Anda di halaman 1dari 7

COPING NERS ISSN: 2303-1298

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP TEKANAN DARAH LANSIA


DENGAN HIPERTENSI PADA KELOMPOK SENAM LANSIA DI BANJAR KAJA
SESETAN DENPASAR SELATAN
1
Putu Dyah Astari, 2I Putu Gede Adiatmika, 3Kadek Eka Swedarma
1,2,3
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar.

Abstract. Hypertension is a common disease in the elderly. Hypertension is also a risk factor for
cardiovascular disease. High incidence of hypertension in the elderly requires health
professionals to perform the role of prevention and health promotion efforts. The prevention can
be done to prevent the hypertensive elderly by doing non-pharmacological therapies are
breathing exercises and gymnastics in the elderly. This study aims to determine the effect of
breathing exercises and gymnastics in the elderly on blood pressure elderly with the
hypertension.
This study is a Pre-Eksperimental with used a design One Group Pre Test-Post test Design.
This study is a technique purposive sampling and obtained 24 people samples in 55 people
population, which selected according to the inclution criteria. The research was conducted in
Banjar Kaja Sesetan for 2 weeks in different days they are Sunday, Tuesday and Friday.
The results of the analysis using non-parametric test Wilcoxon test showed that breathing
exercises and gymnastics in the elderly affects the elderly with hypertension, blood pressure (p <
0,05).
According on the finding result of the study suggested to the Banjar Kaja Sesetan to always
give breathing exercises and gymnastics in the elderly three times a week.

Key Word : breathing exercises, gymnastics in the elderly, elderly, hypertension

PENDAHULUAN Pada tahun 2011 provinsi Bali


Penduduk di seluruh dunia dengan memiliki jumlah penduduk mencapai 1,5
kelompok lanjut usia (lansia) yang berumur juta jiwa dan memiliki lansia yang tidak
60 tahun keatas mengalami pertumbuhan kalah banyak yaitu mencapai angka sekitar
dengan cepat dibandingkan dengan 300 ribu jiwa. Provinsi Bali merupakan
kelompok usia lainnya. Indonesia adalah peringkat ke empat dari lima provinsi yang
salah satu negara yang terletak di Asia memiliki jumlah lansia terbanyak di
Tenggara yang memasuki era penduduk Indonesia yaitu sekitar 8,77 persen.
berstruktur lansia (aging structured Diperkirakan pada tahun 2015 akan
population) karena jumlah penduduk yang mengalami peningkatan hampir dua kali
berusia di atas 60 tahun sekitar 7,18 persen. lipat dibandingkan pada tahun 2011 menjadi
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini lebih dari 432 ribu orang atau 11,4 persen
disebabkan antara lain karena tingkat sosial dari jumlah penduduk (BPS, 2011).
ekonomi masyarakat yang meningkat, Lansia cenderung mengalami
kemajuan di bidang pelayanan kesehatan, masalah kesehatan yang disebabkan oleh
dan tingkat pengetahuan masyarakat yang penurunan fungsi tubuh akibat proses
meningkat (Ponorogo, 2010). penuaan. Proses penuaan merupakan proses

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/issue/view/708 Vol.1 No.1 Edisi Januari-Juni 2013


COPING NERS ISSN: 2303-1298

yang mengakibatkan perubahan-perubahan dilakukan dengan cara latihan fisik yang


meliputi perubahan fisik, psikologis, sosial sesuai dengan lansia diantaranya berjalan-
dan spiritual. Pada perubahan fisiologis jalan, bersepeda, berenang, melakukan
terjadi penurunan sistem kekebalan tubuh pekerjaan rumah dan senam (Maryam dkk,
dalam menghadapi gangguan dari dalam 2008).
maupun luar tubuh. Salah satu gangguan Latihan fisik seperti senam yang
kesehatan yang paling banyak dialami oleh teratur juga membantu mencegah keadaan –
lansia adalah pada sistem kardiovaskuler keadaan atau penyakit kronis, seperti
(Teguh, 2009). Secara alamiah lansia akan tekanan darah tinggi (hipertensi) (Once,
mengalami penurunan fungsi organ dan 2011). Senam dapat meningkatkan aktivitas
mengalami labilitas tekanan darah (Mubarak metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen.
dkk, 2006). Oleh sebab itu, lansia dianjurkan Jenis latihan fisik yang dapat dilakukan oleh
untuk selalu memeriksakan tekanan darah lansia adalah senam. Senam lansia sangat
secara teratur agar dapat mencegah penyakit penting untuk para lanjut usia untuk
kardiovaskuler khususnya hipertensi menjaga kesehatan tubuh mereka.
(Martono & Pranaka, 2009). Selain kegiatan senam lansia, latihan
Hipertensi merupakan faktor resiko nafas dalam juga dapat dilakukan untuk
dari penyakit kardiovaskuler. Hipertensi menjaga kesehatan lansia. Tujuan utama
dapat meningkatkan lima kali resiko terkena pengaturan pernafasan adalah untuk
penyakit jantung koroner. Menurut data dari menyuplai kebutuhan oksigen yang cukup
Dinas Kesehatan Provinsi Bali penderita untuk memenuhi kebutuhan tubuh, misalnya
hipertensi di Bali pada tahun 2010 saat latihan fisik, infeksi, atau masa
berjumlah 8837 orang. Menurut hasil studi kehamilan. Pengaturan pernafasan
pendahuluan di Dinas Kesehatan Kota meningkatkan pengeluaran karbon dioksida,
Denpasar, data surveilans terpadu penyakit hasil proses metabolisme tubuh (Potter &
berbasis puskesmas sentinel di Puskesmas Perry, 2005). Pernafasan yang pelan, dalam,
Denpasar Selatan I pada tahun 2010, jumlah dan teratur dapat meningkatkan aktivitas
kunjungan pasien dengan hipertensi parasimpatis. Peningkatan aktivitas
mencapai angka 599 orang diantaranya 340 parasimpatis dapat menurunkan curah
orang merupakan lansia. jantung dan resistensi perifer total, yang
Tingginya angka kejadian hipertensi nantinya juga bisa menurunkan tekanan
pada lansia menuntut peran tenaga darah.
kesehatan untuk melakukan pencegahan dan Hasil studi pendahuluan di
upaya promosi kesehatan. Ada beberapa cara Puskesmas Denpasar Selatan I pada tanggal
pencegahan yang dapat dilakukan oleh 13 Januari 2012, jumlah lansia di kelurahan
lansia agar terhindar dari penyakit hipertensi Sesetan berjumlah 800 orang dengan 392
dengan semboyan SEHAT yaitu orang laki-laki dan 408 orang wanita.
Seimbangkan gizi, Enyahkan rokok, Hindari Jumlah terbanyak lansia berada di Banjar
stres, Awasi tekanan darah, dan Teratur Kaja Sesetan Denpasar Selatan sebanyak 90
berolahraga. Teratur berolahraga dapat orang. Hasil wawancara pada tanggal 15

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/issue/view/708 Vol.1 No.1 Edisi Januari-Juni 2013


COPING NERS ISSN: 2303-1298

Januari 2012 terhadap 50 orang lansia di tekanan darah adalah spygnomanometer


Banjar Kaja yang mengikuti senam lansia, pegas dan stetoskop. Sebelum alat-alat
mengatakan merasa tubuh lebih bugar tersebut digunakan, alat tersebut akan
setelah melakukan senam. Hasil pengukuran dikalibrasi terlebih dahulu agar data yang
tekanan darah lansia di Banjar Kaja, yang didapatkan valid dan reliable.
menderita hipertensi sebanyak 24 orang,
diantaranya 9 orang laki-laki dan 15 orang Prosedur Pengumpulan Data dan Analisis
perempuan dari total populasi sebanyak 55 Data
lansia yang aktif mengikuti senam lansia di Dari sampel yang terpilih sebanyak
Kelompok Senam Lansia di Banjar Kaja 24 orang, sebelumnya Peneliti melakukan
Sesetan Denpasar Selatan. pendekatan dengan kader, dan para lansia
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang ada di Banjar Kaja Sesetan Denpasar
maka peneliti tertarik untuk melakukan serta menyampaikan maksud dan tujuan
penelitian ”Pengaruh senam lansia terhadap penelitian kepada para lansia untuk
tekanan darah lansia dengan hipertensi pada kesediaannya secara sukarela menjadi
kelompok senam lansia di Banjar Kaja responden dalam penelitian, kemudian
Sesetan Denpasar Selatan”. memberikan informed consent untuk
disetujui. Peneliti kemudian akan melakukan
METODE PENELITIAN wawancara dengan subjek penelitian dengan
Rancangan Penelitian menggunakan daftar pengkajian. Peneliti
Penelitian ini merupakan melakukan pengkajian dan pengukuran
menggunakan pre-eksperimental dengan tekanan darah pada lansia di Banjar Kaja
rancangan one-group pretest-posttest design, Sesetan Denpasar 10 menit sebelum latihan
yang memungkinkan untuk nafas dalam dan senam lansia dan 30 menit
membandingakan hasil intervensi yang setelah dilakukan senam lansia. Pada
diberikan. pertemuan pertama sebagai pretest,
Populasi dan Sampel pertemuan keenam sebagai posttest.
Populasi dalam penelitian ini adalah Semua data yang sudah didapat
seluruh lansia pada kelompok senam lansia dikelompokkan yaitu data demografi, hasil
di banjar Kaja Sesetan Denpasar Selatan pengukuran tekanan darah sebelum dan
yang berjumlah 55 orang. Pengambilan sesudah latihan nafas dalam dan senam
sampel dilakukan dengan menggunakan cara lansia. Selanjutnya data di tabulasikan, data
Non Probability Sampling dengan teknik di masukkan dalam tabel frekuensi distribusi
Purposive Sampling. dan diinterpretasikan.
Pada penelitian ini dilakukan uji
Instrumen Penelitian beda untuk mengetahui pengaruh senam
Instrumen yang dipakai pada lansia terhadap lansia dengan hipertensi
penelitian ini adalah dengan dengan tingkat kemaknaan/kesalahan 5
menggunakanlembar pengkajian. Adapun persen (0,05). Sebelum dilakukan uji beda,
alat yang digunakan untuk mengukur dilakukan uji normalitas data untuk

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/issue/view/708 Vol.1 No.1 Edisi Januari-Juni 2013


COPING NERS ISSN: 2303-1298

mengetahui kenormalitasan data dengan uji mengetahui perbedaan tekanan darah lansia
Saphiro Wilk karena jumlah sampel kurang sebelum dan setelah setelah intervensi
dari 50. Data tidak berdistribusi normal senam lansia dengan hipertensi.
maka dianalisis dengan uji Wilcoxon untuk
HASIL PENELITIAN tekanan darah diastolik tertinggi 100 mmHg,
Analisa perbedaan tekanan darah nilai rata-rata tekanan darah sistolik 149,17
sistolik pre test dan post test dilakukan mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah
dengan menggunakan non parametrik test diastolik 91,25 mmHg. Secara teoritis, lansia
Wilcoxon dengan tujuan mengetahui memang cenderung mengalami peningkatan
pengaruh senam lansia terhadap perubahan tekanan darah seiring dengan bertambahnya
tekanan darah sistolik lansia dengan usia. Peningkatan tekanan darah pada lansia
hipertensi. hasil perhitungan stastistik nilai p umumnya terjadi akibat penurunan fungsi
= 0,000 berarti terdapat perbedaan antara organ pada sistem kardiovaskular. Katup
hasil pre test dan post test. Nilai p < 0,05 jantung menebal dan menjadi kaku, serta
yang berarti perbedaan tersebut signifikan. terjadi penurunan elastisitas dari aorta dan
Analisis perbedaan tekanan darah arteri-arteri besar lainnya (Ismayadi, 2004).
diastolik pre test dan post test dilakukan Selain itu, terjadi peningkatan resistensi
dengan menggunakan non parametrik test pembuluh darah perifer ketika ventrikel kiri
Wilcoxon dengan tujuan mengetahui memompa, sehingga tekanan sistolik dan
pengaruh senam lansia terhadap perubahan afterload meningkat (Gunawan, 2009).
tekanan darah diastolik lansia dengan Perubahan struktural dan fungsional
hipertensi. Hasil perhitungan stastistik nilai pada sistem pembuluh perifer bertanggung
p = 0,000 berarti terdapat perbedaan antara jawab pada perubahan tekanan darah yang
hasil pre test dan post test. Nilai p < 0,05 terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
yang berarti perbedaan tersebut signifikan. meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi
PEMBAHASAN otot polos pembuluh darah, yang pada
Dari hasil pengamatan karakteristik gilirannya menurunkan kemampuan distensi
responden ditemukan responden dengan dan daya regang pembuluh darah.
jenis kelamin perempuan sebanyak 62,50 % Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
dan laki-laki sebanyak 37,50 %. Secara berkurang kemampuannya dalam
klinis tidak ada perbedaan yang signifikan mengakomodasi volume darah yang
dari tekanan darah pada anak laki-laki atau dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung mengakibatkan penurunan curah jantung dan
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi, peningkatan tahanan perifer (Smeltzer &
sedangkan setelah menopouse wanita Bare, 2002).
cenderung memiliki tekanan darah yang Tekanan darah sistolik maupun
lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut tekanan darah diastolik meningkat sesuai
(Potter & Perry, 2005). Pada hasil penelitian dengan meningkatnya umur. Tekanan darah
sebelum dilakukan senam lansia didapatkan sistolik meningkat secara progresif sampai
tekanan darah sistolik tertinggi 170 mmHg,

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/issue/view/708 Vol.1 No.1 Edisi Januari-Juni 2013


COPING NERS ISSN: 2303-1298

umur 70-80 tahun, sedangkan tekanan darah Perry, 2005). Pernafasan yang pelan, dalam,
diastolik meningkat sampai umur 50-60 dan teratur dapat meningkatkan aktivitas
tahun, dan kemudian cenderung menetap parasimpatis. Peningkatan aktivitas
atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan parasimpatis dapat menurunkan curah
ini sangat mungkin mencerminkan adanya jantung dan resistensi perifer total, yang
kekakuan pembuluh darah dan penurunan nantinya juga bisa menurunkan tekanan
kelenturan (compliance) arteri, dan ini darah.
mengakibatkan peningkatan tekanan nadi Perbedaan perubahan tekanan darah
sesuai dengan umur (Rigaud, 2001). sistolik sebelum dan setelah diberikan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh senam lansia terdapat penurunan rata-rata
Singh dkk (2012), ditemukan bahwa tekanan tekanan darah sistolik sebanyak 21,67
darah sistolik meningkat sekitar 1,7 hingga mmHg dari 149,17 mmHg menjadi 127,50
11,6 mmHg dalam kurun waktu sepuluh mmHg dengan nilai p = 0,000. Hal ini
tahun. Pada hasil penelitian setelah mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
dilakukan senam lansia didapatkan tekanan nilai rata-rata tekanan darah sistolik setelah
darah sistolik tertinggi 140 mmHg, tekanan dilakukan senam lansia.
darah diastolik tertinggi 90 mmHg, nilai Pada tekanan darah diastolik
rata-rata tekanan darah sistolik 127,50 sebelum dan setelah diberikan latihan nafas
mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah dalam dan senam lansia terdapat penurunan
diastolik 78,75 mmHg. Data ini rata-rata tekanan darah diastolik sebanyak
menunjukkan setelah dilakukan latihan nafas 12,50 mmHg dari 91,25 mmHg menjadi
dalam dan senam lansia tekanan darah 78,75 mmHg dengan nilai p = 0,000. Hal ini
sistolik dan diastolik responden mengalami mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
penurunan dibandingkan sebelum dilakukan nilai rata-rata tekanan darah diastolik setelah
latihan nafas dalam dan senam lansia. dilakukan latihan nafas dalam dan senam
Menurut Veronique dan Robert (2005) di lansia.
Belgia menyimpulkan bahwa latihan aerobik Dengan adanya hasil penelitian ini
dapat diterapkan sebagai manajemen yang menyatakan bahwa latihan nafas dalam
hipertensi bukan hanya untuk pencegahan dan senam lansia dapat menurunkan tekanan
tetapi juga dapat menjaga kesehatan lansia. darah, maka para lansia yang cenderung
Selain kegiatan senam lansia, latihan memiliki tekanan darah tinggi diharapkan
nafas dalam juga dapat dilakukan untuk dapat mengaplikasikan latihan nafas dalam
menjaga kesehatan lanjut usia. Tujuan utama dan senam lansia. Latihan nafas dalam dan
pengaturan pernafasan adalah untuk senam lansia cukup mudah dan efisien.
menyuplai kebutuhan oksigen yang cukup Melakukan senam lansia dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh, misalnya tiga kali seminggu.
saat latihan fisik, infeksi, atau masa
kehamilan. Pengaturan pernafasan KESIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan pengeluaran karbon dioksida, Hasil identifikasi tekanan darah
hasil proses metabolisme tubuh (Potter & lansia sebelum dilakukan senam lansia di

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/issue/view/708 Vol.1 No.1 Edisi Januari-Juni 2013


COPING NERS ISSN: 2303-1298

dapatkan rata-rata tekanan darah sistole Fakultas Kedokteran Universitas


149,17 mmHg dan rata-rata tekanan darah Sumatera Utara.
diastole 91,25 mmHg. Hasil identifikasi (http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
tekanan darah setelah dilakukan senam 23456789/3595/1/keperawatan-
lansia di dapatkan rata-rata tekanan darah ismayadi.pdf, diakses 1 Maret 2012).
sistole 127,50 mmHg dan rata-rata tekanan
darah diastole 78,75 mmHg. Didapatkan Maryam. 2008. Mengenal usia Lanjut dan
penurunan rata-rata tekanan darah sistolik Perawatannya. Salemba Medika:
21,67 mmHg dan penurunan tekanan darah Jakarta.
diastolik 12,50 mmHg. Pemberian senam
lansia berpengaruh secara signifikan Once. 2011. Latihan Fisik Untuk Kesegaran
terhadap tekanan darah sistolik pada lansia Jasmani Lansia, (online),
dengan hipertensi yaitu nilai p (0,000) < (http://www.dronce.com/archive/131
0,05 dan tekanan darah diastolik pada lansia 2/latihan-fisik-untuk-menjaga-
dengan hipertensi yaitu p (0,000) < 0,05. kebugaran-jasmani-pada-lansia/
Dengan mengetahui pengaruh senam diakses tanggal 14 Januari 2012).
lansia terhadap penurunan tekanan darah Ponorogo. 2010. Lansia Masa Kini Dan
pada lansia dengan hipertensi maka perawat Mendatang, (online),
diharapkan dapat memberikan dan (http://tkskponorogo.blogspot.com/2
menyarankan intervensi non farmakologis 010/03/lansia-masa-kini-dan-
latihan nafas dan senam lansia sebanyak 3 mendatang.html, diakses tanggal 14
januari 2012)
kali seminggu dalam meminimalkan risiko
terjadinya komplikasi hipertensi. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
DAFTAR PUSTAKA Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume
1, Jakarta: EGC.
BPS. 2011. Bali Dalam Angka 2011.
Denpasar : BPS Provinsi Bali. Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan Konsep,
Dharto. 2009. Tahun 2010-2020 Terjadi Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume
Ledakan Lansia Di Indonesia, 2, Jakarta: EGC.
(online),
(http://www.tatv.co.id/berita/200912 Rigaud, F.B. 2001. Hypertension in Older
20/tahun-2010-2020-terjadi-ledakan- Adults. J Gerontol 2001; 56A:M217-
lansia-di-indonesia.html, diakses 5.
tanggal 13 Januari 2012)
Singh, G.M., Danaei, G., Pelizzari, P. M.,
Gunawan, D. 2009. Perubahan Anatomik dkk. 2012. The Age Associations of
Organ Tubuh Pada Penuaan, Blood Pressure, Cholesterol and
(online), (http://pustaka.uns.ac.id/? Glucose: Analysis of Health
opt=1001&menu=news&option=detai Examination Surveys from
l&nid=122, diakses 15 Januari 2012). International Populations, (online),
(http://circ.ahajournals.org/content/ea
Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging rly/2012/04/03/CIRCULATIONAHA.
Proses), (online), Skripsi. Medan: 111.058834, diakses 1 Juni 2012).
Program Studi Ilmu Keperawatan

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/issue/view/708 Vol.1 No.1 Edisi Januari-Juni 2013


COPING NERS ISSN: 2303-1298

Smeltzer and Bare. 2005. Buku Ajar Setiawan, Z. 2006. Prevalensi dan
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Determinan Hipertensi di Pulau
8, Volume 2, Jakarta: EGC Jawa, Tahun 2004. KESMAS :
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 1 (2): 57-62.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/coping/issue/view/708 Vol.1 No.1 Edisi Januari-Juni 2013

Anda mungkin juga menyukai