Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA
GLOMERULONEFRITIS

Disusun Oleh : Kelompok 4


Anggota kelompok

1. Aisyah Lulu A. (0152422797)


2. Aristra Ivandari (0152422803)
3. Galuh Sulistyawati (0152422829)
4. Inayatul Khasanah (0152422832)
5. Marischa Bhella V.I.S (0152422843)
6. Miftachul Ryanizar A. (0152422848)
7. Nur Hikmatul Fadilah (0152422863)
8. Vella Fernanda Bramutia (0152422891)
9. Yaula Multian Qaula F. (0152422896)
PENGERTIAN
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai jenis
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut)
mencerminkan adanya korelasi klinik selain menunjukkan adanya gambaran etiologi,
patogenesis, perjalanan penyakit dan prognosis, Glomerulonefritis akut (GNA) juga
merupakan penyakit yang disebabkan kompleks imun pada ginjal yang menyebabkan
kerusakan dinding sel, meningkatnya permeabilitas membran, dan menurunnya filtrasi pada
glomerulus
ETIOLOGI
Glomrulonefritis pasca infeksi disebabkan oleh mikroba yang bervariasi, mulai
dari virus, bakteri, jamur hinggah parasite. Contoh bakteri yang dapat
menyebabkan infeksi antara lain Stafilokokus, Pneumokokus, bakteri-bakteri
gram negativ, Chalamydia, dan Mycoplasma. Dari golongan virus, herpes
simplex virus herpes, Cytomegalovirus, Epistein-barr virus merupakan etiologi
tersering. Toksoplasma dan plasmodium malariae merupakan parasit yang
dapat menyebabkan glomerulonefritis, berdasarkan reaksi hemolisis yang
ditimbulkan, streptokokus terbagi menjadi tiga golongan, yaitu hemolisis alfa,
beta, dan gamma. Hemolisis alfa merupakan reaksi hemolisis tidak sempurna
streptokokus terhadap eritrosit yang ditunjukan dari adanya pigmen kehijauan.
Sterptokokus hemolilis beta merupakan kelompok streptokokus yang dapat
melisiskan eritrosit dengan sempurna. Sedangkan streptokokus hemolilis
gamma merupakan kelompok sterptokokus yang tidak memiliskan eritrosit
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi pada pasien GNA menurut (Ramon Adyesa Tobe, 2019) yang muncul pada anak
dengan glomeruloenfritis akut adalah:
Hampir pada semua tipe glomerulonefritis terjadi gangguan di lapisan epitel atau lapisan podosit
membran glomerulus. Gangguan ini mengakibatkan hilangnya muatan negatif. Glomerulonefritis
pasca streptokokal akut terjadi karena kompleks antigen-antibodi terperangkap dan menumpuk di
dalam membran kapiler glomerulus sesudah infeksi oleh strepkococus beta-hemoliticus grup A.
Antigen tersebut, yang bisa endogen atau eksogen, menstimulasi pembentukan antibody.
Kompleks antigen-antibodi yang beredar di dalam darah akan tersangkut di dalam kapiler
glomerulus. Cedera glomerulus terjadi ketika kompleks tersebut memulai pengaktifan komplemen
dan pelepasan substansi imunologi yang menimbulkan lisis sel serta meningkatkan pemeabilitas
membran.
PATOFISIOLOGI
Intensitas kerusakan glomerulus dan insufisiensi renal berhubungan dengan ukuran, jumlah, lokasi
(lokal atau difus), durasi panjang dan tipe kompleks antigen-antibodi dalam dinding kapiler
glomerulus mengaktifkan mediator biokimiawi inflamasi yaitu: komplemen, leukosit, dan fibrin.
Komplemen yang sudah diaktifkan akan menarik sel-sel neutrofil serta monosit yang melepaskan
enzim lisosom. Enzim lisosom ini merusak dinding sel glomerulus dan menyebabkan poliferasi
matriks ekstrasel yang akan mempengaruhi aliran darah glomerulus.

Perdarahan glomerulus menyebabkan urine menjadi asam. Keadaan ini akan mengubah
hemoglobin menjadi methemoglobinemia dan mengakibatkan urine berwarna cokelat tanpa ada
bekuan darah. Respons inflamasi akan menurunkan laju filtrasi glomerulus, dan keadaan ini
menyebabkan retensi cairan serta penurunan haluran urine, peningkatan volume cairan serta
penurunan ekstrasel, dan hipertensi. Proteinuria yang nyata menyertai sindrom nefrotif sesudah 10
hingga 20 tahun kemudian akan menjadi insufisiensi renal, yang diikuti oleh sindrom nefrotik dan
gagal ginjal terminal. Laju filtrasi glomerulus menurun dan gagal ginjal terjadi dalam waktu
beberapa minggu atau beberapa bulan.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut Ramon (2019) ada beberapa tanda dan gejala yang dimunculkan oleh penderita
glomerulonefritis akut antara lain:
1) Hematuria (kencing seperti air cucian daging)
Hematuria dapat terjadi karena kerusakan pada rumbai kapiler glomerulus
2) Proteinuria (protein dalam urine) adalah suatu kondisi dimana urine mengandung
jumlah protein yang tidak normal
3) Oliguria dan anuria
Selama fase akut terdapat vasokontruksi arteriol glomerulus yang mengakibatkan tekanan
filtrasi menjadi kurang dan karena hal ini kecepatan filtrasi glomerulus juga berkurang.
Filtrasi air, garam, ureum, dan zat-zat lainnya berkurang dan sebagai akibatnya kadar
ureum dan kreatinin dalam darah meningkat. Fungsi tubulus relativ kurang terganggu, ion
natrium dan air dirsorbsi kembali sehingga dieresis berkurang maka timbul oliguria dan
anuria.
MANIFESTASI KLINIS
4) Edema
Edema yang bisanya dimulai pada kelopak mata dan bisa ke seluruh tubuh, edema dapat terjadi
karena adanya akumulasi cairan akibat penurunan fungsi ginjal, dimana terjadi penurunan laju
filtrasi glomerulus yang mengakibatkan ekskresi air, natrium, zat-zat nitrogen mungkin berkurang,
hingga menjadi edema.
5) Hipertensi
Bila terdapat kerusakan jaringan ginjal, maka tekanan darah akan tetap tinggi selama beberapa
minggu dan akan menjadi permanen. Bila keadaan penyakitnya menjadi kronis. Hal ini disebabkan
akibat terinduksinya sistem renin-angiotensin.
.
MANIFESTASI KLINIS
6) Hipertermi/suhu tubuh meningkat, dikarenakan adanya inflamsi oleh strepkokus.
7) Menurunya out put urine (pengeluaran urine) adalah keadaan dimana produksi urine
seseorang kurang dari 500 mililiter dalam 24 jam
8) Anak pucat dan lesu
9) Mual muntah
10) Fatique (keletihan atau kelelahan)
suatu kondisi yang memiliki tanda berkurangnya kapasitas yang dimiliki seseorang untuk
berkerja dan mengurangi efisiensi prestasi dan biasanya hal ini disertai dengan perasaan
letih dan lesu.
11) Demam
12) Sesak napas
13) Anoreksia (penurunan nafsu makan)
KOMPLIKASI
1) Oliguria sampai anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari, terjadi sebagai akibat
berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti insufisiensi ginjal akut dengan
uremia, hiperkalemia, dan hiperfosfatemia. Walau oliguria atau anuria yang lama jarang
terdapat pada anak, namun bila hal ini terjadi maka dialisis peritoneum kadang-kadang
di perlukan.
2) Hipertensi ensefalopati, didapatkan gejala berupa gangguan penglihatan, pusing,
muntah dan kejang-kejang. Ini di sebabkan spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
KOMPLIKASI

3) Gangguan sirkulasi berupa dispne, ortopne, terdapatnya ronki basah, pembesaran


jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja di sebabkan spasme pembuluh
darah, melainkan juga di sebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat
memberas dan terjadi gagal jantung akibat hipertensi yang menetap dan kelainan di
miokardium
4) Anemia yang timbul karena adanya hipervolemia di samping sintesis eritropoetik yang
menurun
PATHWAY..\OneDrive\Documents\Pathway Glomerulonefritis Akut.docx
Pengkajian

1) Identitas klien
Nama : An. R
Umur :7 Tahun
No register :374xxx
Agama :Islam
Pendidikan :SD
Tanggal MRS : 11 April 2022
Keluhan klien

Keluhan MRS: klien mengeluh lemas


Keluhan utama: klien mengeluh lemas
Riwayat penyakit sekarang: Ibu klien mengatakan klien mengalami penurunan nafsu makan,
susah untuk makan, dan porsi makan yang di sediakan oleh rumah sakit tidak habis, klien
mengalami penurunan berat badan 1 kg, ibu klien mengatakan klien kurang minum air putih dan
asupan makan, hemoglobin klien rendah mencapai 7 mg/dl, klien tampak lemas, klien tampak
pucat, turgor kulit menurun.
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang: Ibu klien mengatakan klien mengalami penurunan nafsu makan,
susah untuk makan, dan porsi makan yang di sediakan oleh rumah sakit tidak habis, klien
mengalami penurunan berat badan 1 kg, ibu klien mengatakan klien kurang minum air putih dan
asupan makan, hemoglobin klien rendah mencapai 7 mg/dl, klien tampak lemas, klien tampak
pucat, turgor kulit menurun, rambut klien terasa lepek, kulit klien kering, turgor kulit meningkat >
3 detik
Riwayat kesehatan dahulu: Ibu klien mengatakan bahwa anaknya ke rumah sakit karena
anaknya mengalami kencing berwarna merah, dokter mengatakan tentang kondisi anaknya yang
sakit, perasaan orang tua saat ini cemas dan khawatir tekait kondisi anaknya, orang tua klien
terutama ibu klien selalu mendampingi klien di rumah sakit, yang tinggal dengan klien adalah ibu
dan kadang bergantian dengan ayah klien. Klien belum mengerti kondisi yang dialami.
Riwayat kesehatan keluarga: Ayah klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada memiliki
riwayat GNAPS
Riwayat imunisasi
No Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi saat pemberian

1 BCG 7 hari Demam

2 DPT ( I,II,III) 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan Demam

3 Polio 1 bulan, 2 bulan , 3 bulan , 4 bulan Demam

4 Campak 8 bulan Demam

5 Hepatitis 9 bulan Demam


Riwayat tumbuh kembang
Klien mengalami penurunan berat badan 1 kg. dimana sebelum sakit berat badan klien 19 kg
dan saat dirawat BB klien menurun 18 Kg tinggi badan klien 115 cm, IMT :18 : (1,15 M )² = 13
kg ( Abnormal)
Perkembangan tiap tahap usia anak: orangtua klien mengatakan saat anak mulai berguling,
duduk, merangkak,berdiri, orangtua klien sudah tidak ingat, saat anak mulai berjalan usia 1
tahun, dan pada saat anak pertama kali tersenyum kepada orang lain orangtua klien sudah tidak
ingat, untuk anak berpakaian tampa bantuan usia 3 tahun
Riwayat nutrisi
1. Pemberian ASI
Pertama kali diberi setelah bayi lahir, waktu pemberian setiap saat bayi menangis, lama
pemberian anak usia 2 tahun.
2. Pemberian susu formula
Alasan pemberian karena produksi ASI ibu klien tidak banyak, 3-4 kali sehari, cara pemberian
dengan dot.
Riwayat Psikososial
Klien tinggal di rumah bersama dengan kedua orang tuanya dan adik
perempuannya, lingkungan tempat tinggal klien berada di kota, dekat dengan
sekolah, tidak ada tangga yang mungkin membahayakan anak di rumah, hubungan
antara anggota keluarga harmonis, yang mengasuh anak adalah orangtua.

Riwayat Spiritual
Ibu klien mengatakan sangat memberi support kepada anaknya terkait
kesehatan anaknya, klien belum bisa melaksanakan sholat.
Genogram
Pola kesehatan sehari hari
1) Nutrisi
1. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan saat tidak sakit selera makan anaknya bagus 3 x sehari dan makanan
yang disediakan selalu habis, ibu klien mengatakan tidak ada makanan pantangan, tidak ada
batasan pola makan, dan klien selalu berdoa sebelum makan
2. Saat sakit
Saat sakit ibu klien mengatakan selera makan anaknya menurun, klien makan 1-2 kali sehari
tapi hanya sedikit dengan menu yang di sediakan oleh rumah sakit selalu ada sisa, ibu klien
mengatakan anaknya tidak memiliki makanan pantangan dan pembatasan pola makan, klien
makan disuap oleh ibunya. Klien selalu berdoa sebelum makan.
Pola kesehatan sehari hari
2) Cairan

1. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan klien mengkonsumsi air putih sekiranya 1 liter satu hari dan tambahan susu
formula 170 ml satu kali sehari.
2. Saat sakit
Ibu klien mengatakan klien kurang minum air putih satu botol air mineral 1,5 ml dan yang klien
konsumsi (500 ml) yang habis dalam sehari, susu 170 ml dalam satu hari, pemenuhan cairan
klien dengan infus DN ½ 500 ml 10 tetes x/menit. Intake, infus = 10 tetes/menit. 10:20 = 0,5 x 60
= 30 x 24 jam = 720/hari. Obat sirup curliv 3 x 1, 1 sendok = 5 ml, 3 x 5 = 15 ml. obat oral pct 3
x 1, 1 sendok 5 ml, 3 x 5 = 15 ml. minum mineral = 500 ml/ hari + susu 170 ml/hari. Intake =
750 ml + 30 ml + 170 ml + 500 = 1.450 ml. Output urine : 1 cc/kg/jam = 1 x 18 x 24 = 432/ hari
BAB 1 kali dalam sehari dengan jumlah 100 ml.
Iwl: (30 – usia) x BB = (30 – 7 ) x 18 = 414
Output = 432 + 414 + 100 = 946 ml
Balance cairan = intake – output= 1450 ml – 946 ml = 504 ml
3) Eliminasi
 (BAB)
1. Sebelum sakit
Ibu klien megatakan anaknya BAB 2-3 kali sehari tidak ada keluhan BAB dan klien BAB di toilet,
tidak ada kesulitan, tidak menggunakan obat pencahar, konsistensi BAB normal.
2. Saat sakit
Ibu klien mengatakan anaknya BAB 1 kali sehari, tidak ada kesulitan, tidak menggunakan obat
pencahar.
 (BAK)
1. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan anaknya BAK pada malam hari 3 kali dan siang bisa mencapai 10 kali, klien
BAK di toilet, warna urine kuning keemasan, tidak ada kesulitan
2. Saat sakit
Ibu klien mengatakan pada malam hari anaknya sering buang air kecil sekiranya 10 kali, tidak ada
kesulitan.
Pola kesehatan sehari hari
4) Istirahat tidur

1. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan anaknya tidur siang selema kurang lebih 3 jam dan tidur malam jam 9
dengan nyenyak .

2. Saat sakit
Ibu klien mengatakan anaknya tidur siang selama 3 jam dan tidur malam selama 8 jam dan
dari jam 9 malam sampai jam 8 pagi
6) Personal hygine

1. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan anaknya mandi 2 kali sehari, gunting kuku seminggu sekali, dan klien
mandi dibantu oleh ibunya. Cuci rambut setiap kali mandi, gosok gigi 2 kali sehari
2. Saat sakit
Ibu klien mengatakan selama di rumah sakit anaknya mandi 2 hari sekali gunting kuku belum
pernah saat di rumah sakit, cuci rambut sekali, gosok gigi setiap kali mandi, terkadang ia tidak
ingin memandikan anaknya karena takut masuk angin dan suasana rumah sakit yang dingin

7) Aktivitas mobilitas

1. Sebelum sakit
Ibu klien mengatakan kegiatan sehari-hari anaknya pergi ke sekolah dan bermain bersama
teman-temannya, tidak menggunakan alat bantu, pergerakan tubuh normal
2. Saat sakit
Ibu klien mengatakan kegiatan sehari-hari anaknya hanya barbaring di tempat tidur dan 1-2 kali
berjalan di sekeliling kamar pasien, tidak menggunakan alat bantu, pergerakan tubuh normal.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien

Tanda-tanda vital
6. Berat badan :18 kg
1. Suhu : 36,7 ℃ 7. Lingkar lengan :15 cm
2. Nadi :95x/menit 8. Lingkar kepala :53 cm
3. Respirasi :21x/mneit 9. Lingkar dada :75 cm
4. Spo2 :97% 10. Lingkar perut :51 cm
5. Tinggi badan :115 cm 11. IMT :18 : (1,15 M )² = 13 kg
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan kepala dan muka
Inspeksi: kepala mesosepal, persebaran rambut merata, warna hitam, kulit muka berwarna sawo matang
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, rambut tampak lepek

• Pemeriksaan telinga
Inspeksi: telinga bersih, tidak ada sermen, telinga simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan

• Pemeriksaan mata :
Inspeksi : konjungtiva anemis,
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan mulut dan faring
Inspeksi : mulut tampak bersih, bibir tampak kering

• Pemeriksaan leher
Inspeksi: tidak ada massa
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid

• Pemeriksaan payudara dan ketiak


Inspeksi : payudara dan ketiak simetris, bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan thoraks
h.1 pemeriksan paru-paru
Inspeksi : bentuk dada simetris, Gerakan dada simetris, frekuensi pernapasan 21x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa dindig dada
Perkusi : bunyi sonor pada area paru-paru
Auskultasi : bunyi nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan

h.2 pemeriksaan jantung


Inspeksi:bentuk dada simetris, tidak ada pembesaran pada salag satu dinding dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada jantung
Perkusi : bunyi redup, tidak ada pelebaran dinding jantung
Auskultasi : suara irama jantung teratur, terdengar normal, tidak ada bunyi jantung
tambahan
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien

Tanda-tanda vital
6. Berat badan :18 kg
1. Suhu : 36,7 ℃ 7. Lingkar lengan :15 cm
2. Nadi :95x/menit 8. Lingkar kepala :53 cm
3. Respirasi :21x/mneit 9. Lingkar dada :75 cm
4. Spo2 :97% 10. Lingkar perut :51 cm
5. Tinggi badan :115 cm 11. IMT :18 : (1,15 M )² = 13 kg
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : permukaan perut datar, tidak ada asites
Auskultasi : terdengar bunyi peristaltic usus
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan
Perkusi : terdapat bunyi timpani

• Pemeriksaan integumen
Inspeksi : warna kulit sawo matang, tidak ada lesi
Palpasi : kulit kering, CRT> 3 detik
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan anggota gerak
Ekstremitas atas : tangan dan kiri dapat bergerak secara normal
Ekstremitas bawah : kaki kanan dan kiri dapat bergerak secara normal

• Pemeriksaan genetalia
Tidak terkaji

• Pemeriksaan status neurologis


Orientasi klien baik, saat klien diajak bicara klien memperhatikan, bahasa klien baik
menggunkan bahasa Indonesia, kontak mata klien baik, GCS E4M5V6 =15 (composmentis )
Pemeriksaan penunjang
Analisa data 1
Tanggal/jam Pengelompokan data penyebab masalah

Ds : Penurunan Perfusi perifer tidak


1. Ibu klien mengatakan klien kurang konsentrasi efektif
minum air putih dan asupan makanan hemoglobin

Do :
1. Hb klien 7,5 mg/dl
2. Klien tampak lemas
3. Turgor kulit menurun
4. Bibir klien tampak kering
Analisa data 2
Tanggal/jam Pengelompokan data penyebab masalah
Ds : Faktor psikologis Defisit nutrisi
1. Ibu klien mengatakan klien ( keengganan
mengalami penurunan nafsu untuk makan )
makan,susah makan, porsi yang di
sedikan rumah sakit tidak dihabis ½
dari yang di siapkan
2. Ibu klien mengatakan klien
mengalami penurunan berat badan 1 kg

Do :
1. klien tampak pucat
2. BB 18 kg
3. S : 36,7 ℃
4. RR : 21x/menit
Analisa data 3
Tanggal/jam Pengelompokan data penyebab masalah

Ds : Penurunan minat Defisit perawatan diri


1. Ibu klien mengatakan selama berada di
rumah sakit klien mandi dalam 2-3 hari
sekali mandi
2. Ibu klien mengatakan tidak ingin
memandikan anaknya karena takut masuk
angin dan suasana rumah sakit yang dingin

Do :
1. Rambut klien terasa lepek
2. Kulit klien terasa kering
Diagnosa keperawatan
No. Tanggal muncul Diagnosa keperawatan Tanggal teratasi Tanda tangan & nama
terang

1 Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan


konsentrasi hemoglobin d.d klien tampak
lemas, turgor kulit meningkat > 3 detik,
Hb 7,5 mg/dl, bibir klien tampak kering

2 Defisit nutrisi b.d factor psikologis


(keengganan untuk makan) d.d penurunan
nafsu makan, susah untuk makan, porsi
makan tidak habis, berat badan menurun
1kg

3 Defisit perawatan diri b.d penurunan


minat klien d.d dalam 2-3 hari sekali
mandi, rambut terasa lepek, kulit klien
terasa kering
Intervensi keperawatan
No. dx Tujuan dan kriteria hasil intervensi rasional

1 setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi


selama 2 x 24 jam maka di harapkan perfusi 1. Monitor panas
perifer meningkat dengan, 2. Periksa sirkulasi perifer
Kriteria hasil : Terapeutik
1. Warna kulit pucat menurun 1. Hindari penekanan dan
2. Akral membaik pemasangan tourniquet
3. Turgor kulit membaik pada area yang cedera
4. Hemoglobin membaik 2. Lakukan perawatan kuku
Edukasi
3. Anjurkan berolahraga
rutin
kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
transfusi darah
Intervensi keperawatan
No. dx Tujuan dan kriteria hasil intervensi rasional

2 setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi status nutrisi


selama 2x24 jam maka di harapkan status 2. Monitor berat badan
nutrisi membaik dengan, Terapeutik
Kriteria hasil : 1. Sajikan makanan secara
1. Porsi makanan yang dihabiskan meningkat menarik dan suhu yang sesuai
2. Nafsu makan membaik 2. Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
Kolaborasi
1. kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
ddibutuhkan
Intervensi keperawatan
No. dx Tujuan dan kriteria hasil intervensi rasional

3 setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi


selama 1x24 jam maka di harapkan 1. Identifikasi kebiasan aktivitas
perawatan diri meningkat dengan perawatan diri sesuai usia
Kriteria hasil 2. Monitor tingkat kemandirian
1. Verbalisai keinginan melakukan Terapeutik
perawatan diri meningkat 1. Dampingi dalam melakukan perawatan
2. Mempertahakan kebersihan mulut diri
meningkat 2. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsinten sesuai kemampuan
Implementasi keperawatan
No. dx Tanggal/ jam Tindakan perawatan dan responnya

1 07.15 1. Memonitor panas


R: suhu tubuh klie 36,5 c
2. memeriksa sirkulasi prifer
R : arter perifer teraba kuat

1. meghindari penekanan dan pemasangan tourniquet pada area yang cedera


R : ibu klien mengatakan tidak ada di lakukan pemasangan tourniquet pada area cedera
2. melakukan perawatan kuku
R : klien bersedia dilakukan pemotongan kuku

1. menganjurkan berolahraga rutin


R : klien belum mau berolahraga

1. berkolaborasi pemberian transfusi darah


R : ibu klien bersedia dilakukan transfusi darah
Implementasi keperawatan
No. dx Tanggal/ jam Tindakan perawatan dan responnya

2 1. mengIdentifikasi status nutrisi


R : status nutrisi pasien rendah
2. memonitor berat badan
R : BB pasien belum membaik

2. menyajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai


R : klien mulai tertarik untuk makan
2. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
R : klien sudah mulai mau makan sedikit tapi sering

3. menganjurkan posisi duduk, jika mampu


R : klien mau dan mampu dengan posisi duduk saat makan

4. berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
ddibutuhkan
R : klien mau memakan makanan yang sesuai dengan jumlah kalori dan jenis gizi yang
dibutuhkan
Implementasi keperawatan
No. dx Tanggal/ jam Tindakan perawatan dan responnya

3 1. mengidentifikasi kebiasan aktivitas perawatan diri sesuai usia


R : klien masih dimandikan oleh ibunya
2. memonitor tingkat kemandirian
R : pasien belum mampu mandi sendiri saat ini (sakit)

2. mendampingi dalam melakukan perawatan diri


R : klien mau didampingi saat mandi
2. memfasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
R : klien mau dibantu saat melakukan perawatan diri

1. menganjurkan melakukan perawatan diri secara konsinten sesuai kemampuan


R : klien sudah konsisten melakukan perawatan diri
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai