PASIEN APENDICITIS
Dosen pengampu:
Disusun Oleh:
2017 – 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya makalah ini
dapat terselesaikan.
Makalah ini disajikan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah KMB 2 dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Apendicitis”. Mudah-mudahan makalah ini
dapat membantu para pembaca untuk memahami tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien
dengan Apendicitis.
Penulis menyadari sepenuhnya makalah ini belum memuat bahan makalah secara
lengkap dan mendalam. Untuk ini, penulis mengharapkan kritik yang bersifat membangun
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
LAPORAN PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Pengertian.............................................................................................................4
1.2 Etiologi.................................................................................................................5
1.4 Patofisiologi.........................................................................................................6
1.5 Pathways..............................................................................................................7
1.7 Komplikasi...........................................................................................................8
1.8 Penatalaksanaan...................................................................................................9
BAB II..........................................................................................................................10
2.1 Pengkajian..........................................................................................................10
2.4 Intervensi............................................................................................................13
LAPORAN KASUS.....................................................................................................17
A. PENGKAJIAN...............................................................................................17
C. PEMERIKSAAN FISIK.................................................................................20
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG...................................................................21
E. PENATALAKSANAAN...............................................................................22
F. ANALISIS DATA..........................................................................................22
G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN...................................................................24
H. INTERVENSI.................................................................................................24
I. IMPLEMENTASI..........................................................................................26
J. EVALUASI....................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................28
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 Pengertian
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun
perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer,
2000). Sedangkan menurut Smeltzer C. Suzanne (2001), Apendisitis adalah penyebab paling
umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan
Jadi, dapat disimpulkan apendisitis adalah kondisi dimana terjadi infeksi pada umbai
apendiks dan merupakan penyakit bedah abdomen yang paling sering terjadi. Klasifikasi
apendisitis terbagi menjadi dua yaitu, apendisitis akut dan apendisitis kronik (Sjamsuhidayat,
2005).
1. Apendisitis akut.
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai
rangsang peritonieum lokal. Gajala apendisitis akut talah nyeri samar-samar dan tumpul yang
Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan
menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan
lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat
2. Apendisitis kronik.
Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya : riwayat
nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik
dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding
apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama
dimukosa , dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5%.
1.2 Etiologi
faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai
faktor pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing
askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Penelitian
epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh
kuman flora kolon biasa. Semuanya ini mempermudah timbulnya apendisitis akut.
(Sjamsuhidayat, 2005).
Apendisitis akut sering tampil dengan gejala yang khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat. nyeri kuadran bawah terasa dan
biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Pada
apendiks yang terinflamasi, nyeri tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik
Mc.Burney yang berada antara umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Derajat nyeri
tekan, spasme otot dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya
infeksi dan lokasi apendiks. Bila apendiks melingkar dibelakang sekum, nyeri dan nyeri tekan
terasa didaerah lumbal. Bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya
pada pemeriksaan rektal. nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks berada dekat
rektum. nyeri pada saat berkemih menunjukkan bahwa ujung apendiks dekat dengan kandung
kemih atau ureter. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara
paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran kanan bawah. Apabila apendiks telah
ruptur, nyeri menjadi menyebar. Distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi
pasien memburuk.
Pada pasien lansia, tanda dan gejala apendisitis dapat sangat bervariasi. Tanda-tanda
tersebut dapat sangat meragukan, menunjukkan obstruksi usus atau proses penyakit lainnya.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai ia mengalami ruptur apendiks. Insidens
perforasi pada apendiks lebih tinggi pada lansia karena banyak dari pasien-pasien ini mencari
bantuan perawatan kesehatan tidak secepat pasien-pasien yang lebih muda (Smeltzer C.
Suzanne, 2002).
1.4 Patofisiologi
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya,
atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Semakin lama mukus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding
Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan
edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut lokal
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan
menyebkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding.
Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan
nyeri didaerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis supuratif akut. Bila kemudian
aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren.
Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh itu pecah,
Bila semua proses diatas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan
bergerak kearah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrate
apendikularis. Peradangan pada apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, kerena omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, maka dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
sehingga memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah
terjadi karena
1.5 Pathways
Apendiksitis akut
Piñatalaksanaan
Apendiktomi
pasien dengan kecurigaan apendisitis adalah foto polos perut atau dada,
apendisitis perforasi
3) Laboratorium : terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan test protein reaktif
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% sampai 32%. Insidens lebih
tinggi pada anak kecil dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri.
Gejala mencakup demam dengan suhu 37,70C atau lebih tinggi, penampilan toksik, dan nyeri
1.8 Penatalaksanaan
cairan IV diberikan serta pasien diminta untuk membatasi aktivitas fisik sampai pembedahan
menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anestesi umum umum
atau spinal, secara terbuka ataupun dengan cara laparoskopi yang merupakan metode terbaru
yang sangat efektif. Bila apendiktomi terbuka, insisi Mc.Burney banyak dipilih oleh para ahli
bedah.
Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi dulu.
Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih
terdapat keraguan. Bila terdapat laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus
meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak (Smeltzer C.
Suzanne, 2002)
BAB II
2.1 Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal
yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah sakit maupun selama
2. Biodata : Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/
3. Riwayat kesehatan:
a. Keluhan Utama: Nyeri pada daerah kuadran kanan bawah, nyeri sekitar
umbilikus.
keluhan terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana keluhan timbul,
a. Aktivitas / istirahat:
Gejala : Malaise.
b. Sirkulasi:
Tanda : Takikardi
c. Eliminasi:
Anoreksia.: Mual/muntah.
e. Nyeri / kenyamanan:
berat dan terlokalisasi pada titik Mc.Burney (setengah jarak antara umbilikus
dan tulang ileum kanan), meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas
dalam (nyeri berhenti tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada apendiks).
lutut ditekuk. Meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak. : Nyeri lepas pada sisi kiri diduga
inflamasi peritoneal.
f. Pernapasan:
g. Keamanan:
a) Inspeksi
utama, perforasi/ ruptur pada apendiks, pembentukan abses; prosedur invasif insisi
bedah.
Intervensi Rasional
1. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, 1.Dugaan adanya infeksi/ terjadinya
menggigil, berkeringat, perubahan sepsis, abses, peritonitis
mental, meningkatnya nyeri abdomen.
2. Lihat insisi dan balutan. Catat 2.Memberikan deteksi dini terjadinya
karakteristik drainase luka/ drein (bila
proses infeksi, dan/ atau pengawasan
dimasukkan), adanya eritema. penyembuhan peritonitis yang telah ada
sebelumnya
3. Lakukan pencucian tangan yang baik 3.Menurunkan resiko penyebaran infeksi.
dan perawatan luka aseptik. Berikan .
perawatan paripurna
KH : kelembaban membran mukosa, turgor kulit baik, tanda vital stabil dan secara
Intervensi Rasional
1.Tanda yang membantu mengidentifikasi
1.Awasi TD dan nadi.
fluktuasi volume intravaskuler.
3) Gangguan rasa nyaman : nyeri (akut) berhubungan dengan distensi jaringan usus oleh
inflamasi ; adanya insisi bedah.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang.
KH : Klien melaporkan nyeri berkurang/ hilang, klien rileks, mampu istirahat/ tidur
dengan tepat.
Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, 1. Berguna dalam pengawasan keefektifan
beratnya (skala 0-10). Selidiki dan obat, kemajuan penyembuhan. Perubahan
laporkan perubahan nyeri dengan tepat. pada karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses/ peritonitis, memerlukan
upaya evaluasi medik dan intervensi.
a. Biodata
Nama : Sdr. “D”
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 19 tahun
Alamat : Desa Cepoko Rejo Kec. Palang Kab. Tuban
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Mahasiswa
Status : Belum Menikah
Tanggal MRS : 1 Desember 2012
No. Register : 112
Diagnosa Madis : Apendiksitis
b. Status Kesehatan
Alasan MRS
Pasien mmengalami nyeri pada perut bawah kanan atau pada area
epigastrik sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan
secara terus menerus dan dirasa semakin berat sejak satu hari sebelum
masuk rumah sakit, nyeri semakin bertambah jika dibuat berjalan.
Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut bawah kanan (Right Lower
Quadrant).
Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri perut bagian bawah kanan sejak dua hari
sebelum masuk RS, nyeri dirasakan secara terus menerus dan dirasa
semakin berat sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dirasakan
semakin bertambah jika dibuat jalan. Tidak bisa BAB selama 2 hari tapi
BAK seperti biasa. Merasa mual dan nafsu makan menurun. Kualitas nyeri
degan skala 6-7 (nyeri berat).
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah masuk Rumah Sakit sebelumnya,
hanya sakit ringan seperti sakit kepala, pilek, dan batuk jika cuacanya
tidak mendukung.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan tidak mempunyai penyakit apendiksitis atau
usus buntu.
Riwayat Pembedahan
Pasien mengatakan tidak pernah menjalani operasi pembedahan.
3. Pola Eliminasi
Pasien tidak BAB selama 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit dan
BAK secara normal.Setelah masuk Rumah Sakit pasien belum BAB, dengan
BAK 3 kali sehari.
Tanda-tanda vital
TD : 130/80mmHg
N : 90x/menit
RR : 20x/menit
S : 38,10⁰ C
Body System
Pernafasan (B1: Breating)
a. Hidung : bentuk simetris, tidak terdapat cuping hidung.
b. Trachea : Tachipnea, pernapasan dangkal.
c. Leher : tidak terdapat benjolan, lesi atau bengkak
d. Dada : bentuk normal dengan gerak simetris
Integumen
a. Warna kulit pasien pucat
b. Akral hangat, turgor cukup.
c. Produksi urin 100ml/hari dengan frekuensi 3 kali sehari.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
PARAME HASIL
NILAI NORMAL
TER PEMERIKSAAN
Hemoglobi
n Rutin
HB 13,7 L 13,4-17,1 g/dl
Laju Endap 0 L 0-15mm/jam
Darah
PCV 40,3 L 40-54%
Eritrosit 5.190.000 L 4-6jt/cmm
Hitung -/-/-/90/9/1 0-3/0-1/50-70/20-40/4-
Jumlah Sel 10
Leokisit 18.000 4.000-11.000/cmm
Immunolog
i
Hbs Ag Negatif Negatif
Hati
SGOT 22 L 37 u/L
SGPT 11 L 42u/L
Ginjal
BUN 12,4 6-20 mg/dl
Kreatinin 1,17 L 0,6-0,1 mg/dl
Glukosa
Glukosa 92 140mg/dl
Darah Sewa
Faal
Hemostasis
APTT 28,5 27,4-39,3
PPT 14,1 11,3-14,7 detik
Pemeriksaan Radiologi
Terjadi peritonitis, dan terdapat:
a. Adanya fluid yang disebabkan karena adanya udara dan cairan.
b. Terdapat fecolit atau sumbatan.
c. Ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
E. PENATALAKSANAAN
Sebelum tindakan operasi (pre operasi)
a. Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin
b. Antibiotik dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena
c. Analgestik
d. Bila demam, harus diturunkan sebelum anastesi.
e. IV cairan Infus RL 500ml dengan 20 tetes/menit.
F. ANALISIS DATA
DATA ETIOLOGI MASALAH
Data Subjektif: Distensi jaringan usus oleh Gangguan rasa nyaman
Pasien mengatakan nyeri inflamasi (nyeri)
pada perut bagian bawah
kanan (Right Lower
Quadrant), Nyeri
dirasakan semakin
bertambah jika dibuat
jalan. Kualitas nyeri degan
skala 6-7 (nyeri berat).
Data Objektif:
Pasien nampak
memegangi perutnya
untuk menahan nyeri,
pasien nampak lemah.
nyeri tekan titik MC
Burney Nyeri.
TTV:
TD : 130/80mmHg
S : 38,10⁰C
N : 90x/menit
RR: 20x/menit
Data Subjektif: Intake cairan yang tidak Resiko tinggi kekurangan
Pasien mengeluh mual dan adekuat volume cairan
muntah.
Data Objektif:
Pasien demam, pasien
terpasang infus,
Hasil TTV
TD : 130/80mmHg
S : 38,10⁰C
N : 90x/menit
RR: 20x/menit
G. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Nyeri abdomen berhubungan dengan obstruksi dan peradangan appendik.
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan muntah pre operasi.
H. INTERVENSI
1. Nyeri abdomen berhubungan dengan obstruksi dan peradangan appendik.
Tujuan:Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam tingkat
kenyamanan klien meningkat dan nyeri terkontrol.
Kriteria hasil:
a. Klien melaporkan nyeri berkurang sampai hilang
b. Klien terlihat tenang dan mampu beristirahat
c. Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana tindakan:
Tindakan/Intervensi Rasional
Observasi tanda – tanda vital, suhu, mengetahui keadaan umum pasien
nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik, Berguna dalam pengawasan
beratnya (0 – 10), selidiki dan laporkan keefektifan obat, kemajuan
perubahan nyeri dengan cepat penyembuhan. Perubahan pada
karakteristik nyeri menunjukkan
terjadinya abses/peritonitis,
memerlukan upaya evaluasi medik dan
intervensi
Pertahankan istirahat dengan posisi Gravitasi melokalisasi eksudat
semi-fowler inflamasi dalam abdomen bawah atau
pelvis, menghilangkan tegangan
abdomen yang bertambah dengan
posisi telentang.
Berikan lingkungan yang tenang dan Meningkatkan istirahat
kurangi rangsangan stres
Ajarkan teknik nafas dalam bila rasa Teknik nafas dalam menurunkan
nyeri datang konsumsi abdomen akan O2,
menurunkan frekuensi pernafasan,
frekuensi jantung dan ketegangan otot
yang menghentikan siklus nyeri.
Kolaborasi dengan pemberian analgetik Menghilangkan nyeri, mempermudah
sesuai indikasi. kerjasama dengan intervensi lain,
contoh ambulasi, batuk.
Tindakan/Intervensi Rasional
Awasi Tekanan Darah (TD) dan nadi Tanda yang membantu
mengidentifikasi fluktuasi volume
intravaskuler
Lihat membran mukosa, kaji turgor Indikator keadekuatan sirkulasi perifer
kulit dan pengisian kapiler dan hidrasi seluler
Awasi masukan dan haluan, catat warna Penurunan haluan urine pekat dengan
urine/konsentrasi, berat jenis peningkatan berat jenis diduga
dehidrasi/kebutuhan peningkatan
cairan.
Auskultasi bising usus. Catat Indikator kembalinya peristatik,
kelancaran flaktus, gerakan usus. kesiapan untuk pemasukan oral
Berikan sejumlah kecil minuman jernih Menurunkan iritasi gaster/muntah
bila pemasukan oral dimulai, dan untuk menimimalkan kehilangan
dilanjutkan dengan diet sesuai toleransi cairan
Berikan perawatan mulut sering dengan Menghindari adanya dehidrasi yang
perhatian khusus pada perlindungan dapat mengakibatkan bibir dan mulut
bibir kering dan pecah-pecah
Berikan cairan IV dan elektrolit Peritonium bereaksi terhadap
iritasi/infeksi dengan menghasilkan
sejumlah besar cairan yang dapat
menurunkan volume sirkulasi darah,
mengakibatkan hipovolemia.
Dehidrasi dan dapat terjadi
ketidakseimbangan elektrolit.
I. IMPLEMENTASI
Sabtu, 01 Desember 2012
Waktu IMPLEMENTASI RESPON PARAF
12.5 5.00 1. Observasi TTV (Tekanan
1. TD: 130/80mmHg Tegar GP
WIB Darah,Nadi,Suhu,Pernafas S : 38,10⁰C
an) Kaji tentang kualitas, N : 90x/menit
intensitas dan penyebaran RR: 20x/menit
nyeri. 2. Skala nyeri pasien (6-7),
pasien meringis, memegangi
perut.
12.20 Beri penjelasan tentang Pasien dan keluarga menerti Tegar GP
WIB sebab dan akibat nyeri dan tentang penyebaran nyeri
tindakan keperawatan yang dialami. Dan
yang akan dilakukan mengetahui penyebab
nyerinya.
12.30 Berikan posisi nyaman Pasien melakukan intruksi Tegar GP
WIB untuk pasien dan yang dianjurkan perawat
pertahankan kenyamanan dengan mempertahankan
untuk meningkatkan posisi semi Fowler.
kualitas tidur pasien
1 Ajarkan teknik nafas Pasien mengikuti intruksi Tegar GP
4.00 dalam bila rasa nyeri yang diajarkan perawat.
WIB datang
1 Kolaborasi dengan tim Pasien mematuhi terapi obat Tegar GP
6.00 medis dalam pemberian yang diresepkan dokter.
WIB Infus RL 20tetes/menit
Cefotaxin 2x1gr
J. EVALUASI
Minggu, 02 Desember 2012
S : Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang (4-5) nyeri sedang. Pasien
dapat tidur, meskipun terbangun lagi karena adanya nyeri.
O : Pasien tampak gelisah dan takut dengan tindakan pembedahan,
tangan pasien terpasang infus RL dengan 20tetes/menit. Posisi pasien Semi-Fowler.
A : Masalah belum teratasi, tindak
P : Intervensi dilanjutkan, pasien dibawa ke Ruang Operasi untuk
dilakukan operasi Appendiktomy.
DAFTAR PUSTAKA
http://semangattegar.blogspot.com/2012/12/apendiksitis-contoh-kasus-dan-laporan.html?m=1
Brunner & Suddarth. 2008. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall- Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta :
EGC