Abstract. Hypertension is a common disease in the elderly. Hypertension is also a risk factor for
cardiovascular disease. High incidence of hypertension in the elderly requires health
professionals to perform the role of prevention and health promotion efforts. The prevention can
be done to prevent the hypertensive elderly by doing non-pharmacological therapies are
breathing exercises and gymnastics in the elderly. This study aims to determine the effect of
breathing exercises and gymnastics in the elderly on blood pressure elderly with the
hypertension.
This study is a Pre-Eksperimental with used a design One Group Pre Test-Post test Design.
This study is a technique purposive sampling and obtained 24 people samples in 55 people
population, which selected according to the inclution criteria. The research was conducted in
Banjar Kaja Sesetan for 2 weeks in different days they are Sunday, Tuesday and Friday.
The results of the analysis using non-parametric test Wilcoxon test showed that breathing
exercises and gymnastics in the elderly affects the elderly with hypertension, blood pressure (p <
0,05).
According on the finding result of the study suggested to the Banjar Kaja Sesetan to always
give breathing exercises and gymnastics in the elderly three times a week.
mengetahui kenormalitasan data dengan uji mengetahui perbedaan tekanan darah lansia
Saphiro Wilk karena jumlah sampel kurang sebelum dan setelah setelah intervensi
dari 50. Data tidak berdistribusi normal senam lansia dengan hipertensi.
maka dianalisis dengan uji Wilcoxon untuk
HASIL PENELITIAN tekanan darah diastolik tertinggi 100 mmHg,
Analisa perbedaan tekanan darah nilai rata-rata tekanan darah sistolik 149,17
sistolik pre test dan post test dilakukan mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah
dengan menggunakan non parametrik test diastolik 91,25 mmHg. Secara teoritis, lansia
Wilcoxon dengan tujuan mengetahui memang cenderung mengalami peningkatan
pengaruh senam lansia terhadap perubahan tekanan darah seiring dengan bertambahnya
tekanan darah sistolik lansia dengan usia. Peningkatan tekanan darah pada lansia
hipertensi. hasil perhitungan stastistik nilai p umumnya terjadi akibat penurunan fungsi
= 0,000 berarti terdapat perbedaan antara organ pada sistem kardiovaskular. Katup
hasil pre test dan post test. Nilai p < 0,05 jantung menebal dan menjadi kaku, serta
yang berarti perbedaan tersebut signifikan. terjadi penurunan elastisitas dari aorta dan
Analisis perbedaan tekanan darah arteri-arteri besar lainnya (Ismayadi, 2004).
diastolik pre test dan post test dilakukan Selain itu, terjadi peningkatan resistensi
dengan menggunakan non parametrik test pembuluh darah perifer ketika ventrikel kiri
Wilcoxon dengan tujuan mengetahui memompa, sehingga tekanan sistolik dan
pengaruh senam lansia terhadap perubahan afterload meningkat (Gunawan, 2009).
tekanan darah diastolik lansia dengan Perubahan struktural dan fungsional
hipertensi. Hasil perhitungan stastistik nilai pada sistem pembuluh perifer bertanggung
p = 0,000 berarti terdapat perbedaan antara jawab pada perubahan tekanan darah yang
hasil pre test dan post test. Nilai p < 0,05 terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
yang berarti perbedaan tersebut signifikan. meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi
PEMBAHASAN otot polos pembuluh darah, yang pada
Dari hasil pengamatan karakteristik gilirannya menurunkan kemampuan distensi
responden ditemukan responden dengan dan daya regang pembuluh darah.
jenis kelamin perempuan sebanyak 62,50 % Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
dan laki-laki sebanyak 37,50 %. Secara berkurang kemampuannya dalam
klinis tidak ada perbedaan yang signifikan mengakomodasi volume darah yang
dari tekanan darah pada anak laki-laki atau dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung mengakibatkan penurunan curah jantung dan
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi, peningkatan tahanan perifer (Smeltzer &
sedangkan setelah menopouse wanita Bare, 2002).
cenderung memiliki tekanan darah yang Tekanan darah sistolik maupun
lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut tekanan darah diastolik meningkat sesuai
(Potter & Perry, 2005). Pada hasil penelitian dengan meningkatnya umur. Tekanan darah
sebelum dilakukan senam lansia didapatkan sistolik meningkat secara progresif sampai
tekanan darah sistolik tertinggi 170 mmHg,
umur 70-80 tahun, sedangkan tekanan darah Perry, 2005). Pernafasan yang pelan, dalam,
diastolik meningkat sampai umur 50-60 dan teratur dapat meningkatkan aktivitas
tahun, dan kemudian cenderung menetap parasimpatis. Peningkatan aktivitas
atau sedikit menurun. Kombinasi perubahan parasimpatis dapat menurunkan curah
ini sangat mungkin mencerminkan adanya jantung dan resistensi perifer total, yang
kekakuan pembuluh darah dan penurunan nantinya juga bisa menurunkan tekanan
kelenturan (compliance) arteri, dan ini darah.
mengakibatkan peningkatan tekanan nadi Perbedaan perubahan tekanan darah
sesuai dengan umur (Rigaud, 2001). sistolik sebelum dan setelah diberikan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh senam lansia terdapat penurunan rata-rata
Singh dkk (2012), ditemukan bahwa tekanan tekanan darah sistolik sebanyak 21,67
darah sistolik meningkat sekitar 1,7 hingga mmHg dari 149,17 mmHg menjadi 127,50
11,6 mmHg dalam kurun waktu sepuluh mmHg dengan nilai p = 0,000. Hal ini
tahun. Pada hasil penelitian setelah mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
dilakukan senam lansia didapatkan tekanan nilai rata-rata tekanan darah sistolik setelah
darah sistolik tertinggi 140 mmHg, tekanan dilakukan senam lansia.
darah diastolik tertinggi 90 mmHg, nilai Pada tekanan darah diastolik
rata-rata tekanan darah sistolik 127,50 sebelum dan setelah diberikan latihan nafas
mmHg dan nilai rata-rata tekanan darah dalam dan senam lansia terdapat penurunan
diastolik 78,75 mmHg. Data ini rata-rata tekanan darah diastolik sebanyak
menunjukkan setelah dilakukan latihan nafas 12,50 mmHg dari 91,25 mmHg menjadi
dalam dan senam lansia tekanan darah 78,75 mmHg dengan nilai p = 0,000. Hal ini
sistolik dan diastolik responden mengalami mengindikasikan bahwa terjadi penurunan
penurunan dibandingkan sebelum dilakukan nilai rata-rata tekanan darah diastolik setelah
latihan nafas dalam dan senam lansia. dilakukan latihan nafas dalam dan senam
Menurut Veronique dan Robert (2005) di lansia.
Belgia menyimpulkan bahwa latihan aerobik Dengan adanya hasil penelitian ini
dapat diterapkan sebagai manajemen yang menyatakan bahwa latihan nafas dalam
hipertensi bukan hanya untuk pencegahan dan senam lansia dapat menurunkan tekanan
tetapi juga dapat menjaga kesehatan lansia. darah, maka para lansia yang cenderung
Selain kegiatan senam lansia, latihan memiliki tekanan darah tinggi diharapkan
nafas dalam juga dapat dilakukan untuk dapat mengaplikasikan latihan nafas dalam
menjaga kesehatan lanjut usia. Tujuan utama dan senam lansia. Latihan nafas dalam dan
pengaturan pernafasan adalah untuk senam lansia cukup mudah dan efisien.
menyuplai kebutuhan oksigen yang cukup Melakukan senam lansia dapat dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan tubuh, misalnya tiga kali seminggu.
saat latihan fisik, infeksi, atau masa
kehamilan. Pengaturan pernafasan KESIMPULAN DAN SARAN
meningkatkan pengeluaran karbon dioksida, Hasil identifikasi tekanan darah
hasil proses metabolisme tubuh (Potter & lansia sebelum dilakukan senam lansia di
Smeltzer and Bare. 2005. Buku Ajar Setiawan, Z. 2006. Prevalensi dan
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi Determinan Hipertensi di Pulau
8, Volume 2, Jakarta: EGC Jawa, Tahun 2004. KESMAS :
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Nasional, 1 (2): 57-62.