PENDAHULUAN
pria; Kamboja 54%, Indonesia 53%, Vietnam 50%, Malaysia 49% dan Thailand
39% . (http://metlit.com)
WHO: Setiap Menit 60 Orang Meninggal Akibat Rokok Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) dan Departemen Kesehatan (Depkes) RI membantah
keras mengenai pernyataan riset tentang dampak tembakau terhadap kesehatan
belum tuntas. Hal itu terungkap dalam data WHO dalam laporannya untuk
memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2004 yang diterima Antara di
Jakarta, Senin. ( gizi.net )
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2020, di dunia
diperkirakan rokok akan menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan yang
menewaskan lebih dari 10 juta orang tiap tahunnya. (http://Library.usu.ac.id)
Aktivitas merokok dianggap sebagai suatu trend di Indonesia. Riset WHO
1998 menunjukan, kelompok perokok aktif usia 10 tahun ke atas di Indonesia
tercatat 59,04% untuk pria dan 4,85%untuk wanita. Dari kelompok usia tersebut
12,8%-27,7% pria berusia muda (young males) dan 0,64%-1% adalah wanita
muda (young females). Jumlah perokok di Indonesia menempati urutan terbesar
keempat dunia dengan kekerapannya sekitar 60% pada laki-laki dan 4% pada
perempuan yang berumur lebih dari 15 tahun (Burhan, 2004).
Di Indonesia sendiri angka kejadian penyakit akibat rokok menurut
mantan menteri kesehatan Achmad Sujudi, tercatat sebanyak 6,5 juta jiwa
menderita penyakit akut akibat merokok Antara lain berupa kanker paru-paru,
jantung, dan gangguan peredaran darah. Achmad sujudi menambahkan bahwa
''Bayi yang lahir dari ibu yang merokok juga memiliki berat badan yang rendah
merokok
hanya
37
orang
selebihnya
tidak
merokok.
(http://news.okezone.com)
Kota Solok terdiri dari 2 kecamatan yaitu, kecamatan Tanjung Harapan
dan kecamatan Lubuk Sikarah. Jumlah remajanya yang paling banyak yaitu Di
kecamatan Tanjung Harapan. Kelurahan Koto Panjang berada di wilayah
kecamatan Tanjung Harapan Kota Solok. Berdasarkan profil Kelurahan Koto
Panjang Kec. Tanjung Harapan Kota Solok tahun 2008, jumlah remaja yang
menetap di Kelurahan Koto Panjang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
TABEL I
Jumlah Remaja di Kelurahan Koto Panjang
Berdasarkan Profil Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
Tahun 2008
Umur
Jumlah
12 tahun
47
13 tahun
53
14 tahun
49
15 tahun
51
16 tahun
56
17 tahun
52
18 tahun
33
19 tahun
37
20 tahun
31
21 tahun
39
Jumlah
448
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah remaja di Kelurahan Koto
panjang berjumlah 448 orang. Berdasarkan kategori remaja, remaja awal (1215th) berjumlah 200 orang, remaja tengah (15-18 th) berjumlah 141 orang, remaja
akhir (18-21 th) berjumlah 107. Jumlah remaja yang paling banyak berdasarkan
kategori remaja yaitu remaja awal.
Studi pendahuluan yang peneliti lakukan melalui wawancara pada hari
selasa, 23 Desember 2008 terhadap 10 orang remaja yang berada di Kelurahan
Koto Panjang 8 orang remaja mengatakan bahwa sudah pernah merokok bahkan
telah terbiasa mengkonsumsi rokok. 3 orang remaja mengatakan merokok dengan
alasan orang tua mereka juga merokok dan tidak ada larangan dari orang tua
untuk merokok. 3 orang remaja mengatakan merokok karena diajak teman, 2
orang remaja mengatakan merokok karena melihat orang disekitar mereka
merokok dan berusaha menirunya. 2 orang remaja mengatakan sudah mulai
batuk-batuk karena mengkonsumsi rokok.
perilaku
merokok
pada
remaja
diantaranya
Faktor
1.3.2
1.3.3
1.3.4
Apakah ada hubungan antara umur dengan perilaku remaja terhadap rokok
di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009?
Tujuan Umum
Diketahuinya Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
merokok pada remaja di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok tahun 2009.
1.4.2
Tujuan Khusus
Bagi Peneliti
Bagi peneliti itu sendiri merupakan pemenuhan tugas dalam
menyelesaikan
Pengetahuan
studi
dalam
Keperawatan
sekaligus
mempersiapkan,
menambah
mengumpulkan,
wawasan
Ilmu
mengolah,
dan
Bagi Remaja
Remaja dapat mengetahui bahaya yang ditimbulkan rokok dan dampak
negatif dari perilaku merokok yang bisa menjadi acuan bagi remaja untuk tidak
merokok.
1.5.3
Instansi Kelurahan
Sebagai gambaran bagi Instansi Kelurahan mengenai perilaku merokok
pada remaja, sebagai bahan acuan untuk mengurangi perilaku merokok bagi
remaja selanjutnya, sebagai bahan pemikiran untuk evaluasi kebijakan yang telah
di terapkan di Kelurahan bagi remaja, sebagai landasan untuk pelaksanaan
program Incidental / program Extra yang membahas mengenai masalah yang
berhubungan dengan perilaku remaja.
1.5.4
Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini di harapkan dapat untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rokok
2.1.1
Pengertian Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan. Di balik kegunaan atau manfaat rokok yang secuil itu terkandung
bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar
perokok yang bukan perokok. (http://anti-rokok.com)
Rokok adalah racun yang dapat menyebabkan gejala yang sangat fatal bila
tidak dihentikan.Kebiasaan merokok selain mempengaruhi kesehatan juga
mempengaruhi kepribadian .Perokok biasanya berkepribadian yang keras dan
apabila tidak merokok sekali saja maka kelakuaannya semakin menjadi-jadi.
2.1.2
Bahaya rokok
Bahaya rokok bagi orang yang merokok maupun orang disekitar perokok
10
2.1.3
tersebut, sangat jelas bahwa rokok merupakan bahan yang sangat berbahaya bagi
tubuh dan dapat menimbulkan berbagai macam gangguan pada sistem yang ada
dalam tubuh manusia. Bahkan WHO mencatat, zat-zat yang diuraikan diatas
hanya merupakan sebagian kecil zat yang terkandung dalam setiap batang rokok,
yang sebenarnya mengandung 4000 racun kima berbahaya. Hal ini menjelaskan
bahwa rokok benar-benar sangat berbahaya bagi tubuh. Berbagai penyakit mulai
dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan seperti kanker dapat
ditimbulkan dari rokok. (prilaku-merokok-pada-remaja-Smp.html)
Beberapa penyakit tersebut antara lain :
a. Penyakit Paru
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran napas dan
jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar, sel mukosa membesar (hipertrofi)
dan kelenjar mukus bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,
terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya sel dan
penumpukan lendir. Pada jaringan paru-paru, terjadi peningkatan jumlah sel
radang dan kerusakan alveoli. Akibat perubahan anatomi saluran napas, pada
perokok akan timbul perubahan pada fungsi paru-paru dengan segala macam
gejala klinisnya. Hal ini menjadi dasar utama terjadinya penyakit paru obstruksi
menahun (PPOM) (Sianturi 2003). Bahkan kanker paru merupakan jenis penyakit
paling banyak yang diderita perokok. Sekitar 90% kematian karena kanker paru
terjadi pada perokok (Basyir 2005).
11
12
kanker kerongkongan dan usus adalah 5-10 kali lebih banyak daripada bukan
perokok (Basyir 2005).
e.
Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga disebabkan
karena penyempitan pembuluh darah otak yang diakibatkan karena efek nikotin
terhadap pembuluh darah dan supply oksigen yang menurun terhadap organ
termasuk otak dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat
mengganggu seluruh system tubuh.
f.
Mengancam kehamilan
Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil penelitian yang
menggungkapkan bahwa wanita hamil yang merokok meiliki resiko melahirkan
bayi dengan berat badan yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi
meninggal saat dilahirkan.
2.2 Remaja
2.2.1
Pengertian Remaja
Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata latin
adolescere
(kata Belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh
menjadidewasa (dalam Hurlock, 1999). Istilah adolescence, seperti yang
dipergunakan saatini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental,
emosional, spasial dan fisik.
Piaget (dalam Hurlock, 1999), mengatakan bahwa secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia
dimana anak tidak merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua,
13
Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1999) ciri-ciri masa remaja antara lain:
1. Masa remaja sebagai periode yang penting
Remaja mengalami perkembangan fisik dan mental yang cepat dan
penting dimana semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan pembentukan sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah
terjadi sebelumnya. Tetapi peralihan merupakan perpindahan dari satu tahap
perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya, dengan demikian dapat
diartikan bahwa apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada
apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang, serta mempengaruhi pola
14
diri dengan
kelompok
pada
remaja
awal
masih
tetap
penting bagi anak laki-laki dan perempuan, namun lambat laun mereka mulai
mendambakan identitas diri dengan kata lain ingin menjadi pribadi yang berbeda
dengan oranglain.
6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotype budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak
15
rapi, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung merusak dan berperilaku merusak,
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan
remaja muda takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap
perilaku remaja yang normal.
7.
yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita.
Semakin tidak realistik cita-citanya ia semakin menjadi marah. Remaja akan sakit
hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil
mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri.
8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Semakin mendekatnya usia kematangan, para remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa yaitu merokok, minum minuman keras,
menggunakan
obat-obatan
dan terlibat
dalam
perbuatan
seks. Mereka
menganggap bahwa perilaku ini akan memberi citra yang mereka inginkan.
Sesuai dengan pembagian usia remaja menurut Monks (1999) maka
terdapat tiga tahap proses perkembangan yang dilalui remaja dalam proses
menuju kedewasaan, disertai dengan karakteristiknya, yaitu :
1. Remaja awal (12-15 tahun)
Pada tahap ini, remaja masih merasa heran terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahanperubahan tersebut. Mereka mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat
16
tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang
berlebihan ini ditambah dengan berkurangnya pengendalian terhadap ego dan
menyebabkan remaja sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa.
2. Remaja madya (15-18 tahun)
Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-teman. Ada
kecendrungan narsistik yaitu mencintai dirinya sendiri, dengan cara lebih
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.
Pada tahap ini remaja berada dalam kondisi kebingungan karena masih ragu harus
memilih yang mana, peka atau peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
pesimis, dan sebagainya.
3. Remaja akhir (18-21 tahun)
Tahap ini adalah masa mendekati kedewasaan yang ditandai dengan
pencapaian :
a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
lain dan
17
(dalam
Hurlock,
1999)
menyatakan
tugas-tugas
penguasaan
tugas-tugas
perkembangan.
Faktor-faktor
yangmenghalanginya adalah :
1. Tingkat perkembangan yang mundur.
2. Tidak ada kesempatan untuk mempelajari tugas-tugas perkembangan atau
tidak ada bimbingan untuk dapat menguasainya.
3. Tidak ada motivasi.
18
untuk
mempelajari
tugas-tugas
dalam
19
3. Kelompok besar
Kelompok ini terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat, berkembang dengan meningkatnya minat pesta dan berkencan. Kelompok
ini besar sehingga penyesuaian minat berkurang di antara anggota-anggotanya.
Terdapat jarak sosial yang lebih besar di antara mereka.
4. Kelompok yang terorganisasi
Kelompok ini adalah kelompok yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk
oleh sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan social para
remaja yang tidak mempunyai klik atau kelompok besar.
5. Kelompok geng
Remaja yang tidak termasuk kelompok atau kelompok besar dan merasa
tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi akan mengikuti kelompok geng.
Anggotanya biasanya terdiri dari anak-anak sejenis dan minat utama mereka
adalah untuk menghadapi penolakan teman-teman melalui perilaku anti sosial.
Perilaku
Sarwono (1993) mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang dilakukan
oleh individu satu dengan individu lain dan sesuatu itu bersifat nyata. Menurut
Morgan (1986) tidak seperti pikiran atau perasaan, perilaku merupakan sesuatu
yang konkrit yang dapat diobservasi, direkam maupun dipelajari.
Walgito (1994) mendefinisikan perilaku atau aktivitas ke dalam pengertian
yang luas yaitu perilaku yan tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak
tampak (innert behavior), demikian pula aktivitas-aktivitas tersebut disamping
20
menanggapi stimulus yang diterimanya, salah satu bentuk perilaku manusia yang
dapat diamati adalah perilaku merokok. Merokok telah banyak dilakukan pada
zaman tiongkok kuno dan romawi, pada saat itu orang sudah menggunakan suatu
ramuan yang mengeluarkan asap dan menimbulkan kenikmatan dengan jalan
dihisap melalui hidung dan mulut (Danusantoso, 1991).
Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang telah umum
dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur
yang berbeda, hal ini mungkin dapat disebabkan karena rokok bisa didapatkan
dengan mudah dan dapat diperoleh dimana pun
21
bagi orang-orang lain yang berada disekitarnya. Pendapat lain menyatakan bahwa
perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan
menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orangorang disekitarnya (Levy, 1984).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku
merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian
menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang
dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
2.3.3
2000) terdapat 4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :
1. Tahap Prepatory. Seseorang mendapatkan
mengenai merokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. Halhal ini menimbulkan minat untuk merokok.
2. Tahap Initiation. Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan atau tidak terhadap perilaku merokok.
3. Tahap Becoming a Smoker. Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok
sebanyak empat batang per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi
perokok.
4. Tahap Maintenance of Smoking. Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu
bagian dari cara pengaturan diri (self regulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
22
Menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat diklasifikasikan
menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah :
1.Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2. Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3. Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Tempat merokok juga mencerminkan pola perilaku merokok. Berdasarkan
tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka Mutadin (2002)
menggolongkan tipe perilaku merokok menjadi :
1. Merokok di tempat-tempat umum / ruang publik
a. Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka
menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karena
itu mereka menempatkan diri di smoking area.
b. Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak
merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll).
2. Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a. Kantor atau di kamar tidur pribadi. Perokok memilih tempat-tempat seperti ini
yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga
kebersihan diri, penuh rasa gelisah yang mencekam.
b. Toilet. Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.
Menurut Silvan & Tomkins (Mutadin, 2002) ada empat tipe perilaku
merokok berdasarkan Management of affect theory, ke empat tipe tersebut adalah:
1. Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif.
a. Pleasure relaxation, Perilaku merokok hanya untuk menambah atau
23
menggunakan
rokok
sama
sekali
bukan
karena
untuk
24
Faktor biologis ( keturunan, jenis kelamin dan umur ), Faktor lingkungan ( orang
tua, saudara kandung, teman sebaya ), faktor regulatori.
1. Pengaruh Orang Tua
Menurut Baer & Corado, remaja perokok adalah anak-anak yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari
lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja yang berasal dari keluarga
konservatif akan lebih sulit untuk terlibat dengan rokok maupun obat-obatan
dibandingkan dengan keluarga yang permisif, dan yang paling kuat pengaruhnya
adalah bila orang tua sendiri menjadi figure contoh yaitu perokok berat, maka
anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. Perilaku merokok lebih
banyak didapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua( Single Parent ).
Remaja berperilaku merokok apabila ibu mereka merokok daripada ayah yang
merokok. Hal ini lebih terlihat pada remaja putri.
Bahkan dalam sebuah studi, dari para remaja perokok ditemukan bahwa
75% salah satu atau kedua orangtua mereka merupakan perokok (Soetjiningsih
2004). Aditama mengungkapkan bahwa jumlah remaja perokok lima kali lebih
banyak pada mereka yang orangtuanya merokok dibandingkan dengan orangtua
yang tidak merokok Resiko munculnya perilaku merokok remaja didukung pula
oleh perilaku merokok saudara kandung meraka. Remaja dengan orangtua dan
saudara kandung perokok memiliki kemungkinan 4 kali lipat untuk menjadi
perokok, apalagi jika mereka bersikap tidak melarang remaja untuk merokok.
(http://metlit.com)
25
yang
dkk
dalam
mempengaruhi
hurlock
anggota
1993
kelompok
mengungkapkan
hampir
menuntut
26
mereka harus mengikuti keputusan kelompok, atau kalau tidak, mereka harus
menghadapi akibat yang lebih parah.
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin benyak remaja merokok
maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan
demikian sebaliknya. Ada dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut,
pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau sebaliknya.
Diantara remaja perokok terdapat 87 % mempunyai sekurang-kurangnya satu atau
lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok.
Kurniawati
(2003)
dalam
penelitiannya
mengungkapkan
bahwa
27
4. Umur
Smet ( dalam Komasari & Helmi, 2000 ) menyatakan bahwa usia
pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara 11 13 tahun dan pada
umumnyaindividu pada usia tersebut merokok sebelum berusia 18 tahun. Data
WHO jugasemakin mempertegas bahwa jumlah perokok yang ada di dunia
sebanyak 30% adalah kaum remaja. Penelitian di Jakarta menunjukkan
bahwa 64,8% pria dan dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok (Tandra,
2003). Bahkan menurut data pada tahun 2000 yang dikeluarkan oleh Global
Youth Tobacco Survey ( GYTS ) dari2074 responden pelajar Indonesia usia 15
20 tahun, 43,9% ( 63% pria ) mengaku pernah merokok. (http://Library.usu.ac.id)
Secara psikologis remaja usia 12-16 tahun berada pada tahapan
perkembangan remaja awal. Periode masa remaja awal dikatakan sebagai masa
transisi dimana jiwa anak masih labil. Hal ini disebabkan karena anak belum
menemukan pegangan hidup yang mantap. Akibat labilnya jiwa anak, menjadikan
mereka sangat sensitif terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, baik yang bersifat
positif maupun negatif (Kartono, 1995).
28
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
Variabel Dependent
Dukungan keluarga
Dukungan teman sebaya
Jenis Kelamin
Umur
Variabel
Definisi
operasional
Cara Ukur
Variabel
dependent
Perilaku
Seseorang
Wawancara
merokok pada dikatakan
remaja
sebagai perokok
adalah mereka
yang merokok
sedikitnya
1
batang perhari
sekurangkurangnya
selama 1 tahun.
Alat Ukur
Skala
Ukur
kuesioner
Ordinal
Hasil Ukur
Perokok ringan
: 1-4 btg/hari
Perokok sedang
: 5-14 btg/hari
Perokok berat:
15 btg/hari
Tidak merokok
29
Variabel
Independent
2
Dukungan
keluarga
kuesioner
Ordinal
Dukungan
teman
kuesioner
Ordinal
Jenis Kelamin
Identitas
dimiliki
remaja
laki-laki
perempuan
yang Wawancara
oleh
yaitu
dan
kuesioner
Nominal
Umur
kuesioner
Ordinal
Ya
: jika
anggota
keluarga
ada
yang merokok
serta tidak ada
larangan
Tidak : jika
keluarga tidak
ada
yang
merokok serta
ada larangan
Ya : jika ada
dorongan untuk
merokok
Tidak : jika
tidak
ada
dorongan untuk
merokok
Laki-laki
Perempuan
Remaja awal :
12-15 th
Remaja
tengah/madya:
15-18 th
Remaja akhir :
18-21 th
3.3 Hipotesa
30
BAB IV
31
METODELOGI PENELITIAN
Jenis data
32
Sumber Data
Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh remaja yang berada di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
yang berjumlah 448 orang.
4.4.2
Sampel
Sampel adalah : sebagian objek penelitian yang mewakili populasi
Tekhnik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan rumus :
n
N
1 N (d 2 )
33
Keterangan :
n
: Besar Sampel
N : Besar Populasi
D : Tingkat Kepercayaan/ Ketetapan yang diinginkan
(Sukidjo Noto Admodjo : 2002 : 92)
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel dalam penelitian ini
adalah :
n =
N
1 N (d 2 )
n =
448
1 448(0,12 )
448
n = 1 4,48
448
= 5,48
= 81,75 = 82
Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang.
Cara pengambilan sampel yaitu dengan cara sampel acak sederhana
(simple random sampling) dengan kriteria sampel sebagai berikut :
dengan kriteria sampel sebagai berikut :
1. Bersedia menjadi responden
2. Bisa diajak berkomunikasi
3. Bisa tulis baca
4. Bertempat tinggal di Kelurahan Koto Panjang Kota Solok
4.5 Tekhnik Pengumpulan Data
34
4.6.1.3 Tabulasi
35
Tabulasi adalah pekerjaan mebuat tabel jawaban-jawaban yang sudah diberi kode,
kategori jawaban kemudian dimasukkan ke dalam tabel distisusi frekuensi.
(Cholid Narbuko : 2001 : 153)
4.6.2
Xi
n
Keterangan :
X
: Nilai rata-rata
: Sigma
Xi : Jumlah nilai yang diobservasi
n
: Jumlah responden
Dalam melakukan penelitian ini peneliti turut mempertimbangkan faktorfaktor etika sebuah informen consent atau surat persetujuan akan diberikan
kepada masing-masing responden sebagai tanda kesediaannya terlibat dalam
peelitian ini dan juga sebagai jaminan dan perlindungan responden terhadap halhal yang tidak diinginkan.
Tahap Persiapan
Tahap Pelaksanaan
37
38