Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masalah rokok saat ini menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan.
Telah banyak artikel dalam media cetak dan pertemuan ilmiah, ceramah,
wawancara baik di radio maupun televisi serta penyuluhan mengenai bahaya
merokok dan kerugian yang ditimbulkan akibat rokok. ( http://metlit.com)
Lebih dari 70.000 artikel telah membuktikan secara tuntas bahwa
konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau berbahaya bagi
kesehatan. Artikel ilmiah itu membuktikan bahwa konsumsi tembakau dan
paparan terhadap asap tembakau berdampak serius pada kesehatan, antara lain
mengakibatkan penyakit kanker paru, kanker mulut dan organ lain, penyakit
jantung, penyakit saluran pernafasan kronik dan kelainan kehamilan. Adanya
selang waktu 20-25 tahun antara mulai merokok dan akibat ditimbulkannya
penyakit, menyebabkan dampak tersebut tidak disadari. ( gizi.net )
Saat ini diperkirakan terdapat sekitar 1,2 miliar penduduk dunia
merupakan perokok, dan 800 juta di antaranya terdapat di negara berkembang.
Besarnya jumlah perokok tersebut menyebabkan angka kematian akibat merokok
saat ini adalah 4 juta jiwa setiap tahun.
Menurut badan kesehatan WHO dinegara maju prevalensi jumlah perokok
menurun 1,1% setiap tahunnya, akan tetapi dinegara berkembang seperti
Indonesia jumlah perokok 2,1% meningkat setiap tahunnya. Di Asia Indonesia
menempati urutan kedua terbesar setelah Kamboja dengan prosentasi perokok

pria; Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand
39% . (http://metlit.com)
WHO: Setiap Menit 60 Orang Meninggal Akibat Rokok Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) dan Departemen Kesehatan (Depkes) RI membantah
keras mengenai pernyataan riset tentang dampak tembakau terhadap kesehatan
belum tuntas. Hal itu terungkap dalam data WHO dalam laporannya untuk
memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2004 yang diterima Antara di
Jakarta, Senin. ( gizi.net )
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2020, di dunia
diperkirakan rokok akan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan yang
menewaskan lebih dari 10 juta orang tiap tahunnya. (http://Library.usu.ac.id)
Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO
1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia
tercatat 59,04% untuk pria dan 4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut
12,8%-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-1% adalah wanita
muda (young females). Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar
keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada
perempuan yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004).
Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut
mantan menteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa
menderita penyakit akut akibat merokok Antara lain berupa kanker paru-paru,
jantung, dan gangguan peredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa
''Bayi yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki berat badan yang rendah

serta bisa menimbulkan sindroma bayi meninggal mendadak (Sudden Death).''


(http://metlit.com)
RS. Khusus Jantung, Yayasan Jantung Indonesia, Cabang tama Sumbar,
Jalan Khatib Sulaiman, Padang, Sumatera Barat telah membuka poliklinik stop
merokok dan obesitas pertengahan tahun 2008 lalu, "Yang berobat disini adalah
pasien yang dirawat disini yang mengalami penyakit jantung akibat merokok
dalam satu bulan rata-rata pasien ada sekitar 450 orang, kebanyakan mereka
berhenti merokok setelah mendapat penyakit jantung," katanya.
Poliklinik stop merokok dan obesitas adalah satu-satunya yang ada di
Sumatera Barat. Dari data yang dirangkum sejak tahun 1998 ke bawah jumlah
persentase merokok di Sumatera Barat tinggi ada sekitar 80 persen yang merokok,
dari 100 orang ada sekitar 87 orang merokok, dan persentase merokok dari tahun
1998 sampai tahun 2009 terjadi penurunan jumlah yang merokok dari 100 orang,
yang

merokok

hanya

37

orang

selebihnya

tidak

merokok.

(http://news.okezone.com)
Kota Solok terdiri dari 2 kecamatan yaitu, kecamatan Tanjung Harapan
dan kecamatan Lubuk Sikarah. Jumlah remajanya yang paling banyak yaitu Di
kecamatan Tanjung Harapan. Kelurahan Koto Panjang berada di wilayah
kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok. Berdasarkan profil Kelurahan Koto
Panjang Kec. Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2008, jumlah remaja yang
menetap di Kelurahan Koto Panjang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL I
Jumlah Remaja di Kelurahan Koto Panjang
Berdasarkan Profil Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
Tahun 2008
Umur
Jumlah
12 tahun
47
13 tahun
53
14 tahun
49
15 tahun
51
16 tahun
56
17 tahun
52
18 tahun
33
19 tahun
37
20 tahun
31
21 tahun
39
Jumlah
448
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah remaja di Kelurahan Koto
panjang berjumlah 448 orang. Berdasarkan kategori remaja, remaja awal (1215th) berjumlah 200 orang, remaja tengah (15-18 th) berjumlah 141 orang, remaja
akhir (18-21 th) berjumlah 107. Jumlah remaja yang paling banyak berdasarkan
kategori remaja yaitu remaja awal.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara pada hari
selasa, 23 Desember 2008 terhadap 10 orang remaja yang berada di Kelurahan
Koto Panjang 8 orang remaja mengatakan bahwa sudah pernah merokok bahkan
telah terbiasa mengkonsumsi rokok. 3 orang remaja mengatakan merokok dengan
alasan orang tua mereka juga merokok dan tidak ada larangan dari orang tua
untuk merokok. 3 orang remaja mengatakan merokok karena diajak teman, 2
orang remaja mengatakan merokok karena melihat orang disekitar mereka
merokok dan berusaha menirunya. 2 orang remaja mengatakan sudah mulai
batuk-batuk karena mengkonsumsi rokok.

Disini kita bisa melihat di samping Koto Panjang merupakan Kelurahan


yang paling padat penduduknya yaitu 2.041 orang dengan luas pemukiman 20,00
ha, dan dekat dengan pasar serta besarnya pengaruh lingkungan yang dapat
mempengaruhi perilaku remaja ke arah negatif, karena remaja akan cenderung
meniru perilaku yang dilihat disekitarnya. Salah satunya dalam hal merokok yang
dimulai sejak awal mereka menginjak masa remaja.
Subanada dalam Soetjiningsih mengemukakan banyak faktor yang
mempengaruhi

perilaku

merokok

pada

remaja

diantaranya

Faktor

psikologis/kepribadian ( stress, rasa bosan, rasa ingin tahu), Faktor biologis


( keturunan, jenis kelamin dan umur ), Faktor lingkungan ( orang tua, saudara
kandung, teman sebaya ), faktor regulatori. Peneliti hanya memfokuskan
penelitian pada empat variabel yaitu dukungan keluarga, dukungan teman, jenis
kelamin dan umur. Berhubung karena keterbatasan biaya dan waktu penelitian.
Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja
di Kelurahan Koto Panjang Kec.Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2009.

1.2 Perumusan masalah


Banyaknya remaja yang merokok dan sangat besarnya dampak
merokok dan belum diketehuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan
perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun
2009.

1.3 Pertanyaan Penelitian


1.3.1

Apakah ada hubungan antara dukungan keluarga dengan perilaku remaja


terhadap rokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009?

1.3.2

Apakah ada hubungan antara dukumgan teman dengan perilaku remaja


terhadap rokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009?

1.3.3

Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku remaja


terhadap rokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009?

1.3.4

Apakah ada hubungan antara umur dengan perilaku remaja terhadap rokok
di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1

Tujuan Umum
Diketahuinya Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku

merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2

Tujuan Khusus

1.4.2.1 Diketahui distribusi frekuensi remaja yang merokok di Kelurahan Koto


Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2.2 Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada remaja di
Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2.3 Diketahui distribusi frekuensi dukungan teman pada remaja di Kelurahan
Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2.4 Diketahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada remaja di Kelurahan
Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.

1.4.2.5 Diketahui distribusi frekuensi umur pada remaja di Kelurahan Koto


Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2.6 Diketahui hubungan antara Dukungan keluarga dengan perilaku remaja
yang merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2.7 Diketahui hubungan antara Dukungan teman dengan perilaku remaja yang
merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2.8 Diketahui hubungan antara jenis kelamin dengan perilaku remaja yang
merokok di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2.9 Diketahui hubungan antara umur dengan perilaku remaja yang merokok di
Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1

Bagi Peneliti
Bagi peneliti itu sendiri merupakan pemenuhan tugas dalam

menyelesaikan
Pengetahuan

studi
dalam

Keperawatan

sekaligus

mempersiapkan,

menambah

mengumpulkan,

wawasan

Ilmu

mengolah,

dan

menginformasikan data temuan.


1.5.2

Bagi Remaja
Remaja dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan rokok dan dampak

negatif dari perilaku merokok yang bisa menjadi acuan bagi remaja untuk tidak
merokok.
1.5.3

Instansi Kelurahan
Sebagai gambaran bagi Instansi Kelurahan mengenai perilaku merokok

pada remaja, sebagai bahan acuan untuk mengurangi perilaku merokok bagi

remaja selanjutnya, sebagai bahan pemikiran untuk evaluasi kebijakan yang telah
di terapkan di Kelurahan bagi remaja, sebagai landasan untuk pelaksanaan
program Incidental / program Extra yang membahas mengenai masalah yang
berhubungan dengan perilaku remaja.
1.5.4

Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini di harapkan dapat untuk

melakukan penelitian lebih lanjut terhadap permasalahan perilaku merokok pada


anak anak remaja dan sebagai data dasar untuk pengembangan penelitian di
masa yang akan datang.

1.6 Ruang Lingkup


Pada penelitian ini akan dibahas tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang
Kec. Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2009, dimana variabel akan diteliti
adalah dukungan keluarga,dukungan teman,jenis kelamin dan umur. Populasi
dalam penelitian ini adalah semua remaja yang berada di Kelurahan Koto Panjang
Kota Solok dengan jumlah yaitu 448 orang dan jumlah sampel 82 orang. Teknik
pengambilan sampel yaitu teknik simple random sampling. Penelitian ini
direncanakan pada tanggal 5 mei s/d 30 mei 2009.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rokok
2.1.1

Pengertian Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa

lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung
bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar
perokok yang bukan perokok. (http://anti-rokok.com)
Rokok adalah racun yang dapat menyebabkan gejala yang sangat fatal bila
tidak dihentikan.Kebiasaan merokok selain mempengaruhi kesehatan juga
mempengaruhi kepribadian .Perokok biasanya berkepribadian yang keras dan
apabila tidak merokok sekali saja maka kelakuaannya semakin menjadi-jadi.
2.1.2

Bahaya rokok
Bahaya rokok bagi orang yang merokok maupun orang disekitar perokok

yang bukan perokok adalah : (dalam bahaya-merokok-bagi-kesehatan.html)


1. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya
beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh. Beberapa
zat yang sangat berbahaya yaitu tar, nikotin, karbon monoksida, dsb.
2. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu
kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengeiritasi mata dan
pernapasan. Semakin pendek rokok semakin tinggi kadar racun yang siap
melayang ke udara. Suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah
tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet.

3. Seseorang yang mencoba merokok biasanya akan ketagihan karena rokok


bersifat candu yang sulit dilepaskan dalam kondisi apapun. Seorang perokok
berat akan memilih merokok daripada makan jika uang yang dimilikinya
terbatas.
4. Harga rokok yang mahal akan sangat memberatkan orang yang tergolong
miskin, sehingga dana kesejahteraan dan kesehatan keluarganya sering
dialihkan untuk membeli rokok. Rokok dengan merk terkenal biasanya dimiliki
oleh perusahaan rokok asing yang berasal dari luar negeri, sehingga uang yang
dibelanjakan perokok sebagaian akan lari ke luar negeri yang mengurangi
devisa negara. Pabrik rokok yang mempekerjakan banyak buruh tidak akan
mampu meningkatkan taraf hidup pegawainya, sehingga apabila pabrik rokok
ditutup para buruh dapat dipekerjakan di tempat usaha lain yang lebih kreatif
dan mendatangkan devisa.
5. Sebagian perokok biasanya akan mengajak orang lain yang belum merokok
untuk merokok agar merasakan penderitaan yang sama dengannya, yaitu
terjebak dalam ketagihan asap rokok yang jahat. Sebagian perokok juga ada
yang secara sengaja merokok di tempat umum agar asap rokok yang
dihembuskan dapat terhirup orang lain, sehingga orang lain akan terkena
penyakit kanker.
6. Kegiatan yang merusak tubuh adalah perbuatan dosa, sehingga rokok dapat
dikategorikan sebagai benda atau barang haram yang harus dihindari dan
dijauhi sejauh mungkin. Ulama atau ahli agama yang merokok mungkin akan
memiliki persepsi yang berbeda dalam hal ini.

10

2.1.3

Dampak yang Ditimbulkan Akibat Rokok


Melihat dari kandungan bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok

tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi
tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada
dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas
hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiap batang rokok,
yang sebenarnya mengandung 4000 racun kima berbahaya. Hal ini menjelaskan
bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai
dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat
ditimbulkan dari rokok. (prilaku-merokok-pada-remaja-Smp.html)
Beberapa penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit Paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan
jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi)
dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,
terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan
penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada
perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam
gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paru obstruksi
menahun (PPOM) (Sianturi 2003). Bahkan kanker paru merupakan jenis penyakit
paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian karena kanker paru
terjadi pada perokok (Basyir 2005).

11

b. Penyakit jantung koroner


Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zat yang terkandung dalam
rorok. Pengaruh utama pada penyakit jantung terutama disebakan oleh dua bahan
kimia penting yang ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida.
Dimana nikotin dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan sumbatan
pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO menyebabkan supply oksigen untuk
jantung berkurang karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang
menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya penyakit jantung
koroner.
c. Impotensi
Tjokronegoro, seorang dokter spesialis andrologi universitas Indonesia
mengungkapkan bahwa, nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa
keseluruh tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu proses
spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi buruk. Sedangkan Taher
menambahkan, selain merusak kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko
gangguan fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam
penelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan oleh karena
kebiasaan merokok.
d. Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan
Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput lendir dimulut, bibir
dan kerongkongan. Ampas tar yang tertimbun merubah sifat sel-sel normal
menjadi sel ganas yang menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini
juga dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk kanker
kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok kemungkinan terjadinya

12

kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan
perokok (Basyir 2005).
e.

Merusak otak dan indera

Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan
karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin
terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ
termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat
mengganggu seluruh system tubuh.
f.

Mengancam kehamilan

Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang
menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan
bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi
meninggal saat dilahirkan.

2.2 Remaja
2.2.1

Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin

adolescere

(kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadidewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang
dipergunakan saatini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental,
emosional, spasial dan fisik.
Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua,

13

melainkan berada di dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam


masalah hak.
Hurlock (1999), menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, di mulai saat anak secara
seksual matang dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum.
Remaja juga didefinisikan sebagai suatu periode perkembangan dari
transisi antara masa anak-anak dan dewasa, yang diikuti oleh perubahan biologis,
kognitif, dan sosioemosional (Santrock, 1998). Sedangkan menurut Monks
(1999), remaja adalah individu yang berusia antara 12-21 tahun yang sudah
mengalami peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, dengan pembagian
12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja
penengahan, dan 1821 tahun adalah masa remaja akhir.
2.2.2

Ciri Ciri Masa Remaja

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan
penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah
terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap
perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat
diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada
apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola

14

perilaku dan sikap yang baru pada tahap berikutnya.


3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Perubahan fisik yang terjadi dengan pesat diikuti
dengan perubahan perilaku dan sikap yang juga berlangsung pesat. Perubahan
fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku juga menurun.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah
masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki
maupun anak perempuan. Ada dua alasan bagi kesulitan ini, yaitu :
a. Sepanjang masa kanak-kanak, masalah anak-anak sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan
remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah.
b.

Remaja merasa diri mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi


masalahnya sendiri, menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas


Pencarian identitas dimulai pada akhir masa kanak-kanak, penyesuaian
diri dengan standar kelompok lebih penting daripada bersikap individualistis.
Penyesuaian

diri dengan

kelompok

pada

remaja

awal

masih

tetap

penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda
dengan oranglain.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak

15

rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.
7.

Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic


Remaja pada masa ini melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana

yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit
hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil
mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum minuman keras,
menggunakan

obat-obatan

dan terlibat

dalam

perbuatan

seks. Mereka

menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) maka
terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses
menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahanperubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat

16

tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan
menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
2. Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada
kecendrungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus
memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
pesimis, dan sebagainya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan
pencapaian :
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan

mendapatkan pengalaman-pengalaman baru.

c. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.


d.

Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)


diganti dengan keseimbangan antara kepentinagn diri sendiri
dengan orang lain.

e. Tumbuh dinding pemisah antara diri sendiri dengan masyarakat


umum.
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri masa
remaja adalah bahwa masa remaja adalah merupakan periode yang penting,

17

periode peralihan, periode perubahan, usia yang bermasalah, mencari identitas,


usia yang menimbulkan ketakutan, masa yang tidak realistik dan ambang masa
kedewasaan.
2.2.3

Tugas-Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja


Havighurst

(dalam

Hurlock,

1999)

menyatakan

tugas-tugas

perkembangan pada masa remaja. Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah :


1. Mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik
laki-laki maupun perempuan.
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita.
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
6. Mempersiapkan karir ekonomi.
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8. Memperoleh perangkat nilai dan sisitim etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Hurlock (1999) menyatakan ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi

penguasaan

tugas-tugas

perkembangan.

Faktor-faktor

yangmenghalanginya adalah :
1. Tingkat perkembangan yang mundur.
2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau
tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.
3. Tidak ada motivasi.

18

4. Kesehatan yang buruk.


5. Cacat tubuh.
6. Tingkat kecerdasan yang rendah.
Faktor-faktor yang membantu penguasaan tugas-tugas perkembangan :
1. Tingkat perkembangan yang normal atau yang diakselarasikan.
2. Kesempatan-kesempatan

untuk

mempelajari

tugas-tugas

dalam

perkembangan dan bimbingan untuk menguasainya.


3. Motivasi.
4. Kesehatan yang baik dan tidak ada cacat tubuh.
5. Kreatifitas.
2.2.4

Perubahan Sosial Pada Masa Remaja


Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang

berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan


lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus
menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Kelompok sosial yang paling sering terjadi pada masa remaja adalah
(dalam Hurlock, 1999) :
1. Teman dekat
Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat, atau
sahabat karib. Mereka terdiri dari jenis kelamin yang sama, mempunyai minat
dan kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama lain.
2. Kelompok kecil
Kelompok ini terdiri dari kelompok teman-teman dekat. Pada mulanya,
terdiri dari seks yang sama, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.

19

3. Kelompok besar
Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan. Kelompok
ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang di antara anggota-anggotanya.
Terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka.
4. Kelompok yang terorganisasi
Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk
oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan social para
remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar.
5. Kelompok geng
Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa
tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng.
Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka
adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.

2.3 Perilaku Merokok


2.3.1

Perilaku
Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan

oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut
Morgan (1986) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu
yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari.
Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian
yang luas yaitu perilaku yan tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak
tampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut disamping

20

aktivitas motoris juga termasuk aktivitas emosional dan kognitif.


Chaplin (1999) memberikan pengertian perilaku dalam dua arti. Pertama
perilaku dalam arti luas didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dialami
seseorang. Pengertian yang kedua, perilaku didefinisikan dalam arti sempit yaitu
segala sesuatu yang mencakup reaksi yang dapat diamati. Berdasarkan uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala sesuatu yang dilakukan oleh
manusia dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris,
emosional dan kognitif.
2.3.2

Pengertian Perilaku Merokok


Bermacam-macam bentuk perilaku yang dilakukan manusia dalam

menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang
dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada
zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu
ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan
dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991).
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum
dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur
yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan
dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun

juga. Poerwadarminta (1995)

mendefinisikan merokok sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok sendiri


adalah gulungan tembakau yang berbalut daun nipah atau kertas.
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh
dan menghembuskannya kembali keluar (Armstrong, 1990). Danusantoso (1991)
mengatakan bahwa asap rokok selain merugikan diri sendiri juga dapat berakibat

21

bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa
perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya (Levy, 1984).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
2.3.3

Tipe Perilaku Merokok


Seperti yang diungkapkan oleh Leventhal & Clearly (Komasari & Helmi,

2000) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :
1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan

gambaran yang menyenangkan

mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Halhal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok.
4. Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu
bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.

22

Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan
menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :
1.Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mutadin (2002)
menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi :
1. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena
itu mereka menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini
yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga
kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

Menurut Silvan & Tomkins (Mutadin, 2002) ada empat tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
a. Pleasure relaxation, Perilaku merokok hanya untuk menambah atau

23

meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum


kopi atau makan.
b. Simulation to pick them up. Perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
c. Pleasure of handling the cigarette. Kenikmatan yang diperoleh dari
memegang rokok.
2. Perilaku merokok yang dipengaruhi perasaan negatif.
Banyak orang yang merokok untuk mengurangi perasaan negatif dalam
dirinya. Misalnya merokok bila marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai
penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi,
sehingga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3. Perilaku merokok yang adiktif.
Perokok yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan
setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang.
4. Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Mereka

menggunakan

rokok

sama

sekali

bukan

karena

untuk

mengendalikan perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi kebiasaan.


Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok pada
remaja digolongkan kedalam beberapa tipe yang dapat dilihat dari banyaknya
rokok yang dihisap, tempat merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan
sehari-hari.
2.3.4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok Pada Remaja


Banyak faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja

diantaranya : Faktor psikologis/kepribadian ( stress, rasa bosan, rasa ingin tahu),

24

Faktor biologis ( keturunan, jenis kelamin dan umur ), Faktor lingkungan ( orang
tua, saudara kandung, teman sebaya ), faktor regulatori.
1. Pengaruh Orang Tua
Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan
dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya
adalah bila orang tua sendiri menjadi figure contoh yaitu perokok berat, maka
anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih
banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua( Single Parent ).
Remaja berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah yang
merokok. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa
75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih
2004). Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih
banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua
yang tidak merokok Resiko munculnya perilaku merokok remaja didukung pula
oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan orangtua dan
saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi
perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untuk merokok.
(http://metlit.com)

25

Hasil penelitian Kurniawati (2003) mengenai perilaku merokok remaja di


Cimahi, menerangkan bahwa keluarga menjadi salah satu faktor yang
berhubungan dengan perilaku merokok remaja. Faktor keluarga memberikan
kontribusi terhadap perilaku merokok pada remaja sebesar 96,6%. Menurutnya
perilaku merokok yang ditampilkan keluarga menjadikan remaja meniru perilaku
tersebut, terlebih bila merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga.
2. Pengaruh Teman Sebaya
Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan dengan
teman-teman sebayanya. Teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti
karena pada masa tersebut remaja mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai
bergabung dengan teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat diterima sering kali
membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh kelompoknya.
Sehingga dapatlah dimengerti bahwa remaja harus dapat menjalankan peran dan
tingkah lakunya sesuai dengan harapan kelompok agar dapat tetap bergabung
menjadi anggota kelompok. Mulai dari sikap, pembicaraan, minat dan penampilan
remaja dituntut untuk sesuai dengan kelompoknya.
Demikian pula jika mayoritas kelompok memiliki kebiasaan merokok,
maka setiap anggotanya mau tidak mau akan dan harus mengikuti aktivitas
tersebut tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri (Hurlock 1993).
Friedman
Kekuasaan

yang

dkk

dalam

mempengaruhi

hurlock
anggota

1993
kelompok

mengungkapkan
hampir

menuntut

pengawasan mutlak dari anggota kelompok terhadap perilaku seseorang. Hanya


diperlukan sedikit contoh untuk meyakinkan setiap anggota kelompok bahwa

26

mereka harus mengikuti keputusan kelompok, atau kalau tidak, mereka harus
menghadapi akibat yang lebih parah.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin benyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau sebaliknya.
Diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
Kurniawati

(2003)

dalam

penelitiannya

mengungkapkan

bahwa

lingkungan teman sebaya memberikan sumbangan efektif sebesar 93,8% terhadap


munculnya perilaku merokok pada remaja. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa
semakin banyak dukungan teman untuk merokok dapat mendorong seseorang
untuk semakin menjadi perokok.
3. Jenis Kelamin
Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi pada
remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang merokok dilaporkan
menjadi percaya diri, suka menentang dan secara sosial cakap.
Dalam sebuah study yang dilakukan di Jepang, seperti yang diberitakan
The Asahi Shimbun terbitan 23 April 2004, didapatkan hasil bahwa 29 % (80.000
orang) pada pria dan 4 persen (5000 orang) pada wanita penderita kanker di
jepang disebabkan oleh rokok (Basyir, 2005).

27

4. Umur
Smet ( dalam Komasari & Helmi, 2000 ) menyatakan bahwa usia
pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11 13 tahun dan pada
umumnyaindividu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Data
WHO jugasemakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia
sebanyak 30% adalah kaum remaja. Penelitian di Jakarta menunjukkan
bahwa 64,8% pria dan dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok (Tandra,
2003). Bahkan menurut data pada tahun 2000 yang dikeluarkan oleh Global
Youth Tobacco Survey ( GYTS ) dari2074 responden pelajar Indonesia usia 15
20 tahun, 43,9% ( 63% pria ) mengaku pernah merokok. (http://Library.usu.ac.id)
Secara psikologis remaja usia 12-16 tahun berada pada tahapan
perkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa
transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum
menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan
mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat
positif maupun negatif (Kartono, 1995).

28

BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Konsep


Penulis mengadopsi teori yang dikemukakan oleh Subanada dalam
Soetjiningsih, dalam penelitian ini penulis mencoba memfokuskan penelitian
mengenai dukungan keluarga, dukungan teman sebaya, jenis kelamin dan umur
yang dihubungkan dengan perilaku merokok pada remaja.
Variabel Independent

Variabel Dependent

Dukungan keluarga
Dukungan teman sebaya

Perilaku merokok pada


remaja

Jenis Kelamin
Umur

3.2 Definisi Operasional


N
o
1

Variabel

Definisi
operasional

Cara Ukur

Variabel
dependent
Perilaku
Seseorang
Wawancara
merokok pada dikatakan
remaja
sebagai perokok
adalah mereka
yang merokok
sedikitnya
1
batang perhari
sekurangkurangnya
selama 1 tahun.

Alat Ukur

Skala
Ukur

kuesioner

Ordinal

Hasil Ukur

Perokok ringan
: 1-4 btg/hari
Perokok sedang
: 5-14 btg/hari
Perokok berat:
15 btg/hari
Tidak merokok

29

Variabel
Independent
2

Dukungan
keluarga

Dorongan atau Wawancara


stimulus yang
diberikan oleh
anggota
keluarga kepada
remaja
untuk
melakukan
kegiatan
merokok

kuesioner

Ordinal

Dukungan
teman

Dorongan atau Wawancara


stimulus yang
diberikan oleh
anggota
kelompok
sepermainan
kepada remaja
untuk
melakukan
kegiatan
merokok

kuesioner

Ordinal

Jenis Kelamin

Identitas
dimiliki
remaja
laki-laki
perempuan

yang Wawancara
oleh
yaitu
dan

kuesioner

Nominal

Umur

Usia seseorang Wawancara


mulai dari lahir
sampai sekarang

kuesioner

Ordinal

Ya
: jika
anggota
keluarga
ada
yang merokok
serta tidak ada
larangan
Tidak : jika
keluarga tidak
ada
yang
merokok serta
ada larangan
Ya : jika ada
dorongan untuk
merokok
Tidak : jika
tidak
ada
dorongan untuk
merokok

Laki-laki
Perempuan

Remaja awal :
12-15 th
Remaja
tengah/madya:
15-18 th
Remaja akhir :
18-21 th

3.3 Hipotesa
30

Hipotesa adalah jawaban sementara atau dalil sementara dari suatu


penelitian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(notoatmodjo,72,2002).
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan
perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
tahun 2009.
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan teman dengan
perilaku merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
tahun 2009.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku
merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku merokok
pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.

BAB IV

31

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang akan digunakan adalah analitik yang mana akan
meneliti hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel
dependen dengan menggunakan desain cross-sectional yaitu suatu penelitian
dimana variabel yang akan diteliti baik variabel independen maupun variabel
dependen akan dikumpulkan pada saat yang sama. (Soekidjo Notoadmodjo,
2005:142)

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini direncanakan di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok pada
tanggal 5 Mei 30 Mei 2009.

4.3 Jenis Data dan Sumber Data


4.3.1

Jenis data

4.3.1.1 Data kualitatif


Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi,
karakteristik atau sifat variabel. Misalnya, baik-sedang-kurang, baik-tidak baik,
tinggi-sedang, ya-tidak dan sebagainya. (Soekidjo notoadmodjo, 2005:185)
Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu dukungan keluarga, dukungan teman,
jenis kelamin dan umur.

4.3.1.2 Data kuantitatif

32

Data kuantitatif yaitu data yang berwujud angka-angka, baik yang


diperoleh dari hasil pengukuran, maupun dari nilai suatu data yang diperoleh
dengan jalan mengubah data kualitatif kedalam data kuantitatif. (Soekidjo
notoadmodjo, 2005:185). Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu jumlah
remaja dan data merokok pada remaja.
4.3.2

Sumber Data

4.3.2.1 Data Primer


Data Primer adalah semua data yang diperoleh langsung dari wawancara
peneliti dan responden tentang dukungan keluarga, dukungan teman, jenis
kelamin, umur dan perilaku merokok pada remaja.
4.3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah : semua data yang diperoleh dari kantor kelurahan
serta instansi lainnya tentang jumlah remaja.

4.4 Populasi dan Sampel


4.4.1

Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh remaja yang berada di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
yang berjumlah 448 orang.
4.4.2

Sampel
Sampel adalah : sebagian objek penelitian yang mewakili populasi

Tekhnik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan rumus :
n

N
1 N (d 2 )

33

Keterangan :
n

: Besar Sampel

N : Besar Populasi
D : Tingkat Kepercayaan/ Ketetapan yang diinginkan
(Sukidjo Noto Admodjo : 2002 : 92)
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah :
n =

N
1 N (d 2 )

n =

448
1 448(0,12 )
448

n = 1 4,48
448

= 5,48
= 81,75 = 82
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang.
Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara sampel acak sederhana
(simple random sampling) dengan kriteria sampel sebagai berikut :
dengan kriteria sampel sebagai berikut :
1. Bersedia menjadi responden
2. Bisa diajak berkomunikasi
3. Bisa tulis baca
4. Bertempat tinggal di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
4.5 Tekhnik Pengumpulan Data

34

Tekhnik Pengumpulan Data dilakukan dengan menggunakan kuesioner


dengan wawancara pada responden dimana responden diminta untuk menjawab
semua pertanyaan yang diajukan untuk dukungan keluarga dan dukungan teman
dalam merokok, jenis kelamin serta umur.

4.6 Tekhnik Pengolahan dan Analisa


4.6.1

Tekhnik Pengolahan Data


Setelah data terkumpul, data diolah secara manual dengan langkah-

langkah sebagai berikut :


4.6.1.1 Editing
Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang dijawab responden
melalui wawancara. Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau
kekurangan yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai
sejauh mungkin.
4.6.1.2 Coding
Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban responden ke dalam
kategori-kategori yang dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode yang
berbentuk angka pada masing-masing pertanyaan.
Jawaban Ya diberi nilai 1 (satu) dan jawaban Tidak diberi nilai 0 (nol)
untuk aspek dukungan keluarga dan dukungan teman.

4.6.1.3 Tabulasi

35

Tabulasi adalah pekerjaan mebuat tabel jawaban-jawaban yang sudah diberi kode,
kategori jawaban kemudian dimasukkan ke dalam tabel distisusi frekuensi.
(Cholid Narbuko : 2001 : 153)
4.6.2

Tekhnik Analisa Data

4.6.2.1 Analisa Univariat


Analisa univariat yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil
penelitian. (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:188). Seluruh variabel yang digunakan
dilakukan tabulasi frekuensi baik variabel independen maupun variabel dependen
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Mean (X )

Xi
n

Keterangan :
X

: Nilai rata-rata

: Sigma
Xi : Jumlah nilai yang diobservasi
n

: Jumlah responden

4.6.2.2 Analisa Bivariat


Analisa Bivariat yang di lakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi. (Soekidjo Notoadmodjo, 2005:188). Dalam
penelitian ini akan dilakukan uji statistik yaitu uji Chi-Square dengan
menggunakan komputerisasi yaitu program SPSS dengan melihat nilai p.
jika p < 0,05 maka secara statistik disebut bermakna
jika p > 0,05 maka secara statistik disebut tidak bermakna

4.7 Pertimbangan Etik


36

Dalam melakukan penelitian ini peneliti turut mempertimbangkan faktorfaktor etika sebuah informen consent atau surat persetujuan akan diberikan
kepada masing-masing responden sebagai tanda kesediaannya terlibat dalam
peelitian ini dan juga sebagai jaminan dan perlindungan responden terhadap halhal yang tidak diinginkan.

4.8 Prosedur Penelitian


4.8.1

Tahap Pra Penelitian

4.8.1.1 Memilih Lokasi Penelitian


4.8.1.2 Mengurus Izin Penelitian
4.8.1.3 Melakukan Studi Pendahuluan Untuk Mencari Masalah.
4.8.1.4 Menyusun Proposal dan Instrumen
4.8.1.5 Seminar Proposal
4.8.2

Tahap Persiapan

4.8.2.1 Revisi Instrumen Pengumpulan Data.


4.8.2.2 Memperbanyak Instrumen Pengumpulan Data.
4.8.3

Tahap Pelaksanaan

4.8.3.1 Penjelasan Tujuan Pada Responden


4.8.3.2 Penyampaian Informed Consent Pada Responden
4.8.3.3 Pengisian Kuesioner Oleh Responden
4.8.3.4 Mengumpulkan Kuesioner dan Mengecek Kelengkapannya.

4.8.3.5 Pengolahan dan Melakukan Analisa Data yang Terkumpul.

37

4.8.3.6 Pembahasan Hasil Penelitian.


4.8.3.7 Penyusunan Laporan Penelitian
4.8.3.8 Sidang Hasil Penelitian.

38

Anda mungkin juga menyukai