Anda di halaman 1dari 44

PERUBAHAN IKLIM DAN POLUSI UDARA PERKOTAAN

TERHADAP DAMPAK KESEHATAN DI INDONESIA


Lingkungan dan Kesehatan Global

Oleh:
KELOMPOK 4

ALLISA AMELIA SANTOSO 2006610640


RISKA KURNIAWATI 2006560226
SATYAWIRA ARYAWAN DENG 2006610855
FIRIAL AFRA RAISA MUMTAZ 2006610703
INNA APRIANTINI 2006610735
NANDA LABADO 2006610786
DESVANTY RAHMAN 2006505360

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
OKTOBER 2020
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................................. 1

DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN ................................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 3

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 3

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................................ 3

ISI .......................................................................................................................................... 5

2.1 Secara Global, Seberapa Besar Kontribusi Seluruh Pencemaran ....................... 5

2.2 Deteksi Polusi Udara Untuk Early Warning System & Long Term Monitoring ... 8

2.3 Komponen Polusi Udara Yang menyebabkan Ganguan Kesehatan .....................16

2.4 Sebutkan Sumber Data Yang untuk Mengendalikan Terjadinya Polusi Udara ..19

2.5 Bagaimana Mengidentifikasikan Dampak Kesehatan Akibat Polusi ....................22

2.6 Cara Pencegahan Pengendalian &Terjadinya Dampat di Level Mitigasi dan


Adaftasi ................................................................................................................................25

2.7 Identifikasi Berbagai Lembaga Yang Berperan Aktif dalam Pencegahan dan
Pengendalian ........................................................................................................................32

2.8 Bagaimana kita Bisa Berkotribusi dalam Pencegahan dan Pengendalian ............36

BAB 3 KESIMPULAN ........................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................41


3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, polusi udara menempati posisi pertama faktor risiko lingkungan terhadap

kesehatan, di mana paparan dalam jangka singkat maupun panjang dapat dikaitkan dengan

dampak kesehatan itu sendiri (WHO, 2016). Berdasarkan WHO (2002) dan WHO (2014) dalam

Haryanto (2018) diestimasikan hampir dua per tiga dari delapan ratus ribu kematian dan 4,6 juta

hilangnya tahun hidup yang sehat secara global dipengaruhi oleh polusi udara, dan kejadian ini

terus berlanjut hingga kini. Selain itu, polusi udara juga terbukti telah menurunkan blood lead

levels (BLLs) pada anak-anak serta meningkatkan risiko kesehatan terkait sistem pernapasan

seperti pneumonia, infeksi saluran pernapasan bawah, dan penyakit paru obstuktif kronis

(Haryanto et al. 2015 dan WHO 2002 dalam Haryanto, 2018).

Di sisi lain, permasalahan polusi udara terus mengalami peningkatan (semakin buruk)

dari tahun ke tahun, dan terjadi secara meluas di dunia, bahkan di Indonesia. Sehingga, perlu

dilakukan tindakan untuk mencegah ataupun menangani permasalahan polusi udara.

1.2 Rumusan Masalah

1) Secara global, seberapa besar kontribusi polusi udara relatif terhadap total seluruh

pencemaran (tanah, air, makanan-minuman, limbah, dll)? Bagaimana dengan di Indonesia?

2) Bagaimana cara deteksi terjadinya polusi udara untuk early warning system dan long term

monitoring?

3) Apa saja komponen polusi udara yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat?

4) Apa saja sumber data yang bisa dimanfaatkan untuk mengenali terjadinya polusi udara?
Universitas Indonesia
4

5) Bagaimana cara mengidentifikasi dampak kesehatan akibat polusi udara?

6) Bagaimana pencegahan dan pengendalian polusi udara serta proses terjadinya dampak

kesehatan di level mitigasi dan adaptasi?

7) Apa saja lembaga yang seharusnya bisa berperan aktif dalam pencegahan dan pengendalian

polusi udara?

8) Bagaimana kita bisa berkontribusi dalam pencegahan dan pengendalian polusi udara serta

dampaknya?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Makalah ini membahas tentang polusi udara dan kesehatab mulai dari posisi yang

dimiliki oleh polusi udara dibandingkan dengan pencemaran lainnya, cara mendeteksi,

komponen yang menyebabkan gangguan kesehatan masyarakat, sumber data yang bisa

dimanfaatkan untuk mengidentifikasi polusi udara serta cara mengidentifikasi dampak

kesehatan yang ditimbulkan, pencegahan dan pengendalian, lembaga yang berperan, serta

kontribusi yang kita miliki dalam mencegah dan mengendalikan polusi udara itu sendiri.

Universitas Indonesia
5

BAB 2

ISI

2.1. Gambaran Polusi Udara

Dibandingkan dengan jenis pencemaran lainnya, polusi udara merepresentasikan risiko

lingkungan terhadap kesehatan terbesar (WHO, 2016). Dengan melihat PM2.5 (polutan udara

yang paling umum diteliti dan dijadikan sebagai indikator paparan terhadap pencemaran udara)

dan PM10, dapat dilihat bahwa pencemaran udara terjadi di berbagai wilayah dan cenderung

mengalami peningkatan, baik secara global, maupun nasional.

Grafik 1 menggambarkan annual mean particulate matter concentration dari PM2.5

ataupun PM10 yang dilakukan pada berbagai kota yang kemudian dibandingkan dengan Air

Quality Guidelines milik WHO. Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa banyak sekali kota di

berbagai belahan benua memiliki polutan udara yang melebihi air quality guidelines milik

WHO. Di mana, tiga wilayah dengan kondisi ‘terparah’ adalah Mediterranean Timur, Pasifik

Barat (di daerah ekonomi menengah ke bawah), dan Asia Tenggara. Sementara itu, wilayah

dengan kondisi yang ‘lebih baik dari wilayah lainnya’ adalah Amerika, Pasifik Barat, dan

Eropa; yang mana penjelasan lebih lanjut terkait wilayah yang dimaksud adalah wilayah dengan

tingkat ekonomi menengah ke atas).

Universitas Indonesia
6

Grafik 1 Annual Mean Particulate Matter Concentration di Berbagai Kota Yang Dibandingkan
Dengan Air Quality Guidelines Milik WHO
Sumber: WHO, 2016

Polusi udara menjadi masalah yang terus mengalami peningkatan, yang dibuktikan

dengan data yang terlampir pada grafik 2 berikut. Grafik 2 menjelaskan bahwa secara global,

lebih dari 60% kota mengalami peningkatan polusi udara dalam jangka waktu lima tahun. Hal

ini sejalan dengan besarnya proporsi populasi kota yang merasakan peningkatan polusi udara itu

sendiri secara global, meskipun proporsi tersebut berada sedikit di bawah proporsi kota dalam

lingkup global yang mengalami peningkatan polusi udara. Dengan begitu, dari kedua data ini,

dapat disimpulkan bahwa peningkatan polusi udara itu sendiri tidak mudah untuk dianggap

ataupun dirasakan. Tentunya ini menjadi sebuah tantangan tersendiri, mengingat potensi

dampak polusi udara terhadap kesehatan.

Universitas Indonesia
7

Grafik 2 Proporsi Berbagai Kota dengan Peningkatan dan Penurunan Polutan Udara Dalam
Jangka Waktu Lima Tahun (2008-2013)
Sumber: WHO, 2016

Grafik 3 Proporsi Populasi Berbagai Kota Yang Merasakan Peningkatan dan Penurunan
Polutan Udara Dalam Jangka Waktu Lima Tahun (2008-2013)
Sumber: WHO, 2016

Universitas Indonesia
8

Peningkatan masalah polusi udara juga terjadi di Indonesia, di mana Greenstone & Fan (2019)

mengemukakan bahwa dalam kurun waktu 18 tahun, Indonesia beralih dari salah satu negara

paling bersih di dunia menjadi salah satu dari dua puluh negara paling berpolusi, karena

konsentrasi polusi partikulat udaranya meningkat 171 persen; dengan lonjakan terbesar terjadi

selama beberapa tahun terakhir. Lebih lanjutnya dapat dilihat pada grafik berikut.

Grafik 4 Rata-rata Konsentrasi PM2.5 Tahunan Indonesia, 1998-2016 (mikrogram/m3)


Sumber: Greenstone & Fan, 2019

2.2 Jelaskan cara deteksi terjadinya polusi udara untuk early warning system dan long

term monitoring !

Untuk dapat mengetahui kondisi ataupun tingkat kebersihan udara dari gas-gas polutan

yang membahayakan manusia membutuhkan suatu alat khusus yang mampu mendeteksi dan

mengukur konsentrasi gas polutan di lingkungan tersebut. Dengan tingkat kemajuan teknologi

yang berkembang pesat di bidang teknologi sensor, elektronika, dan komputer dapat dibuat

sebuah alat pendeteksi polutan udara berupa alat yang mampu melakukan deteksi dan

monitoring polusi udara yang berbasis array sensor gas metal oksida. Sensor metal oksida

adalah sensor gas dengan harga yang sangat terjangkau dan memiliki sensitivitas yang cukup

Universitas Indonesia
9

baik pada beberapa jenis gas sekaligus. Larik (array) sensor gas berfungsi sebagai perangkat

yang melakukan pendeteksian gas-gas polutan sedangkan perangkat mikrokontroler berfungsi

sebagai pengolah data yang berupa besar tegangan keluaran setiap sensor saat terpapar ke gas

polutan tertentu. Sensor-sensor dengan kemampuan mendeteksi gas-gas yang sejenis pada larik

sensor dapat digunakan untuk meningkatkan akurasi pedeteksian. Pada perangkat

mikrokontroler yang sudah di-install program untuk menjalankan algoritma deteksi dan

pengukuran tingkat polutan, akan dilakukan analisis mengenai jenis polutan dan tingkat

konsentrasinya. Hasil analisis ini kemudian ditampilkan pada layar LCD sehingga pengguna

dapat langsung membaca hasil pengukuran polutan di tempat tersebut.

Beberapa penelitian sebelumnya mengenai pendeteksian gas-gas polutan di antaranya

dilakukan oleh Zampolli dkk. yang membuat e-nose sederhana yang digunakan untuk

melakukan deteksi gas CO dan NO2 di udara. Penelitian ini menggunakan sensor metal oksida

untuk mendeteksi 12 macam gas polutan penyebab penyakit pernapasan. Gas-gas tersebut

adalah aldehid, ozon, NO2, CO2, radon, CO, belerang (II) dioksida, formaldehid, volatile

organic compounds (VOC), uap air, timah, dan beberapa zat lain. Pemrosesan dilakukan

menggunakan logika fuzzy. Peralatan mampu melakukan deteksi gas CO sampai pada

konsentrasi 5 ppm dan NO2 sampai pada konsentrasi 20 ppb.

Wicaksono dan Suismono membuat sebuah alat yang digunakan untuk mendeteksi gas

CO, CO2, dan NOX. Peralatan yang dibuat menggunakan sensor TGS 2201 dan TGS 4161

sebagai detektor gas, mikrokontroler AT89S51 yang diprogram menggunakan assembly sebagai

pengolah sinyal, dan dot matrix sebagai penampil nilai konsentrasi. Peralatan dilengkapi dengan

light emitting diode (LED) merah yang menyala ketika konsentrasi gas yang terdeteksi melebihi

ambang batas. Sensor yang digunakan mampu mendeteksi gas CO sampai konsentrasi 300 ppm,

gas CO2 sampai 10.000 ppm, dan gas NOX sampai 1 ppm.
Universitas Indonesia
10

Di Indonesia terdapat Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang memberi

informasi tentang kualitas udara yang ada. Untuk dapat memonitoring kualitas udara tersebut,

dibangun prototipe monitoring kualitas udara. Implementasi prototipe monitoring kualitas udara

dengan membuat 2 buah station yang berisi sensor MQ-7 sebagai pendeteksi karbon monoksida

(CO), sensor MQ-135 pendeteksi karbon dioksida (CO2), sensor SHARP GP2Y1010AU0F

sebagai pendeteksi debu, mikrokontroler arduino, dan modul radio NRF24L01 sebagai

perangkat komunikasi yang merepresentasikan setiap id station yang ada.

Desain prototype dari Main Device. Semua sensor diletakkan di bagian depan dimana di

bagian atas terdapat sel surya yang digunakan sebagai sumber daya dari alat ini. Dan tampak

bagian samping alat ini terdapat antena yang dimana itu adalah antena NRF24l01 yang

digunakan untuk mengirim data ke Hub Device. Alat ini nanti akan ditempatkan di sudut –

sudut perkotaan yang masih dapat dijangkau oleh masyarakat.

Desain Prototype Hub Device

Kemudian terdapat desain prototype Hub Desain. Alat ini terbungkus dengan bentuk balok

berwarna hitam. Di dalamnya terdapat 2 board yaitu Arduino Uno dan NodeMCU. Di bagian

Universitas Indonesia
11

atas terdapat 3 buah led, led merah, led biru, dan led hijau. Kemudian di bagian samping tampak

ada antena dari NRF24L01.

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)

Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) adalah standar untuk laporan kualitas udara

kepada masyarakat. Dalam ISPU terdapat skala untuk menerangkan tingkat kualitas udara dan

dampaknya bagi kesehatan bagi makhluk hidup. ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar yaitu

Karbon Monoksida (CO), Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Ozon Permukaan

(O3), Partikel Debu (PM10). Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan

Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP- 107/Kabapedal/11/1997 [5]. Berikut

adalah tabel skala dan kategori kualitas udara dalam ISPU.

Di sisi lain, Swandanu dalam penelitiannya yang berjudul “Sistem Pemantauan Kondisi

Udara dengan Transmisi Radio Frekuensi” berhasil membuat sebuah alat untuk mengukur kadar

gas karbon monoksida dan karbon dioksida di udara bebas menggunakan sensor gas TGS 2620

dan TGS 4161. Alat tersebut juga dilengkapi dengan modul SHT 11 untuk mengukur suhu dan

kelembapan udara. Mikrokontroler yang digunakan adalah AVR ATMega8535/328 dan

perangkat pengiriman menggunakan modul RF YS-1020 YB yang dalam penggunaannya

mampu mengirimkan data secara wireless sejauh 200 meter. Penulis menggunakan sebuah layar

LCD 16x2 sebagai penampil di dalam sistem tersebut. Sebagai penampil hasil pembacaan

Universitas Indonesia
12

sensor di komputer penulis membuat aplikasi menggunakan aplikasi Visual Basic 2008.

Pengujian sistem dilakukan di udara bebas di jalan raya di lima lokasi di sekitar kota

Yogyakarta yang padat lalu lintas kendaraan bermotor pada malam dan siang hari. Hasil

pengambilan data menunjukkan bahwa kadar gas CO2 rata-rata di lima tempat tersebut lebih

tinggi pada malam hari dibandingkan pada saat siang hari, sedangkan untuk gas CO konsentrasi

gas jauh lebih tinggi pada saat siang hari dibandingkan dengan malam hari

Sensor gas metal oksida

Sensor metal oksida timah oksida (SnO2) adalah sebuah semikonduktor. Mekanisme

kinerja sensor terhadap gas dapat ditunjukkan sesuai pada persamaan 1 dan 2.

Simbol n menunjukkan area konduksi semikonduktor, sedangkan s dan g menunjukkan

permukaan dan gas. Persamaan 1 menunjukkan bahwa oksigen secara kimia fisis teradsorbsi ke

kisi-kisi ruangan yang ada di semikonduktor sehingga menyebabkan konduktivitasnya menjadi

rendah saat kondisi udara bebas dari gas kontaminan. Elektron yang dihasilkan oleh reaksi

dengan gas-gas yang dapat terbakar R(g) pada persamaan 2 menyebabkan peningkatan

konduktivitas sensor pada saat sensor terpapar gas polutan. Untuk meningkatkan sensitivitas

sensor ditambahkan sedikit logam katalis pada sensor. Dengan memanfaatkan karakteristik dari

masing-masing sensor saat mendeteksi gas polutan dapat dibuat alat yang otomatis menghitung

kadar gas polutan tersebut.

Universitas Indonesia
13

Larik (array) Sensor Gas

Secara umum, sebuah larik (array) dapat diartikan sebagai beberapa benda yang disusun

menurut aturan tertentu. Dalam pembahasan sensor array, maka benda di sini adalah sensor-

sensor gas. Sebuah array sensor dapat diartikan sebagai kumpulan sensor yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi mengenai bahan yang sedang dites. Dalam aplikasi yang melibatkan

zat kimia, sensor-sensor ini terdiri dari sensor-sensor yang berbeda dengan sensitivitas yang

berbeda-beda pula. Larik sensor gas dipakai untuk mengonversi informasi kimia yang terdapat

pada gas sampel menjadi sinyal-sinyal yang dapat terukur. Sensor-sensor tersebut diakses secara

individual dan secara hampir bersamaan pada alat yang digunakan. Oleh sebab itu, dalam

prosedur operasinya sensor-sensor tersebut dapat digunakan sebagai elemen sensor yang

independen. Contoh dari sistematika array sensor ditunjukkan pada Gambar 1.

Sensor MQ-7

Perangkat sensor dengan tipe CO gas sensor MQ-7 didesain untuk men- deteksi tingkat

pencemaran udara terutama oleh kandungan karbon monoksida (CO). Apabila sensor MQ-7

mendeteksi gas CO yang ada di udara, maka tegangan output pada sensor akan meningkat, Hal

Universitas Indonesia
14

ini mengakibatkan penurunan resistansi sensor yang juga memiliki sebuah heater, yang

berfungsi sebagai pembersih dari kontaminasi udara di dalam jangkauan sensor.

Output sensor memiliki karak- teristik berupa tegangan output yang akan semakin besar

sesuai dengan besarnya kadar ppm pada saat mendeteksi keberadaan gas CO. Pengukuran kadar

ppm gas CO diperoleh dari perbandingan antara resistansi sensor pada saat terdapat gas (RS)

dengan resistansi sensor pada saat udara bersih (RO). Nilai ppm dapatdicari dengan

menggunakan rumus pada persamaan 1.

Rangkaian tambahan pada sensor MQ-7 ini menggunakan nilai RL sebesar 10 KΩ, bisa dilihat

pada Gambar 4. Dari persamaan 1 semakin banyak gas CO maka resistansi semakin menurun

dan nilai Vout semakin membesar. Vc digunakan tegangan DC sebesar 5 volt.

Rancangan sistem

Universitas Indonesia
15

Pada Gambar 2 ditampilkan blok diagram dari sistem deteksi dan monitoring polusi udara

berbasis array sensor gas yang dibuat.

Pendeteksi gas dibangun menggunakan delapan buah sensor gas. Sensor-sensor tersebut adalah

tujuh sensor keluaran perusahaan Figaro Inc seri TGS dan sebuah sensor CO2 seri MG811

keluaran Hanwei Electronics. Delapan sensor tersebut terbagi menjadi tiga kelompok, yakni

sensor dengan catu daya 6 V, 5 V, dan 3 V. Tegangan keluaran masing-masing sensor akan

diolah oleh perangkat ADC ATmega 2560 pada board Arduino Mega 2560 dan selanjutnya

dilakukan perhitungan menurut algoritma yang sudah diprogramkan. Khusus untuk keluaran

dari sensor MG811 harus diolah melalui buffer sebagai pengonversi impedansi dari keluaran

sensor. Tombol tekan digunakan untuk memilih pilihan tampilan, sedangkan hasil perhitungan

konsentrasi gas polutan ditampilkan pada layar LCD 16x2.

Universitas Indonesia
16

2.3 Komponen Udara Penyebab Masalah Kesehatan

Kualitas udara dalam ruang sang at memengaruhi manusia karena

sebagian besar manusia menghabiskan 85-90% waktunya di dalam ruang.

Keberadaan bahan pencemar udara dihasilkan dari proses alam maupun

aktivitas manusia. Kontribusi pencemar udara akibat aktivitas manusia berasal

dari sumber pencemar tidak bergerak seperti lingkungan kerja perkantoran, industri,

maupun sumber bergerak seperti kendaraan bermotor. Berbagai bahan pencemar

udara yang berasal dari sumber bergerak maupun tidak bergerak banyak

memengaruhi kualitas udara di lingkungan kerja. Bahaya potensial dari bahan

pencemar udara tersebut dapat muncul dalam bentuk yang bervariasi dan

berdampak terhadap kesehatan. Pencemar udara yang paling dominan dan

memengaruhi kesehatan manusia adalah partikel, CO, NOx, SOx, dan Hidrokarbon.

Kondisi lingkungan dan perilaku pekerja yang tidak aman merupakan dua hal

terbesar yang menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan terutama pada

manusia. Perkembangan industri dan penggunaan teknologi yang semakin

meningkat memiliki dampak yang signifikan terhadap terjadinya penurunan

kualitas lingkungan seperti timbulnya pencemaran udara, baik yang terjadi di dalam

ruang (indoor) maupun di luar ruang (outdoor). Penurunan kualitas lingkungan

tersebut dapat memengaruhi kesehatan manusia hingga berpotensi menyebabkan

penularan penyakit (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1407/MENKES/SK/XI/2002).

Keberadaan partikel debu di udara dalam kadar yang berlebih mengakibatkan

pencemaran udara. Pencemaran udara adalah terdapatnya bahan, zat, atau

komponen lain di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan udara


Universitas Indonesia
17

(Wardhana, 2007). Dampak pencemaran udara ini dapat terjadi pada berbagai

aspek kehidupan. Pencemaran udara tersebut akan menyebabkan terjadinya hujan

asam dan mempercepat pemanasan global di atmosfer. Jika ditinjau dari segi

ekonomi, maka pencemaran udara akan meningkatkan biaya pemeliharaan alat

dan bangunan serta biaya perawatan penyakit akibat pajanan pencemar. Dampak

pencemaran udara dari segi kesehatan akan memicu timbulnya penyakit akut

dan kronis.

Colorado Department of Public Health and Environmnet (CDPHE),

menyebutkan bahwa pada umumnya industri percetakan menghasilkan jenis

pencemar udara yang terdiri dari senyawa organik volatil (VOC), pencemar udara

berbahaya (HAPs), Particulate Matter (PM), Nitrogen Oksida (Nox), dan Sulfur Oksida

(SOx). Sebagian besar VOC dan HAPs berasal dari tinta cetak termasuk aplikasi dari

mesin inkjet, larutan pembersih, larutan cetak, pembersihan, perekatan, dan pelapisan

gulungan. Larutan dengan komposisi VOC dan tekanan uap yang tinggi dapat

menguap dengan cepat pada suhu ruang sehingga menghasilkan peningkatan emisi

udara. PM umumnya berasal dari debu kertas yang bersumber dari

pemotongan, pelipatan, dan pengeleman. NOx dan SOx dihasilkan dari

generator, pembakaran bahan bakar mesin, pengering, dan beberapa peralatan

kontrol seperti oksidasi.

Particulate Matter merupakan suatu campuran kompleks dari partikel padat dan

cair sangat kecil yang ditemukan di udara. Partikel merupakan salah satu

pencemar yang sering dijadikan sebagai salah satu indikator pencemaran udara

untuk menunjukkan tingkat bahaya dalam lingkungan di dalam ruang (indoor)

maupun di luar ruang (outdoor) terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.

Universitas Indonesia
18

Partikel memiliki beberapa variasi ukuran dan tersusun dari banyak material serta

unsur kimia. Salah satu partikel yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan

adalah PM2,5. Berdasarkan ukurannya partikel dibedakan menjadi dua

kategori, yaitu partikel kurang dari sama dengan 10 mikron dan partikel kurang dari

sama dengan 2,5 mikron (EPA, 2014). Berdasarkan diameter aerodinamikanya

partikel debu terdiri dari PM10, PM2,5, dan PM0,1.

Ukuran partikel secara langsung dapat berkaitan dengan potensi

penyebab masalah kesehatan. Partikel yang terkandung dalam udara umumnya

memiliki ukuran 0,1-50 mikron atau lebih. Partikel yang memiliki ukuran diameter

2,5 mikron atau kurang dapat menyebabkan pencemaran udara dan memiliki

dampak yang signifikan terhadap kesehatan. PM2,5 adalah suatu partikel yang memiliki

ukuran diameter 2,5 mikron atau disebut dengan partikel udara halus. PM2,5 yang

terhirup dapat memengaruhi kesehatan manusia. Partikel tersebut masuk ke

dalam alveoli dan dapat menimbulkan reaksi radang yang dapat menyebabkan

keluhan pernapasan. PM2,5 sangat berbahaya untuk kesehatan manusia karena

partikel tersebut dapat menembus bagian terdalam dari paru-paru, penyakit

kardiovaskuler bahkan kematian.

Partikel debu yang berada di lokasi kerja dapat berpotensi masuk ke dalam

saluran pernapasan melalui hidung dan mulut sehingga dapat mengakibatkan

keluhan pernapasan. Pajanan partikel debu di percetakan dalam jumlah berlebih

dapat berdampak pada kerusakan patologis manusia. Namun, kerusakan ini

tergantung dari sifat, intensitas, lama pajanan, dan kerentanan individu.

Dampak pajanan part ikel debu atau Particulate Matter (PM) terhadap

kesehatan, baik dalam bentuk padat maupun cair bergantung pada ukurannya. Ukuran
Universitas Indonesia
19

partikel yang membahayakan bagi kesehatan saluran pernapasan tersebut

umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Ukuran PM yang

kurang dari

5 mikron dapat masuk ke dalam paru-paru dan mengendap di alveoli, dan yang

lebih besar dari 5 mikron dapat mengganggu saluran pernapasan bagian atas dan

menyebabkan iritasi.

2.4. Sebutkan berbagai sumber data yang bisa dimanfaatkan untuk mengenali terjadinya

polusi udara.

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) telah mengaplikasikan Teknik Analisis Nuklir

(TAN) untuk melakukan karakterisasi dan identifikasi terhadap sumber pencemar, baik untuk

mengetahui jenis unsur, kuantitasnya maupun sumber asal pencemaran. Bekerjasama dengan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan pemerintah daerah, BATAN telah

melakukan karakterisasi dan identifikasi terhadap jenis dan asal sumber pencemar, diantaranya

adalah di Jakarta, Tangerang, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar,

Palangkaraya dan Pekanbaru untuk menentukan konsentrasi massa PM2,5 dan PM10, black

carbone (BC), serta konsentrasi berbagai unsur seperti Mg, Al, Si, S, K, Ca, Ti, Mn, Fe, Zn dan

Pb. Data dan informasi tersebut sangat penting karena dapat digunakan sebagai dasar dalam

penentuan kebijakan pengelolaan lingkungan secara tepat dan terarah.1

Selain digunakan sebagai baseline data dan bahan masukkan untuk penetapan baku mutu

kualitas udara, data tersebut juga dapat mendeteksi secara dini terjadinya pencemaran logam

berat di Tangerang dan Surabaya. Penggunaan TAN juga dapat bermanfaat untuk mengestimasi

jenis dan lokasi sumber pencemar, sehingga berbagai strategi pengelolaan dapat segera

Universitas Indonesia
20

dilakukan agar dampak yang lebih buruk pada kesehatan masyarakat dan kerugian finansial

yang lebih besar dapat dihindari.

TAN dapat dilakukan dengan metode PIXE, AAN, XRF dan syncroton. Karakterisasi

menggunakan beberapa metode sangat diperlukan untuk mendapatkan data yang komprehensif.

Pemilihan metode didasarkan pada teknik analisis unsur yang sangat selektif dengan kepekaan

tinggi, simultan dan memiliki batas deteksi mencapai orde nanogram. Metode ini sangat sesuai

digunakan untuk analisis jumlah sampel yang relatif banyak, yang terkadang mencapai ratusan

buah filter dan berat sampel per filter yang hanya sedikit. Teknik Analisis Nulir merupakan

satu-satunya metode karakterisasi yang sesuai karena memiliki kemampuan mendeteksi secara

simultan, sensitif, limit deteksi hingga orde nanogram, cepat dan tidak merusak. 1

Dengan semakin meningkatnya aktivitas manusia dan perekonomian dengan berbasis

industri, maka akan semakin meningkat pula pencemaran terhadap udara dan lingkungan.

Teknik analisis yang dipilih sangat menentukan dalam memperoleh data dan informasi yang

akurat terhadap jenis, jumlah maupun sumber asal pencemar. Teknik analisis nuklir menjadi

solusi tepat untuk membantu menyelesaikan permasalahan pencemaran lingkungan dan

memberikan masukan kepada pemerintah/pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan

terhadap sistem tata kelola lingkungan yang tepat dan terarah. 1

Pengelolaan kualitas udara di Indonesia dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup

melalui sistem yang disebut dengan Air Quality Management System(AQMS), dimana sistem

ini telah diterapkan pada 10 kota di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,

Denpasar, Medan, Pekanbaru, Palangkaraya, Jambi, dan Pontianak. Setiap kota dilengkapi

dengan stasiun tetap monitoring, stasiun pemantauan ponsel, pusat regional dan pusat

kalibrasi regional.Salah satu permasalahan yang terjadi adalah penyebaran informasi yang

Universitas Indonesia
21

dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup masih memberikan hasil yang kurang baik untuk

dapat diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J. McLaren dan

I.D. Williams, disebutkan bahwa dengan memberikan informasi yang tepat mengenai

kualitas udara dapat mengurangi jumlah laporan kasus gangguan pernapasan pada rumah

sakit[4]. Permasalahan yang terjadi dalam penyebaran informasi kondisi udara oleh

Kementrian Lingkungan Hidup, antara lain situs yang sudah tidak terupdate. Hal ini

menyebabkan informasi yang disampaikan sudah tidak akurat dan tidak sesuai dengan

kondisi saat ini. Selain itu, informasi yang diberikan hanya berupa angka sehingga tidak semua

orang memahami maksuddan dampak dari informasi yang diberikan kecuali di Kota Jakarta.2

Polusi udara merupakan perubahan komposisi dari zat udara sehingga kualitas dari zat

tersebut menjadi berkurang atau tidak bisa lagi diperuntukkan sesuai fungsinya. Dengan

adanya berbagai masalah diatas, maka muncul sebuah gagasan untuk membuat sembuah

rancangan aplikasi yaitu CekPolusi web version di tautan http://cekpolusi.addi.is.its.ac.id/.

CekPolusi (android) adalah aplikasi berbasis Android sebagai sistem yang menampilkan

informasi secara akurat dan informatif mengenai kualitas udara, dampak, serta cara

mengantisipasinya, yang merupakan project lanjutan dari Cek Polusi web version di tautan

http://cekpolusi.addi.is.its.ac.id/. Sumber data berasal dari informasi stasiun pemantau, tingkat

konsentrasi polutan, dan nilai batas toleransi dari Kementrian Lingkungan Hidup, Badan

Lingkungan Hidup (atau BLH) Surabaya dan Environation ITS. CekPolusi (android)

menginformasikan kondisi kualitas udara dalam angka dan tingkat kualitas udara sesuai Air

Quality Index. CekPolusi (android) mengajak masyarakat untuk mengurangi polusi udara

dengan kampanye udara sehat. Dengan mengajak masyarakat lain, maka secara tidak

langsung aplikasi ini membantu mengubah perilaku masyarakat agar dapat menjaga

lingkungannya lebih baik lagi dengan berjalan kaki. Cek Polusi (android) memiliki fitur

Universitas Indonesia
22

gamifikasi berupa My Emission dan Let’s Walk yang diharapkan dapat memotivasi masyarakat

untuk mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Pengembangan aplikasi CekPolusi

(android) dilakukan dengan metode SDLC prototype dan aplikasi ini sudah dapat ditemukan di

PlayStore

2.5 Bagaimana cara mengidentifikasi dampak kesehatan akibat polusi udara?

Keluhan yang dialami oleh pasien merupakan indikasi dari sistem

proteksi tubuh dalam membersihkan partikel asing yang masuk ke dalam sistem

pernapasan. Keluhan pernapasan berupa batuk, batuk berdahak, nafas berbunyi, dan

sesak nafas dapat disebabkan dari adanya pajanan dari pencemar yang ada di di

udara. Sistem pernapasan dimulai dari hidung hingga alveoli paru-paru. Partikel

yang terhirup kemudian terkumpul di sepanjang saluran pernapasan akan

memengaruhi tingkat keparahan dan kerusakan pada jaringan. Namun tingkat

keparahan dan kerusakan jaringan dipengaruhi oleh ukuran partikel tersebut.

Semakin kecil suatu ukuran partikel maka semakin jauh untuk mencapai

saluran pernapasan bagian bawah. Keluhan pernapasan yang terjadi pada

seseorang juga dipengaruhi oleh konsentrasi, durasi pajanan, dan sifat kimia partikel

yang terhirup. Pasien yang mengalami keluhan batuk sebesar 55,0%, batuk

berdahak sebesar 60,0%, nafas berbunyi sebesar 20,0%, dan sesak nafas sebesar

25,0%. Batuk dan batuk berdahak merupakan keluhan yang paling banyak

dirasakan oleh pasien.

U m um ny a bat uk m erupaka n gejal a yang ditemukan akibat adanya

penyakit pada pernapasan. Pajanan debu, asap, dan pencemar yang masuk ke

dalam saluran nafas bagian bawah dibersihkan melalui mekanisme batuk


Universitas Indonesia
23

(Pranowowati dan Maryanto, 2010). Gejala batuk yang disebabkan oleh adanya iritasi

partikel debu akan menimbulkan rangsangan berupa ekskresi berlebih di saluran

pernapasan. Reaksi tersebut dikeluarkan secara mendadak dalam bentuk udara

maupun lendir disertai bunyi yang khas. Refleks tersebut mendorong sekresi ke

atas sehingga benda yang masuk ke dalam saluran pernapasan dapat ditelan atau

dikeluarkan.

Gejala penyakit yang paling penting dapat diidentifikasi melalui adanya batuk,

namun hal tersebut relatif tidak spesifik. Berbagai rangsangan kimia, mekanis,

atau thermal memungkinkan terjadinya batuk yang bersifat sementara tanpa

adanya penyebab suatu penyakit. Jenis batuk menentukan tingkat gangguan

pernapasan yang dialami. Pada umumnya, keluhan pernapasan yang timbul

merupakan suatu awal terjadinya penyakit pada saluran pernapasan.

Partikel debu dan gas yang ada di dalam ruang kerja dapat menimbulkan

terjadinya reaksi batuk hingga dapat menyebabkan iritasi pada mukosa pada

saluran pernapasan. Batuk terjadi dalam bentuk pengeluaran udara dan lendir

secara mendadak dan disertai bunyi. Batuk merupakan gejala yang timbul

paling awal akibat selalu terpajan pencemar udara. Refleks batuk mendorong

sekresi ke atas sehingga benda yang masuk ke dalam saluran pernapasan dapat

ditelan atau dikeluarkan.

Dahak merupakan terdapatnya lendir yang berlebih pada saluran pernapasan.

Keberadaan lendir tersebut disebabkan karena adanya gangguan fisik, kimia, atau

infeksi pada membran mukosa. Dahak yang berlebih terbentuk dari kelenjar lendir

dan sel goblet karena pengaruh stimuli yang berasal dari gas, alergen, partikel, dan

mikroorganisme infeksius.

Universitas Indonesia
24

Seseorang yang mengalami sesak nafas sering mengeluh merasa tercekik

atau nafas menjadi pendek. Kondisi tersebut disebabkan karena menyempitnya

rongga saluran nafas dan menimbulkan terjadinya sesak nafas. Terjadinya sesak

juga disebabkan karena berkurangnya volume paru yang masih berfungsi,

berkurangnya elastisitas paru, dan ekspansi paru yang terhambat. Keluhan sesak nafas

yang dialami pasien terjadi apabila pasien berjalan cepat di tempat yang datar atau

berjalan biasa di tempat yang sedikit menanjak. Bunyi mengi merupakan salah satu

tanda penyakit saluran pernapasan yang termasuk dalam penanganan infeksi akut

saluran pernapasan. Bunyi tersebut dapat terdengar saat inspirasi maupun

ekspirasi karena adanya penyempitan jalan udara. Penyakit asma maupun

obstruksi dan tersumbatnya sebagian bronkus oleh benda asing seperti partikel juga

merupakan salah satu penyebab terjadinya bunyi mengi. Beberapa penyakit atau

gangguan kesehatan yang berhubungan dengan saluran pernapasan dapat

memengaruhi terjadinya gangguan pernapasan. Penyakit yang paling

memengaruhi terjadinya keparahan gangguan saluran pernapasan adalah

penyakit asma. Dokter menyatakan bahwa keluhan batuk, nyeri dada, dan iritasi

hidung banyak dialami oleh pasirn yang terpajan debu. Keluhan yang dialami oleh

pasien merupakan indikasi dari sistem proteksi tubuh dalam membersihkan partikel

asing yang masuk ke dalam sistem pernapasan. Partikel debu yang berada di

industri secara potensial berdampak terhadap kesehatan paru, mereduksi jarak

penglihatan, mereduksi radiasi matahari, dan meningkatkan kemungkinan

presipitasi. Jenis debu juga memiliki kaitan dengan daya larut dan sifat kimianya,

karena dengan adanya perbedaan daya larut dan sifat kimia tersebut dapat

memengaruhi kemampuannya untuk mengendap di par

Universitas Indonesia
25

2.6 Uraikan cara-cara pencegahan dan pengendalian polusi udara dan terjadinya

dampak kesehatan di level mitigasi dan adaptasi.

1. Cara Pencegahan dan Pengendalian Polusi udara level adaptasi dan medtigasi

Adaptasi Melibatkan penyesuaian dengan iklim masa depan aktual atau yang diharapkan.

Tujuannya adalah untuk mengurangi kerentanan kita terhadap efek berbahaya dari perubahan

iklim (seperti perambahan di permukaan laut, peristiwa cuaca ekstrem yang lebih hebat atau

kerawanan pangan). Ini juga mencakup memanfaatkan sebaik-baiknya setiap peluang manfaat

potensial yang terkait dengan perubahan iklim (misalnya, musim tanam yang lebih panjang atau

peningkatan hasil panen di beberapa daerah).

 Adaptasi dalam Perencanaan Pembangunan

Merubah pola pembangunan negeri yang tadinya didasarkan pada eksploitasi sumber

daya alam dengan manfaat ekonomi yang dinikmati di perkotaan dan biaya

lingkungannya dibebankan ke wilayah pedesaan, menjadi baik masyarakat pedesaan

maupun perkotaan menargetkan pembangunan yang berkelanjutan. Perubahan ini

memerlukan strategi adaptasi yang melibatkan pemerintah, masyarakat sipil dan sektor

swasta

1) Adaptasi dalam Pertanian

Pertimbangan berbagai varietas tanaman pangan sesuai dengan kapasitas adaptasi

secara alamiah, serta mengaplikasikan upaya untuk meningkatkan kesuburan

tanah dengan bahan organic supaya lebih mampu menahan air. Pengelolaan air

yang lebih baik dengan penggunaan irigasi mumpuni juga membuat petani lebih

tangguh menghadapi perubahan iklim

2) Adaptasi Wilayah Pesisir

Universitas Indonesia
26

Penduduk yang menghadapi masalah kenaikan muka air laut dapat melakukan

tiga strategi umum, yaitu ‘membuat perlindungan’ dengan menanam tanaman

mangrove, ‘mundur’ dengan bermukim jauh di pantai, serta ‘melakukan

penyesuaian ‘dengan beralih ke sumber nafkah yang lain.

3) Adaptasi Untuk Penyediaan Air

Menerapkan pengelolaan sumber air yang lebih terpadu dengan melestarikan

ekosistem disertai dengan perbaikan waduk dan infrastruktur lain

4) Adaptasi untuk Bidang Kesehatan

Pengawasan kesehatan yang lebih handal untuk memonitor penyebaran penyakit

seperti malaria dan demam berdarah dengue, dengan vektor-vektor yang

memiliki jenis baru dan menyebar lebih cepat.

Tujuan dari mitigasi adalah untuk menghindari campur tangan manusia yang signifikan

dengan sistem iklim, dan “menstabilkan tingkat gas rumah kaca dalam jangka waktu yang

cukup untuk memungkinkan ekosistem beradaptasi secara alami terhadap perubahan iklim,

memastikan bahwa produksi pangan tidak terancam dan untuk memungkinkan pembangunan

ekonomi berlanjut cara yang berkelanjutan .

Emisi CO2 sektor energi dapat berasal dari penggunaan bahan bakar fosil, seperti: batubara,

minyak bumi dan gas bumi, serta dari industri semen. Aksi mitigasi sector energy dapat

dilakukan melalui berbagai cara, antara lain penghematan energi atau konservasi energi,

diversifikasi energi. Konservasi atau penghematan energi dapat dilaksanakan melalui

peningkatan efisiensi peralatan, penggunaan peralatan yang lebih efisien serta melaksanakan

manajemen energi. Diversifikasi energi atau penggantian bahan bakar dengan jenis energi lain,

bertujuan untuk mengurangi pengunaan bahan bakar yang mempunyai kandungan karbon tinggi

Universitas Indonesia
27

dengan jenis energi yang mempunyai kandungan karbon rendah atau tanpa kandungan karbon

antara lain melalui :

1) Substitusi Energi yaitu upaya untuk mengganti energi yang ada dengan jenis energi lain

yang lebih murah, mudah secara teknis dan tanpa mengurangi kinerja alat. Sebagai

contoh dalam pembangkitan listrik maka penggantian minyak solar pada PLTD dengan

biofuel atau mikro hidro.

2) Penggunaan Teknologi Rendah Karbon Pemanfaatan teknologi rendah karbon sebagai

pengganti PLT Bahan Bakar Fosil secara drastis akan dapat mengurangi pelepasan gas

rumah kaca (CO2) ke atmosfir. Teknologi yang termasuk dalam kategori ini antara lain

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), PLTS, PLTMH (Mikrohidro),

2. Dampak Kesehatan dari Polusi udara

Polutan udara yang paling umum adalah ozon permukaan tanah dan Particulate

Matter (PM). Polusi udara dibedakan menjadi dua jenis utama:

 Polusi luar ruangan adalah polusi udara ambien.

 Polusi dalam ruangan adalah polusi yang dihasilkan oleh pembakaran

bahan bakar rumah tangga.

Orang yang terpapar polutan udara konsentrasi tinggi mengalami gejala penyakit dan keadaan

yang semakin parah. Efek ini dikelompokkan menjadi efek jangka pendek dan jangka panjang

yang mempengaruhi kesehatan.Populasi rentan yang perlu mewaspadai tindakan perlindungan

kesehatan termasuk orang tua, anak-anak, dan penderita diabetes serta predisposisi penyakit b

jantung atau paru-paru, terutama asma.

Universitas Indonesia
28

Seperti yang dinyatakan secara luas sebelumnya, menurut studi epidemiologi baru-baru ini dari

Harvard School of Public Health, besaran relatif efek jangka pendek dan jangka panjang belum

sepenuhnya diklarifikasi karena metodologi epidemiologi yang berbeda dan kesalahan

paparan. Model-model baru diusulkan untuk menilai data keterpaparan manusia jangka pendek

dan jangka panjang dengan lebih berhasil . Jadi, di bagian ini, kami melaporkan efek kesehatan

jangka pendek dan jangka panjang yang lebih umum tetapi juga masalah umum untuk kedua

jenis efek tersebut, karena efek ini sering kali bergantung pada kondisi lingkungan, dosis, dan

kerentanan individu.

Efek jangka pendek bersifat sementara dan berkisar dari ketidaknyamanan sederhana, seperti

iritasi pada mata, hidung, kulit, tenggorokan, mengi, batuk dan sesak dada, dan kesulitan

bernapas, hingga keadaan yang lebih serius, seperti asma, pneumonia, bronkitis, dan masalah

paru-paru dan jantung. Paparan polusi udara dalam jangka pendek juga dapat menyebabkan

sakit kepala, mual, dan pusing. Masalah ini dapat diperburuk oleh paparan polutan dalam jangka

panjang, yang berbahaya bagi sistem saraf, reproduksi, dan pernapasan dan menyebabkan

kanker dan bahkan, jarang, kematian.

Efek jangka panjangnya kronis, berlangsung selama bertahun-tahun atau seumur hidup dan

bahkan dapat menyebabkan kematian. Selain itu, toksisitas beberapa polutan udara juga dapat

menyebabkan berbagai jenis kanker dalam jangka panjang. Seperti yang telah disebutkan

sebelumnya, gangguan pernafasan sangat erat kaitannya dengan penghirupan polutan

udara. Polutan ini akan menyerang melalui saluran udara dan akan menumpuk di sel. Kerusakan

sel target harus terkait dengan komponen polutan yang terlibat serta sumber dan

dosisnya. Pengaruh kesehatan juga sangat bergantung pada negara, daerah, musim, dan

waktu. Durasi paparan polutan yang diperpanjang harus mengarah pada efek kesehatan jangka

panjang terkait juga dengan faktor-faktor di atas.


Universitas Indonesia
29

Particulate Matter (PMs), debu, bensin, dan O 3 menyebabkan kerusakan serius pada sistem

pernapasan . Selain itu, ada risiko tambahan jika ada penyakit pernapasan seperti asma . Efek

jangka panjang lebih sering terjadi pada orang dengan keadaan penyakit predisposisi. Ketika

trakea terkontaminasi oleh polutan, perubahan suara mungkin terlihat setelah paparan

akut. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) dapat diinduksi mengikuti polusi udara,

meningkatkan morbiditas dan mortalitas . Efek jangka panjang dari lalu lintas, polusi udara

industri, dan pembakaran bahan bakar merupakan faktor utama risiko PPOK .

Beberapa efek kardiovaskular telah diamati setelah terpapar polutan udara . Perubahan yang

terjadi pada sel darah setelah paparan jangka panjang dapat mempengaruhi fungsi

jantung. Arteriosklerosis koroner dilaporkan setelah paparan jangka panjang terhadap emisi lalu

lintas , sedangkan paparan jangka pendek terkait dengan hipertensi, stroke, infraksi miokard,

dan insufisiensi jantung. Hipertrofi ventrikel dilaporkan terjadi pada manusia setelah lama

terpapar nitrogen oksida (NO2) .Efek neurologis telah diamati pada orang dewasa dan anak-

anak setelah terpapar polutan udara dalam jangka waktu lama.

Komplikasi psikologis, autisme, retinopati, pertumbuhan janin, dan berat lahir rendah

tampaknya terkait dengan polusi udara jangka panjang . Agen etiologi penyakit

neurodegeneratif (Alzheimer dan Parkinson) belum diketahui, meskipun diyakini bahwa

paparan polusi udara yang berkepanjangan tampaknya menjadi faktor penyebabnya. Secara

khusus, pestisida dan logam disebutkan sebagai faktor etiologi, bersama dengan

makanan. Mekanisme perkembangan penyakit neurodegeneratif termasuk stres oksidatif,

agregasi protein, inflamasi, dan gangguan mitokondria pada neuron.

Pada manusia dewasa, penanda inflamasi sistemik (IL-6 dan fibrinogen) ditemukan meningkat

sebagai respon langsung terhadap PNC pada tingkat IL-6, kemungkinan mengarah pada

Universitas Indonesia
30

produksi protein fase akut . Perkembangan aterosklerosis dan stres oksidatif tampaknya

merupakan mekanisme yang terlibat dalam gangguan neurologis yang disebabkan oleh polusi

udara jangka panjang. Peradangan terjadi akibat stres oksidatif dan tampaknya terlibat dalam

gangguan pematangan perkembangan, mempengaruhi banyak organ . Demikian pula, faktor-

faktor lain tampaknya terlibat dalam pematangan perkembangan, yang menentukan kerentanan

terhadap polusi udara jangka panjang. Ini termasuk berat badan lahir, ibu yang merokok, latar

belakang genetik dan lingkungan sosial ekonomi, serta tingkat pendidikan.

Namun, pola makan, mulai dari menyusui, merupakan faktor penentu lainnya. Diet adalah

sumber utama antioksidan, yang memainkan peran kunci dalam perlindungan kita terhadap

polutan udara . Antioksidan adalah pemulung radikal bebas dan membatasi interaksi radikal

bebas di otak . Demikian pula, latar belakang genetik dapat mengakibatkan kerentanan yang

berbeda terhadap jalur stres oksidatif . Misalnya, suplementasi antioksidan dengan vitamin C

dan E tampaknya memodulasi efek ozon pada anak-anak asma yang homozigot untuk alel null

GSTM1 . Sitokin inflamasi yang dilepaskan di perifer (mis., Epitel pernapasan) meningkatkan

kekebalan bawaan Reseptor seperti tol 2. Aktivasi tersebut dan kejadian selanjutnya yang

mengarah ke neurodegenerasi baru-baru ini telah diamati pada lavage paru pada tikus yang

terpapar ambien Los Angeles (CA, USA) materi partikulat . Pada anak-anak, morbiditas

perkembangan saraf diamati setelah paparan timbal. Anak-anak ini mengembangkan perilaku

agresif dan nakal, mengurangi kecerdasan, kesulitan belajar, dan hiperaktif . Tidak ada tingkat

paparan timbal yang tampaknya "aman," dan komunitas ilmiah telah meminta Pusat

Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk mengurangi pedoman skrining saat ini

sebesar 10 μg / dl .

Penting untuk dinyatakan bahwa dampak pada sistem kekebalan, menyebabkan disfungsi dan

peradangan saraf, terkait dengan kualitas udara yang buruk. Namun, peningkatan kadar serum
Universitas Indonesia
31

imunoglobulin (IgA, IgM) dan komponen pelengkap C3 diamati. Masalah lain adalah bahwa

presentasi antigen dipengaruhi oleh polutan udara, karena ada regulasi molekul kostimulatori

seperti CD80 dan CD86 pada makrofa.

Seperti diketahui, kulit merupakan perisai kita terhadap radiasi ultraviolet (UVR) dan polutan

lainnya, karena merupakan lapisan paling luar tubuh kita. Polutan yang terkait dengan lalu

lintas, seperti PAH, VOC, oksida, dan PM, dapat menyebabkan bintik-bintik berpigmen pada

kulit kita . Di satu sisi, seperti yang telah disebutkan, ketika polutan menembus kulit atau

terhirup, kerusakan organ diamati, karena beberapa polutan ini bersifat mutagenik dan

karsinogenik, dan secara khusus, mempengaruhi hati dan paru-paru. Di sisi lain, polutan udara

(dan polutan di troposfer) mengurangi efek buruk radiasi ultraviolet UVR di daerah perkotaan

yang tercemar . Polutan udara yang diserap oleh kulit manusia dapat menyebabkan penuaan

kulit, psoriasis, jerawat, urtikaria, eksim, dan dermatitis atopik , biasanya disebabkan oleh

paparan oksida dan asap fotokimia . Paparan PM dan merokok berperan sebagai agen penuaan

kulit, menyebabkan flek, dischromia, dan kerutan. Terakhir, polutan telah dikaitkan dengan

kanker kulit .

Morbiditas yang lebih tinggi dilaporkan pada janin dan anak-anak jika terpapar bahaya di

atas. Penurunan pertumbuhan janin, berat badan lahir rendah, dan autisme telah dilaporkan.

Organ luar lain yang mungkin terpengaruh adalah mata. Kontaminasi biasanya berasal dari

polutan tersuspensi dan dapat menyebabkan hasil mata asimtomatik, iritasi , retinopati, atau

sindrom mata kering .

Universitas Indonesia
32

2.7 Identifikasi berbagai lembaga/kementrian/institusi yang seharusnya bisa berperan

aktif dalam pengendalian dan pencegahan polusi udara.

1. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)

Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/Men-

LHK-II/2015 tentang Organisasi Tata Kerja Kementrian Lingkungan Hidup dan

Kehutanan maka tugas Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara adalah

melaksanakan perumusan kebijakan, bimbingan teknis, dan evaluasi bimbingan teknis di

bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara.

Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan kebijakan di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara

sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara

sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

3. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang pengelolaan dan pengendalian

pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengelolaan dan

pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien

dan gangguan;

5. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi pelaksanaan bimbingan teknis di bidang

pengelolaan dan pengendalian pencemaran udara sumber bergerak, sumber tidak

bergerak, ambien dan gangguan;

6. Pelaksanaan supervisi atas pelaksanaan pengelolaan dan pengendalian pencemaran

udara sumber bergerak, sumber tidak bergerak, ambien dan gangguan;

7. Pengelolaan administrasi Direktorat.

Universitas Indonesia
33

Gambar 7.1. Struktur organisasi Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara

2. Kementrian Perhubungan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, untuk menjamin kelestarian lingkungan, dalam setiap

kegiatan di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan harus dilakukan pencegahan dan

penanggulangan pencemaran lingkungan hidup untuk memenuhi ketentuan baku mutu

lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Selain itu,

Kementrian Perhubungan juga berperan dalam penerapan strategi Sustainable Transport,

dengan:

1. Peningkatan efisiensi pemanfaatan energi

2. Peningkatan penggunaan tenaga listrik, bahan bakar gas, bahan bakar nabati
Universitas Indonesia
34

3. Penerapan sistem transportasi perkotaan yang efisien dengan menerapkan

pembatasan penggunaan kendaraan pribadi serta penggunaan moda transportasi

hemat energi dan bersih lingkungan

3. Instansi Departemen Perindustrian

Industri wajib melakukan Pengendalian Pencemaran Udara (PPU) sesuai dengan

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun

1999. Sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Indonesia (SKKNI) Kepmenaker No.

187 Tahun 2016 dan yang telah digunakan sebagai dasar pelaksanaan sertifikasi profesi

dan penyusunan okupasi oleh instansi teknis dalam hal ini KLHK melalui Peraturan

Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.6 Tahun 2018, seorang yang dipercayakan oleh

perusahaan memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi Sumber Pencemar Udara Dari Emisi

2. Menentukan Karakteristik Sumber Pencemar Udara Dari Emisi

3. Menilai Tingkat Pencemaran Udara Dari Emisi

4. Melaksanakan PPU Dari Emisi

5. Menentukan Peralatan PPU Dari Emisi

6. Mengoperasikan Alat PPU Dari Emisi

7. Menyusun Rencana Pemantauan Pencemaran Udara Dari Emisi

8. Melaksanakan Pemantauan Pencemaran Udara Dari Emisi

9. Mengidentifikasi Bahaya Dalam PPU Dari Emisi

10. Melakukan Tindakan K3 Terhadap Bahaya Dalam PPU Dari Emisi

Universitas Indonesia
35

4. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)

Dalam kegiatannya, bidang ESDM perlu bekerja sama dengan Kementrian Lingkungan

Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam pengawasan lingkungan berskala nasional dengan

mencegah terjadinya kerusakan lingkungan.

5. Kementrian Keuangan

Melalui kebijakan fiskal, Pemerintah dapat mengenakan mekanisme pajak kendaraan,

pajak bahan bakar serta insentif fiskal untuk kendaraan ramah lingkungan. Sedangkan

strategi non-fiskal dapat ditempuh melalui pengetatan standar emisi gas buang,

pembatasan lalu lintas, pengembangan bahan bakar ramah lingkungan serta peningkatan

kualitas bahan bakar.

6. Kementrian Pertanian

Dalam pertanian, salah satu upaya teknologi mekanisasi adalah dengan dukungan

dekomposer yang mampu bekerja cepat untuk mengurai tanah, namun tanpa harus

melakukan pembakaran hutan. Manfaat dari pengelolaan lahan tanpa bakar dengan

menggunakan mekanisasi dan teknologi dekomposer, yang sangat ramah lingkungan,

mempertahankan bahan organik tanah dan sejumlah hara tanah serta mengurangi emisi

Gas Rumah Kaca.

7. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional

Pada tahun 2006, BAPPENAS melalui Direktorat Pengendalian Sumber Daya Alam dan

Lingkungan Hidup dengan dukungan Asian Development Bank (ADB) dan

Swisscontact, berinisiatif membuat “Strategi dan Rencana Aksi Nasional Perbaikan

Kualitas Udara Perkotaan” (National Strategy & Action Plan on Urban Air Quality

Improvement, NSAP – UAQi). NSAP-UAQi diharapkan dapat menjadi instrumen acuan

Universitas Indonesia
36

dalam penyusunan rencana aksi upaya perbaikan kualitas udara perkotaan di tingkat

pusat dan menjadi “payung” untuk penyusunan strategi dan rencana aksi di daerah.

Upaya tersebut antara lain berupa pembangunan sistem transportasi masal yang ramah

lingkungan, perbaikan kualitas bahan bakar, peraturan daerah yang mendukung

perbaikan kualitas udara, upaya penghijauan, dan kampanye publik, perlu terus

digiatkan.

2.8 Bagaimana kita bisa berkontribusi dalam pencegahan dan pengendalian polusi udara

dan dampaknya?

Cara mengatasi polusi udara dengan mulai dari diri dan lingkungan sendiri dan Peran

Pemerintah

A. Kontribusi dengan mulai dari diri dan lingkungan sendiri

1) Mengurangi Penggunaan Kendaraan Bermotor

Untuk membantu mengurangi polusi dari kendaraan bermotor kita dapat melakukannya

dengan cara seperti tidak berkendara di saat jam macet, membawa bekal agar tidak perlu

keluar berkendara saat jam makan siang, menumpang kendaraan teman kita. Hindari

juga untuk menggunakan mobil dengan bahan bakar diesel, karena mobil ini

mengeluarkan lebih banyak nitrogen oksida.

2) Hemat Energi

langkah mudah yang bisa kita lakukan adalah dengan mengurangi pemakaian listrik di

rumah dan tempat kerja. Seperti menggunakan air conditioner (AC) seperlunya,

mencabut colokan yang tidak digunakan, dan mematikan lampu saat pagi siang hari.

3) Membeli Produk Daur Ulang

Universitas Indonesia
37

Terdapat banyak proses yang dibutuhkan untuk membuat sebuah produk. Mulai dari

bahan baku yang perlu ditambang, di angkut, diolah hingga akhirnya diubah menjadi

produk siap pakai. Setiap tahap pembuatan suatu barang, disertai dengan emisi, bahan

kimia gas rumah kaca, dan polutan lainnya. Dengan menggunakan produk daur ulang,

penggunaan energi dan polusi bisa berkurang. kita harus mengusahakan untuk mencari

produk daur ulang ya sebelum membeli sesuatu.

4) Menggunakan Produk yang Sustainable

Negara yang memproduksi barang murah tidak memiliki batasan emisi lalu udara kotor

yang berasal dari negara mereka juga menjadi udara yang kita gunakan untuk bernapas.

Sehingga, pola konsumsi kita terhadap sesuatu, mempengaruhi tingkat polusi udara

secara global. Jadi, pikir dua kali sebelum membeli barang baru demi kualitas udara

yang lebih baik. Jika kita benar-benar membutuhkan produk baru, kita bisa mencari

perusahaan yang berkomitmen dalam mengurangi polusi udara.

5) Menanam Pohon

Menanam pohon di sekitar rumah merupakan langkah kecil yang dapat mengurangi

polusi udara secara signifikan. Berdasarkan penemuan para peneliti dari University of

Southampton, pohon menyerap 850-2.000 ton partikel berbahaya dari udara perkotaan

setiap tahunnya.

Selain menghilangkan partikel, pohon juga menurunkan kadar nitrogen dioksida, sulfur

dioksida, karbon dioksida dan monoksida, ozon, benzena, dan dioksin.

Pohon yang ditanam di rumah juga mampu memperlambat udara yang tercemar agar

tidak dibawa jauh oleh angin.

6) Berjalan, Bersepeda atau Memanfaatkan Transportasi Umum

Universitas Indonesia
38

Saat ini di Indonesia, terutama kota besar, pemerintah telah banyak memberikan fasilitas

serta kemudahan untuk menggunakan berbagai transportasi umum. Jika kita

menggunakan transportasi umum saat bekerja, ini merupakan langkah yang baik untuk

mengurangi polusi.

Bahkan, hanya satu kali atau dua kali seminggu menggunakan transportasi umum, kita

sudah berkontribusi untuk mengurangi polusi dan kemacetan lho.

Berjalan atau naik sepeda tidak susah malah memberi banyak manfaat untukmu. Kita

bisa mencari jalan pintas yang sempit dan hidup lebih sehat.

7) Makan Produk Lokal dan Organik

Industri Konvensional merupakan penghasil amonia, nitro oksida serta dapat

memancarkan metana konsentrasi tinggi dan gas rumah kaca yang kuat. Sebuah fakta

dari penelitian, menyatakan bahwa jika polutan ini menyatu, maka akan membentuk

partikel halus yang mudah merusak sistem pernapasan kita. Untuk itu, kita harus

mempertimbangkan lagi nih untuk membeli produk organik daripada yang konvensional.

Selain itu, carilah produk lokal karena dengan cara ini kita membantu berkontribusi

untuk mengurangi emisi dari transportasi dan energi yang diperlukan untuk memperoleh

makanan kita.

8) Mengurangi Makan Daging

Langkah lainnya yang bisa kita lakukan adalah dengan mengurangi konsumsi daging.

Ilmuwan mengungkapkan bahwa daging sapi menghasilkan lima kali lebih banyak emisi

gas rumah kaca.

Dengan mengurangi makan daging beberapa hari dalam seminggu atau makan

maksimum 90 gram daging sehari, kita dapat membantu menurunkan polusi udara, dan

bahkan membuat pengeluaran makan berkurang.

Universitas Indonesia
39

9) Berkebun

Saat ini, semua bahan makanan dapat dibeli di supermarket. Mulai dari buah, sayur dan

rempah-rempah tersedia. Namun, apa kita pernah berpikir bahwa bahan makanan ini

harus menempuh jarak yang jauh?

Cara yang paling mudah untuk berkontribusi mengurangi polusi adalah dengan

menanam bahan makanan sendiri. Kita bisa dengan mudah menanam di kebun belakang

rumah, selain lebih hemat, pasti bebas dari bahan kimia.

10) Meningkatkan Kesadaran

Kesadaran yang meningkat terkait masalah polusi dapat menjadi langkah awal untuk

mempengaruhi orang-orang di sekitar kita agar mereka ikut berkontribusi.

Seperti yang sudah dibahas di atas, sebagian besar cara menangani polusi udara ini

berakar dari perilakumu sehari-hari. Kita bisa menjadi contoh yang baik bagi teman,

keluarga, dan lingkungan sekitar untuk melakukan perubahan.

B. Peran pemerintah dalam upaya pencegahan dan penanganan polusi udara:

1) Membuat undang-undang dan peraturan yang baik tentang pengendalian polusi udara

seperti peraturan standar baku mutu udara ambien yang sesuai standar WHO dan

peraturan menyangkut penggunaan bahan bakar kendaraan sesuai standar, peraturan

tentang uji emisi kendaraan bermotor, peraturan untuk mengurangi emisi polusi udara

dari industri, dan lain-lain.

2) Koordinasi lintas sektoral yang lebih baik termasuk dengan akademisi dan organisasi

profesi untuk menangani masalah polusi udara seperti kajian dan penelitian untuk

mengetahui sumber-sumber polusi udara di wilayah perkotaan (emissions inventory),

Universitas Indonesia
40

kajian untuk menilai dampak kesehatan polusi udara pada masyarakat dan upaya-upaya

untuk mengatasi masalah polusi udara secara lintas sektoral.

3) Melakukan upaya-upaya memperbaiki kualitas udara dengan berbagai langkah untuk

mengurangi/menurunkan polusi udara seperti menggaiakkan dan menerapkan uji emisi

kendaraan bermotor yang memasuki wilayah perkotaan terutama untuk kendaraan umum

atau kendaraan angkutan barang dan melaksanakan pemantauan emisi polusi udara dari

industri dan memberikan hukuman tegas bagi industri tidak ramah lingkungan.

4) Mendorong pembukaan pembangkit listrik tenaga alternatif seperti tenaga angin, tenaga

ombak, atau tenaga matahari untuk mengurangi emisi polusi udara dari pembangkit

listrik.

5) Membuat sarana transportasi massal yang aman, nyaman, murah, ramah lingkungan dan

mudah diakses oleh masyarakat.

6) Membuat lapangan parkir yang berdekatan dengan sarana transportasi umum yang

layak, aman dan terjangkau sehingga mampu menampung kendaraan masyarakat yang

akan naik transportasi umum ke tempat kerja.

7) Membuat dan mengkampanyekan penggunaan kendaraan ramah lingkungan seperti

kendaraan listrik (mobil dan motor listrik) termasuk memperbanyak kendaraan umum

dengan tenaga listrik.

8) Meningkatkan penanaman pohon-pohon, dan menambah area hijau di seluruh wilayah

untuk menambah paru-paru kota.

9) Maksimalkan pemantauan polusi udara dan early warning pada masyarakat seperti

maembuat dan memperbanyak titik-titik monitoring/alat ukur kualitas udara serta

memberikan informasinya yang mudah diakses oleh masyarakat.

Universitas Indonesia
41

10) Memberikan informasi secara berkala kepada masyarakat tentang kondisi kualitas udara

yang tidak sehat dan langkah-langkah antisipasi yang dapat dilakukan mayarakat dan

meningkatkan kesadaran masyarakat tentang polusi udara di berbagai media (cetak,

elektronik dan media sosial).

11) Mempersiapkan sistem pelayanan kesehatan dalam melayani masyarakat yang

terdampak akibat polusi udara.

Universitas Indonesia
BAB 3

KESIMPULAN

Saat ini, polusi udara menempati posisi pertama faktor risiko lingkungan terhadap

kesehatan, di mana paparan dalam jangka singkat maupun panjang dapat dikaitkan dengan

dampak kesehatan itu sendiri (WHO, 2016). Berdasarkan WHO (2002) dan WHO (2014) dalam

Haryanto (2018) diestimasikan hampir dua per tiga dari delapan ratus ribu kematian dan 4,6 juta

hilangnya tahun hidup yang sehat secara global dipengaruhi oleh polusi udara, dan kejadian ini

terus berlanjut hingga kini. Selain itu, polusi udara juga terbukti telah menurunkan blood lead

levels (BLLs) pada anak-anak serta meningkatkan risiko kesehatan terkait sistem pernapasan

seperti pneumonia, infeksi saluran pernapasan bawah, dan penyakit paru obstuktif kronis

(Haryanto et al. 2015 dan WHO 2002 dalam Haryanto, 2018).

Di sisi lain, permasalahan polusi udara terus mengalami peningkatan (semakin buruk)

dari tahun ke tahun, dan terjadi secara meluas di dunia, bahkan di Indonesia. Sehingga, perlu

dilakukan tindakan untuk mencegah ataupun menangani permasalahan polusi udara.

Efek polusi udara sendiri sangat berbahaya, terutama bagi kesehatan baik untuk jangka

pendek bahkan jangka panjang. Sehingga penting sekali untuk menghindari papara Dampak

pencemaran udara terhadap kesehatan manusia berkisar dari yang relatif ringan hingga

menyebabkan kematian demikian terangkum dalam catatan Badan Kesehatan Dunia, WHOn

polusi udara yang akan berdampak merugikan terhadap Kesehatan

Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

WHO. 2016. Ambient air pollution: A globa assessment of exposure and burden of disease.
Geneva; WHO Document Production Services
Haryanto, B. 2018. Climate Change and Urban Air Pollution Health Impacts in Indonesia.
Greenstone, M. & Fan, QC. 2019. AIR QUALITY LIFE INDEX: Kualitas Udara Indonesia
yang Memburuk dan Dampaknya terhadap Harapan Hidup. Energy Policy Institute at the
University of Chicago (EPIC).
Jati, hafiizh, Deteksi dan Monitoring Polusi Udara Berbasis Array Sensor Gas. IJEIS, Vol.3,
No.2, October 2013, pp. 147~156.

Kurniawan, agusta, Pengukuran Paramater Kualitas Udara (CO, NO2, SO2, O3 dan PM10) di
Bukit Kototabang Berbasis ISPU, Jurnal Teknosains UGM, Vol. 7 No. 1, 22 Desember 2017

BATAN, Atasi Pencemaran Udara dengan Teknik Analisis Nuklir


http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/pressreleases/2405-atasi-pencemaran-udara-
dengan-teknik-analisis-nuklir
Irmasari H*,Zain MA, Ilham F, Pramitya L A, Dina N, Ratih C, et al. Sistem Interaktif Kualitas
Udara Mengajak Masyarakat dalam Menurunkan Polusi Udara, Jurnal Sisco.
Vol.07No.01(2017)1–14

Bappenas. 2006. Lokakarya, Strategi dan Rencana Aksi Nasional Perbaikan Kualitas Udara
Perkotaan di Indonesia. https://www.bappenas.go.id/ (diakses pada tanggal 15 Oktober 2020).

Peraturan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/Men-LHK-II/2015.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997.

Renstra Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara 2015-2019. Direktorat Jendral


Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Environment Indonesia. 2020. Tugas dan Tanggung Jawab Pengendalian Pencemaran Udara.
https://environment-indonesia.com/ (diakses pada tanggal 15 Oktober 2020) .

Kementrian Keuangan. 2015. https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel-dan-


opini/menggagas-pajak-emisi-gas-buang/ (diakses pada tanggal 15 Oktober 2020).

Departemen Kesehatan. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit ISPA.


Departemen Kesehatan. 2013. Parameter Pencemaran Udara dan Dampaknya Bagi
Kesehatan.
BBTKL dan PPM. 2009. Situasi Kecenderungan Parameter Pencemar
Lingkungan dan Risiko Gangguan K e s e h a t a n

Universitas Indonesia
Colorado Department of Public Health and Environment. A Guide to Environmental
Regulations for: Printing & Imaging Facilities.

Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor


1405/MENKES/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran
dan Industri.
Kementerian Kesehatan RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1407/MENKES/ SK/XI/2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara.
Kementerian Kesehatan RI. 2004. Parameter Udara dan
Dampaknya terhadap Kesehatan.
Mukono, J. 2003. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran
Pernapasan. Cetakan kedua. Surabaya: Airlangga University Press.
Mukono, J. 2008a. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Saluran
Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai