Anda di halaman 1dari 75

MANAJEMEN

PERAWATAN LUKA
By. Wayunah, S.Kp., M.Kep

1 02/10/2019
DEFINISI DAN KLASIFIKASI LUKA
 Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena
cedera atau pembedahan
 Luka diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis, sifat,
proses penyembuhan dan lamanya penyembuhan luka
 Berdasarkan struktur lapisan kulit: superfisial, yang
melibatkan lapisan epidermis; partial thickness, yang
melibatkan epidermis dan dermis; dan full thickness yang
melibatkan epidermis, dermis, lapisan lemak, fascia dan
bahkan sampai ke tulang.
 Berdasarkan sifat: abrasi, kontusio, insisi, laserasi terbuka,
terbuka, penetrasi, puncture, sepsis, dll.

2 02/10/2019
Jenis Luka menurut tingkat
kontaminasi
 Luka bersih
Luka ini tdk ditemukan adanya tanda-tanda infeksi  luka pembedahan asptik,
kecuali pembedahan sistem perkemihan, pernafasan dan pencernaan
 Luka bersih terkontaminasi
Luka pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan, atau pencernaan, karena
telah terkontaminasi flora normal jaringan yang bersangkutan
 Luka terkontaminasi
Luka terkontaminasi oleh bakteri, yang diikuti reaksi host, namun tidak
terbentuk pus/nanah
 Luka terinfeksi
Pada luka ini terdapat tanda-tanda klinis infeksi dengan peningkatan kadar
leukosit atau makrofag

3 02/10/2019
Jenis luka menurut tingkat
kontaminasi mikrobanya
 Kontaminasi Rendah  Luka terkontaminasi
Luka dengan kolonisasi (fraktur terbuka, intervensi bedah
abdomen dan paru)
 Kontaminasi Sedang  luka denga kolonisasi kritis
Peningkatan jumlah patogen luka (luka kronik yang tidak
menyembuh)
 Kontaminasi Tinggi  luka septik
Luka yang sangat terkolonisasi (abses, fistula, emfisema,
osteotis)

4 02/10/2019
Jenis Luka berdasarkan stadium
 National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP), membagi luka
menjadi 5 stadium:
1. Stadium 1
Luka dikatakan stadium 1 jika warna dasar luka merah dan hanya
melibatkan lapisan epidermis. Epidermis masih utuh. Epidermis
hanya mengalami perubahan warna kemerahan.
2 Stadium 2
Luka dikatakan stadium 2 jika warna dasar luka merah dan
melibatkan laposan epidermis-dermis. Luka menyebabkan
epidermis terpisah dari dermis dan/atau mengenai
sebagian dermis (partial-thickness). Biasanya disertai adanya
bula atau blister.
5 02/10/2019
Lanjutan 1
3. Stadium 3
Luka dikatakan stadium 3 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kehilangan epidermis, dermis, hingga sebagian
hypodermis (full-thickness). Pada proses penyembuhan luka, kulit
akan menumbuhkan lapisan-lapisanyang hilang (granulasi)
sebelum menutup (epitelisasi).
4. Stadium 4
Luka dikatakan stadium 4 jika warna dasar luka merah dan lapisan
kulit mengalami kerusakan dan kehilanganlapisan epidermis,
dermis, hingga seluruh hypodermis, dan mengenail otot dan
tulang (deep full-thickness). Undemining (gua) dan sinus masuk ke
dalam stadium 4.
6 02/10/2019
Lanjutan 2
5. Unstageable
Luka dikatakan tidak dapat ditentukan stadiumnya (unstageable)
jika warna dasar luka kuning atau hitam dan merupakan jaringan
mati (nekrosis), terutama jika jaringan nekrosis ≥ 50% berada di
dasar luka. Dasar luka yang nekrosis dapat dinilai stadiumnya
setelah ditemukan dasar luka merah (granulasi) dengan pembuluh
darah yang baik.

7 02/10/2019
8 02/10/2019
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Proses penyembuhan luka ada 3 macam:
 Healing by primary itention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, biasanya terjadi
karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang. Penyembuhan luka
terjadi dari bagian internal ke eksternal
 Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan
berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka
dan sekitarnya
 Delayed primary healing (tertiery healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya disertai infeksi,
diperlukan penutupan luka secara manual
9 02/10/2019
10 02/10/2019
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
1. Fase Inflamasi
 Hari ke 0 – 5
 Respon segera setelah injury  pembekuan darah  utk
mencegah kehilangan darah
 Karakteristik : tumor, rubor, dolor, color, functio laesa
 Fase awal terjadi haemostasis
 Fase akhir terjadi fagositosis
 Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

11 02/10/2019
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
2. Fase Proliferasi atau epitelisasi
 Hari 3 – 14
 Disebut juga dengan fase granulasi o.k adanya
pembentukan jaringan granulasi pada luka à luka nampak
merah segar, mengkilat
 Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi : Fibroblasts, sel
inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronectin and
hyularonic acid
 Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan
penebalan lapisan epidermis pada tepian luka
 Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi

12 02/10/2019
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
3. Fase Maturasi atau Remodeling
 Berlangsung dari beberapa minggu s.d 2 tahun
 Terbentuknya kolagen yang baru yang mengubah bentuk
luka serta peningkatan kekuatan jaringan (tensile
strength)
 Terbentuk jaringan parut (scar tissue) à 50-80% sama
kuatnya dengan jaringan sebelumnya
 Terdapat pengurangan secara bertahap pada aktivitas
selular and vaskularisasi jaringan yang mengalami
perbaikan

13 02/10/2019
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENYEMBUHAN LUKA
 Status Imunologi
 Kadar gula darah (impaired white cell function)
 Hidrasi (slows metabolism)
 Nutritisi
 Kadar albumin darah (‘building blocks’ for repair, colloid
osmotic pressure – oedema)
 Suplai oksigen dan vaskularisasi
 Nyeri (causes vasoconstriction)
 Corticosteroids (depress immune function)

14 02/10/2019
PENGKAJIAN LUKA
A. Kondisi luka
1. Warna dasar luka
 Slough (yellow)
 Necrotic tissue (black)
 Infected tissue (green)
 Granulating tissue (red)
 Epitheliasing (pink)
2. Lokasi ukuran dan kedalaman luka
3. Eksudat dan bau
4. Tanda-tanda infeksi
5. Keadaan kulit sekitar luka: warna & kelembaban
6. Hasil pemeriksaan laboratoriun yang mendukung

15 02/10/2019
PENGKAJIAN LUKA
B. Status nutrisi klien : BMI, kadar albumin
C. Status vascular : Hb, TcO2
D. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan
immunosupresan yang lain
E. Penyakit yang mendasari : diabetes atau kelainan
vaskularisasi lainnya

16 02/10/2019
Warna Dasar Luka

Kuning Hitam

Merah
17 02/10/2019
Warna Dasar Luka Hitam (Black)
 Warna dasar luka hitam artinya jaringan nekrosis (mati)
dengan kecenderungan keras dan kering. jaringan tidak
mendapatkan vaskularisasi yang baik dari tubuh sehingga
mati. Luka dengan warna dasar hitam berisiko mengalami
deep tissue injury atau kerusakan kulit hingga tulang, dengan
lapisan epidermis masih terlihat utuh. Luka terlihat kering,
namun sebetulnya itu bukan jaringan sehat dan harus diangkat

18 02/10/2019
Warna Dasar Luka Kuning (Yellow)
 Warna dasar luka kuning artinya jaringan nekrosis (mati)
yang lunak berbentuk seperti nanah beku pada permukaan
kulit yang sering disebut dengan Slough. Jaringan ini juga
mengalami kegagalan vaskularisasi dalam tubuh dan memiliki
eksudat yang banyak hingga sangat banyak. Pada beberapa
kasus sering ditemukan slough yang keras, yang disebabkan
balutan yang tidak lembab.

19 02/10/2019
Warna Dasar Luka Merah (Red)
 Warna dasar luka merah artinya jaringan granulasi dengan
vaskularisasi yang baik dan memiliki kecenderungan mudah
berdarah. Warna dasar luka menjadi tujuan klinisi dalam
perawatan luka hingga luka dapat menutup. Hari-hati saat
melakukan perawatan luka dengan warna dasar luka merah
yang tidak cerah atau berwarna pucat karena kemungkinan
ada lapisan biofilm yang menutupi jaringan granulasi

20 02/10/2019
Warna Dasar Luka Pink
 Warna dasar luka pink menunjukkan terjadinya proses
epitelisasi dengan baik menuju maturase. Artinya luka sudah
menutup, namun biasanya sangat rapuh seingga perlu untuk
tetap dilindungi selama proses maturasi terjadi. Memberikan
kelembapan pada jaringan epitel dapat membantu agar tidak
timbul luka baru

21 02/10/2019
Luka dengan eksudat & jaringan
nekrotik (Sloughy wound)
 Bertujuan untuk melunakkan dan mengangkat jaringan mati (slough
tissue)
 Sel-sel mati terakumulasi dalam eksudat
 Untuk merangsang granulasi
 Mengkaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
 Balutan yang dipakai antara lain: hydrogels, hydrocolloids, alginates
dan hydrofibre dressings

22 02/10/2019
Luka nekrotik
 Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan
nekrotik (eschar)
 Berikan lingkungan yg kondusif u/autolisis
 Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
 Hydrogels, hydrocolloid dressings

23 02/10/2019
Luka terinfeksi
 Bertujuan untuk mengurangi eksudat,
bau dan mempercepat penyembuhan
luka
 Identifikasi tanda-tanda klinis dari
infeksi pada luka
 Wound culture – systemic antibiotics
 Kontrol eksudat dan bau
 Ganti balutan tiap hari
 Hydrogel, hydrofibre, alginate,
metronidazole gel (0,75%), carbon
dressings, silver dressings
24 02/10/2019
Luka granulasi
 Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan
yang baru, jaga kelembaban luka
 Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
 Moist wound surface – non-adherent dressing
 Treatment overgranulasi
 Hydrocolloids, foams, alginates

25 02/10/2019
Luka epitelisasi
 Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif
untuk “re-surfacing”
 Transparent films, hydrocolloids
 Balutan tidak terlalu sering diganti

26 02/10/2019
PERENCANAAN
A. Pemilihan Balutan Luka
 Balutan luka (wound dressing) telah mengalami perkembangan
sangat pesat selama dua dekade ini
 Revolusi dalam perawatan luka ini dimulai dengan adanya hasil
penelitian yang dilakukan oleh Professor G.D Winter pada tahun
1962 yang dipublikasikan dalam jurnal Nature tentang keadaan
lingkungan yang optimal untuk penyembuhan luka.
 Menurut Gitarja (2002), adapun alasan dari teori perawatan
luka dengan suasana lembab ini antara lain:

27 02/10/2019
1. Mempercepat fibrinolisis
 Fibrin yang terbentuk pada luka kronis dapat dihilangkan lebih
cepat oleh netrofil dan sel endotel dalam suasana lembab.
2.Mempercepat angiogenesis
 Dalam keadaan hipoksia pada perawatan luka tertutup akan
merangsang lebih pembentukan pembuluh darah dengan lebih
cepat.
3 . Menurunkan resiko infeksi
 Kejadian infeksi ternyata relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan perawatan kering.

28 02/10/2019
5. Mempercepat pembentukan Growth factor
 Growth factor berperan pada proses penyembuhan luka untuk
membentuk stratum corneum dan angiogenesis, dimana
produksi komponen tersebut lebih cepat terbentuk dalam
lingkungan yang lembab.
5.Mempercepat terjadinya pembentukan sel aktif.
 Pada keadaan lembab, invasi netrofil yang diikuti oleh
makrofag, monosit dan limfosit ke daerah luka berfungsi lebih
dini.

29 02/10/2019
PRINSIP PEMILIHAN BALUTAN
1. Kapasitas balutan untuk dapat menyerap cairan yang
dikeluarkan oleh luka (absorbing)
2. Kemampuan balutan untuk mengangkat jaringan nekrotik
dan mengurangi resiko terjadinya kontaminasi
mikroorganisme (non viable tissue removal)
3. Meningkatkan kemampuan rehidrasi luka (wound
rehydration)
4. Melindungi dari kehilangan panas tubuh akibat penguapan
5. Kemampuan atau potensi sebagai sarana pengangkut atau
pendistribusian antibiotic ke seluruh bagian luka
(Hartmann, 1999; Ovington, 1999)

30 02/10/2019
JENIS MODERN DRESSING
KATEGORI INDIKASI KONTRA-
INDIKASI
Transparent film Luka yang kering, terutama untuk luka Luka dengan infeksi
yang sulit dibungkus (plantar) Lesi basah
Foam Membersihkan luka dengan granulasi dan Lesi kering
eksudat
Preparat mengandung polyurethrane foam
yang memiliki kemampuan mengabsorbsi
Hydrogels Luka yang kering/nekrotik Lesi basah
Sediaan berupa gel dengan komposisi
95% air atau gliserin
Hydrocolloids Digunakan untuk lesi kering/nekrotik Lesi basah dan dalam
dengan eksudat minimal

31 02/10/2019
JENIS MODERN DRESSING
KATEGORI INDIKASI KONTRA-
INDIKASI
Calcium alginate Preparat bersifat absorbent sehingga Lesi kering
bermanfaat pada lesi basah/banyak
eksudat
Antimicrobial dressing Preparat berisi silver/iodine Alergi terhadap
Lesi dengan infeksi/untuk mencegah komponen obat
infeksi
Preparat debridemen Preparat mengandung enzim/zat kimiawi Lesi basah
(papain urea, collagenase)
Lesi nekrotik sebagai alternatif
debridemen bedah

32 02/10/2019
JENIS-JENIS BALUTAN
1. Film Dressing
 Semi-permeable primary atau secondary dressings
 Clear polyurethane yang disertai perekat adhesive
 Conformable, anti robek atau tergores
 Tidak menyerap eksudat
 Indikasi : luka dgn epitelisasi, low exudate, luka insisi
 Kontraindikasi : luka terinfeksi, eksudat banyak
 Contoh: Tegaderm, Op-site, Mefilm

33 02/10/2019
JENIS-JENIS BALUTAN
2. Hydrocolloid
 Pectin, gelatin, carboxymethylcellulose dan elastomers
 Support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik
atau slough
 Occlusive –> hypoxic environment untuk mensupport
angiogenesis
 Waterproof
 Indikasi : luka dengan epitelisasi, eksudat minimal
 Kontraindikasi : luka yang terinfeksi atau luka grade III-IV
 Contoh: Duoderm extra thin, Hydrocoll, Comfeel
34 02/10/2019
JENIS-JENIS BALUTAN
3. Alginate
 Terbuat dari rumput laut
 Membentuk gel diatas permukaan luka
 Mudah diangkat dan dibersihkan
 Bisa menyebabkan nyeri
 Membantu untuk mengangkat jaringan mati
 Tersedia dalam bentuk lembaran dan pita
 Indikasi : luka dengan eksudat sedang s.d berat
 Kontraindikasi : luka dengan jaringan nekrotik dan kering
 ontoh : Kaltostat, Sorbalgon, Sorbsan

35 02/10/2019
JENIS-JENIS BALUTAN
4. Foam Dressing
 Polyurethane
 Non-adherent wound contact layer
 Highly absorptive
 Semi-permeable
 Jenis bervariasi
 Adhesive dan non-adhesive
 Indikasi : eksudat sedang s.d berat
 Kontraindikasi : luka dengan eksudat minimal, jaringan
nekrotik hitam
 Contoh : Cutinova, Lyofoam, Tielle, Allevyn, Versiva

36 02/10/2019
• Merupakan primary

Jenis Balutan dressing,


• Berfungsi utk luka
derajat 1 atau luka
5. Hidrogel dengan warna dasar
merah (granulasi)
• Membantu mengurangi
proses inflamasi

37 02/10/2019
JENIS-JENIS BALUTAN
6. Terapi alternatif
 Zinc Oxide (ZnO cream)
 Madu (Honey)
 Sugar paste (gula)
 Larvae therapy/Maggot Therapy
 Vacuum Assisted Closure
 Hyperbaric Oxygen

38 02/10/2019
Maggot Therapy

39 02/10/2019
TERAPI TOPIKAL (PRIMARY
DRESSING)

40 02/10/2019
BALUTAN KOMBINASI
Tujuan Tindakan
Rehidrasi Hydrogel + film
atau hanya hydrocolloid
Debridement (deslough) Hydrogel + film/foam
Atau hanya hydrocolloid
Atau alginate + film/foam
Atau hydrofibre + film/foam
Manage eksudat sedang Extra absorbent foam
s.d berat Atau extra absorbent alginate + foam
Atau hydrofibre + foam
Atau cavity filler plus foam

41 02/10/2019
EVALUASI DAN MONITORING LUKA
 Dimensi luka : size, depth, length, width
 Photography
 Wound assessment charts
 Frekuensi pengkajian
 Plan of care

42 02/10/2019
DOKUMENTASI PERAWATAN LUKA
 Potential masalah
 Komunikasi yang adekuat
 Continuity of care
 Mengkaji perkembangan terapi atau masalah lain yang timbul
 Harus bersifat faktual, tidak subjektif
 Wound assessment charts

43 02/10/2019
Wound Care
Principles
1. Indications  dirty wound, maceration wound,
institution guidelines
2. Increase moist wound surface
3. Aseptic-antiseptic technique
4. Dressing accordingly the wound condition
Dressing/Balutan
 Tujuan :
1. memberikan lingkungan yang memadai untuk
penyembuhan luka
2. absorbsi drainase
3. menekan dan imobilisasi luka
4. mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera
mekanis
5. mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing
7. memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien

45 02/10/2019
CARA MERAWAT LUKA
 Usahakan agar luka tetap bersih selama proses penyembuhan.
Bersihkan luka dengan larutan saline sollution: larutkan dua
sendok teh garam ke dalam air panas, lalu biarkan dingin.
 Gunakan antiseptic yang alamiah. Dapat menggunakan
Echinacea angustifolia, calendula, daun teh dan lavender.
 Perbanyak intake protein dalam tubuh ketika sedang terluka.
Terutama pasca operasi, kebutuhan kalori dan protein dalam
tubuh akan meningkat 20-50 persen.

46 02/10/2019
CARA MERAWAT LUKA
 Perbanyak intake berbagai vitamin dan zat lainnya:?
 Gunakan madu untuk menyembuhkan luka. Madu
mengandung enzim-enzim dan zat anti-viral, dapat
mempercepat penyembuhan luka, dan menurunkan risiko
infeksi lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan
balutan sintetik semi-oklusif. Madu juga dapat mempercepat
pertumbuhan sel-sel yang baru.

47 02/10/2019
VITAMIN DAN FUNGSINYA
 Vitamin A untuk membantu pembentukan jaringan yang luka
 Vitamin B1 untuk mensintesis kolagen
 Vitamin B5 untuk mempercepat proses penyembuhan
 Vitamin C untuk mempercepat pembentukan kolagen dan
elastin, juga untuk mempercepat pertumbuhan
 Vitamin E untuk membantu menghilangkan bekas luka
 Zn untuk menstimulasi proses penyembuhan luka
 Lemak essensial untuk memnyempurnakan proses
penyembuhan luka

48 02/10/2019
Equipments

1. Sterile gloves
2. Dressing set: scissor, forceps, small bowl
3. Sterile gauze dressing
4. Cleansing solution, if ordered
5. Sterile saline
6. Tape
7.
Alat dan Bahan
 Bahan untuk Membersihkan Luka
· Alkohol 70%
· Aqueous and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane)
· Aqueous and tincture of benzalkonium chloride (Zephiran
Cloride)
· Hydrogen Peroxide
· Natrium Cloride 0.9%

50 02/10/2019
Alat dan Bahan
 Bahan untuk Menutup Luka
· Verband dengan berbagai ukuran

Bahan untuk mempertahankan balutan


· Adhesive tapes
· Bandages and binders

51 02/10/2019
prosedures
1. Check the program
2. Introduce the procedure and goal
3. Evaluate the pt and wound condition
4. Wash hand
5. Prepare the equipments
6. Protect pt privacy
7. Place the pt in an appropriate position
8. Place a protection under the wound area
9. Open the dressing set
10. Open the wound with a clean forceps or gloves
11. Use a sterile gloves
12. Manage the wound: care wound’s granulation, clean from the
sterile to the less sterile, debride if necessary
13. Dry the wound with a gauze
14. Give an appropriate dressing
15. Evaluate the procedure
16. Place the patient in a comfort position
17. Wash Clean the wound with normal saline or sterile water
18. Wash Hand
19. Documented the procedure and the result
PERAWATAN LUKA KAKI DIABETES
(ULKUS KAKI /LEG ULCERS)
By. Wayunah, skP, m.kep
54 02/10/2019
Pendahuluan
 Salah satu penyakit diabetes mellitus yang sering dijumpai adalah
kaki diabetik, yang dapat bermanifestasikan sebagai ulkus,
infeksi, dan gangren, serta artripati Charcot
 Sekitar 15% penderita DM mengalami komplikasi ulkus
diabetika  ulkus kaki. Sekitar 14-24% diantara penderita kaki
diabetik tsb memerlukan tindakan amputasi
 Muha J melaporkan satu diantara 5 penderita ulkus DM
memerlukan tindakan amputasi, dan 6 – 30% psn yg
mengalami amputasi memiliki resiko re-amputasi dlm waktu
1-3 th kemudian

55 02/10/2019
 Risiko amputasi terjadi bila ada faktor: neuripati perifer,
deformitas tulang, insufisiensi vaskuler, riwayat ulkus/amputasi
dan gangguan patologi kuku berat
 Neuropati perifer mempunyai peranan yang sangat besar dalam
terjadinya kaki diabetik akibat hilangnya proteksi sensai nyeri
terutama di kaki
 Lebih dari 80% kaki DM dilatar belakangi oleh neuropati

56 02/10/2019
MANAJEMEN KAKI DIABETIKA
 Terutama difokuskan untuk mencegah dan menghindari
amputasi ekstremitas bawah
 Upaya tsb dilakukan dengan cara:
1. Melakukan identifikasi pasien yang memiliki risiko tinggi
amputasi
2. Memberikan pengobatan segera dan efektif pada keadaan
dimana terjadi gangguan luka akut

57 02/10/2019
 Penatalaksanaan ulkus diabetik perlu dilakukan secara
multidisipliner dan komprehensif melalui upaya:
 Mengatasi penyakit kormobid
 Menghilangkan/mengurangi tekanan beban (off loading)
 Perawatan luka dan menjaga agar luka selalu lembab (moist)
 Penanganan infeksi
 Debridemen
 Revaskularisasi dan tindakan bedah elektif
 Profilaktif
 Kuratif dan emergensi

58 02/10/2019
Patogenesis ulkus diabetik
 Perubahan patofisiologi pada tingkat biomolekuler
menyebabkan neuropati perifer, penyakit vaskuler
perifer, dan penurunan sistem imunitas yang
menyebabkan terganggunya proses penyembuhan luka
 Deformitas kaki (neuroartropati Charcot) terjadi akibat
neuropati motoris
 Faktor lingkungan, terutama trauma akut maupun kronis
(akibat tekanan sepatu, benda tajam, dsb) merupakan
faktor yg memulai terjadinya ulkus

59 02/10/2019
 Neuropati perifer pada penyakit DM dpt menimbulkan
kerusakan serabut motorik, sensorik, dan autonom
 Kerusakan serabut motoris  kelemahan otot, atropi otot,
deformitas (hammer toes, claw toes, pes cavus, pes planus, halgus vagus,
kontrantur tendon Achilles)  memudahkan terbentuknya kalus
 Kerusakan serabut sensoris terjadi akibat rusaknya serabut
mielin  penurunan sensasi nyeri  mudah terjadi ulkus kaki
 Kerusakan serabut autonom terjadi akibat denervasi simpatik 
kulit kering (anhidrosis) dan terbentuk fisura kulit dan edema
kaki
 Kerusakan serabut motorik, sensoris dan autonom memudahkan
terjadinya artropati Charcot
60 02/10/2019
Mekanisme terjadinya ulkus kaki diabetik
Neuropati diabetik.
Adalah kelainan urat saraf akibat DM karena tinggi kadar dalam darah yang bisa
merusak urat saraf penderita dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa
nyeri pada kaki, sehingga apabila penderita mengalami trauma kadang-kadang
tidak terasa.
Gejala-gejala Neuropati : Kesemitan, rasa panas (wedangan : bahasa jawa), rasa
tebal ditelapak kaki, kram, badan sakit semua terutama malam hari.

Angiopati Diabetik (Penyempitan pembuluh darah)


Pembuluh darah besar atau kecil pada penderita DM mudah menyempit dan
tersumbat oleh gumpalan darah. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah
sedang/ besar pada tungkai maka tungkai akan mudah mengalami gangren
diabetik yaitu luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau busuk. Adapun
angiopati menyebabkan asupan nutrisi, oksigen serta antibiotik terganggu
sehingga menyebabkan kulit sulit sembuh.

Infeksi
Infeksi sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran listrik
(neoropati)
61 02/10/2019
SENAM KAKI DIABETIK

62 02/10/2019
 Senam kaki diabetik adalah suatu
upaya pencegahan terjadinya
komplikasi pada kaki penderita
diabetes.
 Terdapat 8 langkah yang harus
anda lakukan pada saat senam
kaki
63 02/10/2019
1
Duduk dengan
baik di atas kursi
sambil
meletakkan kaki
ke lantai

64 02/10/2019
2
 Sambil meletakkan
tumit di lantai, jari-
jari kedua belah kaki
diluruskan ke atas dan
dibengkokkan ke
bawah sebanyak 10
kali.

65 02/10/2019
3
 Sambil meletakkan tumit
di lantai, angkat telapak
kaki ke atas. Kemudian,
jari-jari kaki diletakkan
di lantai sambil tumit
kaki diangkat ke atas.
Langkah ini diulangi
sebanyak 10 kali
66 02/10/2019
4
 Tumit kaki diletakkan
di lantai. Bagian depan
kaki diangkat ke atas
dan putaran 360 º
dibuat dengan
pergerakan pada
pergelangan kaki
sebanyak 10 kali
67 02/10/2019
5
 Jari-jari kaki
diletakkan dilantai.
Tumit diangkat dan
putaran 360 º dibuat
dengan pergerakan
pada pergelangan kaki
sebanyak 10 kali

68 02/10/2019
6
 Kaki diangkat ke atas
dengan meluruskan
lutut. Putaran 360 º
dibuat dengan
pergerakan pada
pergelangan kaki
sebanyak 10 kali

69 02/10/2019
7
 Lutut diluruskan dan
dibengkokkan ke
bawah sebanyak 10
kali. Ulangi langkah
ini untuk kaki yang
sebelah lagi.

70 02/10/2019
8
 Letakkan sehelai kertas
koran di lantai. Remas
kertas menjadi bola
dengan kedua kaki.
Kemudian, bukakan bola
itu menjadi kertas yang
lebar menggunakan kedua
belah kaki. Langkah ini
dilakukan sekali saja.
71 02/10/2019
OFF LOADING
 Tekanan yang berlebihan pada area luka akan mengakibatkan
terhambatnya proses penyembuhan ulkus sehingga ulkus sulit
untuk sembuh
 Penatalaksanaannya dengan menghilangkan atau mengurangi
tekanan beban (off-loading
 Off-loading adalah sebuah teknik yang digunakan untuk
mengurangi tekanan pada plantar kaki atau daerah yang
mengalami ulserasi dengan mentransfer beban kedaerah lainnya
 Off-loading adalah

72 SistemEndokrin/Yunah.Doc 02/10/2019
OFF LOADING
 Salah satu penatalaksanaan off loading adalah penggunaan sepatu
ortostatik khusus untuk penderita diabetik, atau dengan
memodifikasi alas kaki atau sepatu.

73 SistemEndokrin/Yunah.Doc 02/10/2019
74 SistemEndokrin/Yunah.Doc 02/10/2019

Anda mungkin juga menyukai