KESEHATAN MASYARAKAT
KELOMPOK 5
Disusun Oleh:
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1. 1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1. 2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1. 3. Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II POKOK BAHASAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1. Definisi dan Sejarah Biostatistik ................................ Error! Bookmark not defined.
2.2. Perundangan, Kebijakan, dan Peraturan serta Perannya Pada Statistik
Kesehatan ................................................................................................................... 5
2.3. Pengantar Biostatistik ............................................................................................... 7
2.4. Peran dan Fungsi Biostatistik dalam Kesmas………………………………...….11
2.5. Program Kesehatan Masyarakat Terkait dengan Penerapan Biostatistik ........ 12
2.6. Tantangan dan Upaya yang Dilakukan Perihal Penerapan Biostatistik ........... 17
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 21
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 21
3.2. Saran ......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22
i
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Didalam kesehatan masyarakat terdapat dua ilmu dasar yang penting yang berguna
dalam pengumpulan dan penginterpretasian suatu informasi kesehatan di masyarakat yang
kemudian menjadi dasar pengambilan keputusan dan pembuatan program kesehatan
masyarakat yaitu Biostatistik dan Epidemiologi, atau dengan kata lain biostatistik merupakan
alat untuk mengolah suatu data kesehatan masyarakat dengan metode statistik dan
epidemiologi bertugas untuk menerjemahkannya ke dalam suatu simpulan permasalahan
kesehatan masyarakat yang kemudian menjadi dasar penentuan kebijakan dan program
kesehatan masyarakat.
Biostatistik dalam kesehatan masyarakat merupakan aplikasi metode dan prosedur
statistik terhadap masalah – masalah di bidang kesehatan masyarakat. Adapun ruang lingkup
aplikasi biostatistik mencakup antara lain masalah – masalah medis, keluarga berencana,
demografi, kesehatan lingkungan, gizi, kesehatan kerja, peristiwa penting dalam kehidupan
masyarakat seperti angka kelahiran, kematian, kesakitan, umur harapan hidup, serta
perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan lainnya.
1. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sesuai dengan latar belakang di atas, yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara pendekatan kesehatan masyarakat berbasis bukti
(evidence-based public health approach) dengan biostatistik?
2. Pemahaman tentang isu terkait biostatistik dan apa saja yang diperlukan dalam
pengenalan masalah kesehatan masyarakat maupun dalam menilai keberhasilan
suatu intervensi?
3. Bagaimana konsekuensi pengabaian isu populasi, sampel dan sampling?
4. Apa jenis kekeliruan yang sering terjadi dalam interpretasi hasil analisis
biostatistik?
1
1. 3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Memahami hubungan antara pendekatan kesehatan masyarakat berbasis bukti
(Evidence-Based Public Health Approach) dengan biostatistik.
2. Memahami isu terkait biostatistik yang diperlukan dalam pengenalan masalah
kesehatan masyarakat.
3. Memahami konsekuensi pengabaian isu populasi, sampel dan sampling.
4. Memahami jenis kekeliruan yang sering terjadi dalam interpretasi hasil analisis
biostatistik.
2
Bab II
POKOK BAHASAN
3
Tahun 1813-1858 John Snow mencari penyebab wabah Kolera di London pada
tahun 1854 dan mencurigai wabah penyakit ini diakibatkan karena saluran
pembuangan kotoran dan sistem pengairan yang buruk dengan pembuktian secara
statistik.
Tahun 1880 William Farr seorang ahli statistik yang juga di anggap sebagai
bapak biostatistik dan surveilans modern berhasil mengembangkan analisis dari
statistik kematian yang digunakan untuk mengevaluasi masalah kesehatan
penduduk. Ia juga mengembangkan konsep populasi berisiko yang hasilnya
terkenal dengan metode pemilihan kasus dan kontrol.
2.1.2 Sejarah Statistik di Indonesia
Dalam Syahfitri, 2011, dapat di jelaskan sejarah statistik di Indonesia pada tahun:
Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1920 didirikan Kantor Statistik
oleh Direktur Pertanian dan Perdagangan di Bogor. Lalu pada 1923 Dibentuk
Komisi untuk Statistik yang bertugas untuk merencanakan tindakan yang mengarah
sejauh mungkin kepada pencapaian kesatuan dalam kegiatan bidang statistik di
Indonesia. Pada 24 September 1924 komisi tersebut berganti nama menjadi
Centraal Kantoor voor de Statistick (CKS) atau Kantor Pusat Statistik dan
dipindahkan ke Jakarta. Bersamaan dengan itu diserahkannya kepada CKS
pekerjaan mekanisasi Statistik Perdagangan yang semula dilakukan oleh Kantor
Invoer-Uitvoer en Accijsen (IUA) yang sekarang disebut Kantor Bea dan Cukai. Di
tahun 1942 Pemerintah Jepang mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang
difokuskan untuk memenuhi kebutuhan perang/militer. CKS lalu berganti nama
menjadi Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu.
Setelah Kemerdekaan Indonesia
Kegiatan statistik tidak lagi ditangani oleh Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu tetapi
oleh Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia (KAPPURI).
Tahun 1946 kantor KAPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai konsekuensi
Perjanjian Linggarjati. Pemerintahan Belanda (NICA) di Jakarta mengaktifkan
kembali CKS.
Berdasarkan surat Edaran Kementerian Kemakmuran tanggal 12 Juni 1950 Nomor
219/S.C, KAPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS)
bertanggung jawab kepada Menteri Kemakmuran.
4
Surat Menteri Perekonomian tanggal 1 Mei 1952 Nomor P/44, menyatakan
Lembaga KPS kini berada dibawah naungan dan bertanggung jawab kepada
Menteri Perekonomian.
Keputusan Menteri Perekonomoan tanggal 24 Desember 1953 Nomor
18.099/M, KPS dibagi menjadi dua bagian, yaitu Bagian Riset (Afdeling A) dan
Bagian Penyelenggaraan dan Tata Usaha (Afdeling B).
Keputusan Presiden RI Nomor 131 Tahun 1957, Kementerian Perekonomian
dipecah menjadi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
01 Juni 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik (BPS) dan urusan statistik
yang semula menjadi tanggung jawab dan wewenang Menteri Perekonomian
dialihkan menjadi wewenang BPS. Dan untuk memenuhi anjuran PBB agar setiap
negara anggota menyelanggarakan Sensus Penduduk secara serentak, maka tanggal
24 September 1960 dikeluarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang
Sensus, sebagai pengganti Volksterlling Ordonantie. Pada tanggal 26 September
1960 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1960 tetang Statistik (Syahfitri, 2011)
5
Secara Umum, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, telah memuat regulasi terkait berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Salah
satunya dalah di pasal 43 dan 44 yang berisi penelitian dan pengenbangan teknologi
kesehatan. Dalam pengembangannya, dibutuhkan ilmu statistic untuk memperkuat dan
memudahkan data penelitian sehingga penelitian yang dilakukan menjadi Ilmiah
2.2.3 Keputusan Menteri Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SK/VII/1999 tentang Koordinasi
Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pada peraturan ini, dibahas
lebih jelas terkait penelitian yang ilmiah. Penelitian dibidang kesehatan harus sesuai
dengan metodologi agar menghasilkan data yang akurat. Pengelolaan data juga harus
menggunakan ilmu biostatistika. Pada ketentuan kedua Kepmenkes 791 tahun 1999,
dituliskan bahwa penelitian yang dilaksanakan dibidang kesehatan harus menunjang
kesehatan masyarakat termasuk menunjang pembuatan kebijakan kesehatan
masyarakat
2.2.4 Peraturan Menteri Kesehatan
Selain dalam Kepmenkes, penelitian kesehatan di Indonesia juga dibahas dalam
Permenkes. Salah satu permenkes yang membahas terkait penelitian adalah Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 681/Menkes/Per/VI/2010 tentang Riset Kesehatan Nasional.
Pada peraturan ini, riset yang dimaksud bukan hanya riset ilmiah terkait pengembangan
ilmu kesehatan. Tapi riset kesehatan juga dapat berupa survei kesehatan. Survei kesehtan
ini dapat berupa RISKESDAS (Riset Kesehatan dasar), RISKESNAS (Riset Kesehatan
Nasional), SURKESNAS (Survei kesehatan Nasional) , dan survei lainnya.
Berbagai survei ini harus dilaksanakan dengan metode pengolahan data yang benar ,
berdasarkan ilmu statistika. Dengan adanya survei ini, maka dapan melihat status
kesehatan masyarakat secara rutin. Data kesehatan ini kemudia dapat digunakan sebagai
dasar pembuatan kebijakan yang saying berhguna untuk pengembangan kesehatan
masyarakat
Selain terkait survei, statistic kesehatan juga dapat dikembangkan sebagai dasar dari E-
Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2017
Tentang Strategi E-Kesehatan Nasional. Pada Peraturan Ini, Disebutkan Bahwa Statistik
Ikut Berperan Dalam Pengelolaan Data E- Kesehatan Demi Meningkatkan Pelayanan
Kesehatan
Peran lainnya dari statistic kessehatan yaitu diterapkan pada pengelolaan data medis yang
biasa disebut Rekam Medis. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55
6
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis. Pada Pasal 13
Peraturan Ini, Dijelaskan Bahwa Perekam Medis Mempunyai Kewenangan Sesuai
Dengan Kualifikasi Pendidikan.
Perekam Medis Harus Melaksanakan Pengumpulan, Validasi Dan Verifikasi Data
Sesuai Ilmu Statistik Rumah Sakit. Selain Itu Mengembangkan Desain Rekam Medis
Elektronik Sesuai Kebutuhan Sistem Pelayanan Dan Pelaporan Dengan Menggunakan
Biostatistik. P{P{enerapan Rekam medis tidak hanya di rumah sakit , tapi juga di
puskesmas. Data – data ini kemudia akan diolah dan secara umum dilaporkan kepada
kementrian kesehatan. Untuk memudahkan pengumpulan dan mengelolaan data, ilmu
statistic sangatlah berperan dalam hal ini.
Adapun peran dan fungsi biostatistik dalam kesehatan (Chandra, 2010) antara lain :
11
2.5.Program Kesehatan Masyarakat terkait dengan Penerapan Biostatistik di Indonesia
2.5.1.Survei Demografi Kesehatan Indonesia
Salah satu penerapan biostatistik dalam kesehatan masyarakat adalah melalui Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Survei pertama adalah Survei Prevalensi
Kontrasepsi Indonesia di tahun 1987. Selanjutnya barulah menjadi SDKI yang dilakukan
di tahun 1991, 1997, 2002-2003, 2007, 2012 dan 2017.
Adapaun tujuan SDKI adalah untuk mengumpulkan data mengenai perilaku fertilitas
, keluarga berencana, serta kesehatan ibu dan anak, kematian ibu dan anak, serta
pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular seksual.
SDKI merupakan bagian dari program internasional Demographic and Health Survey
(DHS). SDKI tahun 2017 merupakan SDKI terbaru yang dilakukan bersama Badan Pusat
Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta
Kementrian Kesehatan. Adapun peran biostatistik dalam SDKI 2017 diantaranya:
a. Rancangan Sampel
Desain sampling SDKI 2017 mencakup 1.970 blok sensus yang terdiri dari daerah
perkotaan dan perdesaan. Dari jumlah blok sensus tersebut, perkiraan jumlah sampel
rumah tangga yang akan didata adalah sebanyak 49.250 rumah tangga. Dari seluruh
rumah tangga, diharapkan diperoleh sekitar 59.100 responden wanita usia subur umur
15-49 tahun, 24.625 responden pria belum kawin umur 15-24 tahun dan 14. 193
responden pria kawin umur 15-24 tahun. Kerangka sampel SDKI 2017 menggunakan
Master Sampel Blok Sensus dari hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010). Kerangka
sampel pemilihan rumah tangga menggunakan daftar rumah tangga biasa, tidak
termasuk rumah tangga khusus seperti panti asuhan, barak polisi/ militer, penjara, dan
indekos.
Desain sampling yang digunakan dalam SDKI 2017 adalah sampling dua tahap
berstrata, yaitu:
Tahap 1: memilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size (PPS)
sistematik dengan size jumlah rumah tangga SP 2010. Dalam hal ini, sistematik
dilakukan dengan proses implisit stratifikasi menurut perkotaan dan pedesaan serta
mengurutkan blok sensus berdasarkan kategori Wealth Index dari hasil SP2010.
Tahap 2: memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematis
dari hasil pemutakhiran rumah tangga di setiap blok sensus tersebut. Sampel pria kawin
akan dipilih dari 8 rumah tangga secara sistematis dari 25 rumah tangga tersebut.
b. Kuisioner
12
SDKI 2017 menggunakan 4 jenis kuisioner yaitu kuisioner rumah tangga (RT), wanita
usia subur (WUS), pria kawin (PK) dan pria remaja (PR). Kuisioner RT dan WUS
mengacu pada kuisioner Demographic and Health Survey (DHS) tahun 2015 sedangkan
kuisioner RP mengacu pada SDKI sebelumnya. Kuisioner RT ini nantinya akan
menentukan responden wanita dan pria yang memenuhi syarat untuk diwawancara
secara perseorangan (eligible respondent).
c. Uji Coba
Sebelum dimulai survei, kuisioner terlebih dahulu diuji coba pada Juli-Agustus 2016 di
Kabupaten Pidie dan Kota Banda Aceh di Provinsi Aceh, Kabupaten Gunung Kidul dan
Sleman di Provinsi DI Yogyakarta dan di Kabupaten Maluku Tengah dan Ambon di
Provinsi Maluku. Di setiap kabupaten dipilih satu blok sensus perkotaan atau pedesaan.
d. Pelatihan Petugas
Para petugas yang telibat dalam SDKI 2017 diberikan pelatihan dengan tujuan
menyamakan persepsi petugas terhadap konsep dan definisi operasional dari variabel-
variabel yang ditanyakan dalam SDKI 2017. Selain itu juga dilakukan latihan
wawancara dengan mendatangkan responden (role-playing) dan uji coba di lapangan.
e. Pelaksanaan Lapangan
Dalam pelaksanaannya SDKI 2017 melibatkan 145 tim yang turun ke lapangan. Secara
umum, satu tim terdiri dari 1 orang pengawas, 1 orang editor untuk WUS dan PK, 4
orang wanita pewawancara WUS, 1 orang pria pewawancara PK dan 1 orang pria
pewawancara PR.
f. Pengolahan Data
Kuisioner SDKI 2017 yang sudah diisi termasuk lembar pengawasan dikirim ke BPS
pusat di Jakarta untuk diolah. Pengolahan terdiri dari pemeriksaan isian, pemberian
kode pada jawaban pertanyaan terbuka, perekaman data, verifikasi dan pengecekan
kesalahan di computer. Tim pengolahan terdiri dari 34 orang editor, 112 orang perekam
data dan 33 orang petugas compare, 19 orang secondary editor, dan 6 orang pengawas
perekaman data. Perekaman data dilakukan sebanyak 2 kali oleh 2 orang perekam data
yang berbeda untuk menjaga kualitas data. Selanjutkan kedua hasil perekaman data
dibandingkan oleh petugas compare, untuk kemudian dilakukan perbaikan pada data
yang tidak konsisten. Perekaman dan pemeriksaan data dilakukan dengan program
computer Census and Survey Processing System (CSPro) yang khusus dirancang untuk
mengolah data semacam SDKI.
13
Menurut BKKBN, hasil SDKI 2017 ini dapat menjadi pemacu pelaksanaan program
dan rujukan dalam pencapaian program kependudukan, keluarga berencana dan kesehatan
serta sebagai dasar dalam penyusunan RPJMN periode 2020-2024.
14
Gambar 1. Kerangka Konsep Riskesdas 2018 (Sumber: Hasil Riskesdas 2018)
Melalui Riskesdas 2018 ini, pemerintah dapat melihat dan menilai bagaimana
perubahan indikator terkait dengan derajat kesehatan serta determinannya di tingkat
nasional dan daerah, menilai perubahan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM).
2.5.3. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Survei sosial ekonomi nasional (Susenas) adalah survei rumah tangga mengenai
berbagai karakteristik sosial-ekonomi penduduk terutama yang erat kaitannya dengan
pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat.
Susenas pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Dalam dua dekade terakhir,
sampai dengan tahun 2010, Susenas dilaksanakan setiap tahun. Pengumpulan data Susenas
dibagi menjadi Kor (dilaksanakan tiap tahun) dan Modul (3 tahun sekali). Susenas Modul
terdiri dari tiga jenis modul, yaitu (Modul Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga; Modul
Sosial, Budaya dan Pendidikan; serta Modul Perumahan dan Kesehatan) yang
pelaksanaannya dilakukan secara bergantian. Mulai tahun 2011 pengumpulan data Susenas
Kor dan Modul Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga dilakukan secara triwulanan, pada
bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Oleh karena itu, Susenas Modul terdiri dari Modul Pendidikan dan Sosial Budaya,
Modul Kesehatan dan Perumahan, dan Modul Ketahanan Sosial yang pelaksanaannya
dilakukan secera bergantian. Mulai tahun 2015, Susenas dilaksanakan 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu pada bulan Maret dan September.
15
Susenas menggunakan metode potong lintang (cross-sectional) dengan
pengumpulan data melalui survei. Sampel dipilah dengan metode pemilihan sampel
probabilitas dalan beberapa tahap, diantaranya:
a. Estimasi Kabupaten/ Kota
Tahap 1:
Memilih 25% blok sensus populasi secara Probability Propotional to Size (PPS),
dengan size jumlah rumah tangga hasil SP2010 di setiap strata.
Memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi systematic di setiap strata
urban/rural per kabupaten/kota.
Sebelum dilakukan penarikan sampel, terlebih dahulu dilakukan implicit
stratification blok sensus berdasarkan strata kesejahteraan.
Tahap 2:
Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic sampling dengan
implicit stratification menurut pendidikan kepala rumah tangga (KRT).
b. Estimasi Provinsi
Tahap 1:
Memilih 7.500 blok sensus secara systematic sampling dari 300.000 blok sensus
estimasi kabupaten/kota sesuai alokasi dan mempertimbangkan distribusi sampel per
strata di tingkat kabupaten/kota.
Tahap 2:
Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic sampling dengan
implicit stratification menurut pendidikan KRT.
Seperti halnya Riskesdas, populasi riset adalah rumah tangga mencakup seluruh
provinsi dan kabupaten/ kota (34 provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota di Indonesia). Data
yang diperoleh kemudian melalui beberapa tahap metode pengolahan diantaranya batching,
editing, coding, data entri/ scan, verifikasi, validasi dan tabulasi menggunakan aplikaso
Open Data Kita (ODK) untuk koordinat lokasi rumah tangga sedangkan untuk entri dan
validasi digunakan software Microsoft Visual Studio dengan bahasa pemrograman C# dan
database Microsoft SQL Server 2008 R2. Data tersebut kemudian di analisis dan disajikan
dalam tabel ulasan dan gambar/ grafik.
16
2.6. Tantangan dan Upaya yang Dilakukan Perihal Penerapan Biostatistik
1. Letak Geografi
Biaya yang tinggi dan Hambatan akses terutama di daerah terpencil atau perbatasan
Pemilihan suatu sampel acak bisa menimbulkan kesalahan pendugaan yang pada akhirnya
informasi yang diperoleh akan mengarah pada pengambilan kesimpulan yang keliru. Untuk
meminimumkan kesalahan tersebut, Peneliti hanya dapat meminimumkan munculnya
kesalahan yang disebabkan oleh varisi acak dengan memilih rancangan penarikan sampel yang
tepat.
Kesalahan karena daftar unsur populasi yang tidak benar, informasi yang tidak benar pada buku
catatan inventori, pemilihan anggota sampel yang keliru (seperti penggantian responden yang
dituju yang seharusnya ditemui tidak berada di tempat), sensivitas pertanyaan, kesalahan dalam
pengumpulan informasi tentang sampel yang disebabkan oleh bias pewancara yang disengaja
atau tidak disengaja, atau kesalahan dalam memproses informasi sample. Untuk
meminimumkan kesalahan tersebut, Peneliti dapat membuat peryataan yang sangat hati-hati
tentang tujuan survei pada permulaan studi, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang unsur-unsur yang membentuk studi dan yang membentuk populasi. Selain itu, Peneliti
juga harus mengungkapkan kesimpulan tentang populasi aktual darimana informasi sampel
ditarik dan bukan menurut kondisi populasi lainnya yang jauh lebih menarik, yang barangkali
hanya dalam bentuk konseptual.
Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage error) atau
ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur populasi yang tidak berpeluang
untuk terpilih sebagai sampel. Hal ini menghasilkan dugaan karakteristik dari populasi sasaran
(target population), bukannya karakteristik dari populasi yang sebenarnya.
Kesalahan karena ketidaklengkapan respons muncul dari kegagalan untuk mengumpulkan data
dari semua individu dalam sampel. Individu yang tidak merespons belum tentu sama dengan
jawaban individu sampel yang merespons. Beberapa upaya dapat dicoba misalnya melalui surat
atau telepon untuk menyakinkan responden yang demikian agar mereka berkenan mengubah
pendiriannya untuk memberikan informasi guna validitas hasil survei.
17
e. Kesalahan Penarikan Sampel (Sampling Error)
Kesalahan pengukuran merujuk pada ketidakakuratan dalam mencatat respons yang diberikan
responden karena kelemahan instrumen dalam meiliki pokok pertanyaan, ketidakmampuan si
penanya ataupun karena pernyataan yang dibuat cenderung mengarahkan jawaban responden.
Responden mengganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan dianggap untuk tujuan
tertentu atau komersil.
Responden merasa terganggu dengan informasi yang dirasa menyerang dirinya atau
kepentingannya.
Reponden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu.
Responden merasa menjadi kolompok minoritas karena sering dijadikan kelinci percobaan.
Responden orang penting dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya.
Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek.
Responden merasa takut akan kebodohannya dalam menjawab pertanyaan ini.
Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawab, atau merasa ini bukan bidang
minatnya.
4. Kualitas Surveyor
Kesalahan dalam penggunaan metode statistik dapat mengakibatkan bias (penyimpangan) yang
mungkin akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan serta kesalahan dalam
memberikan informasi-informasi penting sebagai hasil dari sebuah penelitian yang akan
membuat penelitian menjadi tidak mempunyai manfaat dan mengurangi aspek ilmiah dari
penelitian tersebut.
Kajian kritis yang dilakukan Ross (1951), Badgley (1961), Schor dan Karten (1966), Gore,
Jones dan Rytter (1977) terhadap ratusan laporan penelitian yang dimuat dalam literatur medik
antara 1950-1976 mengungkapkan bahwa 30-50% memuat kesalahan-kesalahan pemakaian
metode statistik (Murti, 1996)
18
6. Kualitas Hasil Survei atau Sensus
Publik yang tak lagi percaya pada statistik resmi acapkali terjebak pada ungkapan verbal dan
opini yang menyesatkan atau lebih memilih menggunakan data statistik lain meski
metodologinya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam persoalan ini, upaya untuk
meningkatkan kualitas statistik resmi harus terus dilakukan. Pembenahan dalam rangkaian
kegiatan statistik baik survei atau sensus mulai dari perencanaan, pengumpulan, dan
pengolahan data, hingga diseminasi juga harus terus dilakukan. Karena, Interpretasi data yang
keliru sama bahayanya dengan data yang tak akurat (Ruslan, 2013).
Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point estimate) akan
mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibanding dengan yang menggunakan interval
estimate.
Sugiyono (2001) menyatakan bahwa dapat menaksir populasi berdasarkan data sampel
kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu:
• Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar
(seharusnya diterima). Di dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan alfa.
• Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak).
Tingkat kesalahan ini dinyatakan dengan betha.
Berdasar hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau menerima hipotesis
dapat digambarkan pada tabel berikut:
Statistik yang berkualitas dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas data dan informasi
statistik kesejahteraan rakyat, manajemen survei, metodologi survei, efektivitas dan efisiensi
disemminasi dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.
19
3. Peningkatan Enumerator / Surveyor
Sebelum survei atau riset dilakukan perlu diadakan pelatihan buat para enumerator yang tidak
hanya dibekali kemampuan secara teknis tapi juga kemampuan dalam hal komunikasi dengan
masyarakat. Selain itu yang menjadi enumerator terdiri dari berbagai profesi kesehatan seperti
bidan, perawat, ahli gizi, tenaga kesehatan lingkungan dan para sarjana kesehatan masyarakat
di bidangnya masing-masing.
Kemajuan Teknologi Informasi Komputer (TIK) yang sangat pesat dapat membantu dalam
mempercepat pengumpulan data, pengolahan data maupun diseminasi data berbasis TIK
mutakhir.
20
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Hubungan antara statistic dan kesehatan masyarakat dimulai pada tahun 1500 ketika
pencatatan kematian dilakukan oleh Raja Henry.
2. Indonesia mulai menggunakan statistic pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1920.
3. Biostatistik merupakan salah satu dasar dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dalam
ilmu kesehatan masyarakat seperti dengan membantu memberi bobot, ukuran atau patokan data
dalam mengambil suatu ukuran kesehatan
3.2 Saran
1. Bias dalam pengambilan data harus menjadi hal yang harus diperhatikan
3. Pengambilan data harus dihubungkan dengan teknologi agar lebih efisien dan efektif
21
Daftar Pustaka
Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan masyarakat di Indonesia: Konsep, Aplikasi dan Tantangan,
Penerbit: Rajawali Pers.
Hastono, S., & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Kementrian Kesehatan dan Badan Litbangkes. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses
melalui: http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf (14 Oktober 2019)
Kementrian Kesehatan. 2018. Menkes Persiapkan Riskesdas 2018 secara Matang. Diakses
melalui: http://www.depkes.go.id/article/print/18013000002/menkes-persiapkan-
riskesdas-2018-secara-matang.html (14 Oktober 2019)
BKKBN. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Diakses melalui: https://e-
koren.bkkbn.go.id/wp-content/uploads/2018/10/Paparan-SDKI-2017-WUS.pdf (14
Oktober 2019)
Badan Pusat Statistik. 2017. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2017 – Maret (KOR).
Diakses melalui: https://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/814 (14
Oktober 2019)
Badan Pusat Statistik. 2018. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2018.
Diakses melalui:
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=1558&th=2018 (14 Oktober
2019)
Chandra, B. 2010. Biostatistik untuk Kedokteran & Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.hlm.4.
Hastono, Sutanto Priyo. 2018. Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Edisi 1. Cetakan 3.
Depok. Penerbit: Rajawali Pers, 2018.
Sabri, Luknis dan Hastono, Sutanto Priyo. 2014. Statistik Kesehatan. Edisi 1. Cetakan 7.
Jakarta. Penerbit: Rajawali Pers, 2014.
Sunaryo, Sonny; Setiawan; Djuraidah, Anik; dan Saefuddin, Asep. 2012. Diakses melalui:
https://www.researchgate.net/publication/277208432_SEJARAH_PERKEMBANG
AN_STATISTIKA_DAN_APLIKASINYA. (15 Okober 2012, pukul 22.38)
22