Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan

tekanan darah diastolik ≥90 mmHg atau bila pasien menggunakan

obat anti hipertensi dengan memakai dari rujukan JNC-IV, WHO-ISH

Guidelines 1999, membuat definisi dan klasifikasi dari hipertensi untuk

dewasa diatas 18 tahun. Klasifikasi ini dibuat berdasarkan adanya

hubungan yang kuat antara kenaikan tekanan darah baik sistolik

maupun diastolik dengan penyakit kardiovaskuler. Dalam keadaan

tenang tekanan darah dapat 30 – 40 mmHg lebih rendah dari waktu

kerja (Gunawan, 2011).

Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan

sistolik dan diastolik serta merupakan suatu faktor terjadinya

kompilikasi penyakit kardiovaskuler (Beevers, 2011). Hipertensi adalah

peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik diatas standar

dihubungkan dengan usia. Tekanan darah pada anak sewaktu lahir

rata-rata 80 mmHg sistolik dan 60 mmHg diastolik, sedangkan pada

anak menjelang dewasa tekanan darah menjadi 120/70 mmHg. Pada

umur 50 tahun, tekanan darah menjadi rata-rata 140/90 mmHg.

Tekanan sistolik menjadi lebih tinggi apabila umur naik lebih dari 60

8
tahun, hal ini disebabkan karena seringnya terdapat perubahan pada

pembuluh darahnya dan arteri menjadi kaku (Rahardjo, 2008).

2. Etiologi

Menurut Soeparman (2010) menjelaskan bahwa hipertensi

dapat dikelompokan dalam dua kategori :

a. Hipertensi primer artinya belum diketahui penyebabnya yang

jelas.

Berbagai faktor yang turut berperan sebagai penyebab

hipertensi seperti bertambahnya usia, faktor psikologis, dan

keturunan. Sekitar 90% hipertensi tidak diketahui penyebabnya.

b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/sebagai

akibat dari adanya penyakit lain, misalnya penyakit ginjal, kelainan

hormonal dan lain-lain.

Adapun faktor risiko hipertensi seperti, keturunan, jenis kelamin,

umur, kegemukan, lingkungan, pekerjaan, merokok, alkohol dan sosial

ekonomi.

Peningkatan tekanan darah dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain usia, jenis kelamin, pengetahuan, riwayat keluarga/faktor

genetik, obesitas, diet, pola makan dan kebiasaan tidak sehat seperti

merokok, minum-minuman yang mengandung kafein dan alkohol

(Sianturi, 2011). Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi

antara lain faktor fisiologis yang meliputi pola makan atau diet,

kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti rokok dan alkohol, faktor

9
genetik (keturunan), obesitas (kegemukan), diet, dan berbagai macam

penyakit, dan faktor psikologis yang meliputi faktor stres dan

manajemen stres. Selain itu, tubuh yang tidak aktif juga merupakan

penyebab terjadinya hipertensi. Gerakan fisik misalnya jalan selama

30 menit per hari, jauh lebih baik daripada tidak beraktivitas sama

sekali. Latihan fisik yang teratur akan menghasilkan berat bada ideal,

tekanan darah ideal dan meningkatkan HDL (Cahyo, 2010).

3. Patofisiologi

Jantung merupakan sistem pompa yang berfungsi untuk

memompakan darah keseluruh tubuh, tekanan tersebut bergantung

pada faktor cardiac output dan tekanan perifer. Pada keadaan normal

untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang

meningkat diperlukan peningkatan cardiac output dan tekanan perifer

menurun.

Konsumsi yodium (garam) yang berlebihan akan

mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga

meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac ouput

(Soeparman, 2010).

4. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat hipertensi seperti,

penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, kerusakan mata,

dan kerusakan pembuluh darah otak (Soeparman, 2010).

10
5. Perawatan pada penderita hipertensi

Menurut Soeparman (2010), menjelaskan mengenai perawatan

penderita hipertensi sebagai berikut :

a. Pengaturan diit antara lain diit rendah garam, diit kolesterol dan diit

kadar lemak tinggi.

b. Berolah raga yang teratur.

c. Mengurangi rasa takut

d. Penggunaan obat dalam menurunkan tekanan darah tinggi.

6. Klasifikasi

Menurut Soeparman (2010), menjelelaskan klasifikasi penyakit

hipertensi sebagai berikut :

a. Klasifikasi menurut jenis macamnya antara lain

1) Hipertensi sistolik atau hipertensi sistolik terisolasi

Hipertensi sistolik adalah peningkatan tekanan darah

sistolik tanpa diikuti oleh peningkatan diastolik. Kriteria

hipertensi sistolik terisolasi adalah bila peningkatan sistolik lebih

dari dua kali tekanan diastolik dikurangi 15 mmHg, tanpa diikuti

oleh peningkatan tekanan diastolik atau tekanan sistolik lebih

dari 2 kali tekanan diastolik bila tekanan diastolik tidak melebihi

90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada

usia lanjut dan pada adolosen atau dewasa muda, hal ini lebih

banyak dihubungkan dengan sirkulasi hiperkinetik dan

diramalkan tekanan darah diastolik juga meningkat. Hipertensi

11
sistolik terisolasi disebabkan oleh kekuatan denyut jantung kiri

yang meningkat, aorta yang kaku karena adanya degenerasi

dari dindingnya.

2) Hipertensi dengan kenaikan tekanan sistolik dan diastolik

Hipertensi ini dibagi menjadi, yaitu :

a) Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak

faktor yang menyebabkan hipertensi primer seperti genetik,

lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatis,

peningkatan Na dan Ca dan faktor-faktor yang dapat

meningkatkan risiko seperti obesitas, alkohol, merokok.

b) Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi berdasarkan

penyakit lain yang dapat diperiksa dan diketahui.

b. Klasifikasi menurut tingkat kliniknya

1) Hipertensi benigna

Dalam fase benigna, tekanan darah sistolik maupun

diastolik belum begitu meningkat, bersifat ringan atau sedang

dan belum tampak kelainan atau kerusakan dari target organ,

otak, mata, jantung dan ginjal serta belum tampak kelainan

fungsi dari alat-alat tersebut yang sifatnya berbahaya.

12
2) Hipertensi maligna

Merupakan hipertensi berat yang disertai kelainan khas

pada retina, ginjal, dan kelainan pada otak.

3) Hipertensi ensefalopati

Merupakan komplikasi dari hipertensi maligna yang

ditandai dengan adanya gangguan pada otak. Secara klinis

bermanifestasi denagan sakit kepala yang hebat, mual dan

muntah. Tanda gangguan serebra seperti koma atau kejang,

dapat terjadi bila tekanan darah tidak segera diturunkan.

Keadaan ini biasanya muncul apabila tekanan diastolik melebihi

140 mmHg.

7. Penyebab kenaikan tekanan darah

Menurut Soeparman (2010), mengatakan beberapa penyebab

kenaikan tekanan darah yaitu :

a. Faktor yang tidak dapat dikontrol

1) Keturunan/genetik

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita

hipertensi. Individu dengan orangtua hipertensi mempunyai

risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada

individu yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat

hipertensi.

13
2) Jenis kelamin

Laki-laki mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita

hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai risiko yang lebih

besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler.

Sedangkan di atas umur 50 tahun hipertensi lebih banyak

terjadi pada perempuan.

3) Umur

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan

pertambahan usia. Individu yang berumur di atas 60 tahun, 50 –

60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan

140/90 mmHg. Hipertensi pada pria terjadi pada usia di atas 31

tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah umur 45 tahun

karena berkurangnya hormon estrogen dan hormon

progesteron. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang

terjadi pada orang yang bertambah usianya.

4) Etnis

Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam

daripada yang berkulit putih. Belum diketahui pasti

penyebabnya, namun dalam orang kulit hitam ditemukan kadar

renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopresin

lebih besar.

14
b. Faktor yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Obesitas terdiri atas kelebihan berat badan tingkat ringan

berdasarkan indeks masa tubuh 25,1 – 27,0 dan kelebihan

berat badan tingkat berat berdasarkan indeks massa tubuh

sebesar > 27,0. Pada obesitas didapatkan kenaikan volume

plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan

darah. Hal ini mungkin berkaitan dengan perubahan hormon,

metabolisme tubuh, persyarafan, dan darah yang terjadi pada

orang yang obesitas. Bila berat badan menurun, maka volume

darah total juga berkurang, hormon yang berkaitan dengan

tekanan darah berubah dan tekanan darah berkurang.

Untuk menentukan apakah seseorang itu termaasuk

dalam kategori obesitas atau tidak, maka dilakukan pengukuran

Indeks Massa Tubuh berdasarkan rekomendasi dari WHO :

Berat Badan (Kg)


IMT =
Tinggi Badan (meter)2

Berdasarkan IMT seseorang dikategorikan kekurangan

berat badan tingkat berat apabila IMT <17,0 kg/m 2, kekurangan

berat badan ringan apabila IMT 17,0 – 18,5 kg/m 2, dikategorikan

normal apabili >18,5 – 25,0 kg/m 2 dan kelebihan berat badan

15
tingkat ringan apabila IMT >25,0 – 27,0 kg/m 2 sedangkan

kelebihan berat badan tingkat berat IMT >27,0 kg/m 2

2) Olahraga

Kurangnya aktifitas fisik dapat menyebabkan pembuluh

darah yang halus tertutup. Latihan fisik yang bersifat aerobik

bila latihan ini meningkatkan denyut jantung dan

mempertahankannya selama 20 menit. Latihan aerobik

melibatkan kelompok otot besar. Olahraga secara teratur dapat

menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh nadi.

Olahraga yang dimaksud adalah latihan menggerakkan semua

sendi dan otot tubuh (latihan aerobik/dinamik), seperti gerak

jalan, renang, naik sepeda. Aktifitas fisik pada keadaan tertentu

sangat diperlukan untuk menjaga mekanisme tekanan darah

pada seseorang agar dapat berjalan seperti seharusnya.

3) Merokok dan konsumsi alkohol

Alkohol dilarang dikonsumsi oleh mereka yang menderita

hipertensi karena alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.

Walaupun demikian, ada beberapa dokter yang menyarankan

mengkonsumsi sedikit anggur merah setelah makan untuk

diperoleh manfaat antioksidannya. Mengkonsumsi alkohol

dalam jumlah banyak sangat tidak dianjurkan karena akan

memicu kenaikan tekanan darah.

16
Asap rokok terdiri dari karbon monoksida, hidrogen

sianida, dan nitrogen sianida. Karbon monoksida memberi

kontribusi untuk timbulnya plak melalui penimbunan kolesterol

yang meningkat dan terbentuknya penampungan lemak.

Merokok memaksa jantung untuk bekerja lebih keras dengan

oksigen yang sedikit. Bila orang merokok sigaret, maka arteri

akan menyempit sehingga menghambat suplai darah ke otot-

otot jantung. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah

secara tempores yaitu tekanan sistolik meningkat 10 mmHg dan

tekanan darah diastolik meningkat sebesar 8 mmHg. Kenaikan

tekanan darah terjadi pada saat sedang merokok atau setelah

merokok.

4) Konsumsi natrium berlebih

Penelitian menyebutkan bahwa ada hubungan antara

konsumsi natrium berlebih dengan tekanan darah. Asupan

natrium yang meningkat dapat menyebabkan tubuh kekurangan

cairan yang menyebabkan kenaikan volume darah. Disamping

itu diet tinggi garam dapat memperkecil diameter dari arteri.

Disamping itu diet tinggi garam dapat memperkecil diameter

dari arteri. Jantung harus memompa darah lebih keras untuk

mendorong volume darah yang meningkat melalui ruang yang

sempit, akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah. Sebaliknya

17
apabila asupan natrium berkurang akan menurunkan tekanan

darah rata-rata 2 – 3 mmHg.

5) Lemak dalam diet

Diet tinggi lemak berkaitan dengan peningkatan tekanan

darah. Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak jenuh

yang berasal dari hewan dapat menurunkan tekanan darah.

Beberapa hormon di dalam darah berperan dalam mengatur

tekanan darah dengan cara memperlebar pembuluh darah dan

meningkatkan diameter dari arteri dan mengurangi jumlah

darah yang harus dipompa jantung. Tekanan darah berkurang

apabila asupan asam lemak esensial dalam diet ditingkatkan.

Tekanan darah menurun bila konsumsi lemak dikurangi sampai

25% dari total kalori.

6) Stress

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik

terhadap setiap tuntutan beban. Stres dapat merangsang

kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu

jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga

tekanan darah akan meningkat. Hubungan antara stres dengan

hipertensi secara langsung akan mamacu kerja jantung dan

akan berdampak pada peningkatan tekanan darah dengan

cepat.

18
7) Peranan ginjal

Ginjal memiliki peran dalam pengaturan tekanan darah

dan secara alamiah beberapa penyakit dari ginjal yang akan

mempengaruhi tekanan darah. Pada saat tidur berlebihan ginjal

mengeluarkan zat kimia yang ke dalam aliran darah akan

mempengaruhi tekanan darah yang dapat menimbulkan

serangkaian reaksi kimia dalam darah sehingga akan

mempersempit pembuluh darah yang meningkatkan tekanan

darah diastolik. Ginjal yang rusak akibat infeksi tersebut dapat

menyebabkan tekanan darah tinggi.

8) Ketidakseimbangan kimiawi

Sebagian dari kasus kenaikan tekanan darah disebabkan

oleh pembesaran pada aktifitas yang berlebih pada salah satu

kelenjar dalam tubuh yaitu kelenjar adrenalin. Bila kelenjar

adrenalin dalam keadaan tidak normal dan jumlahnya

berlebihan akan menyebabkan jantung harus memompa lebih

keras sehingga mengakibatkan kenaikan tekanan darah dalam

tubuh.

9) Pengaruh jantung

Dipandang dari sudut mekanik dalam tubuh, jantung

dapat mendorong darah dengan kekuatan lebih besar atau lebih

kecil. Jika mendorong dengan kekuatan lebih besar maka

19
tekanan darah akan naik, sebaliknya jika menggunakan

kekuatan lebih kecil maka tekanan akan turun.

Pembuluh arteri memiliki dinding yang fleksibel yaitu

terdiri dari jaringan yang elastis dan otot. Jika otot dalam

pembuluh arteri dalam kedaan rileks maka diameter pembuluh

darah akan melebar sehingga jantung dapat mengalir dengan

mudah, hal ini berarti jantung hanya mendorong dengan

kekuatan kecil sehingga tekanan darah rendah. Sebaliknya bila

otot dalam dinding pembuluh darah menyempit, diameter

pembuluh darah menjadi kecil berarti jantung harus mendorong

dengan kekuatan yang lebih besar sehingga tekanan darah

meningkat. Sistem susunan saraf dalam tubuh dengan zat kimia

mengatur kerjasama organ jantung, ginjal dan pembuluh darah

arteri untuk bekerja sama sehingga dapat memelihara dan

mengendalikan tekanan darah.

B. Tinjauan Umum tentang Umur

Umur merupakan salah satu karakteristik yang tidak dapat diubah

pada suatu penyakit. Umur manusia digolongkan dalam berbagai masa,

yakni masa anak, remaja, dan dewasa. Masa dewasa dibagi atas dewasa

muda (18 – 30 tahun), dewasa setengah baya (30 – 60 tahun), dan masa

lanjut usia (> 60 tahun). WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga

kelompok yaitu kelompok middle age (45 – 59 tahun), kelompok eldery

20
age (60 – 74 tahun), dan kelompok old age (75 – 90 tahun).

Bertambahnya umur sejalan dengan perkembangan fisik manusia

mencapai proses ketuaan, dalam hal ini berkaitan dengan proses

degeneratif tubuh dengan gangguan jantung. Dengan demikian golongan

lansia ini akan memberikan masalah kesehatan yang khusus yang

memerlukan bentuk pelayanan kesehatan tersendiri (Reymond, 2008).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh J, Launner diperoleh bukti

bahwa 90% kenaikan tekanan darah pada lanjut usia adalah hipertensi

essensial atau tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi essensial

berkaitan dengan beberapa penyebab antara lain perubahan pada

jantung, pembuluh darah, meningktanya stress, dan faktor keturunan atau

genetik (Mayo, 2005).

Penyebaran hipertensi menurut golongan umur berdasarkan hasil dari

beberapa penelitian di Indonesia menyimpulkan bahwa prevalensi

hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Penyakit

hipertensi umumnya dijumpai pada umur >40 tahun, meski belakangan

hipertensi juga banyak ditemukan pada umur muda (17 – 20 tahun).

Prevalensi meningkat menurut usia, hampir setiap orang mengalami

kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 55

– 60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun

secara drastis. Sekarang penyakit hipertensi tidak memandang golongan

umur (Gunawan, 2011).

21
C. Tinjauan Umum tentang Jenis Kelamin

Jenis kelamin dalam epidemiologi merupakan variabel yang selalu

dipertimbangkan karena prevalensinya penyakit tertentu berbeda diantara

kedua jenis kelamin.

Masalah kesehatan yang dapat ditemukan pada laki-laki dan

perempuan terdapat beberapa perbedaan seperti perbedaan anatomi dan

fisiologis kesadaran berobat antara pria dan wanita. Pada umumnya kaum

wanita lebih memiliki kesadaran yang baik untuk berobat dibandingkan

dengan kaum pria. Adanya perbedaan kebiasaan hidup antara pria dan

wanita dan masih banyaknya lagi perbedaan-perbedaan lainnya.

Berdasarkan jenis kelamin maka wanita lebih banyak menderita

hipertensi. Wanita setelah mengalami menapouse berpeluang lebih besar

untuk menderita hipertensi. Para pakar menduga perubahan hormonal

berperan besar dalam terjadinya hipertensi di kalangan wanita usia lanjut

(Supardi, 2011).

Menurut Soeharto (2009) perbedaan angka kesakitan maupun angka

kematian antara laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh faktor-

faktor eksternal seperti perbedaan hormonal dan faktor eksternal seperti

peran faktor lingkungan. Pada umumnya laki-laki lebih mudah terserang

hipertensi dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan mungkin kaum

laki-laki banyak mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi

seperti stress, kelelahan dan makan tidak terkontrol. Biasanya wanita

akan mengalami peningkatan risiko terkena hipertensi setelah masa

22
menopause (sekitar 45 tahun). Pada wanita menopause, tekanan darah

cenderung meningkat karena menurunnya kadar ekstrogen sedangkan

kolesterol LDL dan kolesterol total meningkat.

D. Tinjauan Umum tentang Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai pergerakan otot yang

menggunakan energi, sedangkan olahraga/latihan didefinisikan sebagai

aktivitas yang direncanakan dan diberi struktur di mana gerakan bagian-

bagian tubuh diulang-ulang untuk memperoleh berbagai aspek

kebugaran. Aktivitas fisik yang termasuk olahraga atau latihan contohnya

jalan kaki, joging, berenang, dan tarian aerobik (Soeharto, 2009).

Aktivitas fisik adalah pergerakkan anggota tubuh yang

menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat

penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Aktifitas

fisik mingguan apapun disamping kegiatan hidup rutin sehari-hari

mempunyai daya proteksi terhadap kematian kardiovaskuler. Aktivitas

fisik mingguan yang bersifat ringan (denyut jantung meningkat sampai 10

kali permenit) sudah memberi dampak proteksi, asalkan dilakukan secara

rutin hampir setiap hari, sedangkan Aktivitas fisik mingguan yang bersifat

sedang atau berat cukup dilakukan 2 – 3 kali seminggu, yang terpenting

adalah keteraturan (Reymond, 2008).

Kesehatan olahraga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

usaha untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan, yakni untuk

23
meningkatkan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan yang optimal. Peranan olahraga sebagai faktor

pelindung, faktor pencegah terhadap penyakit telah banyak diselidiki.

Berbagai penyakit yang dapat dilindungi dengan kegiatan olahraga dapat

berupa : penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, kegemukan dan

masih banyak lagi (Bustan, 2008).

Aktivitas fisik dalam hal ini olahraga secara teratur sangat penting

untuk mengendalikan tekanan darah. Sebab membuat jantung lebih kuat,

jantung dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha.

Makin ringan kerja jantung untuk memompa darah makin sedikit beban

tekanan arteri. Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah

sebanyak 5 – 10 mmHg selama 30 – 60 menit dalam waktu lima hari

seminggu. Jika kita baru berisiko mengidap hipertensi, penurunan

sebesar itu sudah cukup untuk mencegah hipertensi (Reymond, 2008).

Olahraga juga mempengaruhi kadar kolesterol yang tinggi dalam

tubuh. Peningkatan aktivitas fisik dapat menyebabkan peningkatan HDL

dalam darah ditambah lagi jika seseorang melakukan latihan atau

olahraga secara rutin dan teratur. Aktivitas fisik sangat penting untuk

mengendalikan tekanan darah sebab membuat jantung lebih kuat.

Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5 – 10

mmHg selama 30 – 60 menit dalam waktu 5 hari seminggu. Jika kita baru

berisiko mengidap hipertensi, penurunan sebesar itu sudah cukup untuk

mencegah penderita hipertensi (Mayo, 2008).

24
Melakukan olahraga secara teratur 3 – 4 kali seminggu dengan

lama 30 – 40 menit bisa menurunkan risiko hipertensi. Orang yang

memiliki tekanan darah normal tetapi tetapi tidak melakukan aktivitas fisik

secara teratur dapat menderita hipertensi. Aktivitas merupakan kegiatan

rutin yang dilakukan oleh seseorang dalam menjalani proses kehidupan

(Bustan, 2008).

Pekerjaan yang dilakukan sehari-hari dapat mempengaruhi gaya

hidup seseorang. Gaya hidup yang kurang melakukan aktivitas fisik akan

berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang dalam kehidupan yang

semakin modern ini dengan kemajuan teknologi yang mutakhir, hidup

serba mudah. Bila kalori yang masuk berlebihan dan tidak diimbangi

dengan aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan orang

mengalami kegemukan dan rentan terhadap penyakit. Meningkatnya

kesibukkan juga menyebabkan seseorang tidak lagi mempunyai waktu

yang cukup untuk berolahraga secara teratur (Notoatmodjo, 2006).

Hasil penelitian membuktikan bahwa kebiasaan olahraga yang

dilakukan secara teratur, terukur dan sistematis, berpengaruh positif

terhadap semua sel hidup manusia. Kemampuan fungsional organ tubuh

akan mengalami penurunan baik pada orang myang menjalani hidup aktif

(aktive live) maupun tidak aktif (sedentary). Namun penurunan pada

orang yang tidak aktif akan meningkatkan kesehatan dan kesegaran fisik

sehingga akan meningkatkan sistem imunitas tubuh terhadap infeksi

25
maupun penyakit generative yang tentunya akan memperlambat proses

penuaan (Putro, 2008).

E. Tinjauan Umum tentang Riwayat Keluarga

Kasus hipertensi esensial 70 – 80% diturunkan dari orang tuanya.

Apabila riwayat hipertensi di dapat pada kedua orang tua maka dugaan

hipertensi esensial lebih besar bagi seseorang yang kedua orang tuanya

menderita hipertensi ataupun pada kembar monozygot (sel telur) dan

salah satunya menderita hipertensi maka orang tersebut kemungkinan

besar menderita hipertensi (Bustan, 2008).

Penelitian yang dilakukan pada orang kembar yang dibesarkan

secara terpisah atau bersama dan juga terdapat pada anak-anak bukan

adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah

dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup.

Berdasarkan penelitian tersebut secara kasar, sekitar separuh tekanan

darah di antara orang-orang tersebut merupakan akibat dari faktor

genetika dan separuhnya lagi merupakan akibat dari faktor pola makan

sejak masa awal kanak-kanak (Beevers, 2011).

Setiap penderita hipertensi tidak selalu didapat dari garis keturunan

tetapi setiap orang memiliki potensi untuk mendapat hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi. Kaplan (2008) menyatakan bahwa

kemungkinan untuk menderita hipertensi pada seseorang yang orang

tuanya memiliki riwayat hipertensi sebesar 2 kali lipat dibandingkan

26
dengan orang lain yang tidak memiliki riwayat hipertensi pada orang

tuanya.

Tingkat tekanan darah terkait erat dengan faktor genetik. Seseorang

dengan kedua orang tuanya menderita hipertensi memiliki 50 – 57%

kemungkinan untuk menjadi hipertensi, sedangkan apabila salah satunya

menderita hipertensi maka hanya 4 – 20% yang kemudian menjadi

hipertensi. Faktor yang mungkin diturunkan secara genetik antara lain

efek transport natrium dan peningkatan aktifitas saraf simpatis yang

merupakan respon terhadap stress (Bustan, 2008).

F. Tinjauan Umum tentang Obesitas

Obesitas (kegemukan) merupakan salah satu faktor yang

meningkatkan risiko kejadian hipertensi. Penelitian terhadap 74.000

karyawan di Amerika menunjukkan adanya hubungan bertambahnya

berat badan dengan tekanan darah. Penurunan berat badan 2 Kg akan

menurunkan tekanan darah sistolik 2,5 mmHg dan tekanan diastolik 1,5

mmHg. Risiko ini kemungkinan juga dapat dialami penduduk Indonesia

dengan melihat adanya kecenderungan bertambah besarnya kegemukan

di negara ini (Leonardo, 2008).

Obesitas merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum

diketahui secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun

terbukti bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita

obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi

27
dengan berat badan normal. Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan

darahnya cenderung tinggi karena seluruh organ tubuh dipacu bekerja

keras untuk memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar jantung pun

bekerja ekstra karena banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan

kadar lemak darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi

(Suparto, 2009).

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia

18 tahun keatas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai

risiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas

kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan

secara berkesinambungan. Salah satu cara adalah dengan

mempertahankan berat badan ideal atau normal. Berat badan yang

berada di bawah batas minimum dinyatakan sebagai under weight atau

kekurusan, dan berat badan berada di atas batas maksimum dinyatakan

sebagai over weight atau kegemukan. Orang-orang yang berada di bawah

ukuran berat normal mempunyai risiko terhadap penyakit infeksi,

sementara yang berada di atas ukuran normal mempunyai risiko tinggi

terhadap penyakit degeneratif (Rahayu, 2008).

28

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat
  • TOR Penyusunan MODUL
    TOR Penyusunan MODUL
    Dokumen3 halaman
    TOR Penyusunan MODUL
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen2 halaman
    Daftar Pustaka
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Terapi Nutrisi Pada Anak
    Tinjauan Terapi Nutrisi Pada Anak
    Dokumen40 halaman
    Tinjauan Terapi Nutrisi Pada Anak
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat
  • Bab V, Vi
    Bab V, Vi
    Dokumen17 halaman
    Bab V, Vi
    David Niven Larira
    Belum ada peringkat