Anda di halaman 1dari 32

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MEROKOK DENGAN

MOTIVASI KERJA KEPALA KELUARGA DI KELURAHAN MEKAR

JAYA

MINI PROPOSAL

Di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan

Disusun Oleh :
Alya Rahmawati Gunawan
F522443

PROGRAM STUDI KEBIDANAN

FAKULTAS KEBIDANAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI

BANDUNG
2023

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah-

Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Analisis Hubungan Antara Perilaku

Merokok Dengan Motivasi Kerja Kepala Keluarga Di Kelurahan Mekar Jaya”.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat. Kami menyadari
bahwa di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, dan saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang. Pada kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak-
pihak terkait yang telah membantu dan memberikan idenya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Bandung, 29 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH..............................................................................................4

1.3. RUMUSAN MASALAH.....................................................................................................5

1.4. TUJUAN PENELITIAN......................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................6


2.1. DESKRIPTIF TEORITIK...................................................................................................6

2.1.1. ROKOK 6

2.1.2. PERILAKU MEROKOK....................................................................................................6

2.1.3. BAHAYA ROKOK...........................................................................................................12

2.1.4. PENGERTIAN MOTIVASI KERJA................................................................................13

2.1.5. CIRI- CIRI MOTIVASI KERJA.......................................................................................13

2.1.6. JENIS MOTIVASI............................................................................................................14

BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................................16


3.1. RANCANGAN PENELITIAN..........................................................................................16

3.2. KERANGKA BERPIKIR..................................................................................................16

3.3. LOKASI PENELITIAN....................................................................................................16

3.4. POPULASI DAN SAMPEL..............................................................................................16

3.5. SUMBER DATA...............................................................................................................17

3.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA.................................................................................18

3.7. TEKNIK ANALISIS DATA.............................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Perilaku merokok merupakan masalah yang cukup serius, mengingat dampak


buruk atau bahaya yang diakibatkan. Merokok dapat menyebabkan beberapa penyakit
serius dan berbahaya seperti penyakit paru-paru, kanker, penyakit impotensi dan
reproduksi, penyakit lambung, serta penyakit stroke karena merokok dapat
memperlemah pembuluh darah. Pada perokok pasif dewasa, asap rokok dapat
menyebabkan beberapa penyakit serius, seperti penyakit kardiovaskuler dan
pernafasan yang serius,penyakit jantung koroner (PJK) serta kanker paru-paru
(Kemenkes RI, 2015).

Masyarakat Indonesia dinyatakan pengonsumsi rokok terbesar se-Asia


Tenggara. Selain itu, berdasarkan data yang diterbitkan oleh lembaga Demografi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Southeast Asia Tobacco Control
Alliance,beserta Komisi Pengendalian Tembakau, Indonesia menduduki urutan ketiga
dengan jumlah perokok terbanyak di dunia setelah China dan India (Sholeh, 2017).

Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS)yang diperingati setiap tanggal 31


Maret bertujuan untuk menyerukan para perokok di seluruh dunia untuk
tidakmengonsumsi tembakau selama 24 jam. HTTS adalah salah satu dari banyak
hari peringatan yang terkait dengan upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan
kesehatan. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian dunia terhadap bahaya
mengonsumsi rokok dan dampaknya bagi kesehatan (Kemenkes RI, 2015).

Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa adanya peningkatan


prevalensi perokok dari 27% pada tahun 1995, meningkat menjadi 36,3% pada tahun
2013. Artinya, jika 20 tahun yang lalu dari setiap 3 orang Indonesia 1 orang di
antaranya adalah perokok, maka dewasa ini dari setiap 3 orang Indonesia 2 orang di
antaranya adalah perokok. Lebih memprihatinkan lagi adalah kebiasaan buruk
merokok juga meningkat pada generasi muda. Data Kemenkes menunjukkan bahwa
1
prevalensi remaja usia 16-19 tahun yang merokok meningkat 3 kali lipat dari 7,1% di
tahun 1995 menjadi 20,5% pada tahun 2014.Lebih dari sepertiga atau 36,3 persen
penduduk Indonesia saat ini menjadi perokok. Bahkan 20% remaja usia 13-15 tahun
adalah perokok. Saat ini, remaja laki-laki yang merokok kian meningkat.Data pada
tahun 2016 memperlihatkan peningkatan jumlah perokok remaja laki-laki mencapai
58,8 %, kebiasaan merokok di Indonesia telah membunuh setidaknya 235 ribu jiwa
setiap tahun (Moeloek, 2017).

Prevalensi merokok di Indonesia tergolong tinggi, terutama pada laki-laki


lebih cenderung untuk merokok dibandingkan dengan perempuan. Data Riskesdas
2018 persentase perokok diatas 15 tahun sebanyak 33,8%. Persentase jumlah
keseluruhan perokok laki-laki sebesar 62,9% dan sedangkan peresentase jumlah
keseluruhan perokok perempuan sebesar 4,8%. Peningkatan jumlah perokok ini
dibarengi dengan peningkatan penyakit akibat mengonsumsi rokok, beberapa
diantaranya hipertensi, stroke, diabetes, jantung, dan kanker (Riskesdas, 2018).

Berdasarkan laporan WHO padaThe Global Tobacco Epidemik2017,


prevalensi pengguna tembakau muda di Indonesia saat ini mencapai 12,7%. Laki-laki
memiliki persentase 23,0% lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan 2,4%.
Prevalensi merokok muda saat ini mencapai 11,5%. Persentase merokok muda laki-
laki sebesar 21,4% dan perempuan sebesar 1,5%.Sebanyak 64,9% pria dewasa
merupakan perokok aktif saat ini dan wanita sebannyak 2,1% (WHO, 2017).

Industri rokok di Indonesia tumbuh dengan pesat, dari semula hanya industri
rumah tangga menjadi industri berskala besar nasional dan multinasional. Sejalan
dengan itu industri rokok juga telah berperan dalam perekonomian nasional sebagai
penyumbang penerimaan negara melalui cukai. Tumbuhnya industri rokok juga diikuti
oleh berkembangnya pertanaman tembakau yang diusahakan petani di banyak daerah,
dan telah berperan sebagai lapangan kerja dan sumber pendapatan masyarakat serta
perekonomian daerah. Berkembang pesatnya industri rokok dan jumlah perokok
mengundang penentangan oleh terutama kelompok masyarakat yang peduli kesehatan
dan lingkungan. Banyak bukti menunjukkan bahwa rokok memicu berbagai penyakit
dan berdampak buruk terhadap kesehatan dan lingkungan. Penentangan terhadap rokok
terjadi di hampir semua negara dengan tingkat yang berbeda. Kesadaran akan bahaya
merokok terhadap kesehatan di negara maju menyebabkan tingkat penentangan

2
masyarakat di negara maju relatif kuat dibanding negara berkembang atau negara
terbelakang.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk ketiga dengan penduduk


terbesar perokok setelah China dan India. Data WHO (2008) juga menunjukkan
Indonesia merupakan negara dengan proporsi penduduk laki-laki perokok kedua
terbesar setelah Rusia. Proporsi penduduk laki-laki Indonesia yang merokok sebesar
65,3 persen, sementara Rusia berada pada urutan pertama sebesar 70,2 persen.
Negara lain yang masuk dalam sepuluh besar negara dengan penduduk laki dengan
proporsi perokok tertinggi adalah Belarus, Ukrania, Yunani,Laos,Yordania, Tonga,
China dan Korea. Sebagian wanita Indonesia juga perokok namun dengan proporsi
yang relatif kecil yaitu 4,20 persen (Tabel 5).

Perokok angkatan muda juga perlu mendapat perhatian, dari data


WHO,tingkat partisipasi remaja laki-laki di Indonesia relatif tinggi yaitu 24,10persen
lebih tinggi dari rata rata remaja dunia sebesar 21,44 persen. Pada tingkat dunia
proporsi remaja vwanita yang merokok juga ralatif besar yaitu14,9 persen, namun
proporsi remaja wanita perokok di Indonesia cukup rendah hanya 4,0 persen (Tabel
6).

3
Jenis rokok yang diproduksi di Indonesia adalah rokok kretek dan rokok putih.
Penurunan produksi rokok Indonesia terutama terjadi pada rokok putih dan tampaknya
Industri rokok lebih mengutamakan produksi rokok kretek. Proporsi produksi rokok
kretek terus meningkat yaitu dari 87,19 persen (pada tahun 1999)menjadi 93,10 (pada
tahun 2007). Rokok kretek adalah rokok khas Indonesia dan umumnya hanya
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Dengan memperbesar produksi rokok kretek
dan mengurangi rokok putih berarti Industri rokok telah mengkonsentrasikan untuk
mengeksploitasi lebih besar potensi pasar rokok di dalam negeri.

Dari strukturnya, industri rokok Indonesia bersifat oligopoli. Sejumlah 77,9


persen produksi dan pasar rokok Indonesia dikuasai oleh empat perusahaan rokok besar
yaitu PR Gudang Garam (31,7%); H.M. Sampurna (25,9%); PR Djarum (17,2%), PR
Bentul (3,1%) dan sisanya sejumlah 22,1 persen diperebutkan oleh ratusan perusahaan
rokok kecil dan rumah tangga. Saat ini perusahaan rokok multinasional telah masuk dan
menguasai kepemilikan industri rokok domestik dimana PR Bentul telah dibeli oleh
BAT dan HM sampurna telah dibeli oleh Philip Moris.

Dengan kondisi demikian perusahaan rokok skala kecil dan rumah tangga
semakin terdesak karena kurang bersaing dan dapat dipastikan akan semakin menyusut.
Dengan situasi ini berarti manfaat terbesar dari berkembangnya industri rokok dinikmati
oleh perusahaan besar rokok tersebut, sementara masyarakat hanya memperoleh
dampak negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan dan menanggung biaya kesehatan
yang cukup besar. Manfaat industri rokok bagi masyarakat hanya dinikmati oleh petani
tembakau tertentu dan buruh pabrik rokok.

Dapat dikemukakan bahwa pelaku kegiatan produksi daun tembakau dunia


dilakukan oleh jutaan petani, sementara itu pelaku industri rokok (pasar tembakau)

4
dikuasai oleh hanya beberapa perusahaan besar. Keadaan ini memunculkan pola
perdagangan tembakau dan rokok yang oligopsoni dan oligopoli, dimana perusahaan
rokok secara bersama sama dapat mengatur harga bahan baku (daun tembakau ) dan
harga output (rokok).

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Yang terjadi di Kelurahan Mekar Jaya, Kabupaten Bandung Barat, banyak kepala
keluarga yang malas untuk bekerja mereka lebih memilih menggantungkan hidup dari
wilayahnya, mereka cenderung tidak semangat untuk bekerja karena pengaruh dari
perilaku merokok.

1.3. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang dan identifikasi masalah, maka di dapatkan rumusan masalah
yakni bagaimana hubungan positif perilaku merokok dengan motivasi kerja Kepala
Keluarga Mekar Jaya.

1.4. TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan umum
Peneliti ingin meneliti mengenai hal yang terjadi di Kelurahan Mekar Jaya.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan positif antara
perilaku merokok dengan motivasi kerja Kepala keluarga di kelurahan Mekar
Jaya.

5
6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DESKRIPTIF TEORITIK


2.1.1. ROKOK
Pengertian rokok diperebutkan oleh ratusan perusahaan rokok kecil dan rumah
tangga. Saat ini perusahaan rokok multinasional telah masuk dan menguasai kepemilikan
industri rokok domestik dimana PR Bentul telah dibeli oleh BAT dan HM sampurna telah
dibeli oleh Philip Moris.

Dengan kondisi demikian perusahaan rokok skala kecil dan rumah tangga
semakin terdesak karena kurang bersaing dan dapat dipastikan akan semakin menyusut.
Dengan situasi ini berarti manfaat terbesar dari berkembangnya industri rokok dinikmati
oleh perusahaan besar rokok tersebut, sementara masyarakat hanya memperoleh dampak
negatif rokok bagi kesehatan dan lingkungan dan menanggung biaya kesehatan yang
cukup besar. Manfaat industri rokok bagi masyarakat hanya dinikmati oleh petani
tembakau tertentu dan buruh pabrik rokok.

Dapat dikemukakan bahwa pelaku kegiatan produksi daun tembakau dunia


dilakukan oleh jutaan petani, sementara itu pelaku industri rokok (pasar tembakau)
dikuasai oleh hanya beberapa perusahaan besar. Keadaan ini memunculkan pola
perdagangan tembakau dan rokok yang oligopsoni dan oligopoli, dimana perusahaan
rokok secara bersama sama dapat mengatur harga bahan baku (daun tembakau ) dan
harga output (rokok).

2.1.2. PERILAKU MEROKOK


A. Definisi Perilaku
Menurut (Mangkunegara., 2012), mendefinisikan perilaku sebagai sesuatu yang
konkrit, dapat diobservasi, direkam, maupun dipelajari. Perilaku juga didefinisikan
sebagai segala sesuatu yang dilakukan individu, untuk merespons stimulus yang berasal
dari internal maupun eksternal. Perilaku individu tidak ada yang sama. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu, yang dipengaruhi oleh

7
berbagai aspek kehidupan,seperti: pengalaman, usia, watak, tabiat, sistem norma, nilai
dan kepercayaan yang dianutnya (Sopiah., 2013).
B. Definisi Rokok
Berdasarkan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1995)
mendefinisikan rokok sebagai gulungan tembakau yang dibungkus dengan daun nipah,
dibungkus dengan kertas berbentuk silinder, ukuran panjang 70-120 mm, diameter 10
mm, serta berwarna putih atau cokelat. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang
terbungkus, sejenis cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana
Tabacum, Nicotiana Rustica dan sejenisnya. Asap rokok mengandung sekitar 4000 bahan
kimia dengan diantaranya bersifat karsinogen. Pengaruh asap rokok dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit, seperti: kanker mulut, kanker faring, kanker paru, kanker
prostat, gangguan kehamilan dan janin, penyakit jantung koroner, pneumonia dan
lainnya.

C. Definisi Perilaku Merokok


Merokok sebagai suatu aktivitas menghisap asap tembakau yang dibakar kedalam
tubuh dan menghembuskannya kembali keluar. Maka, perilaku merokok merupakan
suatu kegiatan membakar rokok dan menghisap asap rokok. Notoatmodjo (Azkiyati,
2012) asap rokok kemudian dihembuskan keluar, sehingga menyebabkan asap rokok
terhisap oleh orang-orang yang berada disekitar perokok.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berkaitan erat dengan perilaku
kesehatan. Sebab perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang dapat
membahayakan kesehatan. Perilaku merokok sudah menjadi kebiasaan yang sangat
umum dan meluas pada masyarakat Indonesia. Perokok berasal dari berbagai jenis kelas
yang meliputi: kelompok umur, sosial dan jenis kelamin. Hal ini menjadi dasar bahwa
kebiasaan merokok sulit untuk dihilangkan. Sebab tidak banyak masyarakat yang
mengakui bahwa rokok merupakan suatu kebiasaan buruk yang seharusnya dihindari.
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap yang
dihasilkannya.
Perilaku merokok adalah kagiatan menghisap asap tembakau yang telah menjadi
cerutu kemudian disulut api. Tembakau berasal dari tanaman nicotiana tabacum.
Menurutnya ada dua tipe merokok, pertama adalah menghisap rokok secara langsung
yang disebut perokok aktif dan yang kedua mereka yang secara tidak langsung
menghisap rokok, namun turut menghisap asap rokok disebut perokok pasif.

8
Perilaku merokok dilihat dari berbagai sudut pandang sangat merugikan, baik
untuk diri sendiri maupun orang disekelilingnya. Dilihat dari sisi kesehatan, pengaruh
bahan-bahan kimia yang di kandung rokok seperti nikotin, CO (Karbon monoksida) dan
tar yang dapat mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah
cepat. Asap rokok mengandung sekitar 60% adalah gas dan uap yang terdiri dari 20 jenis
gas, diantaranya gas monoksida yang merupakan gas yang sangat berbahaya karena
persentasenya yang tinggi dalam aliran darah seorang perokok aktif mampu menyedot
persediaan gas oksigen yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu untuk bisa bernafas.
Asap rokok mengandung jutaan zat kimiawi yang sangat beragam, yang dihasilkan
dari perubahan kertas sigaret yang awalnya berwarna putih pucat menjadi warna kuning.
Perilaku merokok merupakan perilaku yang menyenangkan dan bergeser menjadi
aktivitas yang bersifat obsesif, karena sifat nikotin adalah adiktif (ketergantungan).
Tembakau atau rokok termasuk zat adiktif karena menimbulkan ketagihan dan
ketergantungan, sama halnya dengan naza (narkotika, alkohol dan zat adiktif). Sehingga
mereka yang sudah ketagihan tembakau atau rokok bila pemakaiannya dihentikan secara
langsung akan timbul sindrom putus tembakau atau ketagihan atau ketergantungan
tembakau. Gejala ketagihan tembakau atau rokok seperti perasaan tidak enak di mulut,
emosi tidak stabil, terlihat sedikit gelisah, gangguan konsentrasi, mengantuk dan nyeri
kepala. Merokok disamping merugikan kesehatan, secara ekonomi juga merugikan
ekonomi keluarga, khususnya bagi keluarga yang kurang mampu.
Merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar. Pendapat lain dari Levy menyatakan bahwa perilaku
merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya
serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah
suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan
menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-
orang disekitarnya. Dalam kaitannya dengan perilaku merokok, pada dasarnya hampir
tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya untuk jadi perokok, bahkan masyarakat
tidak menuntut anggota masyarakat untuk menjadi perokok namun demikian, dalam
kaitan ini secara tidak sadar, ada beberapa agen yang merupakan model dan penguat bagi
seorang perokok

D. Tipe Perilaku Merokok

9
Klasifikasikasi tipe perilaku merokok menjadi empat tipe, yaitu: (Pandji, 1992)
1) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Perokok tipe ini
merokok untuk mendapatkan relaksasi dan kesenangan. Hal ini ditunjukkan
dengan meningkatnya kenikmatan yang didapat dari merokok: rangsangan
untuk meningkatkan kepuasan dari merokok: dan dilatarbelakangi karena
kesenangan individu dalam memegang rokok.
2) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif. Perokok tipe ini
merokok untuk menurunkan perasaan negatif yang perokok alami. Misalkan
untuk menurunkan perasaan cemas, marah atau gelisah. Motivasi individu
untuk merokok adalah sebagai upaya untuk menghindarkan diri dari perasaan
yang tidak menyenangkan bagi dirinya.
3) Perilaku merokok karena kecanduan psikologis. Perokok tipe ini sudah
mengalami kecanduan psikologis dari rokok. Perokok akan meningkatkan
jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya. Hal ini dilakukan hingga
individu mendapatkan efek ketenangan seperti yang diharapkan.
4) Perilaku merokok karena sudah menjadi kebiasaan. Perokok tipe ini
menggunakan rokok sama sekali bukan untuk mengendalikan perasaannya.
Kegiatan merokok sudah menjadi kebiasaan atau rutinitas individu. Perilaku
merokok sudah menjadi perilaku yang otomatis, tanpa dipikirkan dan tanpa
disadari oleh individu.
E. Tahap Merokok
1) Tahap Persiapan
Tahap ini berlangsung pada saat belum pernah merokok. Pada tahap ini,
mulai membentuk opini tentang rokok dan perilaku merokok. Hal ini
disebabkan karena adanya perkembangan sikap pada seorang perokok,
munculnya tujuan mengenai rokok dan citra perilaku merokok yang diperoleh
seorang perokok.
2) Tahap inisiasi
Tahap ini merupakan tahap coba-coba untuk merokok. Beranggapan
bahwa dengan merokok, remaja akan terlihat dewasa, keren, gagah dan berani.
3) Tahap menjadi seorang perokok
Pada tahap ini, memberikan identitas pada dirinya sebagai seorang
perokok. Juga sudah mulai ketergantungan rokok. Seorang perokok, besar
kemungkinan akan tetap menjadi seorang perokok dimasa yang akan datang.

10
4) Tahap tetap menjadi perokok
Tahap ini dipengaruhi oleh faktor psikologis dan biologis. Faktor
psikologis yang mempengaruhi seorang untuk terus merokok adalah: adanya
kebiasaan, stres, depresi, kecanduan, menurunkan kecemasan, ketegangan,
upaya untuk memiliki teman menjadi faktor biologis yang mempengaruhi
seorang untuk tetap menjadi perokok yaitu efek dan level dari nikotin yang
dibutuhkan dalam aliran darah perokok. Smet mengklasifikasikan tipe perokok
berdasarkan banyaknya jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya.
Tiga tipe perokok tersebut adalah: perokok ringan menghisap 1-4 batang
rokok perhari, perokok sedang menghisap 5-14 batang rokok perhari dan
perokok berat menghisap lebih dari 15 batang rokok perhari. Berbeda halnya
dengan mengklasifikasikan perokok menjadi empat tipe perokok. Tipe perokok
sangat berat menghisap rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang
merokoknyalima menit setelah bangun pagi. Tipe perokok berat menghisap
sekitar 21-30 batang rokok perhari dengan selang waktu sejak bangun pagi
berkisar antara 6-30 menit. Tipe perokok sedang menghisap rokok 11-21 batang
perhari dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. Sedangkan, tipe
perokok ringan menghabiskan rokok kurang dari 10 batang dengan selang
waktu setelah 60 menit dari bangun pagi
F. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok
Determinan perilaku sebagai faktor penentu manusia merupakan resultansidari
berbagai faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dalam hal ini adalah
keyakinan, niat, percaya diri. Sedangkan faktor ekternal atau faktor lingkungan yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Beberapa profesi bahkan mewajibkan merokok.
Bidang-bidang yang berkaitan dengan konsentrasi tinggi, seperti seni dan kerja
intelektual, menurutnya tanpa rokok mereka tidak bisa mengerjakan pekerjaannya secara
optimal dan tidak bisa berfikir.
Merokok dapat mendatangkan berbagai kenikmatan. Banyak perokok yang
mengaku tidak bisa berhenti merokok karena merokok dapat menenangkan pikiran.
Padahal semakin banyak rokok yang terisap, perokok akan mengalami berbagai penyakit.
Perilaku merokok tergantung dari beberapa fungsi yaitu, niat atau behaviour intention
seseorang untuk merokok. Niat dipengaruhi oleh kepentingan pribadi, dukungan sosial
masyarakat sekitar atau social support, yang mendorong seseorang untuk merokok,
informasi atau accessebility of information.

11
G.

Kurangnya informasi karena ketidak tahuan tentang bahaya rokok menyebabkan dia
merokok, otonomi pribadi atau personal outonomy dalam mengambil tindakan atau keputusan
untuk merokok atau tidak, situasi atau action situation yaitu situasi yang memberi
kemungkinan untuk merokok. Berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk
menjawab mengapa seseorang merokok. Setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang
berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung
oleh Smet (1994) yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio
cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi dan tingkat pendidikan. Perilaku
merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya perilaku merokok selain
disebabkan oleh faktor dalam diri, juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Adapun faktor dari
individu yaitu: (Pandji, 1992)
a. Faktor Biologis: Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.
b. Faktor Psikologis: Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau
rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan, juga dapat memberikan
kesan modern, lebih percaya diri dan berwibawa. Sehingga bagi individu yang sering bergaul
dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
c. Faktor Demografis: Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada
usia dewasa semakin banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak
terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.
d. Faktor lingkungan yaitu:
1) Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada
perokok.
2) Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan akan
mempengaruhi perilaku merokok pada individu.
3) Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkahlangkah politik yang bersifat

12
melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanyekampanye
promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang
bertambah besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Terdapat 4 tahap dalam
perilaku merokok sehingga menjadi perokok yaitu:
a. Tahap Preparatory: Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
perokok dengan cara mendengar, melihat atau dari hasil bacaan. yang menyebabkan minat
untuk merokok.
b. Tahap Innitiation: Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan meneruskan
atau tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap Becominga Smoker: Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang
perhari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap Maintenance of Smoking: Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari
cara pengaturan diri (self-regulating). Merokok dilakukan untuk memperoleh efek fisiologis
yang menyenangkan. Sedangkan menurut Smet (1994) ada tiga tipe perokok yang dapat
diklasifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap. Tiga tipe perokok tersebut adalah:
1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari.
2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari.
3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari.
Berbagai pandangan masyarakat mengenai perilaku merokok, diantaranya:
a. Aspek Positif Rokok
Aspek positif dari perilaku merokok terutama berkaitan dengan masalah relaksasi, yakin diri,
serta membuat fikiran terasa lebih cemerlang dan kenikmatan. Rokok dapat menghadirkan
khayalan, rokok dapat menenangkan pikiran, rokok dapat menghadirkan teman, rokok dapat
menjadi persahabatan, rokok dapat mengendurkan otot-otot yang tegang, serta dapat
menghadirkan kepuasan.
b. Aspek Negatif Rokok
Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok, perilaku merokok
tidak pernah surut dimata para perokok. Rokok mengandung lebih dari 700 jenis bahan kimia
tambahan diantaranya nikotin yang mengakibatkan kecanduan bagi pemakainya, tar yang dapat
menimbulkan kanker. Asap rokok mengandung 4000 zat, termasuk arsenik, aseton, butan,
karbon monoksida dan sianida yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit diantaranya
paru-paru, kanker dan lain sebagainya. Banyak alasan pemicu remaja merokok, ada yang
karena merasa gagah, ada juga yang karena merasa bebas dan semata-mata karena ingin saja.

13
2.1.3. BAHAYA ROKOK
Kandungan berbahaya yang ada pada rokok, namun kandungan utama yang ada pada
rokok adalah:
a. Nikotin merupakan salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan
sirkulasi darah dengan adanya penyempitan pembuluh darah: peningkatan denyut jantung:
pengerasan pembuluh darah. Dalam hal ini, akibat paling buruk dari nikotin adalah membuat
pemakainya kencanduan. Menurut ilmu kedokteran, rokok mengandung kurang lebih 222
bahan kimia diantaranya adalah nikotin. Sebanyak 45 dari berat kimia tembakau ialah nikotin.
Nikotin merupakan racun saraf manjur dan digunakan sebagai racun serangga. Nikotin juga
menyebabkan darah lebih cepat membeku.
b. Tar mengandung bahan kimia beracun yang mengakibatkan kerusakan sel paru-paru dan
menyebabkan kanker. Partikel tar dalam asap rokok akan mengendap pada lendir yang berada
dalam waktu yang lama disaluran pernapasan. Serangan terus menerus kronis dari tar terhadap
dinding saluran pernapasan akan mengubah bentuk sel paru-paru dimulai dengan pra kanker
yang lambat laun akan menjadi kanker paru-paru.
c. Karbonmonoksida merupakan gas beracun yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan
darah membawa oksigen, sehingga sel-sel tubuh akan mati. Akibatnya otak, jantung dan organ-
organ vital tubuh lainnya akan kekurangan oksigen. Zat ini merusak lapisan dalam pembuluh
darah dan meningkatkan endapan lemak pada dinding pembuluh-pembuluh darah menjadi
tersumbat dan terjadilah serangan jantung.

2.1.4. PENGERTIAN MOTIVASI KERJA


Berdasarkan pengertian secara umum, motivasi adalah kebutuhan yang mendorong
suatu perbuatan yang mengarah kepada suatu tujuan tertentu. Batasan mengenai motivasi
sebagai “ The process by which behavior is energized and directed” (suatu proses, dimana
tingkah laku tersebut di tanam dan diarahkan) para ahli membeberkan bahwa memberikan
kesamaan antara motif dengan needs (dorongan, kebutuhan) (Pandji, 1992).

Filmore H. Stanford, mengatakan motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan


manusia ke arah suatu tujuan tertentu. Menurut Robert A. Baron, motivasi dapat pula dikatakan
sebagai energi untuk membangkitkan dorongan dalam diri (drive aurosal). Bila suatu kebutuhan
tidak terpuaskan, timbul drive dan aktivitas individu untuk merespon perangsang (incentive)
dalam tujuan yang diinginkan. Pencapaian tujuan akan menjadikan individu merasa puas
(Anwar, 1993).

14
Dalam memotivasi sesorang perlu memperhatikan dan mempertimbangkan secara
kualitatif kemampuan dan potensi psikis mereka agar dapat disumbangkan semaksimal
mungkin untuk keberhasilan organisasi, juga perlu memperhatikan dan mempertimbangkan apa
yang menjadi kebutuhan-kebutuhan para karyawan.

Dari pengertian yang telah di jabarkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi
kerja merupakan dorongan yang menggerakkan seseorang dalam bekerja untuk melakukan
suatu pekerjaan dengan segala upaya dan bekerja secara efektif untuk mencapai suatu tujuan
yang di inginkan.

2.1.5. CIRI- CIRI MOTIVASI KERJA


Menurut Anoraga terdapat empat ciri motif yakni sebagai berikut :

1. Motif adalah Majemuk

Dalam suatu perbuatan sebenarnya tidak hanya mempunyai satu tujuan tetapi beberapa
tujuan yang berlangsung bersama-sama.

2. Motif dapat Berubah-ubah

Motif bagi seseorang sering kali mengalami perubahan. Hal ini disebabkan keinginan
manusia selalu berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan atau kepentingannya.

3. Motif dapat berbeda-beda bagi individu

Dua orang yang akan melakukan suatu pekerjaan yang sama ternyata memiliki motif
yang berbeda.

4. Beberapa motif tidak disadari oleh individu

Banyak tingkah laku manusia yang tidak disadari oleh pelakunya, sehingga beberapa
dorongan yang muncul karena berhadapan dengan situasi yang kurang menguntungkan, lalu
ditekan di bawah sadarnya. Dengan demikian kalau ada dorongan dari dalam yang kuat
menjadikan individu yang bersangkutan tidak bisa memahami motifnya sendiri.

2.1.6. JENIS MOTIVASI


Secara umum, motivasi dibedakan menjadi dua jenis yaitu motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik.

1. Motivasi Instrinsik

15
Hamalik berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam
situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi
instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsi tidak perlu dirangsang dari luar
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan kata
lain, individu terdorong untuk bertingkah laku ke arah tujuan tertentu tanpa adanya faktor
pendorong dari luar. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa
motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari
kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri atau dengan kata lain motivasi instrinsik tidak
memerlukan rangsangan dari luar tetapi berasal dari diri siswa.

Siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat terlihat dari kegiatannya yang tekun
dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena butuh dan ingin mencapai tujuan belajar yang
sebenarnya. Dengan kata lain, motivasi instrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan yang
dilakukan adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. Siswa
yang memiliki motivasi instrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam
belajar.

Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong individu mencapai
berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa,
guru memanfaatkan dorongan keingintahuan siswa yang bersifat alamiah dengan jalan
menyajikan materi yang cocok dan bermakna bagi siswa. Pada dasarnya siswa belajar didorong
oleh keinginan sendiri maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang dapat
dicapainya dan aktivitas- aktivitasnya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajar.
Seseorang mempunyai motivasi instrinsik karena didorong rasa ingin tahu, mencapai tujuan
menambah pengetahuan. Dengan kata lain, motivasi instrinsik bersumber pada kebutuhan yang
berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Motivasi instrinsik
muncul dari kesadaran diri sendiri, bukan karena ingin mendapat pujian atau ganjaran.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik berbeda dari motivasi instrinsik karena dalam motivasi ini keinginan
siswa untuk belajar sangat dipengaruhi oleh adanya dorongan atau rangsangan dari luar.
Dorongan dari luar tersebut dapat berupa pujian, celaan, hadiah, hukuman dan teguran dari
guru. Menurut Sardiman motivasi ekstrinsik adalah “motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya rangsangan atau dorongan dari luar”.

16
Motivasi instrinsik juga diperlukan dalam kegiatan belajar karena tidak semua siswa
memiliki motivasi yang kuat dari dalam dirinya untuk belajar. Guru sangat berperan dalam
rangka menumbuhkan motivasi ekstrinsik. Pemberian motivasi ekstrinsik harus disesuaikan
dengan kebutuhan siswa, karena jika siswa diberikan motivasi ekstrinsik secara berlebihan
maka motivasi instrinsik yang sudah ada dalam diri siswa akan hilang. Motivasi ekstrinsik
dapat membangkitkan motivasi instrinsik, sehingga motivasi ekstrinsik sangat diperlukan
dalam pembelajaran.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. RANCANGAN PENELITIAN


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa harus
membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lainnya (Sugiyono., 2017).
Berdasarkan pengertian tersebut, maka penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari
sampel populasi penelitian deskriptif kuantitatif, data yang diperoleh dari sampel populasi
penelitian diolah dan dianalisis menggunakan metode statistik yang kemudian diinterpretasikan

17
dengan angka-angka dan kata-kata. Dalam penelitian in terdiri dari dua variabel, yakni:
(Sugiyono., 2017)

1. Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Motivasi Kerja.
2. Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah Perilaku Merokok.

3.2. KERANGKA BERPIKIR


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel Perilaku Merokok untuk mengetahui
pengaruhnya terhadap Motivasi Kerja Kelurahan Mekar Jaya. Berikut ini kerangka pemikiran
dari penelitian ini:

Motivasi Kerja Perilaku


(Y) Merokok (X)

Gambar 3. 1 Kerangka Berpikir

3.3. LOKASI PENELITIAN


Lokasi penelitian yakni di area Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Cihampelas,
Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat.

3.4. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono., 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala
Keluarga Kelurahan Mekar Jaya yang berjumlah 40 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Metode sampling yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel
berdasarkan pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
pendapat Slovin dengan tingkat kesalahan 10%, dirumuskan sebagai berikut: (Sugiyono., 2017)

18
N
n= 2
1+ N ( e )

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = tingkat kesalahan/standar error

40
n= 2
1+ 40 ( 10 % )

n=29 Sampel

3.5. SUMBER DATA


Sumber data penelitian yakni sebuah faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam
menentukan metode pengumpulan data. Jenis dan sumber data dalam penelitian ini adalah :
(Hasan., 2004)

1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh
orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya. Dalam
penelitian ini data primer yang dikumpulkan adalah data yang diperoleh dengan mengajukan
kuesioner dan pertanyaan kepada Kepala Keluarga Kelurahan Mekar Jaya.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber
dari buku-buku dan literature yang membahas mengenai materi penelitian berupa gambaran,
sumber - sumber pustaka yang ada dan data pendukung lainnya yang dianggap mendukung
penelitian ini.

3.6. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


1. Wawancara
Wawancara yakni suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan Tanya jawab
langsung kepada obyek yang diteliti atau kepada perantara yang mengetahui persoalan dari
obyek penelitian (Hasan., 2004). Dalam memperoleh data wawancara peneliti berpartisipasi

19
sebagai Kepala Keluarga Kelurahan Mekar Jaya untuk mempermudah dalam pengambilan data
yang dibutuhkan.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Hasan.,
2004). Pertanyaan atau pernyataan yang diajukan adalah seputar perilaku merokok Kepala
Keluarga Kelurahan Mekar Jaya. Butir-butir pernyataan yang terdapat dalam kuesioner
diberikan bobot dengan pengukuran skala Likert. Setiap jawaban kuesioner yang disediakan
yaitu:

Sangat Setuju (5)

Setuju (4)

Cukup Setuju (3)

Tidak Setuju (2)

Sangat Tidak Setuju (1)

3. Observasi
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikhologis (Sugiyono., 2017). Dua diantara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

3.7. TEKNIK ANALISIS DATA


1. Regresi Linier Sederhana

Analisis Regresi (Regression Analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun


persamaan dan menggunakan persamaan untuk membuat perkiraan (prediction) (Kurniawan.,
2014). Dalam penelitian ini analisis menggunakan bantuan program SPSS. Persamaan umum
dari regresi linier sederhana adalah:

Y = a + b. X + ε

Keterangan:

Y = Nilai dari variabel dependen (variabel tidak bebas/variabel terikat/variabel yang


dipengaruhi)

20
a = Konstanta, yaitu nila Y jika X = 0

b = Koefisen Regresi

X = Nilai dari variabel independen (variabel bebas/variabel yang mempengaruhi variabel lain).

ε = error

2. Uji t
Penelitian ini menggunakan uji t untuk menguji hipotesis. Uji t merupakan suatu
pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak
(Kurniawan., 2014). Langkah pengujiannya adalah dengan membuat hipotesis terlebih dahulu.
Dalam hal ini pengujiannya adalah dengan membuat hipotesis terlebih dahulu. Dalam hal ini
pengujian untuk uji t lazimnya terbentuk:
H0 = β = 0 Ha = β ≠ 0
Pengujian terhadap β (koefisien regresi populasi) akan dilakukan berdasarkan data yang
tersedia. Jika sama dengan nol, berarti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat. Sedangkan jika tidak sama dengan nol, berarti mempunyai pengaruh signifikan.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinasi adalah bagian variasi total dari variabel dependen (Y) yang
dijelaskan oleh garis regresi (Kurniawan., 2014). Determinasi 0 menunjukkan tidak adanya
hubungan antara variabel bebas (indepedenden) dan variabel terikat (dependen). Sebaliknya,
apabila nilai determinasi diperoleh 1 atau mendekati, maka itu (independen) dan variabel
terikat (dependen) dan penggunaan regeresi tersebut dibenarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, P. M. (1993). Psikologi perusahaan. Bandung: Trigenda Karya.

Hasan., I. (2004). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Kurniawan., A. (2014). Metode Riset untuk Ekonomi & Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Mangkunegara. (2012). Perilaku Konsumen, Bandung: Refika Editama .

Pandji, A. (1992). Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

21
Sopiah., E. M. (2013). Perilaku Konsumen (Pendekatan Praktis Disertai Himpunan Jurnal
Penelitian). Yogyakarta: CV Andi Offset.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

PERTANYAAN KUESIONER

1. Perilaku Merokok

No Pertanyaan Indikator Penilaian


. SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1)
1 Apakah anda
sudah lama
merokok

22
2 Apakah keluarga
anda merasa
terganggu ketika
anda merokok
3 Apakah anak-
anak anda berada
di deket anda
ketika sedang
merokok
4 Apakah anda
pernah terpikir
untuk berhenti
merokok?
5 Apakah perasaan
anda tidak enak
Ketika tidak
merokok?

2. Motivasi Kerja

No Pertanyaan Indikator Penilaian


. SS (5) S (4) CS (3) TS (2) STS (1)
1 Apakah dengan
merokok membuat
semangat bekerja?
2 Apakah ketika
mendapatkan
beban kerja yang
berat di
lampiaskan dengan
merokok?
3 Apakah ketika
istirahat kerja anda

23
merokok?
4 Apakah merokok
membebankan
penghasilan anda?
5 Apakah keluarga
tidak keberatan
anda merokok?

DUMMY TABLE

1. Semangat Bekerja

No. Lama Merokok Frekuensi


n %

24
1 Ya
2 Tidak
Jumlah

2. Lama Merokok

No. Lama Merokok Frekuensi


n %
1 < 1 tahun
2 ≥ 1 tahun
Jumlah

3. Pengeluaran Akibat Rokok

No. Pengeluaran Akibat Frekuensi


Rokok n %
1 < Rp. 200.000
2 ≥ Rp. 200.000
Jumlah

4. Penurunan Kesehatan

No. Penurunan Kesehatan Frekuensi


n %
1 Ya
2 Tidak
Jumlah

INTERPRESTASI DATA

1. Analisis Variabel Perilaku Merokok

25
No. Pertanyaan Indikator Frekuensi Persentase (%)

1 Apakah anda SS (5)


sudah lama S(4)
merokok CS (3)
TS (2)
STS (1)
2 Apakah keluarga SS (5)
anda merasa S(4)
terganggu ketika CS (3)
anda merokok TS (2)
STS (1)
3 Apakah anak- SS (5)
anak anda berada S(4)
di deket anda CS (3)
ketika sedang TS (2)
merokok STS (1)
4 Apakah anda SS (5)
pernah terpikir S(4)
untuk berhenti CS (3)
merokok? TS (2)
STS (1)
5 Apakah perasaan SS (5)
anda tidak enak S(4)
Ketika tidak CS (3)
merokok? TS (2)
STS (1)

2. Analisis Variabel Motivasi Kerja

No. Pertanyaan Indikator Frekuensi Persentase (%)

1 Apakah dengan SS (5)

26
merokok S(4)
membuat CS (3)
semangat TS (2)
bekerja? STS (1)
2 Apakah ketika SS (5)
mendapatkan S(4)
beban kerja yang CS (3)
berat di TS (2)
lampiaskan STS (1)
dengan merokok?
3 Apakah ketika SS (5)
istirahat kerja S(4)
anda merokok? CS (3)
TS (2)
STS (1)
4 Apakah merokok SS (5)
membebankan S(4)
penghasilan CS (3)
anda? TS (2)
STS (1)
5 Apakah keluarga SS (5)
tidak keberatan S(4)
anda merokok? CS (3)
TS (2)
STS (1)

3. Uji Normalitas

Variabel Taraf Signifikan Keterangan


Perilaku Merokok
Motivasi Kerja

27
4. Mean dan Standar Deviasi

Variabel Mean Standar Deviasi


Perilaku Merokok
Motivasi Kerja

5. Uji Regresi Linier Sederhana

Variabel Koefisien Koefisien Signifikans Keterangan


Regresi (B) Determinan (r2) i (p)
Perilaku
Merokok
Motivasi Kerja

6. Uji T

Variabel T Hitung T Tabel Keterangan


Perilaku
Merokok
Motivasi Kerja

7. Uji Regresi liner Berganda

Variabel Koefisien B Keterangan


Perilaku
Merokok
Motivasi Kerja

28

Anda mungkin juga menyukai