MENGANALISIS 6 VIDEO
Dosen Pembimbing :
Di susun oleh :
Umi Kulsum
30901800189
Dosen Pembimbing :
Di susun oleh :
Umi Kulsum
30901800189
A. Latar Belakang
Penyakit infeksi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah
sekumpulan gejala dan infeksi (sindrom) yang timbul karena rusaknya system
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.Virus HIV merupakan virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.Orang yang terkena virus
ini rentan terhadap infeksi oportunistik dan mudah terkena tumor.Infeksi
oportunistik atau yang disebut dengan penyakit penyerta ini merupakan
infeksi yang timbul akibat adanya penurunan kekebalan tubuh, hal ini dapat
timbul karena mikroba yang berasal dari luar maupun dalam tubuh (Saputra,
2008).
Penularan virus HIV dan virus sejenis lainnya dapat ditularkan melalui
kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membrane mukosa) atau aliran
darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV (seperti darah, air mani,
cairan preseminal, dan air susu ibu). Selain itu, penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim atau seks, tranfusi darah, dan jarum suntik yang digunakan
secara bergantian dan sudah terinfeksi HIV-AIDS (Soedarto, 2009).
HIV-AIDS telah menjadi pandemik yang mengkhawatirkan masyarakat
dunia, karena disamping belum ditemukan obat dan vaksin untuk pencegahan,
penyakit ini juga memiliki “window periode” dan fase asimptomatik (tanpa
gejala) yang relatif panjang dalam perjalananpenyakitnya. Hal diatas
menyebabkan pola perkembangannya seperti fenomena gunung es (iceberg
phenomena).Jumlah kasus HIV/AIDS dari tahun ketahun diseluruh bagian
dunia terus meningkat meskipun berbagai upaya preventif terus
dilakukan.Tidak ada negara yang tidak terkena dampak penyakit ini (Soedarto,
2009).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyulihan selama 30 menit diharapkan warga
dapat mengerti mengenai HIV/AIDS secara umum dan pencegahannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit warga di desa
Purwosari diharapkan mampu :
a. Mengetahui pengertian HIV/AIDS
b. Mengetahui penyebab HIV/AIDS
c. Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
d. Mengetahui penularan HIV/AIDS
e. Mengetahui pengobatan HIV/AIDS
f. Mengetahui pencegahan HIV/AIDS
C. Kepanitiaan*
Penyuluh : Umi Kulsum
Tugas : Menjelaskan materi HIV/AIDS
D. Setting Tempat
PENYULUH
AUDIENS AUDIENS
AUDIENS
AUDIENS
E. Kegiatan
F. Metode
Tatap muka, Ceramah dan Tanya jawab
G. Materi
(Terlampir)
H. Media
Leaflet
I. Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian dari HIV/AIDS
2. Jelaskan penyebab dari HIV/AIDS
3. Sebutkan tanda dan gejala HIV/AIDS
4. Bagaimana penularan HIV/AIDS
5. Menjelaskan pengobatan HIV/AIDS
6. Sebutkan pencegahan dari HIV/AIDS
J. Rencana Evaluasi Kegiatan (struktur, proses, hasil)
1. Struktur
a. Beberapa warga desa hadir dalam program penyuluhan
b. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung sesuai
yang diinginkan
c. Adanya penyaji
d. Semua yang dibutuhkan sudah ada
e. Mematuhi protokol kesehatan dengan cara memkai masker
dan jaga jarak
2. Proses
a. Warga desa hadir sesuai yang terjadwal dan memakai
masker
b. Kemudian dilakukan pos test mengenai HIV/AIDS
sebelum dijelaskan penyaji untuk mengukur seberapa
pengetahuan tentang HIV/AIDS
c. Saat penyajian materi para audiens sangat antusias
mendengarkan dan sesekali bertanya hal-hak yang tidak
diketahui
3. Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan
b. Remaja beresiko HIV/AIDS sudah memahami HIV/AIDS
dengan baik
c. Pemahaman yang dicapai 80%
H. Dokumentasi Kegiatan
(Terlampir)
LAMPIRAN MATERI
Demam
Rasa lemah dan lesu
Sendi-sendi terasa nyeri
Batuk
Nyeri tenggorokan
Gejala selanjutnya adalah memasuki tahap dimana sudah mulai timbul
gejala-gejala yang mirip dengan gejala-gejala penyakit lain, gejala-gejala diatas
ini memang tidak khas, karena dapat juga terjadi pada penyakit-penyakit lain.
Namun gejala-gejala ini menunjukkan sudah adanya kerusakan pada system
kekebalan tubuh yaitu:
Demam berkepanjangan
Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 hari)
Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktifitas fisik sehari-hari
Pembangkakan kelenjar di leher, lipat paha, dan ketiak
Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
Batuk dan sesak nafas lebih dari 1 bulan secara terus menerus
Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala penurunan kekebalan tubuh ditandai dengan mudahnya diserang
penyakit lain, dan disebut infeksi oportunitis. Maksudnya adalah penyakit yang
disebabkan baik oleh virus lain, bakteri, jamur, atau parasit (yang bisa juga hidup
dalam tubuh kita), yang bila system kekebalan tubuh baik kuman ini dapat
dikendalikan oleh tubuh. Pada tahap ini pengidap HIV telah berkembang menjadi
penderita AIDS. Pada umumnya penderita AIDS akan meninggal dunia sekitar 2
tahun setelah gejala AIDS ini muncul.
Radang paru
Radang saluran pencernaan
Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
Kanker kulit
TBC
Gangguan susunan saraf / neurologis.
Obat-obatan Antiretroviral
Kelelahan
Mual
Ruam pada kulit
Diare
Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus
Perubahan suasana hati
7. CARA PENCEGAHAN
A – Abstinence
Abstinence merupakan suatu upaya untuk tidak melakukan hubungan
seksual, terutama bagi seseorang yang belum menikah
B – Be Faithful
Be Faithful merupakan suatu upaya untuk tidak berganti-ganti pasangan
atau dengan kata lain menunjukkan sikap saling setia kepada pasangannya.
C – Condom
Melakukan hubungan seksual yang aman yaitu dengan menggunakan alat
pelindung atau kondom.
D – Don’t Share Syringe / Don’t Inject
Jangan memakai jarum suntik atau alat yang menembus kulit secara
bergantian dengan orang lain, terutama di kalangan pemakai narkoba.
E – Save Equipment
Hindari pemakaian alat/ bahan tidak steril.
LEAFLET
DOKUMENTASI KEGIATAN
FIELD STUDY KEPERAWATAN HIV/AIDS
PENGKAJIAN ODHA
Dosen Pembimbing :
Ns. Apriliani Yulianti Wuriningsih, S.Kep., M.Kep
Di susun oleh :
Umi Kulsum
30901800189
A. PENGKAJIAN
1. Status KesehatanSaat Ini
a. Status Kesehatan
1) Keluhan Utama
Saat ini :Pasien ODHA mengatakan bahwa pasien tidak
merasakan keluhan apa-apa sejak dari awal didiagnosa hingga
sekarangpun tidak merasakan keluhan apapun.
2) Upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasinya
Saat Ini : Pasien ODHA mengatakan bahwa beliau tidak
merasakan keluhan apa-apa sejak dari awal didiagnosa hingga
sekarangpun tidak merasahansedikitpun keluhan, sehingga beliau
tidak menjalani terapi atau pengobatan lainnya.
b. Satus Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah dialami
Pernah dirawat
Pasien mengatakan bahwa beliau tidak pernah dirawat di Rumah Sakit.
Alergi
Pasien mengatakan bahwa beliau memiliki alergi terhadap aroma parfum
yang menyengat, serta bau-bauan lainnya yang menyengat.
2) Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)
Pasien mengatakan bahwa beliau tidak pernah mengonsumsi
alcohol, merokok, minum kopi, paling juga minum the namun itu dulu dan
sekarang tidak pernah.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa Ibu beliau memiliki riwayat hipertensi
pada setahun lalu dan pada saat itu Ibu beliau selalu mengonsumsi obat
dan rutin cek ke dokter, pada pada saat-saat ini Ibu beliau tidak pernah
mengonsumsi obat kembali, karena sudah tidak merasakan keluhan apa-
apa.
4) Therapi yang pernah dilakukan
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan terapi apapun karena
pasien merasakan tubuhnya baik baik saja tidak ada keluhan apapun.
2. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Bernapas
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum sakit merasa baik baik saja ,
tetapi suaminya saat itu sedang sakit"an
Saat sakit
Pasien mengatakan setelah divonis ditahun 2008 terjangkit
penyakit HIV AIDS (ODHA) jika merasa lelah atau merasa tidak
enak badan , pasien lebih nyaman istirahat dengan makan , tiduran
dan tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan.
b. Pola makan-minum
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan suka meminum minuman bersoda dan
Snack tetapi klien membatasi memakan dan meminum tersebut .
pasien mengatakan juga sering memakan daging sapi atau kambing
, buah durian yang biasanya dikonsumsi oleh orang yang terkena
ODHA merasa panas tetapi pasien tidak merasakan apa apa ketika
memakan makanan tersebut.
Saat sakit
Pasien mengatakan saat terkena penyakit. ODHA tetap
tidak ada perubahan makan pada saat sebelum divonis terkena
penyakit, karena memang saat ini tidak ada makanan yang
dipantang untuk dimakan. Jadi pola pasien makan sebelum dan
sesudah terkena ODHA sama saja.
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sebelum divonis terkena ODHA tidak
pernah mengalami gangguan eliminasi.
Saat sakit
Pasien mengatakan pernah mengalami gangguan eliminasi
seperti diare , tetapi tidak mengganguaktifitas rutin dan dapat
diatasi dengan baik.
d. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit
Pasien mengatakan sangat menyukai olahraga seperti
senam dan gym. Klien mengatakan sangat aktif melakukan
aktivitas olahraga . Klien bisa melakukan tiga (3) kali dalam
seminggu
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan apapun untuk
melakukan kegiatan kesehariannya. Tetap melakukan aktivitas
berolahraga senam dan gym seminggu 3 kali.
e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit
Pasien mengatakan setelah divonis HIV tahun 2008 jika ia
merasa lelah atau tidak enak badan, pasien lebih nyaman istirahat
dengan makan, tidur.Dan jika sedang memikirkan sesuatu pasien
susah tidur . Saat memikirkan sesuatu pasien tidak memikirkan
tentang penyakitnya tetapi lebih memikirkan masa depan anaknya
bagaimana.Tetapi pasien mengatakan tetap bisa mengatur jam tidur
dengan baik
Saat sakit
Pasien mengatakan tidak ada perubahan atau gangguan pola
tidur sebelum dan sesudah terkena ODHA.
f. Pola Berpakaian
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan masih berpakaian rapi , bersih lengkap
dengan hijab dan tidak pernah mengalami gangguan apapun.
Saat sakit
Pasien mengatakan masih seperti biasa cara berpakaian nya
tapi bersih dan berhijab.
Dx 1 intervensi ke 2
Pengaturan posisi SIKI hal
293
Observasi
• Monitor status
oksigenasi sebelum dan sesudah
mengubah posisi
• Monitor alat traksi agar
selalu tepat
Terapevutik
• Tempatkan pada
matras/tempat tidur terapeutik
yang tepat
• Tempatkan pada posisi
terapeutik
• Tempatkan objek yang
sering digunakan dalam
jangkauan
• Tempatkan bel atau
lampu panggilan dalam
jangkauan
• Sediakan matras yang
kokoh /padat
• Atur posisi tidur yang
disukai, jika tidak kontraindikasi
• Atur posisi untuk
mengurangi sesak ( mis. semi-
Fowler)
• Atur posisi yang
meningkatkan drainage
• Posisikan pada
kesejajaran tubuh yang tepat
• Imobilisasi dan topang
bagian tubuh yang cedera
dengan tepat
• Tinggikan bagian tubuh
yang sakit dengan tepat
• Tinggikan anggota gerak
200 atau lebih di atas level
jantung
• Tinggikan tempat tidur
bagian kepala
• Berikan bantal yang tepat
pada leher
• Berikan topangan pada
area edema ( mis. bantal
dibawah lengan dan skrotum)
• Posisikan untuk
mempermudah ventilasi/perfusi
(mis. tengkurap/good lung
down)
• Motivasi melakukan
ROM aktif atau pasif
• Motivasi terlibat dalam
perubahan posisi, sesuai
kebutuhan
• Hindari menempatkan
pada posisi yang dapat
meningkatkan nyeri
• Hindari menempatkan
stump amputasi pada posisi
fleksi
• Hindari posisi yang
menimbulkan ketegangan pada
luka
• Minimalkan gesekan dan
tarikan saat mengubah posisi
• Ubah posisi setiap 2 jam
• Ubah posisi dengan
teknik log roll
• Pertahankann posisi dan
integritas traksi
• Jadwalkan secara tertulis
untuk perubahan posisi
Edukasi
• Informasikan saat akan
dilakukan perubahan posisi
• Ajarkan cara
menggunakan postur yang baik
dan mekanika tubuh yang baik
selama melakukan perubahan
posisi
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian
premedikasi sebelum mengubah
posisi, jika perlu
Dx 2
Pemantauan elektrolit SIKI
Hal 240
Observasi
- Identifikasi kemungkinan
Penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
- Monitor kadar elektrolit serum
- Monitor mual, muntah , diare
- Monitor kehilangan cairan,jika
perlu
- Monitor tanda dan gejala
hipokalemia (mis kelemahan
otot, interval QT)
- Monitor tanda dari gejala
hiperkalemia (mis peka
rangsang, gelisah mual muntah)
- Monitor tanda dari gejala
hiponatremia (mis disorientasi,
otot berkedut, sakit kepala)
- Monitor tanda dan gejala
hipernatremia (mis haus,
demam, mual, muntah, gelisah,
peka rangsang, membran
mukosa kering, takikardia)
- Monitor tanda dan gejala
hipokalsemia (mis peka
rangsang, tanda Chvostek)
- Monitor tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis depresi
pernafasan, apatis, tanda
chvostek)
- Monitor tanda dan gejala
hipermagnesemia(mis
kelemahan otot, hiporefleks)
Terapeutik
-Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
-Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur
Pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan
jika,perlu
Dx 3 Edukasi
Aktivitas/Istirahat SIKI hal 50
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan
keperawatan selama Terapeutik
3x24 jam diharapkan
- Sediakan materi dan media
resiko
pengaturan aktivitas dan istirahat
ketidakseimbangan
elektrolit dapat - Jadwalkan pemberian
teratasi. pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
Kriteria Hasil :
- Berikan kesempatan kepada
1. Terbebas dari
pasien dan keluarga untuk
edema, efusi,
bertanya
anasarka.
2. Bunyi nafas
bersih, tidak ada Edukasi
dypsneu /ortopneu
- Jelaskan pentingnya
3. Kadar melakukan aktivitas fisik
elektrolit dalam olahraga secara rutin
tubuh normal.
- Anjurkan terlibat dalam
4. Tanda-tanda aktivitas kelompok, aktivitas
vital dalam batas bermain dan atau aktivitas lainya
normal
- Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
- Ajarkan cara mengidentifikasi
kebutuhan istirahat (mis
kelelahan, sesak nafas saat
aktivitas)
- Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Rasional
Observasi :
1. Beberapa kondisi yang
mungkin menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit
yaitu diare/muntah, luka bakar,
gagal ginjal, efek obat. Setelah
penyebab diketahui perawat
akan mudah dalam
menentukan tindakan
selanjutnya yang dapat
dilakukan.
2. Elektrolit sebagai
indikator keadaan status cairan
dalam tubuh.
3. Mual, muntah dan diare
merupakan keadaan yang dapat
menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit.
4. Kehilangan cairan
berlebih juga berpengaruh
terhadap keseimbangan
elektrolit dalam tubuh.
5. Menyadari tanda dan
gejala dengan cepat dan tepat
dapat mencegah terjadinya
kemungkinan yang tidak
Tujuan : Pasien tidak diinginkan akibat hipokalemia.
mengalami keletihan
Terapeutik :
setelah dilakukan
asuhan keperawatan 1. Pemantauan berkala
selama 3 x 24 jam. penting guna mengetahui
perkembangan kondisi klien.
Kriteria hasil :
2. Dokumentasi sebagai
a. Dapat
dasar hukum tindakan
melakukan
keperawatan yang telah
aktivitas
dilakukan jika suatu saat nanti
rutin tanpa
ada tuntutan dari pasien dan
bantuan
sebagai alat komunikasi antar
b. Tampak tenaga kesehatan.
tidak lesu
Edukasi :
c. Daya tahan
1. Pasien dan keluarga
tubuh
mengetahui dan mengerti
meningkat
tujuan dan prosedur
d. Pasien tidak pemantauan yang dilakukan
mengeluh
2. Pasien dan keluarga
lelah
mengetahui perkembangan
e. TTV dalam keadaan klien
batas normal
Sistole : 100-120
mmHg
Diastole : 60-90
mmHg Rasional :
Nadi : 60- 1. Kaji adanya factor yang
100x/menit menyebabakan
krlrlahan
RR : 16-20x/menit
Rasional : untuk mengetahui
S : 36,5 – 37,5’C
tingkat kelelahan klien
2. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
klien
Rasional : memantau pola tidur
klien agar tidak terjadi
kelelahan
3. Bantu aktivitas sehari-
hari sesuai dengan
kebutuhan
Rasional : untuk memudahkan
dan membantu klien dalam
beraktivitas
4. Monitor klien akan
adanya kelelahan fisik
dan emosi secara
berlebihan
Rasional : untuk mengetahui
status kelelahan klien dan
tingkat emosi
5. Konsultasi dengan ahli
gizi untuk
meningkatkan asupan
makanan yang
berenergi tinggi
Rasional : agar kondisi klien
puliih dan stabil kembali