Anda di halaman 1dari 43

FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS

MENGANALISIS 6 VIDEO

Dosen Pembimbing :

Ns. Apriliani Yulianti Wuriningsih, S.Kep., M.Kep

Di susun oleh :

Umi Kulsum

30901800189

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021
ANALISIS 6 VIDEO
1. Nama tindakan yang dilakukan :
Konseling pra tes HIV
2. Tujuan melakukan tindakan :
Konseling mempromosikan berbagai tindakan yang dapat mengurangi
angka penularan HIV, sehingga diharapkan akan mempercepat deteksi
HIV dan menurunkan jumlah infeksi baru.
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :
Seseorang yang memiliki perilaku seksual atau bergonta-ganti
pasangan
b. Kontra indikasi :
Seseorang yang beresiko HIV harus menggunakan alat pengaman
ketika berhubungan sek
c. Alat dan bahan :
Surat persetujuan dan bolpoin
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya :
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Klien tidak mau menyetutui tindakan selanjutnya, antisipasinya harus
benar-benar menjelaskan dampak positif dan negatifnya dengan jelas. Jalin
kepercayaan klien supaya klien tidak ragu-ragu dalam menyampaikan
informasi yang sebenarnya.
6. Evaluasi tindakan :
a. Klien sudah mengetahui apa itu HIV dan cara penularannya
b. Klien sudah mengetahui dampak dari HIV
7. Daftar pustaka :
https://youtu.be/OleuW2aMaL8
1. Nama tindakan yang dilakukan :
Konseling post test HIV
2. Tujuan melakukan tindakan :
menyampaikan hasil tes HIV klien serta membantu pasien/klien
beradaptasi dengan hasil tesnya.
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : Klien positif HIV
b. Kontra indikasi : Seseorang yang beresiko HIV harus menggunakan
alat pengaman ketika berhubungan sek
c. Alat dan bahan : kertas hasil tes
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya :
a. Baca catatan keperawatan atau catatan medis
b. Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan dan siapkan
linhgkungan
c. Cuci tangan 6 langkah sebelum menyiapkan alat
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Klien bisa saja mengakhiri hidupnya karena tidak sanggup menerima
kenyataan, antisipasinya konselor harus memposisikan duduk berhadapan,
mengunci pintu dan jendela, hindarkan dari bahan-bahan yang tajam.
6. Evaluasi tindakan :
Klien sudah mengetahui hasil tes dan klien lebih bisa ikhlas dengan
kenyataan
7. Daftar pustaka :
https://youtu.be/WTHox98Dl8A
1. Nama tindakan yang dilakukan :
Merawat jenazah penderita penyakit HIV AIDS
2. Tujuan melakukan tindakan :
Untuk membersihkan tubuh jenazah sebelum di makamkan
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi :
b. Kontra indikasi :
c. Alat dan bahan :
1.) Tempat untuk memandikan jenazah
2.) Siapkankan larutan klorin 0,5%
3.) Kenakan pakaian universal klukusion, pakaian sandart bagi
yang memandikan berpenyakit menular
4.) dipan
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya :
1.) Tempat untuk memandikan jenazah
2.) Siapkankan larutan klorin 0,5%
3.) Kenakan pakaian universal klukusion, pakaian standart bagi
yang memandikan berpenyakit menular
4.) Pindahkan jenazah ke dipan
5.) Lepaskan semua pakaian jenazah
6.) Siram jenazah dengan larutan klorin
7.) Mandikan dengan sabun dan air yang mengalir (tidak boleh
menggenang)
8.) Bilas dengan air bersih dan air yang mengalir
9.) Keringkan jenazah dengan handuk
10.) Sumbat lubang-lubang tubuh jenazah itu dengan kapas
11.) Bungkus dengan plastik sebelum dikafani dan pindahkan
jenazah lansung ke keranda
12.) Bersihkan tempat pemandian jenazah dengan cairan klorin
0,5%
13.) Lepaskan pakaian yang memandikan kemudian tubuh yang
memandikan segera di stirilkan dengan cairan yang sudah di
siapkan sesuai peraturan yang ada bagi penyakit menular
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Tertularnya penyakit dari jenazah yang dimandikan, antisipasinya dengan
menggunakan pakaian pelindung dan segera stirilkan badan dengan mandi
dengan cairan yang sudah disiapkan sesuai peraturan yang ada bagi
penyakit menular
6. Evaluasi tindakan :
Jenazah sudah bersih dari najis, siap untuk di sholati dan di makamkan di
asal tempat tinggalnya
7. Daftar pustaka :
https://youtu.be/LlmdH1DSRYI
1. Nama tindakan yang dilakukan :
Cara menggunakan dan pelepasan alat pelindung diri
2. Tujuan melakukan tindakan :
Mengetahui dengan benar cara pemakaian alait pelindung diri supaya tidak
tertular penyakit
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : petugas kesehatan yang sedang menangani penyakit menular
b. Kontra indikasi : dengan pakaian pelindung diri petugas kesehatan
tidak tertular penyakit dari pasien
c. Alat dan bahan :
1.) Handsanitaizer
2.) Apron
3.) Handscoon Steril
4.) Masker
5.) Kacamata Goggle
6.) Handscoon Bersih
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya :
1.) Cuci tangan 6 langkah degan air mengalir
2.) Menggunakan apron dan tali diikat dibelakang
3.) Menggunakan masker
4.) Pakai kaca mata goggle
5.) Selanjutnya pakai sarung tangan bersih
6.) Mengganti sarung tangan bersih dengan sarung tangan steril
7.) Setelah memakai sarung tangan steril jangan pegang benda apapun
untuk menjaga kesterilannya
8.) Stelah selesai digunakan lepas semuanya dimulai dari sarung tangan,
kacamata, masker, apron
9.) Setelah selesai dilepas semua jangan lupa cucu tangan kembali dengan
air yang mengalir dan sabun
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Jika tidak sesuai cara pemakaian alat pelindung diri maka tenaga
kesehatan bisa tertular penyakit, untuk mengatasinya yaitu harus benar
cara pemakaian alat pelindung diri agar tidak tertular penyakit.
6. Evaluasi tindakan :
Tenaga medis sudah memahami cara pemakaian APD dengan baik dan
benar
7. Daftar pustaka :
https://youtu.be/PXJwm2WtbIw
1. Nama tindakan yang dilakukan :
Pemeriksaan rapid tes HIV
2. Tujuan melakukan tindakan :
Untuk mengetahui klien positif atau negatif HIV
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : klien yang beresiko HIV AIDS
b. Kontra indikasi : ketika mengalami gejala segera lakukan pemeriksaan
tes HIV AIDS
c. Alat dan bahan :
1.) Rapid HIV reagen 1
2.) Reagen 2 HIV
3.) Reagen 3 HIV
4.) Pipet
5.) Buffer
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya :
1.) Keluarkan rapid HIV reagen 1-3 dari bungkusnya
2.) Ambil 50 UL serum dan diteteskan pada card test dengan pipet
3.) Selanjutnya teteskan 50 UL serum pada uji card reagen 1-3 HIV
supaya menguatkan hasil yang akurat
4.) Ketika dalam pergerakan lambat watku pemeriksaan sebaiknya
gunakan buffer cair untuk mempercepat pergerakan pada reagen 1-3
dengan 2/3 tetes buffer
5.) Hasil positif akan terbentuk pada zona tes T1 pada HIV
6.) Jangan lupa gunakan reagen yang masih bagus agar hasil terpercaya
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Hati-hati bila terjadi positif palsu atau invalid, untuk antisipasinya harus
dilakukan tes ulang
6. Evaluasi tindakan :
Klien mengetahui hasil tes yang sedang dilakukan dan klien memahami
jika positif atau negatif dari tes HIV
7. Daftar pustaka :
https://youtu.be/zuu69vKKvHA
1. Nama tindakan yang dilakukan :
Konseling keperawatan paliatif pada paien HIV
2. Tujuan melakukan tindakan :
Untuk mengetahui apakah klien paliatif HIV atau tidak
3. Prinsip tindakan :
a. Indikasi : pasien paliatif HIV
b. Kontra indikasi : jauhi hubungan seksual atau gonta-ganti pasangan
c. Alat dan bahan : buku catatan dan bolpoin
4. Prosedur tindakan & rasionalisasinya :
1.) Baca catatan keperawatan atau catatan medis
2.) Sebutkan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
3.) Cuci tangan 6 langkah sebelum interaksi
5. Bahaya yang mungkin terjadi dan antisipasinya :
Pasien bisa mengalami stress, depresi, atau ingin mengakhiri hidupnya.
Antisipasnya dengan memberikan semangat, motifasi supaya pasien
merasa ada yang perduli dengannya sehingga pasien tetap semangat untuk
sembuh.
6. Evaluasi tindakan :
Pasien memahami tentang apa itu perawatan paliatif
7. Daftar pustaka :
https://youtu.be/LvLK0bw__PM
FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS
LAPORAN SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENDIDIKAN KESEHATAN
HIV/AIDS

Dosen Pembimbing :

Ns. Apriliani Yulianti Wuriningsih, S.Kep., M.Kep

Di susun oleh :

Umi Kulsum

30901800189

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Keperawatan HIV/AIDS


Sub Pokok Bahasan : Pendidikan Kesehatan Tentang HIV/AIDS
Sasaran / peserta : Warga sekitar
Waktu : 10 menit
Tempat : Ds. Purwosari RT 04/RW 01
Hari / Tanggal : Minggu, 20-12-2020

A. Latar Belakang
Penyakit infeksi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya system
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.Virus HIV merupakan virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.Orang yang terkena virus
ini rentan terhadap infeksi oportunistik dan mudah terkena tumor.Infeksi
oportunistik atau yang disebut dengan penyakit penyerta ini merupakan
infeksi yang timbul akibat adanya penurunan kekebalan tubuh, hal ini dapat
timbul karena mikroba yang berasal dari luar maupun dalam tubuh (Saputra,
2008).
Penularan virus HIV dan virus sejenis lainnya dapat ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membrane mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV (seperti darah, air mani,
cairan preseminal, dan air susu ibu). Selain itu, penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim atau seks, tranfusi darah, dan jarum suntik yang digunakan
secara bergantian dan sudah terinfeksi HIV-AIDS (Soedarto, 2009).
HIV-AIDS telah menjadi pandemik yang mengkhawatirkan masyarakat
dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan,
penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimptomatik (tanpa
gejala) yang relatif panjang dalam perjalananpenyakitnya. Hal diatas
menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg
phenomena).Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun diseluruh bagian
dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus
dilakukan.Tidak ada negara yang tidak terkena dampak penyakit ini (Soedarto,
2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyulihan selama 30 menit diharapkan warga
dapat mengerti mengenai HIV/AIDS secara umum dan pencegahannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit warga di desa
Purwosari diharapkan mampu :
a. Mengetahui pengertian HIV/AIDS
b. Mengetahui penyebab HIV/AIDS
c. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
d. Mengetahui penularan HIV/AIDS
e. Mengetahui pengobatan HIV/AIDS
f. Mengetahui pencegahan HIV/AIDS
C. Kepanitiaan*
Penyuluh : Umi Kulsum
Tugas : Menjelaskan materi HIV/AIDS
D. Setting Tempat

PENYULUH

AUDIENS AUDIENS AUDIENS

AUDIENS AUDIENS
AUDIENS

AUDIENS

E. Kegiatan

No Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran Media


. langkah
1. Pendahuluan 5 1. Membuka kegiatan 1. Mejawab salam Leaflet
menit dengan mengucapkan 2. Mmendengarkan
salam 3. Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 4. Memperhatikan dan
3. Menjelaskan tujuan menjawab pertanyaan
dari pertemuan
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan
5. Post tes
2. Penyajian 15 1. Menjelaskan tentang 1. Menjawab pertanyaan Leaflet
menit pengertian HIV/AIDS 2. memperhatikan
2. Menjelaskan tentang
penyebab HIV/AIDS
3. Menjelaskan tentang
tanda dan gejala
HIV/AIDS
4. Menjelaskan tentang
penularan HIV/AIDS
5. Menjelaskan tentang
pengobatan
HIV/AIDS
6. Menjelaskan tentang
pencegahan
HIV/AIDS
3. Evaluasi 5 1. Menyimpulkan hasil 1. Menjawab pertanyaan yang Ceramah
menit penyuluhan kesehatan diberikan dan
2. Evaluasi keberhasilan 2. Mendengarkan tanya
penyuluhan kesehatan jawab
4. Penutup 5 1. Pre Tes 1. Menjawab pertanyaan Ceramah
menit 2. Mengucapkan salam 2. Menjawab salam penutup
penutup

F. Metode
Tatap muka, Ceramah dan Tanya jawab
G. Materi
(Terlampir)
H. Media
Leaflet
I. Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian dari HIV/AIDS
2. Jelaskan penyebab dari HIV/AIDS
3. Sebutkan tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Bagaimana penularan HIV/AIDS
5. Menjelaskan pengobatan HIV/AIDS
6. Sebutkan pencegahan dari HIV/AIDS
J. Rencana Evaluasi Kegiatan (struktur, proses, hasil)
1. Struktur
a. Beberapa warga desa hadir dalam program penyuluhan
b. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung sesuai
yang diinginkan
c. Adanya penyaji
d. Semua yang dibutuhkan sudah ada
e. Mematuhi protokol kesehatan dengan cara memkai masker
dan jaga jarak
2. Proses
a. Warga desa hadir sesuai yang terjadwal dan memakai
masker
b. Kemudian dilakukan pos test mengenai HIV/AIDS
sebelum dijelaskan penyaji untuk mengukur seberapa
pengetahuan tentang HIV/AIDS
c. Saat penyajian materi para audiens sangat antusias
mendengarkan dan sesekali bertanya hal-hak yang tidak
diketahui
3. Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan
b. Remaja beresiko HIV/AIDS sudah memahami HIV/AIDS
dengan baik
c. Pemahaman yang dicapai 80%
H. Dokumentasi Kegiatan
(Terlampir)
LAMPIRAN MATERI

1. DEFINISI HIV DAN AIDS


Penyakit infeksi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya system
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.Virus HIV merupakan virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.Orang yang terkena virus
ini rentan terhadap infeksi oportunistik dan mudah terkena tumor.Infeksi
oportunistik atau yang disebut dengan penyakit penyerta ini merupakan
infeksi yang timbul akibat adanya penurunan kekebalan tubuh, hal ini dapat
timbul karena mikroba yang berasal dari luar maupun dalam tubuh (Saputra,
2008).
Penularan virus HIV dan virus sejenis lainnya dapat ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membrane mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV (seperti darah, air mani,
cairan preseminal, dan air susu ibu). Selain itu, penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim atau seks, tranfusi darah, dan jarum suntik yang digunakan
secara bergantian dan sudah terinfeksi HIV-AIDS (Soedarto, 2009).
HIV-AIDS telah menjadi pandemik yang mengkhawatirkan masyarakat
dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan,
penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimptomatik (tanpa
gejala) yang relatif panjang dalam perjalananpenyakitnya. Hal diatas
menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg
phenomena).Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun diseluruh bagian
dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus
dilakukan.Tidak ada negara yang tidak terkena dampak penyakit ini (Soedarto,
2009).
2. PENYEBAB HIV/AIDS.

Penyebab HIV/AIDS adalah infeksi oleh virus HIV, yang menyerang


sistem kekebalan tubuh sehingga sel-sel pertahanan tubuh makin lama makin
banyak yang rusak. Penderita infeksi HIV menjadi sangat rentan terhadap semua
bentuk infeksi. Pada yahap akhir, penderita tidak bisa tahan terhadap kuman-
kuman yang secara normal bisa dilawannya.

3. TANDA DAN GEJALA HIV-AIDS

Gejala penularan HIV/AIDS terjadi beberapa hari atau beberapa minggu


setelah terinfeksi HIV, gejala-gejala ini hanya berlangsung beberapa hari atau
beberapa minggu saja, lalu hilang dengan sendirinya. Seseorang mungkin akan
menjadi sakit dengan gejala-gejala seperti flu, yaitu:

 Demam
 Rasa lemah dan lesu
 Sendi-sendi terasa nyeri
 Batuk
 Nyeri tenggorokan
Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap dimana sudah mulai timbul
gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala penyakit lain, gejala-gejala diatas
ini memang tidak khas, karena dapat juga terjadi pada penyakit-penyakit lain.
Namun gejala-gejala ini menunjukkan sudah adanya kerusakan pada system
kekebalan tubuh yaitu:

 Demam berkepanjangan
 Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 hari)
 Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-hari
 Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
 Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
 Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus
 Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan mudahnya diserang
penyakit lain, dan disebut infeksi oportunitis. Maksudnya adalah penyakit yang
disebabkan baik oleh virus lain, bakteri, jamur, atau parasit (yang bisa juga hidup
dalam tubuh kita), yang bila system kekebalan tubuh baik kuman ini dapat
dikendalikan oleh tubuh. Pada tahap ini pengidap HIV telah berkembang menjadi
penderita AIDS. Pada umumnya penderita AIDS akan meninggal dunia sekitar 2
tahun setelah gejala AIDS ini muncul.

Gejala AIDS yang timbul adalah :

 Radang paru
 Radang saluran pencernaan
 Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
 Kanker kulit
 TBC
 Gangguan susunan saraf / neurologis.

4. CARA PENULARAN HIV/AIDS

Virus HIV menular melalui enam cara penularan, yaitu :


1. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan seksual secara vaginal, anal, dan oral dengan penderita HIV
tanpa perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual
berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah dapat mengenai selaput lendir
vagina, penis, dubur, atau mulut sehingga HIV yang terdapat dalam cairan
tersebut masuk ke aliran darah (PELKESI, 1995). Selama berhubungan juga
bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur, dan mulut yang bisa
menjadi jalan HIV untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual (Syaiful,
2000).
2. Ibu pada bayinya
Penularan HIV dari ibu pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan
laporan CDC Amerika, prevalensi HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai
0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan
bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan kalau gejala AIDS
sudah jelas pada ibu kemungkinannya mencapai 50% (PELKESI, 1995).
Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui transfuse fetomaternal
atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi
maternal saat melahirkan (Lily V, 2004).
3. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS
Sangat cepat menularkan HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
4. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril
Alat pemeriksaan kandungan seperti speculum,tenakulum, dan alat-alat
lain yang darah cairan vagina atau air mani yang terinfeksi HIV,dan langsung
di gunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi bisa menularkan HIV
(PELKESI,1995).
5. Alat-alat untuk menoleh kulit
Alat tajam dan runcing seperti jarum,pisau,silet,menyunat seseorang,
membuat tato,memotong rambut,dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab
alat tersebut mungkin di pakai tampa disterilkan terlebih dahulu.
6. Menggunakan jarum suntik secara bergantian
Jarum suntik yang di gunakan di fasilitas kesehatan,maupun yang di
gunakan oleh parah pengguna narkoba (injecting drug user-IDU) sangat
berpotensi menularkan HIV. Selain jarum suntik, pada para pemakai IDU
secara bersama-sama juga mengguna tempat penyampur, pengaduk,dan gelas
pengoplos obat,sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
5. HIV TIDAK MENULAR MELALUI

HIV tidak menular melalui hal-hal di bawah ini :


 Air mata, keringat, ait liur/ludah, air kencing
 Peralatan makan bersama (Piring, sendok, gelas, dll),
 Pakaian,handuk,sapu tangan,
 Toilet yang di pakai secara bersama-sama,
 Menggunakan kolam renang yang sama
 Berpelukan,
 Berjabat tangan,
 Hidup serumah dengan penderita hiv/aids,
 Gigitan nyamuk,
 Hubungan sosial yang lain.

6. PENGOBATAN HIV DAN AIDS

 Obat-obatan Antiretroviral

Obat-obatan Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan


untuk mengobati infeksi HIV. Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi
memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah beradaptasi dan kebal
terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV akan
diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:

 NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini


akan bekerja dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV
untuk menggandakan diri.
 NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini
menghambat perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
 Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis
protein yang juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
 Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki
sel-sel CD4.
 Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase,
protein yang digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam
sel-sel CD4.

Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi


antiretroviral (ART). Biasanya pasien akan diberikan tiga golongan obat
ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-beda pada tiap-tiap
orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.

Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu


pengobatan HIV dimulai, mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup.
Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil, mungkin perlu beralih ke kombinasi
ARV lainnya.

Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV


bisa menimbulkan reaksi dan efek samping yang tidak terduga. Selalu
konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi obat yang lain.

 Konsumsi Obat Secara Teratur


Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke
dalam pola hidup sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda
mengonsumsi obat secara teratur (pada waktu yang sama setiap kali minum
obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa meningkatkan risiko
kegagalan. 

 Efek Samping Pengobatan HIV


Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak
menyenangkan. Jika terjadi efek samping yang tidak normal, Anda mungkin
perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang lainnya. Berikut adalah
contoh efek samping yang umumnya terjadi:

 Kelelahan
 Mual
 Ruam pada kulit
 Diare
 Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
 Perubahan suasana hati

7. CARA PENCEGAHAN

Upaya untuk mencegah penularan HIV/AIDS dikenal dengan prinsip ABCD,


yaitu :

 A – Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan
seksual, terutama bagi seseorang yang belum menikah

 B – Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan
atau dengan kata lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.

 C – Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat
pelindung atau kondom.
 D – Don’t Share Syringe / Don’t Inject
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara
bergantian dengan orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
 E – Save Equipment
Hindari pemakaian alat/ bahan tidak steril.
LEAFLET
DOKUMENTASI KEGIATAN
FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS
PENGKAJIAN ODHA

Dosen Pembimbing :
Ns. Apriliani Yulianti Wuriningsih, S.Kep., M.Kep

Di susun oleh :
Umi Kulsum
30901800189

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PRODI S1 ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2020/2021
HENDERSON (BIO PSIKO SOSIO KULTURAL SPIRITUAL)

A. PENGKAJIAN
1. Status KesehatanSaat Ini
a. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
Saat ini :Pasien ODHA mengatakan bahwa pasien tidak
merasakan keluhan apa-apa sejak dari awal didiagnosa hingga
sekarangpun tidak merasakan keluhan apapun.
2) Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasinya
Saat Ini : Pasien ODHA mengatakan bahwa beliau tidak
merasakan keluhan apa-apa sejak dari awal didiagnosa hingga
sekarangpun tidak merasahansedikitpun keluhan, sehingga beliau
tidak menjalani terapi atau pengobatan lainnya.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
 Pernah dirawat
Pasien mengatakan bahwa beliau tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
 Alergi
Pasien mengatakan bahwa beliau memiliki alergi terhadap aroma parfum
yang menyengat, serta bau-bauan lainnya yang menyengat.
2) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan bahwa beliau tidak pernah mengonsumsi
alcohol, merokok, minum kopi, paling juga minum the namun itu dulu dan
sekarang tidak pernah.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa Ibu beliau memiliki riwayat hipertensi
pada setahun lalu dan pada saat itu Ibu beliau selalu mengonsumsi obat
dan rutin cek ke dokter, pada pada saat-saat ini Ibu beliau tidak pernah
mengonsumsi obat kembali, karena sudah tidak merasakan keluhan apa-
apa.
4) Therapi yang pernah dilakukan
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan terapi apapun karena
pasien merasakan tubuhnya baik baik saja tidak ada keluhan apapun.
2. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Bernapas
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit merasa baik baik saja ,
tetapi suaminya saat itu sedang sakit"an
 Saat sakit
Pasien mengatakan setelah divonis ditahun 2008 terjangkit
penyakit HIV AIDS (ODHA) jika merasa lelah atau merasa tidak
enak badan , pasien lebih nyaman istirahat dengan makan , tiduran
dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
b. Pola makan-minum
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan suka meminum minuman bersoda dan
Snack tetapi klien membatasi memakan dan meminum tersebut .
pasien mengatakan juga sering memakan daging sapi atau kambing
, buah durian yang biasanya dikonsumsi oleh orang yang terkena
ODHA merasa panas tetapi pasien tidak merasakan apa apa ketika
memakan makanan tersebut.
 Saat sakit
Pasien mengatakan saat terkena penyakit. ODHA tetap
tidak ada perubahan makan pada saat sebelum divonis terkena
penyakit, karena memang saat ini tidak ada makanan yang
dipantang untuk dimakan. Jadi pola pasien makan sebelum dan
sesudah terkena ODHA sama saja.
c. Pola Eliminasi
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum divonis terkena ODHA tidak
pernah mengalami gangguan eliminasi.
 Saat sakit
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan eliminasi
seperti diare , tetapi tidak mengganguaktifitas rutin dan dapat
diatasi dengan baik.
d. Pola aktivitas dan latihan
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan sangat menyukai olahraga seperti
senam dan gym. Klien mengatakan sangat aktif melakukan
aktivitas olahraga . Klien bisa melakukan tiga (3) kali dalam
seminggu
 Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan apapun untuk
melakukan kegiatan kesehariannya. Tetap melakukan aktivitas
berolahraga senam dan gym seminggu 3 kali.
e. Pola istirahat dan tidur
 Sebelum sakit
Pasien mengatakan setelah divonis HIV tahun 2008 jika ia
merasa lelah atau tidak enak badan, pasien lebih nyaman istirahat
dengan makan, tidur.Dan jika sedang memikirkan sesuatu pasien
susah tidur . Saat memikirkan sesuatu pasien tidak memikirkan
tentang penyakitnya tetapi lebih memikirkan masa depan anaknya
bagaimana.Tetapi pasien mengatakan tetap bisa mengatur jam tidur
dengan baik
 Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan atau gangguan pola
tidur sebelum dan sesudah terkena ODHA.
f. Pola Berpakaian
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan masih berpakaian rapi , bersih lengkap
dengan hijab dan tidak pernah mengalami gangguan apapun.
 Saat sakit
Pasien mengatakan masih seperti biasa cara berpakaian nya
tapi bersih dan berhijab.

g. Pola rasa nyaman


 Sebelum sakit
Pasienmengatakannyamandantidakrisihdalamberaktivitasapapun.
 Saat sakit
Pasienmengatakanmasihsepertibiasah.
h. Pola Aman
 Sebelum sakit
Pasienmengatakansebelumsakitpasienmerasamenjadimanus
ia yang bebasdantidakmerasadirinyatergangguolehsiapapun.
 Saat sakit :
Pasienmengatakanawalmengetahuidiagnosepenyakitnya,
pasienmerasabahwabanyak orang
membicarakankeadaannyaakantetapipasienmerasatelahmenerimake
adaanyasecaraikhlas, dan anak- anak udah mengetahui tentang
penyakitnya. Pasienmerasatidakada yang perlu di
khawatirkanmengenaikondisinyakarenasemunyasudahtakdir
i. Pola Kebersihan Diri
 Sebelum Sakit
Pasienmengatakansebelumsakitpasienmelakukankebersihan
diridengan mandi 2x sehari
 Saat sakit
Pasienmengatakansesudahsakitpasiendapatmalakukankeber
sihandiridengan mandi secaramandiridantanpabantuan orang lain.
j. Pola Komunikasi
 Sebelum sakit
Pasienmengatakanmasihsepertibiasasaatsakit.
 Saat sakit
Pasienmengatakansedikitterganggusaatberkomunikasidenga
nkeluarga.
k. Pola Beribadah
 Sebelum sakit
Pasienmengatakanmelakukanibadahdengantepatwaktu
 Saat sakit
Pasienmengatakanmelakukanibadahdengantidaktepatwaktu
l. Pola Produktifitas
 Sebelum sakit
Pasienmengatakanaktifdalammelakukanaktivitaspekerjaanrumah.
 Saat sakit
Pasienmengatakansedikitterganggusaatmelakukanaktivitasp
ekerjaanrumah.
m. Pola Rekreasi
 Sebelum sakit
Pasienmengatakansebelumsakitseringjalan-
jalanberpergianketempat-
tempatperbelanjaandanrestoranbersamatemanataukeluarganya.
 Saat sakit
Pasienmengatakansetelahsakit rasa
keinginanberpergianlebihmeningkatkhusunyakelokasirekreasikhus
usnyabersamakeluarganya
n. Pola Kebutuhan Belajar
 Sebelum sakit
Pasienmengatakansebelumsakitpasien tidak
begitutertarikuntukbelajarataupunmembacabuku
 Saat sakit
Setelahpasienmengatakansetelahsakitkemauanpasienuntukb
elajarlebihmeningkatdaripadasebelumsakit,
karenasetelahsakitpasienseringmengunjungi seminar
ataukegiatanyang
berhubungandenganpenyakitnyasehinggamembuatpasienlebihsema
ngatdalammenuntutilmu.
Pasienlebihsukamendengarkanpembicaraandaripadamembacabuku.
B. ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI


KEPERAWATAN
DX : Gangguan rasa Gangguan rasa Gejala penyakit
nyaman bd gejala penyakit nyaman
(D.0074)
DS : Pasien mengatakan sulit
tidur saat memikirkan sesuatu
misal: masa depan anaknya
DO :Pasien tampak gelisah
dan tidak bisa rileks

DX: Resiko Resiko Diare


ketidaakseimbangan ketidaakseimbangan
elektrosit bd diare (D0037) elektrosit
DS : Pasien mengatakan
pernah mengalami diare saat
makan pedas
DO : Pasien tampak
kesakitan dan tidan nyaman .

DX: Keletihan berhubungan Keletihan Kondisi fisiologis


dengan kondisi fisiologis
(D.0057)
DS: Pasien merasa lelah atau
merasa tidak enak badan,
pasien lebih nyaman istirahat
DO: Pasien tampak lesu
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Rencana Perawatan Ttd


No
Hari/Tgl Tujuan dan
Dx Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Tujuan : Setelah Dx 1
dilakukan tindakan
Manajemen Nyeri SIKI hal
keperawatan selama
201
3 x 24 jam 1. Kaji keluhan nyeri,
diharapkan Observasi perhatikan lokasi dan
gangguan rasa intensitasnya
nyaman dapat • Identifikasi lokasi,
teratasi. karakteristik, Rasional : Nyeri hampir selalu
durasi,frekuensi,kualitas, ada pada beberapa
Kriteria hasil : intensitas nyeri derajatberatnya keterlibatan
jaringan
a. Gelisah • Identifikasiskala nyeri
menurun 2. Berikan tindakan
• Identifikasi respons nyeri
kenyamanan dasar.
b. Keluhan non verbal
Contoh : pijatan pada area
sulit tidur
• Identifikasi faktor yang yang sakit
menurun
memperberat
Rasional : Meningkatkan
c. Muntah danmemperingannyeri
relaksasi, menurunkan
menurun
• Identifikasi pengetahuan tegangan otot dan kelelahan
d. Pola tidur dan keyakinan tentang nyeri umum
membaik
• Identifikasi pengaruh 3. Pantau TTV
budaya terhadap respon nyeri
Rasional : Suhu merupakan
• Identifikasi pengaruh salah satu gejala terjadinya
nyeri pada kualitas hidup inflamasi.

• Monitor keberhasilan 4. Berikan analgetik sesuai


terapi komplementer yang sudah indikasi
diberikan
Rasional: Menghilangkan rasa
• Monitor efeksamping nyeri
penggunaan analgetik
 
Terapeutik
• Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
• Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri ( mis.
suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
• Fasilitasi istirahat dan
tidur
• Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
• Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
• Jelaskan strategi
meredakan nyeri
• Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
• Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
• Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu.

Dx 1 intervensi ke 2
Pengaturan posisi SIKI hal
293
Observasi
• Monitor status
oksigenasi sebelum dan sesudah
mengubah posisi
• Monitor alat traksi agar
selalu tepat
Terapevutik
• Tempatkan pada
matras/tempat tidur terapeutik
yang tepat
• Tempatkan pada posisi
terapeutik
• Tempatkan objek yang
sering digunakan dalam
jangkauan
• Tempatkan bel atau
lampu panggilan dalam
jangkauan
• Sediakan matras yang
kokoh /padat
• Atur posisi tidur yang
disukai, jika tidak kontraindikasi
• Atur posisi untuk
mengurangi sesak ( mis. semi-
Fowler)
• Atur posisi yang
meningkatkan drainage
• Posisikan pada
kesejajaran tubuh yang tepat
• Imobilisasi dan topang
bagian tubuh yang cedera
dengan tepat
• Tinggikan bagian tubuh
yang sakit dengan tepat
• Tinggikan anggota gerak
200 atau lebih di atas level
jantung
• Tinggikan tempat tidur
bagian kepala
• Berikan bantal yang tepat
pada leher
• Berikan topangan pada
area edema ( mis. bantal
dibawah lengan dan skrotum)
• Posisikan untuk
mempermudah ventilasi/perfusi
(mis. tengkurap/good lung
down)
• Motivasi melakukan
ROM aktif atau pasif
• Motivasi terlibat dalam
perubahan posisi, sesuai
kebutuhan
• Hindari menempatkan
pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
• Hindari menempatkan
stump amputasi pada posisi
fleksi
• Hindari posisi yang
menimbulkan ketegangan pada
luka
• Minimalkan gesekan dan
tarikan saat mengubah posisi
• Ubah posisi setiap 2 jam
• Ubah posisi dengan
teknik log roll
• Pertahankann posisi dan
integritas traksi
• Jadwalkan secara tertulis
untuk perubahan posisi
Edukasi
• Informasikan saat akan
dilakukan perubahan posisi
• Ajarkan cara
menggunakan postur yang baik
dan mekanika tubuh yang baik
selama melakukan perubahan
posisi
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu

Dx 2
Pemantauan elektrolit SIKI
Hal 240
Observasi
- Identifikasi kemungkinan
Penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah , diare
- Monitor kehilangan cairan,jika
perlu
- Monitor tanda dan gejala
hipokalemia (mis kelemahan
otot, interval QT)
- Monitor tanda dari gejala
hiperkalemia (mis peka
rangsang, gelisah mual muntah)
- Monitor tanda dari gejala
hiponatremia (mis disorientasi,
otot berkedut, sakit kepala)
- Monitor tanda dan gejala
hipernatremia (mis haus,
demam, mual, muntah, gelisah,
peka rangsang, membran
mukosa kering, takikardia)
- Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis peka
rangsang, tanda Chvostek)
- Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis depresi
pernafasan, apatis, tanda
chvostek)
- Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia(mis
kelemahan otot, hiporefleks)

Terapeutik
-Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil
pemantauan

Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur
Pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan
jika,perlu
Dx 3 Edukasi
Aktivitas/Istirahat SIKI hal 50
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan
keperawatan selama Terapeutik
3x24 jam diharapkan
- Sediakan materi dan media
resiko
pengaturan aktivitas dan istirahat
ketidakseimbangan
elektrolit dapat - Jadwalkan pemberian
teratasi. pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Kriteria Hasil :
- Berikan kesempatan kepada
1. Terbebas dari
pasien dan keluarga untuk
edema, efusi,
bertanya
anasarka.
2. Bunyi nafas
bersih, tidak ada Edukasi
dypsneu /ortopneu
- Jelaskan pentingnya
3. Kadar melakukan aktivitas fisik
elektrolit dalam olahraga secara rutin
tubuh normal.
- Anjurkan terlibat dalam
4. Tanda-tanda aktivitas kelompok, aktivitas
vital dalam batas bermain dan atau aktivitas lainya
normal
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis
kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Rasional
Observasi :
1. Beberapa kondisi yang
mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit
yaitu diare/muntah, luka bakar,
gagal ginjal, efek obat. Setelah
penyebab diketahui perawat
akan mudah dalam
menentukan tindakan
selanjutnya yang dapat
dilakukan.
2. Elektrolit sebagai
indikator keadaan status cairan
dalam tubuh.
3. Mual, muntah dan diare
merupakan keadaan yang dapat
menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit.
4. Kehilangan cairan
berlebih juga berpengaruh
terhadap keseimbangan
elektrolit dalam tubuh.
5. Menyadari tanda dan
gejala dengan cepat dan tepat
dapat mencegah terjadinya
kemungkinan yang tidak
Tujuan : Pasien tidak diinginkan akibat hipokalemia.
mengalami keletihan
Terapeutik :
setelah dilakukan
asuhan keperawatan 1. Pemantauan berkala
selama 3 x 24 jam. penting guna mengetahui
perkembangan kondisi klien.
Kriteria hasil :
2. Dokumentasi sebagai
a. Dapat
dasar hukum tindakan
melakukan
keperawatan yang telah
aktivitas
dilakukan jika suatu saat nanti
rutin tanpa
ada tuntutan dari pasien dan
bantuan
sebagai alat komunikasi antar
b. Tampak tenaga kesehatan.
tidak lesu
Edukasi :
c. Daya tahan
1. Pasien dan keluarga
tubuh
mengetahui dan mengerti
meningkat
tujuan dan prosedur
d. Pasien tidak pemantauan yang dilakukan
mengeluh
2. Pasien dan keluarga
lelah
mengetahui perkembangan
e. TTV dalam keadaan klien
batas normal
Sistole : 100-120
mmHg
Diastole : 60-90
mmHg Rasional :
Nadi : 60- 1. Kaji adanya factor yang
100x/menit menyebabakan
krlrlahan
RR : 16-20x/menit
Rasional : untuk mengetahui
S : 36,5 – 37,5’C
tingkat kelelahan klien
2. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
klien
Rasional : memantau pola tidur
klien agar tidak terjadi
kelelahan
3. Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
Rasional : untuk memudahkan
dan membantu klien dalam
beraktivitas
4. Monitor klien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Rasional : untuk mengetahui
status kelelahan klien dan
tingkat emosi
5. Konsultasi dengan ahli
gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan yang
berenergi tinggi
Rasional : agar kondisi klien
puliih dan stabil kembali

Anda mungkin juga menyukai