vomiting in odontectomy postoperative
patients with general anesthesia. The study utilized a quasi-experimental method with the pretest and
posttest nonequivalent control group. The Numeric Rating Scale (NRS) was used to measure the intensity
of nausea and vomiting before and after being given by mint leaves aromatherapy. Sampling was chosen
by accidental sampling, 40 respondents were divided into treatment groups and control groups. The
result of the bivariate analysis showed that there were significant differences between the treatment
group and control group on the intensity of nausea and vomiting before and after treatment with p-value
0,000 and 0,001 (p<0,05). The result of this study suggests the use of complementary therapies such as
non-pharmacological therapy, especially mint leaf aromatherapy to reduce nausea and vomiting in
Odontectomy postoperative patients with general anesthesia.

Keywords: Nausea and Vomiting, Mint Leaf Aromatherapy, Postoperative Odontectomy.


PENDAHULUAN sebagian atau akar yang kuat yang tidak
dapat dicabut dengan metode pencabutan
Pembedahan atau operasi adalah tertutup, sehingga harus dikeluarkan secara
suatu penanganan medis secara invasif yang bedah atau pencabutan dengan metode
dilakukan untuk mendiagnosa atau terbuka. Tindakan pencabutan gigi juga
mengobati penyakit, injuri, atau deformitas memiliki dampak psikologis terhadap
tubuh yang akan mencederai jaringan pasien, baik yang disebabkan karena pasien
sehingga menimbulkan perubahan fisiologis akan kehilangan giginya maupun asosiasi
tubuh dan mempengaruhi organ tubuh atau pemahaman pasien terhadap proosedur
lainya. Pembukaan bagian tubuh ini tersebut (Saleh,et al.,2015). Gigi yang
umumnya dilakukan dengan membuka paling umum mengalami impaksi adalah
sayatan. Informasi yang disampaikan gigi molar ketiga maksila dan
melalui Kemenkes (2015), diperkirakan mandibular,diikuti oleh gigi taring maksila
sekitar 11% dari beban penyakit di dunia dan premolar mandibular.Menurut Scttish
berasal dari penyakit atau keadaan yang Intercollegiate Guidelines Network (SIGN)
sebenarnya bisa ditanggulangi dengan dalam Saleh,et al., (2015), pencabutan gigi
pembedahan. Persentase tersebut molar ketiga impaksi salah satunya
berpengaruh positif pada tingkat insidensi disarankan kepada kasus dimana pemberian
yang meningkat dari tahun ke tahun. anestesi umum pada tindakan pencabutan
Data dari World Health Organization setidaknya satu gigi molar ketiga dan
(WHO) tahun 2011 menunjukkan, jumlah dilakukan pencabutan gigi pada sisi
pasien bedah meningkat hingga mencapai kontralateral.
140 juta jiwa di seluruh rumah sakit dunia, Tindakan pembedahan yang
dan meningkat menjadi 148 juta jiwa di dilakukan pada pasien menggunakan
tahun 2012. Data dari Indonesia sendiri general anestesia atau anestesi umum.
terdapat 1,2 juta jiwa yang melakukan General anestesia adalah suatu tindakan
pembedahan pada tahun 2012 (Hartono, yang bertujuan menghilangkan nyeri,
2015) salah satunya tindakan Odontektomi. membuat tidak sadar dan menyebabkan
Menurut Dr Poul Erik Petersen di banyak amnesia yang bersifat reversible dan dapat
negara berkembang pilihan perawatan yang diprediksi, general anestesia menyebabkan
dipilih adalah ekstrasi gigi pada kondisi hilangnya ingatan saat dilakukannya
nyeri dan masalah gigi lainnya. Berdasarkan pembiusan dan operasi sehingga saat pasien
hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) sadar, pasien tidak mengingat peristiwa
tahun 2013 menunjukan bahwa rata-rata pembedahan yang dilakukan (Pramono,
DMFT (decayed, missing, filled teeth) 2014). General anestesia pada pembedahan
secara nasional adalah sebesar 4,6 dapat menyebabkan permasalahan antara
sedangkan untuk Provinsi DIY nilai rata-rata lain, mual, muntah, batuk kering, nyeri
DMF-T adalah sebesar 5,9 (Badan tenggorokan, pusing, nyeri kepala, nyeri
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan - punggung, gatal-gatal, lebam, di area injeksi
Kementerian Kesehatan RI, 2013). serta hilang ingatan sementara (Rihiantoro,
Odontektomi adalah suatu cara yang et al., 2018 dalam Supatmi & Agustiningsih,
digunakan untuk mengambil gigi yang tidak 2015). Pasien-pasien yang dilakukan
erupsi sebagian atau sisa akar yang tidak general anestesia mempunyai risiko yang
dapat diekstraksi dengan tahnik biasa. Pada lebih tinggi untuk mengalami mual dan
kasus odontektomi harus dilakukan muntah dibandingkan dengan pasien yang
pembedahan, pengeluaran gigi yang erupsi
menggunakan jenis anestesi lain (Islam & sampai satu jam post operasi baru pasien
Jain, 2004 dalam Rihiantoro et al., 2018). diobservasi ke ruangan.
Mual adalah perasaan yang tidak Terjadinya PONV bila tidak segera
menyenangkan terkait merasa sakit atau ditangani, dapat menyebabkan timbulnya
mendorong untuk muntah, sedangkan masalah baru. Post Operative Nausea and
muntah adalah pengeluaran isi lambung, Vomiting (PONV) dapat menyebabkan
melalui mulut akibat spasme otot tidak sadar dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,
(Tharpe, Farley& Jordan, 2014). Mual dan hipertensi vena, perdarahan, reptur
muntah post operasi dikenal istilah Post esofageal, dan dalam keadaan dapat
Operative Nausea and Vomiting (PONV). membuat pasien mengalami dehidrasi berat
Berdasarkan tulisan Tong J Gan (2006), (Conway, 2009 dalam Supatmi &
dalam Silaban (2015), PONV adalah Agustiningsih, 2015). Selain itu, PONV juga
komplikasi yang sering terjadi pada general menyebabkan stress post operasi dan
anestesia dalam 24 jam pertama setelah kecenderungan malas latihan gerak atau
operasi. Insidensi PONV mencapai 30% dari ambulasi dini pada pasien (Allen, 2004
100 juta lebih pasien bedah di seluruh dunia dalam Supatmi & Agustiningsih, 2015).
(Sholihah, Marwan dan Husairi, 2015). Dampak lebih lanjut dari PONV apabila
Setiap tahun sebanyak 71 juta pasien bedah tidak ditangani maka dapat memperpanjang
umum di Amerika Serikat mengalami waktu perawatan, meningkatkan biaya
insiden PONV sebanyak 20-30 % dan sekitar perawatan dan dapat menyebabkan
70-80 % pada kelompok dengan risiko peningkatan stressor (Buckle, 2007 dalam
tinggi (Wijaya, et al., 2014). Supatmi & Agustiningsih, 2015). Oleh
Di Indonesia insiden terjadinya karena itu perawat harus memahami dengan
PONV belum tercatat jelas. Berdasarkan benar kondisi mual dan muntah yang
penelitian Wijaya, Fithrah, Marsabah & dialami pasien dan bagaimana penanganan
Hidayat (2014), kejadian PONV pada untuk mencegah dampak lebih lanjut dari
pembedahan laparatomi dan ginekologi PONV.
sebesar 31,25% dan pembedahan masketomi Penanganan POVN dapat dilakukan
sebesar 31,4%. Hasil penelitian Sholihah, secara farmakologi dengan obat antiemetik
Sikubang & Husairi (2015) juga melaporkan dan non farmakologi (Utomo, Sudirman &
insiden PONV pada pasien pembedahan
berkisar antara 20-30 %. Penelitian lainnya untuk pencegahan dan penanganan mual dan
oleh Duck Hwan Choi, et al. (2013), muntah post operasi adalah reseptor
terdapat 39% pasien mengalami satu atau serotonin (5HT), diantaranya ondansetron.
lebih kejadian PONV dan pada penelitian Penelitian lain yang dilakukan Tewu, et al
Sadqa Aftab et al., sebanyak 30% (2015), pemberian ondansentron dari lima
mengalami PONV (Sholihah, Sikubang & sampel tiga diantaranya mengalami mual &
Husairi, 2015). Insidensi mual pada dua jam muntah dan dua lainnya tidak mengalami
pertama post operasi di PACU (Post mual & muntah. Sedangkan kelompok
Anastesia Care Unit) mencapai 20% dan deksametason dari lima sampel, ditemukan
muntah 5%. Sedangkan pada dua jam empat yang mengalami mual & muntah, dan
berikutnya sampai 24 jam insidensi hanya satu yang tidak mengalami mual &
mencapai 50% dan muntah 25% (Kovac, muntah. Dari kedua jenis obat ini saja,
2003 dalam Silaban, 2015). Berdasarkan menunjukkan bahwa pengaruh pemberian
observasi yang peneliti lakukan di Rumah pengobatan secara farmakologis tidak
Sakit Indriati Solo Baru, biasanya 45 menit
dengan langsung menghilangkan kejadian sedang berbunga mengandung 1% minyak
mual & muntah. atsiri, 78% menthol bebas, 2% menthol
Penelitian lain yang dilakukan Sakti tercampur ester, dan sisanya resin, tannin,
dan Budi (2016), dengan perbandingan asam cuka (Tjitrosoepomo, 2010).
metoklopramid dan ondansentron ditemukan Aromaterapi memberikan ragam
perbandingan efektivitas mencegah mual efek bagi penghirupnya seperti ketenangan,
dan muntah adalah 4,67% untuk kelompok kesegaran, bahkan dapat mengatasi rasa
metoklopramid dan 85,67% untuk kelompok mual dan muntah post operasi dan saat
ondancentron, Masih dengan penelitian yang hamil. Ketika minyak esensial dihirup,
sama, berdasarkan hasil perhitungan uji x2 molekul masuk kerongga hidung dan
didapatkan harga 8,600 untuk insiden PONV merangsang system limbik diotak. Sistem
pada 30 menit, dan 6,578 untuk insiden limbik adalah daerah yang mempengaruhi
PONV pada menit 60. Penggunaan antagonis emosi dan memori serta secara langsung
reseptor serotonin masih menimbulkan efek terkait dengan adrenal, kelenjar hipofisis,
samping berupa konstipasi, sakit kepala, hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang
mengantuk, gangguan saluran cerna, nyeri mengatur denyut jantung, tekanan darah,
dada, dan susah bernafas (Sulistia, 2007 stress, memori, keseimbangan hormone dan
dalam Indrawati, 2010). pernafasan (Santi,2014).Oleh karena itu
Menurut Utomo, et al. (2009), belum diperlukan health education, demonstrasi
ditemukan obat antiemetik yang efektif yang dan memberikan asuhan keperawatan
dapat mencegah mual dan muntah secara penanganan PONV.
total dan tanpa adanya efek samping. Pada Tujuan penelitian ini ialah untuk
beberapa kasus penyakit terapi farmakologi mengetahui pengaruh pemberian
lebih efektif dampaknya jika diberikan aromaterapi daun mint terhadap mual &
bersamaan dengan pemberian terapi muntah pada pasien post operasi
komplementer pada pasien (Solehati & odontektomi dengan general anestesia.
Kosasih, 2015). Sedangkan menurut Hewitt
& Watts (2009), dalam Supatmi & METODOLOGI
Agustiningsih (2015), penggunaan terapi Penelitian ini menggunakan
komplementer relatif mudah, relatif murah, pendekatan kuantitatif dengan desain quasi
efektif mengurangi mual dan muntah, eksperimental pre test and post test
menarik dan dapat diterima pasien. nonequivalent control group. Penelitian ini
Terapi komplementer yang dapat digunakan berlangsung dari bulan Maret-April 2019 di
untuk mencegah dan mengurangi mual dan ruang Sakura dan Edelweis lantai 10 RS
muntah post operasi salah satunya yaitu Indriati Solo Baru. Peneliti menggunakan 40
menggunakan aromaterapi. Beberapa responden. Teknik pengumpulan data yang
sumber minyak harum yang digunakan digunakan pada penelitian ini ialah
sebagai aroma aromaterapi antara lain accidental sampling. Peneliti menggunakan
berasal dari daun mint, peppermint, bunga lembar observasi untuk menilai mual dan
lavender, bunga mawar, jahe dan lemon muntah sebelum dan sesudah menggunakan
(Buckle, 2007 dalam Supatmi dan skala NRS. Analisis data yang digunakan
Agustiningsih, 2015). Daun mint terdapat ialah analisa uji wilcoxon dan uji mann
menthol (dekongestan alami). Daun mint whitney.
mempunyai kandungan minyak esensial
menthol dan menthone. Pada daun dan
ujung-ujung cabang tanaman mint yang
HASIL DAN PEMBAHASAN b. Karakteristik Responden Menurut Jenis
Berikut ini adalah data dari Kelamin
gambaran umum responden pasien post Tabel 2 Karakteristik Responden Menurut
operasi odontektomi dengan general Jenis Kelamin (N=40)
anestesia di di ruang Sakura dan Edelweis
Jenis Kelompok Kelompok
lantai 10 RS Indriati Solo Baru. Kelamin Perlakuan Kontrol
a. Karakteriktik Responden Menurut Usia F (%) F (%)
Tabel 1 Karakteristik Responden Menurut Perempuan 15 75 11 55
Umur (N=40) Laki-Laki 5 25 9 45
Usia Kelompok Kelompok N 20 100% 20 100%
Perlakuan Kontrol Hasil penelitian ini menunjukkan
F (%) F (%) bahwa jenis kelamin pada kelompok
17-25 6 30,0 6 30,0 perlakuan diketahui bahwa mayoritas
26-35 8 40,0 8 40,0
36-45 2 10,0 2 10,0 responden adalah perempuan sebanyak 15
46-55 3 15,0 3 15,0 responden (75%) dan kelompok kontrol
> 65 1 5,0 1 5,0 diketahui bahwa mayoritas responden adalah
N 20 100% 20 100% perempuan sebanyak 11 responden (55%).
Hasil penelitian ini menunjukkan Sejalan dengan hasil penelitian Warouw,
mayoritas responden pada kelompok Rattu & Mariati (2014) mengatakan
perlakuan dan kelompok kontrol adalah usia mayoritas pasien yang memerlukan tindakan
26-35 tahun sebanyak 8 responden (40%). operasi pencabutan gigi adalah perempuan
Hasil penelitian Amaliyana & Sukmana sebanyak 53 orang (61%). Di dukung oleh
(2014) mengatakan semakin tinggi usia hasil penelitian Fitri, Kasim & Yuza (2016)
maka lebih sedikit pula angka kejadian gigi mengatakan jenis kelamin yang mengalami
impaksi molar ke tiga. Sejalan dengan hasil impaksi molar tiga rahang bawah yang perlu
penelitian Qutbi (2019) mengatakan usia 30- dilakukan tindakan pembedahan didominasi
39 paling banyak terkena impaksi gigi oleh perempuan yaitu sebanyak 80%.
sehingga perlu tindakan operasi. Menurut Menurut Hassan (2010) menjelaskan bahwa
Depkes (2016) usia tersebut masuk dalam tingginya frekuensi yang terjadi pada
kategori dewasa awal yaitu 26-35 tahun. perempuan dikarenakan perbedaan masa
Erupsi molar ke tiga ditemukan pada pertumbuhan antara perempuan dan laki-
rentang usia yang luas dikarenakan laki. Perempuan biasanya berhenti
perubahan posisi yang terjadi setelah erupsi pertumbuhannya ketika molar ke tiga baru
yang mana bisa menyebabkan gigi impaksi. mulai erupsi.
Hal ini bisa disebabkan kebiasaan makan c. Mual Muntah Sebelum Pemberian
intensitas mastikasi dan latar belakang Perlakuan Kelompok Perlakuan Dan
genetik (Qirreish, 2012). Tingginya impaksi Kontrol
molar tiga diakibatkan karena tidak Tabel 3 Mual Muntah Sebelum Pemberian
cukupnya ruang pada retromolar. Perlakuan Kelompok Perlakuan Dan
Pertumbuhan ramus mandibula berhubungan Kontrol (N=40)
dengan resorpsi tulang pada bagian anterior Mual Kelompok Kelompok
dan deposisi pada permukaan posterior, Sebelum Perlakuan Kontrol
dalam beberapa kasus adanya F (%) F (%)
Tidak Mual - - - -
ketidakseimbangan pada proses ini Ringan 5 25 5 25
mengakibatkan tidak mencukupinya ruang Sedang 15 75 15 75
untuk erupsinya gigi molar tiga (Juodzbalys Berat - - - -
& Daugela, 2013). N 20 100% 20 100%
Muntah Kelompok Kelompok memperpanjang masa rawat pasien dari
Sebelum Perlakuan Kontrol ruang pulih karena dapat menyebabkan
F (%) F (%) terjadinya dehidrasi, gangguan elektrolit,
Tidak Muntah - - - - takikardi, nyeri perut, regurgitasi, dan
Ringan 6 30 9 45 kemungkinan terjadi perdarahan, lepasnya
Sedang 14 70 11 55
Berat - - - - jahitan pembedahan serta peningkatan resiko
N 20 100% 20 100% terjadinya aspirasi paru (Gupta et al, 2013).
Hasil penelitian ini didapatkan rerata Menurut Qudsi & Jatmiko (2015) mual
tingkat mual responden sebelum pemberian muntah post operasi dapat berlangsung
perlakuan pada kelompok perlakuan dalam beberapa menit, jam dan hari yang
didapatkan mayoritas responden mengalami terdiri dari 2 tahap yaitu tahap akut dan
mual sedang yaitu 15 responden (75%) dan tahap lanjut. Tahap akut yaitu terjadi dalam
tingkat mual responden sebelum pemberian 2-6 jam post operasi dan tahap lanjut terjadi
perlakuan pada kelompok kontrol hingga 24-48 post operasi.
didapatkan mayoritas responden mengalami Kondisi akut mual muntah ini dapat
mual sedang yaitu 15 responden (75%). terjadi pada 24 jam pertama post operasi.
Hasil penelitian ini didapatkan rerata tingkat Rasa mual muntah post operasi ini dapat
muntah responden sebelum pemberian menurun dengan sendirinya seiring waktu,
perlakuan pada kelompok perlakuan hal ini bisa disebabkan karena efek dari obat
didapatkan mayoritas responden mengalami anestesi yang bertahap menghilang (Supatmi
muntah sedang yaitu 14 responden (70%) & Agustiningsih (2015). Respon terhadap
dan tingkat muntah responden sebelum mual muntah yang ditemui tiap pasiennya
pemberian perlakuan pada kelompok kontrol tentunya berbeda. Hal ini dapat dipengaruhi
didapatkan mayoritas responden mengalami oleh berbagai faktor. Sebagaimana faktor
muntah sedang yaitu 11 responden (55%) yang mempengaruhi PONV antara lain ada
Sejalan dengan hasil penelitian Sholihah faktor pasien, faktor prosedur dan faktor
dkk (2015) mengatakan anestesi umum anestesi (Qudsi & Jatmiko, 2015).
menyebabkan mual muntah PONV lebih d. Mual Muntah Sesudah Pemberian
banyak dibandingkan dengan anestesi Perlakuan Kelompok Perlakuan Dan
regional sebanyak 18 responden (18,75%). Kontrol
Hasil penelitian Apfel et al (2011) anestesi Tabel 4 Mual Muntah Sesudah Pemberian
volatile menjadi penyebab utama terjadinya Perlakuan Kelompok Perlakuan Dan Kontrol
(N=40)
PONV dalam 2 jam pertama pascabedah.
Anestesi volatile yang digunakan adalah Mual Kelompok Kelompok
Sesudah Perlakuan Kontrol
isofluran. Isofluran adalah anestesi inhalasi
F (%) F (%)
yang mempunyai daya analgesik dan Tidak Mual 6 30 1 5
relaksasi otot yang cukup baik. Isofluran Ringan 14 70 19 95
dapat mengakibatkan PONV melalui Sedang - - - -
peningkatan stimulasi saraf simpatis. Selain Berat - - - -
itu agen anestesi inhalasi juga dapat N 20 100% 20 100%
Muntah Kelompok Kelompok
mengakibatkan PONV melalui pengurangan
Sesudah Perlakuan Kontrol
potensial aksi di sistem saraf pusat yang F (%) F (%)
akan merangsang CTZ dan pusat muntah Tidak Muntah 9 30 - -
(Collins, 2011) Ringan 11 70 20 100
Mual dan muntah pasca operasi dapat Sedang - - - -
meningkatkan morbiditas dan Berat - - - -
N 20 100% 20 100%
membantu otot-otot di sekitar usus untuk
Hasil penelitian ini didapatkan tingkat rileks dan mencegah produksi gas.
muntah responden sesudah pemberian Kemampuan untuk menenangkan kram otot
perlakuan pada kelompok perlakuan perut membuatnya menjadi pengobatan yang
didapatkan mayoritas responden mengalami luar biasa untuk mengatasi gejala gangguan
muntah ringan yaitu 11 responden (70%) pencernaan sehingga dapat membantu dalam
dan tingkat muntah responden sesudah mengurangi mual muntah (Anita dkk, 2018).
pemberian perlakuan pada kelompok kontrol e. Analisis Tingkat Mual Muntah Sebelum
didapatkan semua responden mengalami dan Sesudah Pemberian Pemberian
muntah ringan yaitu 20 responden (100%). Perlakuan Pada Kelompok Perlakuan dan
Penggunaan inhalasi aromaterapi Kontrol
peppermint selama 5 menit dapat Tabel 5 Tingkat Mual Muntah Sebelum
berpengaruh terhadap penurunan skala mual dan Sesudah Pemberian Pemberian
pada pasien kemoterapi (Susanti, 2016). Perlakuan Pada Kelompok Perlakuan dan
Penggunaan terapi komplementer relatif Kontrol
mudah, relatif murah, efektif mengurangi Mual Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
mual dan muntah, menarik dan dapat
mean z p-value mean z p-value
diterima pasien (Supatmi & Agustiningsih, Pre 4,3 4,25
2015). Aromaterapi yang dapat digunakan -4,379 0,000 -4,000 0,000
Post 1,95 2,4
berasal dari jenis sitrus yaitu peppermint
(Tiran, 2009). Muntah Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Menurut Runiari, (2010) aromaterapi mean z p-value mean z p-value
merupakan tindakan terapeutik dengan Pre 4 3,55
menggunakan minyak essensial yang -4,234 0,000 -3,317 0,001
Post 1,25 2,5
bermanfaat untuk meningkatkan keadaan
fisik dan psikologi sehingga menjadi lebih Hasil penelitian ini didapatkan uji
baik. Setiap minyak essensial memiliki efek wilcoxon tingkat mual sebelum dan sesudah
farmakologis yang unik, seperti antibakteri, pemberian perlakuan pada kelompok
antivirus, diuretik, vasodilator, penenang, perlakuan dengan nilai p value 0,000 dan
dan merangsang adrenal. Ketika minyak kelompok kontrol dengan nilai p value 0,000
essensial dihirup, molekul masuk ke rongga serta tingkat muntah sebelum dan sesudah
hidung dan merangsang sistem limbik di pemberian perlakuan pada kelompok
otak. Sistem limbik adalah daerah yang perlakuan dengan nilai p value 0,000 dan
memengaruhi emosi dan memori serta kelompok kontrol dengan nilai p value 0,001
secara langsung terkait dengan adrenal, sehingga p value < 0,05, maka Ho di tolak
kelenjar hipofisis, hipotalamus,bagian- berarti ada perbedaan antara sebelum dan
bagian tubuh yang mengatur denyut jantung, sesudah pemberian perlakuan terhadap mual
tekanan darah, stess, memori, keseimbangan muntah pada pasien post operasi
hormon, dan pernafasan. odontektomi dengan general anastesia di
Aromaterapi daun mint bersifat Rumah Sakit Indriati Solo Baru.
menghangatkan dan dapat berefek relaksasi Pemberian aromaterapi daun mint pada
otot-otot tubuh, meringankan sesak nafas pasien mual post operasi odontektomi
saat pemakaian dengan hirup dengan general anastesia memberikan
(Koesoemardiyah, 2009). Daun mint pengaruh skala mual muntah yang lebih
mengandung Menthol, yang memiliki efek rendah dibandingkan kelompok kontrol yang
antispasmodik langsung pada otot polos tidak diberikan. Pasien sangat kooperatif dan
saluran pencernaan. Daun mint juga merasakan nyaman saat menghirup
aromaterapi peppermint. Hasil penelitian ini mekanisme kerjanya mengantagonis
sesuai dengan Agnes & Yuni (2017) yang reseptor 5-HT3 yang terdapat pada
menemukan adanya pengaruh pemberian chemoreseptor trigger zone (CTZ) di area
essensial oil peppermint terhadap intensitas postrema otak dan mungkin juga pada aferen
mual dan muntah pada ibu hamil trimester I. vagal saluran cerna (Tong et al, 2014).
Hasil analisis penelitian Supatmi & Pemberian ondansetron 4 mg IV diakhir
Agustiningsih (2015) mengatakan operasi lebih efektif dalam mencegah PONV
aromaterapi bekerja dengan mengalihkan dibandingkan dengan pemberian di awal
stimulus mual dan muntah ke stimulus rileks operasi (Cruz et al, 2012. ).
dan segar, hal ini membuat reflek mual f. Analisis Beda Mual Muntah Sesudah
menjadi hilang atau berkurang. Pemberian Perlakuan Pada Kelompok
Inhalasi aromaterapi peppermint Perlakuan dan Kontrol
berpengaruh secara langsung terhadap saraf- Tabel 5 Beda Mual Muntah Sesudah
saraf di otak sehingga efeknya dapat Pemberian Perlakuan Pada Kelompok
dirasakan secara langsung oleh pasien Perlakuan dan Kontrol
setelah menghirupnya. Secara farmakologi, Mual Muntah
wewangian dari essensial oil dapat Kelompok Selisih z P- Selisih z P-
value value
mengirimkan efek secara langsung pada Kelompok
sistem saraf pusat dan sistem endokrin tanpa Perlakuan
0,44 -2,054 0,040 1,25 -4,433 0,000
sadar (Herz, 2009). Melalui inhalasi, Kelompok
molekul-molekul volatile minyak esensial kontrol

yang melewati reseptor olfaktori di hidung Hasil penelitian ini didapatkan analisa
mengenali karakteristik molekuler tersebut uji mann whitney tingkat mual pada
dan mengirimkan sinyal ke otak melalui kelompok perlakuan dan kontrol dengan
saraf olfaktori. Selain itu, beberapa unsur nilai p value 0,040 dan tingkat muntah pada
pokok dari molekul tersebut masuk ke dalam kelompok perlakuan dan kontrol dengan
aliran darah melalui paru-paru dan nilai p value 0,000 sehingga p value < 0,05,
berpengaruh secara langsung terhadap saraf- maka Ho di tolak berarti ada perbedaan
saraf di otak setelah melewati barier darah di antara kelompok intervensi dan kontrol.
otak (Lua & Zakaria, 2012). Dapat disimpulkan bahwa terdapat
Hasil penelitian ini juga didukung pengaruh pemberian aromaterapi daun mint
pendapat Alankar (2009) yang mengatakan terhadap mual muntah pada pasien post
peppermint memiliki berbagai manfaat operasi odontektomi dengan general
terapeutik yaitu analgesik, anestesi, anastesia di Rumah Sakit Indriati Solo
antiseptik, karminatif, dekongestan, Baru.
ekspektoran, yang menenangkan masalah Penanganan mual muntah post operasi
seperti mual dan muntah. Menurut Tiran dapat dilakukan secara farmakologi dengan
(2009) peppermint telah lama dikenal obat antiemetikdan non farmakologi
memberi karminatif dan atispasmodik,
secara khusus bekerja di otot halus saluran antiemetik kelas baru untuk pencegahan
gastrointestinal. dan penanganan mual muntah post operasi
Selain terapi non farmakologi dengan adalah antagonis reseptor serotonin (5-HT),
terapi komplementer aromaterapi untuk diantaranya ondansetron. Penggunaan
menurunakan mual dapat juga dilakukan antagonis reseptor serotonin masih
dengan pemberian terapi farmakologi salah menimbulkan efek samping berupa
satunya ondansentron. Ondansentron konstipasi, sakit kepala, mengantuk,
gangguan saluran cerna, nyeri dada, dan
susah bernafas (Indrawati, 2010). Selain dan mengirimkan sinyal ke otak melalui
saraf olfaktori. Selain itu, beberapa unsur
(2009) belum ditemukan obat antiemetik pokok dari molekul tersebut masuk ke
yang efektif yang dapat mencegah mual dalam aliran darah melalui paru-paru dan
dan muntah secara total dan tanpa adanya berpengaruh secara langsung terhadap
efek samping. saraf-saraf di otak setelah melewati barier
Meminimalkan efek samping obat darah di otak (Lua & Zakaria, 2012).
maka perlu diberikan terapi pilihan lain Minyak peppermint mengandung
dengan menggunakan terapi komplementer. menthol (35-45%) (Stea, Beraudi &
Aromaterapi merupakan salah satu terapi Pasquale, 2014). Kandungan menthol pada
komplementer yang aman untuk digunakan. minyak peppermint berpotensi
Terapi komplementer adalah suatu terapi memperlancar sistem pencernaan,
pengganti atau pelengkap dari terapi medis meringankan kejang perut atau kram dan
yang digunakan (Potter & Perry, 2009). merelaksasi otot perut karena memiliki efek
Pemberian terapi komplementer dapat anestesi ringan serta mengandung efek
berdiri sendiri tanpa harus bersamaan karminatif dan antispasmodik yang bekerja
dengan obat-obatan. Seorang pasien yang di usus halus pada saluran gastrointestinal
menderita sakit tertentu dapat sehingga dapat menghambat kontraksi otot
menggunakan terapi komplementer tertentu yang disebabkan oleh hormon serotonin
tanpa harus meminum obat untuk dan substansi P sehingga mampu mengatasi
memperoleh kesehatannya (Suryani & atau menghilangkan mual (Fundukian,
Sainturi, 2013). 2009; Stea, Beraudi & Pasquale, 2014).
Hasil penelitian Rinda, Mugi & Mentol bertindak sebagai antagonis
Wulandari (2015) mengatakan terdapat reseptor 5HT3 yang menghambat reseptor
pengaruh yang bermakna pemberian yang ada pada sistem saraf serebral maupun
aromaterapi peppermint terhadap pencernaan (Ashoor et al., 2013). Penyebab
penurunan mual muntah pada pasien yang mual muntah mengiritasi sel
menjalani kemoterapi. Sejalan dengan hasil enterokromafin disaluran pencernaan yang
penelitian Susanti (2016) mengatakan menstimulasi pengeluaran serotonin.
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap Serotonin mengaktifkan reseptor 5HT3
penurunan skala mual antara sebelum dan yang berhubungan dengan pusat mual,
setelah pemberian aromaterapi peppermint kerja mentol menghambat hal ini, sehingga
pada pasien kemoterapi di RSUD reseptor tersebut tidak akan tersampaikan
Panembahan Senopati Bantul. ke pusat mual sehingga tidak terjadi mual
Inhalasi aromaterapi peppermint (Farida, 2011).
berpengaruh secara langsung terhadap
saraf-saraf di otak sehingga efeknya dapat SIMPULAN
dirasakan secara langsung oleh pasien Berdasarkan hasil penelitian dan
setelah menghirupnya. Secara farmakologi, pembahasan tentang pengaruh pemberian
wewangian dari essensial oil dapat aromaterapi daun mint terhadap mual
mengirimkan efek secara langsung pada muntah pada pasien post operasi
sistem saraf pusat dan sistem endokrin odontektomi dengan general anastesia di
tanpa sadar (Herz, 2009). Melalui inhalasi, Rumah Sakit Indriati Solo Baru dapat
molekul-molekul volatile minyak esensial disimpulkan sebagai berikut :
yang melewati reseptor olfaktori di hidung 1. Karakteristik responden berdasarkan
mengenali karakteristik molekuler tersebut usia mayoritas pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol adalah SARAN
usia 26-35 tahun sebanyak 8 responden 1. Bagi Perawat
(40%), jenis kelamin pada kelompok Hasil penelitian ini dapat dijadikan
perlakuan mayoritas adalah perempuan sebagai acuan terapi non farmakologi
sebanyak 15 responden (75%) dan khususnya aromaterapi daun mint untuk
kelompok kontrol sebanyak 11 menurunkan mual muntah pada pasien
responden (55%). post operasi odontektomi dengan general
2. Tingkat mual responden sebelum anastesia sehingga tidak tergantung pada
diberikan perlakuan pada kelompok obat yang dapat memberikan efek
perlakuan dan kelompok kontrol samping pada tubuh pasien
didapatkan mayoritas mual sedang yaitu 2. Bagi Pasien
15 responden (75%). Tingkat muntah Pasien post operasi odontektomi
responden sebelum diberikan perlakuan dengan general anastesia dapat
pada kelompok perlakuan mayoritas menggunakan bahan alami aromaterapi
muntah sedang yaitu 14 responden daun mint untuk pencegahan mual &
(70%) dan tingkat muntah responden muntah.
pada kelompok kontrol mayoritas 3. Bagi Rumah Sakit
muntah sedang yaitu 11 responden Diharapkan Rumah Sakit dapat
(55%) menerapkan terapi non farmakologi
3. Tingkat mual responden sesudah seperti aromaterapi daun mint untuk
diberikan perlakuan pada kelompok meningkatkan kualitas asuhan
perlakuan didapatkan mayoritas mual keperawatan dengan pengadaan
ringan yaitu 14 responden (70%) dan pembuatan SOP pemberian aromaterapi
kelompok kontrol didapatkan mayoritas 4. Bagi Institusi Pendidikan
mual ringan yaitu 19 responden (95%). Terapi non farmakologi khususnya
Tingkat muntah responden sesudah aromaterapi daun mint dapat
diberikan perlakuan pada kelompok dipertimbangkan menjadi materi yang
perlakuan mayoritas muntah ringan diajarkan kepada para mahasiswa dalam
yaitu 11 responden (70%) dan tingkat intervensi menurunkan mual muntah
muntah kelompok kontrol mayoritas pasien post operasi odontektomi dengan
muntah ringan yaitu 20 responden general anastesia. Hasil penelitian ini
(100%). diharapkan dapat dijadikan sumber ilmu
4. Ada perbedaan antara sebelum dan atau referensi baru bagi para pendidik
sesudah pemberian perlakuan terhadap dan mahasiswa sehingga dapat
mual muntah pada pasien post operasi menambah wawasan yang lebih luas
odontektomi dengan general anastesia dalam hal intervensi keperawatan mandiri
di Rumah Sakit Indriati Solo Baru pada 5. Peneliti Selanjutnya
kelompok perlakuan dan kelompok Diharapkan hasil penelitian ini
kontrol dengan nilai p value < 0,05. menjadi bahan kajian dan rujukan dalam
5. Ada pengaruh pemberian aromaterapi melakukan penelitian dengan
daun mint terhadap mual muntah pada menggunakan variabel berbeda seperti
pasien post operasi odontektomi dengan aromaterapi jahe dengan jumlah sampel
general anastesia di Rumah Sakit yang berbeda.
Indriati Solo Baru dengan nilai p value
< 0,05.
pada-pemberian-
DAFTAR PUSTAKA kemoterapi/diakses tanggal 7
Agnes & Yuni . (2017). Pengaruh Desember 2018
aromaterapi peppermint terhadap Gupta P, Khanna J, Mitramustafi A, Bhartia
kejadian mual dan muntah pada V. (2013). Role of pre-operative
ibu hamil trimester I di Puskesmas dexamethason as prophylaxis for
Mlati II Sleman Yogyakarta. postoperative nausea and vomiting
Program Studi Ilmu Keperawatan in laparoscopic surgery. J Minim
Fakultas Ilmu Kesehatan Access Surg.2(1):12-5.
Herz RS. (2009).Aromatherapy facts and
Alankar, S. (2009). A Review On fictions:A scientific analysis of
Peppermint Oil. Asian Journal of olfactory effects on mood,
Pharmaceutical and Clinical physiology and behavior.Int J
Research. Volume 2,Issue 2, April Neurosci 119:263 290
June Indrawati, dkk., 2010. Pengaruh Suhu dan
Amaliyana, E., Cholil, Sukmana, B.I. Cahaya terhadap Stabilitas Angkak
(2014). Deskripsi Gigi Impaksi Hasil Fermentasi Monascus
Molar Ke Tiga Rahang Bawah di puepureus 3090 pada Beras. Jurnal
RSUD Ulin Banjarmasin. Dentino, Program Studi Farmasi; FMIPA-
II(2): 134 137. ISTN
Apfel CC, Heidrich FM, Whelan RP , et al. Juodzbalys, G., Daugela, P., 2013,
(2012). Evidence Based Analysis Of Mandibular Third Molar
Factors for Postoperative Nausea Impaction. Review of Literature
and Vomiting. Br J Anaesth and a Proposal of a Classification,
Ashoor et al. (2013). Menthol inhibits 5- 4(2),
HT3 resceptor-mediated http://www.ejomr.org/JOMR/archiv
current.http://m. es/2013/2/e1/v4n2e1ht.htm,
jpet.aspetjournals.org/content/347/2 20/01/2016.
/398.long?view=long&pmid=23965 Koensoermadiyah (2009). A-Z aromaterapi
38diakses tanggal 7 Desember 2018 untuk kesehatan, kebugaran, dan
Collins AS. (2011). Postoperative nausea kecantikan. Yogyakarta: Lily
and vomiting in adults:implications Publiser
for critical care (Jurnal). American Lua, P.L & Zakaria, N. S. (2012). A brief
Association of Critical-Care Nurses review of current scientific
Journal evidence involving aromatherapy
Cruz N, Portilla P, Vela R. (2012). Timing use for nausea and vomiting.The
of ondansetron administration to Journal of Alternative and
prevent postoperative nausea and Complementary
vomiting PRHSJ. 2008;27:43-7. Medicine,18(6),534-540
Departemen Kesehatan RI. (2016). Kategori Potter, P. A., & Perry, A. G. (2009).
Usia. Dalam http://kategori-umur- Fundamental of Nursing (7th
menurut-Depkes.html. Diakses Edition). St. Louise, Missouri:
Pada Tanggal 02 Juni 2019 Mosby Elsevier.
Farida, Y. (2011). Penggunaan antiemetik Qirreish E J. (2012) Radiographic Profile of
pada pemberian kemoterapi. Symptomatic Impacted Mandibular
http://yeni.staff.mipa.uns.ac.id/201 Third Molars in the Western Cape,
1/10/17/penggunaan-antiemetik-
South Africa. Masters degree Treatment of Surgical Patients:
dissertation. Western Cape: State of the Art.
University of Western Cape. http://www.hindawi.com/jour
Qudbi, Alfiani Sofia. (2019). Prevalensi nals/ecam/2014/726341/ diakses
kejadian PONV pada pemberian tanggal 1 April 2019
morfin sebagai analgetik pasca Supatmi & Agustiningsih. (2015). Efek
operasi penderita tumor payudara Aromatherapy Pepermint Inhalasi
dengan anestesi umum di RSUP Dr. terhadap Mual dan Muntal pada
Kariadi Semarang (KTI). Pasien dengan Pemberian Kemo-
Semarang: Fakultas Kedokteran terapi.http://jurnal.akeskaryahusada
Universitas Diponegoro .ac.id/index.php/jkkh/article/view/1
Qudsi, A. S., & Dwi Jatmiko, H. (2015). 9. Diperoleh 11 Desember 2018
Prevalensi Kejadian PONV pada Suryani, M., Sianturi, M. (2013).
Pemberian Morfin sebagai Pengalaman Kerokan sebagai
Analgetik Pasca Operasi Penderita Terapi Komplementer. diunduh dari
Tumor\ Payudara dengan Anestesi http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id
Umum di RSUP Dr. Kariadi /index.php/ilmukeperawatan/article
Semarang. /view/154
http://id.portalgaruda.org/?ref=bro Susanti, Dwi Novi. (2016). Pengaruh
ws Aromaterapi Peppermint terhadap
e&mod+viewarticle&article=46294 Penurunan Skala Mual pada Pasien
. Diperoleh tanggal 20 Januari Kemoterapi di Rsud Panembahan
2019. SenopatiBantul.http://repository.um
Rinda Intan Sari, Mugi Hartoyo, Wulandari. y.ac.id/bitstream/handle/123456789
(2015). Pengaruh Aromaterapi /2940/NASKAH%20PUBLIKASI.
Peppermint Terhadap Penurunan pdf?sequence=12&isAllowed=y.
Mual Muntah Akut Pada Pasien Diperoleh tanggal 11 Desember
Yang Menjalani Kemoterapi Di 2018
Smc Rs Telogorejo. Program Studi Tiran, Denise. (2009). Mual dan Muntah
S1 Ilmu Keperawatan Stikes Kehamilan. Jakarta: Penerbit Buku
Telogorejo Semarang Kedokteran EGC.
Runiari, Nengah. (2010). Asuhan http://books.google.co.id/books?id=
keperawatan pada klien dengan FBqoL6o6I-
hiperemesis gravidarum : 4C&pg=PA274&dq=mual+dan+m
penerapan konsep dan teori untah+kehamilan&hl=en&redir_es
keperawatan. Jakarta ; Salemba c=y#v=onepage&q=mual%20dan%
Medika 20muntah%20kehamilan&f=false.
. Diakses tanggal 11 Desember 2018
Sholihah, Amalia. dkk. (2014). Gambaran
Angka Kejadian Post Operative (2009). Perbandingan Efektivitas
Nausea and Vomiting (PONV) di antara Akupunktur PC-6 dan
RSUD Ulin (KTI) .Banjarmasin: Ondansetron dalam
Fakultas Kedokteran Universitas MencegahnInsidensi Mual dan
Lambung Mangkurat Muntah Pasca Airway (Lma) di
Stea, S., Alina B., & Dalila D. P. (2014). Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau.
Essential Oils for Complementary http://
repository.unri.ac.id/jspui/handle/1
23 456789/2531. Diperoleh tanggal
14 Januari 2019.
Warouw BRE, Rattu AJM, Marianti NW.
(2014) Gambaran Tingkat
Pengetahuan dan Sikap Masyarakat
Tentang Pencabutan Gigi di Desa
Molompor Utara Kabupaten
Minahasa Tenggara. Jurnal E-Gigi.
3(1)

Anda mungkin juga menyukai