Anda di halaman 1dari 24

PENDEKATAN BIOSTATISTIK DALAM

KESEHATAN MASYARAKAT

KELOMPOK 5

Disusun Oleh:

1. Christian Indra W (1906335155)


2. Atta Rizky Suharto (1906429855)
3. Magfira Adha hernayanti (1906430005)
4. Citra Amaliyah (1906429874)
5. Jhon Martua Malau (1906335306)
6. Martina Caisar Ferananda (1906430011)
7. Desti Ariani (1906335174)
8. Harsanji Pratomo Martono (1906429943)
9. Valyaty Frisa Aryadi (1906335496)

MAGISTER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1. 1. Latar Belakang........................................................................................................... 1
1. 2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1. 3. Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II POKOK BAHASAN ..................................................... Error! Bookmark not defined.
2.1. Definisi dan Sejarah Biostatistik ................................ Error! Bookmark not defined.
2.2. Perundangan, Kebijakan, dan Peraturan serta Perannya Pada Statistik
Kesehatan ................................................................................................................... 5
2.3. Pengantar Biostatistik ............................................................................................... 7
2.4. Peran dan Fungsi Biostatistik dalam Kesmas………………………………...….11
2.5. Program Kesehatan Masyarakat Terkait dengan Penerapan Biostatistik ........ 12
2.6. Tantangan dan Upaya yang Dilakukan Perihal Penerapan Biostatistik ........... 17
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 21
3.1. Kesimpulan ............................................................................................................... 21
3.2. Saran ......................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

i
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Didalam kesehatan masyarakat terdapat dua ilmu dasar yang penting yang berguna
dalam pengumpulan dan penginterpretasian suatu informasi kesehatan di masyarakat yang
kemudian menjadi dasar pengambilan keputusan dan pembuatan program kesehatan
masyarakat yaitu Biostatistik dan Epidemiologi, atau dengan kata lain biostatistik merupakan
alat untuk mengolah suatu data kesehatan masyarakat dengan metode statistik dan
epidemiologi bertugas untuk menerjemahkannya ke dalam suatu simpulan permasalahan
kesehatan masyarakat yang kemudian menjadi dasar penentuan kebijakan dan program
kesehatan masyarakat.
Biostatistik dalam kesehatan masyarakat merupakan aplikasi metode dan prosedur
statistik terhadap masalah – masalah di bidang kesehatan masyarakat. Adapun ruang lingkup
aplikasi biostatistik mencakup antara lain masalah – masalah medis, keluarga berencana,
demografi, kesehatan lingkungan, gizi, kesehatan kerja, peristiwa penting dalam kehidupan
masyarakat seperti angka kelahiran, kematian, kesakitan, umur harapan hidup, serta
perencanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan lainnya.

1. 2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sesuai dengan latar belakang di atas, yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana hubungan antara pendekatan kesehatan masyarakat berbasis bukti
(evidence-based public health approach) dengan biostatistik?
2. Pemahaman tentang isu terkait biostatistik dan apa saja yang diperlukan dalam
pengenalan masalah kesehatan masyarakat maupun dalam menilai keberhasilan
suatu intervensi?
3. Bagaimana konsekuensi pengabaian isu populasi, sampel dan sampling?
4. Apa jenis kekeliruan yang sering terjadi dalam interpretasi hasil analisis
biostatistik?

1
1. 3. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan makalah ini adalah :
1. Memahami hubungan antara pendekatan kesehatan masyarakat berbasis bukti
(Evidence-Based Public Health Approach) dengan biostatistik.
2. Memahami isu terkait biostatistik yang diperlukan dalam pengenalan masalah
kesehatan masyarakat.
3. Memahami konsekuensi pengabaian isu populasi, sampel dan sampling.
4. Memahami jenis kekeliruan yang sering terjadi dalam interpretasi hasil analisis
biostatistik.

2
Bab II
POKOK BAHASAN

2.1 Definisi dan Sejarah Biostatistik


Menurut Spiegel (1961), kata statistik diambil dari bahasa Latin status yang
berarti negara. Sehingga pada awalnya statistika berkaitan dengan ilmu untuk angka-
angka (keterangan) atas perintah raja suatu negara, yang ingin mengetahui kekayaan
negaranya, jumlah penduduk, hewan piaraan, hasil pertanian, dan modal. Dari
keperluan semacam ini timbullah teknik pencatatan angka-angka pengamatan dalam
bentuk daftar dan grafik.
Dewasa ini, definisi statistik adalah sekumpulan konsep dan metode yang
digunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang kegiatan
tertentu dan mengambil kesimpulan dalam situasi dimana ada ketidakpastian dan
variasi. (Luknis dan Sutanto, 2014). Statistik sendiri dalam arti sempit berarti
angka/data. Sedangkan dalam arti luas statistik sebagai suatu prosedur atau metode
pengumpulan, pengelolaan, analisis dan penyajian data (Sutanto, 2018).
Pada abad ke-15 sampai sekarang, ahli-ahli statistik mulai menyadari bahwa
statistik dapat digunakan juga dalam bidang-bidang lainnya, salah satunya dalam
bidang kesehatan yang lebih dikenal dengan Biostatistik. Biostatistik terdiri dari dua
kata dasar yaitu bio yang berarti hidup dan statistik yaitu kumpulan angka-angka.
Sehingga secara harfiah biostatistik adalah kumpulan angka-angka tentang kehidupan.
2.1.1 Sejarah Statistik Kesehatan Dunia
Dalam Budiharto, 2002, dapat di jelaskan sejarah statistik kesehatan dunia pada tahun:
 Tahun 1532  Raja Henry VII di Inggris yang memerintahkan untuk dilakukannya
pencatatan kematian
 Tahun 1632  Inggris secara resmi membuat undang-undang kematian yang
mencatat kelahiran dan kematian menurut jenis kelamin
 Tahun 1620-1674  John Graunt menggunakan statistika untuk mempelajari
masalah-masalah sosial melalui pengumpulan data mengenai kematian dan
kelahiran untuk memperkirakan jumlah orang yang akan meninggal karena
berbagai penyakit, proporsi kelahiran laki-laki dan perempuan serta membuat tabel
perjalanan hidup.

3
 Tahun 1813-1858  John Snow mencari penyebab wabah Kolera di London pada
tahun 1854 dan mencurigai wabah penyakit ini diakibatkan karena saluran
pembuangan kotoran dan sistem pengairan yang buruk dengan pembuktian secara
statistik.
 Tahun 1880  William Farr seorang ahli statistik yang juga di anggap sebagai
bapak biostatistik dan surveilans modern berhasil mengembangkan analisis dari
statistik kematian yang digunakan untuk mengevaluasi masalah kesehatan
penduduk. Ia juga mengembangkan konsep populasi berisiko yang hasilnya
terkenal dengan metode pemilihan kasus dan kontrol.
2.1.2 Sejarah Statistik di Indonesia
Dalam Syahfitri, 2011, dapat di jelaskan sejarah statistik di Indonesia pada tahun:
 Sebelum Kemerdekaan Indonesia
Pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1920 didirikan Kantor Statistik
oleh Direktur Pertanian dan Perdagangan di Bogor. Lalu pada 1923 Dibentuk
Komisi untuk Statistik yang bertugas untuk merencanakan tindakan yang mengarah
sejauh mungkin kepada pencapaian kesatuan dalam kegiatan bidang statistik di
Indonesia. Pada 24 September 1924 komisi tersebut berganti nama menjadi
Centraal Kantoor voor de Statistick (CKS) atau Kantor Pusat Statistik dan
dipindahkan ke Jakarta. Bersamaan dengan itu diserahkannya kepada CKS
pekerjaan mekanisasi Statistik Perdagangan yang semula dilakukan oleh Kantor
Invoer-Uitvoer en Accijsen (IUA) yang sekarang disebut Kantor Bea dan Cukai. Di
tahun 1942 Pemerintah Jepang mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang
difokuskan untuk memenuhi kebutuhan perang/militer. CKS lalu berganti nama
menjadi Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu.
 Setelah Kemerdekaan Indonesia
Kegiatan statistik tidak lagi ditangani oleh Shomubu Chosasitsu Gunseikanbu tetapi
oleh Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia (KAPPURI).
Tahun 1946 kantor KAPPURI dipindahkan ke Yogyakarta sebagai konsekuensi
Perjanjian Linggarjati. Pemerintahan Belanda (NICA) di Jakarta mengaktifkan
kembali CKS.
Berdasarkan surat Edaran Kementerian Kemakmuran tanggal 12 Juni 1950 Nomor
219/S.C, KAPPURI dan CKS dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS)
bertanggung jawab kepada Menteri Kemakmuran.

4
Surat Menteri Perekonomian tanggal 1 Mei 1952 Nomor P/44, menyatakan
Lembaga KPS kini berada dibawah naungan dan bertanggung jawab kepada
Menteri Perekonomian.
Keputusan Menteri Perekonomoan tanggal 24 Desember 1953 Nomor
18.099/M, KPS dibagi menjadi dua bagian, yaitu Bagian Riset (Afdeling A) dan
Bagian Penyelenggaraan dan Tata Usaha (Afdeling B).
Keputusan Presiden RI Nomor 131 Tahun 1957, Kementerian Perekonomian
dipecah menjadi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian.
01 Juni 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik (BPS) dan urusan statistik
yang semula menjadi tanggung jawab dan wewenang Menteri Perekonomian
dialihkan menjadi wewenang BPS. Dan untuk memenuhi anjuran PBB agar setiap
negara anggota menyelanggarakan Sensus Penduduk secara serentak, maka tanggal
24 September 1960 dikeluarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang
Sensus, sebagai pengganti Volksterlling Ordonantie. Pada tanggal 26 September
1960 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1960 tetang Statistik (Syahfitri, 2011)

2.2 Peraturan Terkait Statistik kesehatan


2.2.1 Undang- Undang Terkait Statistik
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 Tentang
Statistik statistik penting artinya bagi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan
evaluasi penyelenggaraan berbagai kegiatan di segenap aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam pembangunan nasional. Pada Pasa l, disebutkan bahwa
Statistik sektoral merupakan statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan dan
pembangunan yang merupakan tugas pokok instansi yang bersangkutan. Hal ini
menunjukan bahwa statistic memiliki peran halam berbagai aspek, termasuk aspek
kesehatan.
2.2.2 Undang – Undang Terkait Statistik Kesehatan
Pengaplikasian statistic dalam bidang kesehatan ini sangan banyak. Beberapa contohnya
yaitu : penelitian bidang kesehatan, pengembangan teknologi kesehatan, pelaksanaan
survei rutin nasional dibidang kesehatan, pengelolaan data kesehatan, hingga evaluasi
program kesehatan, serta masih banyak lagi contoh pengaplikasian ini atur dan dimuat
dalam berbagai peraturan, mulai dari Undang- Undang hingga Permenkes.

5
Secara Umum, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, telah memuat regulasi terkait berbagai kegiatan di bidang kesehatan. Salah
satunya dalah di pasal 43 dan 44 yang berisi penelitian dan pengenbangan teknologi
kesehatan. Dalam pengembangannya, dibutuhkan ilmu statistic untuk memperkuat dan
memudahkan data penelitian sehingga penelitian yang dilakukan menjadi Ilmiah
2.2.3 Keputusan Menteri Kesehatan
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 791/Menkes/SK/VII/1999 tentang Koordinasi
Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Pada peraturan ini, dibahas
lebih jelas terkait penelitian yang ilmiah. Penelitian dibidang kesehatan harus sesuai
dengan metodologi agar menghasilkan data yang akurat. Pengelolaan data juga harus
menggunakan ilmu biostatistika. Pada ketentuan kedua Kepmenkes 791 tahun 1999,
dituliskan bahwa penelitian yang dilaksanakan dibidang kesehatan harus menunjang
kesehatan masyarakat termasuk menunjang pembuatan kebijakan kesehatan
masyarakat
2.2.4 Peraturan Menteri Kesehatan
Selain dalam Kepmenkes, penelitian kesehatan di Indonesia juga dibahas dalam
Permenkes. Salah satu permenkes yang membahas terkait penelitian adalah Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 681/Menkes/Per/VI/2010 tentang Riset Kesehatan Nasional.
Pada peraturan ini, riset yang dimaksud bukan hanya riset ilmiah terkait pengembangan
ilmu kesehatan. Tapi riset kesehatan juga dapat berupa survei kesehatan. Survei kesehtan
ini dapat berupa RISKESDAS (Riset Kesehatan dasar), RISKESNAS (Riset Kesehatan
Nasional), SURKESNAS (Survei kesehatan Nasional) , dan survei lainnya.
Berbagai survei ini harus dilaksanakan dengan metode pengolahan data yang benar ,
berdasarkan ilmu statistika. Dengan adanya survei ini, maka dapan melihat status
kesehatan masyarakat secara rutin. Data kesehatan ini kemudia dapat digunakan sebagai
dasar pembuatan kebijakan yang saying berhguna untuk pengembangan kesehatan
masyarakat
Selain terkait survei, statistic kesehatan juga dapat dikembangkan sebagai dasar dari E-
Kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2017
Tentang Strategi E-Kesehatan Nasional. Pada Peraturan Ini, Disebutkan Bahwa Statistik
Ikut Berperan Dalam Pengelolaan Data E- Kesehatan Demi Meningkatkan Pelayanan
Kesehatan
Peran lainnya dari statistic kessehatan yaitu diterapkan pada pengelolaan data medis yang
biasa disebut Rekam Medis. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55
6
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan Perekam Medis. Pada Pasal 13
Peraturan Ini, Dijelaskan Bahwa Perekam Medis Mempunyai Kewenangan Sesuai
Dengan Kualifikasi Pendidikan.
Perekam Medis Harus Melaksanakan Pengumpulan, Validasi Dan Verifikasi Data
Sesuai Ilmu Statistik Rumah Sakit. Selain Itu Mengembangkan Desain Rekam Medis
Elektronik Sesuai Kebutuhan Sistem Pelayanan Dan Pelaporan Dengan Menggunakan
Biostatistik. P{P{enerapan Rekam medis tidak hanya di rumah sakit , tapi juga di
puskesmas. Data – data ini kemudia akan diolah dan secara umum dilaporkan kepada
kementrian kesehatan. Untuk memudahkan pengumpulan dan mengelolaan data, ilmu
statistic sangatlah berperan dalam hal ini.

2.3 Pengantar Biostatistik


Secara lebih terinci statistik kesehatan adalah suatui cabang dari statistik yang berurusan
dengan cara-cara pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan interpretasi fakta-fakta
numerik sehubungan dengan sehat dan sakit, kelahiran, kematian, dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan itu pada populasi manusia.
2.3.1 Pembagian Statistik Statistika dapat dibagi menjadi dua kategori. Kategori pertama
disebut sebagai statistika deskriptif dan kategori kedua ialah statistika inferensial.
a. Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang keadaan yang
berkaitan dengan penyakit dan kesehatan masyarakat berdasarkan hasil
pengamatan yang nyata. Misalnya, jumlah kematian karena penyakit tertentu
yang terjadi di suatu rumah sakit, banyaknya penderita yang membutuhkan rawat
inap dalam satu tahun, atau jumlah tempat tidur yang tersedia di suatu rumah
sakit, dan lain-lain. Informasi demikian bersifat administratif. Kegiatan yang
dilakukan pada statistika deskriptif meliputi pengumpulan data, pengolahan data,
penyajian data, dan analisis sederhana berupa penghitungan nilai tengah variasi
rata-rata, rasio atau proporsi, dan presentase.
b. Statistik Inferensial
Statistik inferensial ditujukan untuk menarik kesimpulan ciri-ciri populasi yang
dinayatakan dengan parameter populasi melalui perhitungan-perhitungan statistik
sampel. Hal ini dilakukan untuk menguji hipotesis berdasarkan teori estimasi dan
distribusi probabilitas atau untuk membandingkan khasiat obat, prosedur
pengobatan, metode pengobatan, dan lain-lain.
7
2.3.2 Tahapan Kegiatan Statistik
Dalam kegiatan statistik, ada beberapa tahap dalam mengolah data menjadi
informasi, yaitu :
a. Pengumpulan data, melalui wawancara, observasi/pengamatan, angket dan
pengukuran.
b. Pengolahan data, terdiri dari editing data, coding data, processing data/entry data
dan cleaning data.
c. Penyajian data, melalui tekstural, tabular, grafikal.
d. Analisis/Interpretasi data, dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat.

2.3.3 Teknik dalam Statistik


1. Teknik Pengambilan sampel Untuk mendapatkan data yang akan diolah secara
statistik, diperlukan metode pengambilan sampel yang sesuai. Pengambilan
sampel dari populasi dilakukan dengan survei. Survei dilakukan untuk mengukur
karakteristik dari populasi. Pelaksanaan survei ini sangat penting untuk
menggambarkan status kesehatan masyarakat pada suatu populasi. Pengambilan
sampel merupakan metode yang dapat membuat orang yang melakukan riset
menyimpulkan informasi dari populasi tanpa melakukan investigasi terhadap
masing-masing individu dalam populasi. Terdapat beberapa teknik pengambilan
sampel, yaitu :
1.1 Simple Random Sampling
Pada kasus ini, setiap individu dipilih dengan kemungkinan secara
keseluruhan dan setiap anggota dari populasi mempunyai probabilitas yang
sama untuk terpilih. Salah satu cara untuk mendapatkan sebuah sampel yang
acak adalah dengan memberikan setiap individu dalam populasi dengan
sebuah angka, kemudian gunakan tabel angka acak untuk memutuskan
inndividu mana yang harus diambil sebagai sampel.
1.2 Systematic Sampling Individu
Pada kasus ini dipilih pada interval reguler dari daftar keseluruhan populasi.
Interval dipilih untuk menjamin terdapat jumlah sampel yang cukup. Hal ini
mudah digunakan meskipun hal tersebut mungkin juga menyebabkan bias.
1.3 Stratified Sampling
Pada metode ini, populasi pertama kali dipecah menjadi sub grup atau strata
yang semuanya memiliki karakteristik yang sama. Metode ini digunakan
8
ketika kita dapat memperkirakan ketertarikan yang bervariasi dari setiap
strata. Gender atau kebiasan merokok merupakan contoh dari strata. Sampel
studi kemudian didapatkan dengan mengambil sampel dari tiap strata. Dalam
sampel bertingkat, probabilitas dari tiap indivudu bervariasi sesuai dengan
karakteristik yang telah diketahui, seperti gender dan tujuannya adalah untuk
memastikan bahwa studi tersebut merepresentasikan semua strata dari
populasi.
1.4 Clustered Sampling
Pada sampel berklaster, sub grup dari populasi digunakan sebagai unit
pengambilan sampel bukan individu yang digunakan. Populasi dibagi
menjadi sub grup yang dinamakan klaster dan penyeleksian dari klaster ini
dilakukan secara acak untuk dimasukkan di dalam studi. Klaster biasanya
didasarkan pada wilayah geografis oleh karena itu penelitian ini sering
digunakan dalam penelitian epidemiologi.
1.5 Quota Sampling Pada metode ini, pewawancara diberikan batas individu
tertentu yang akan diwawancara untuk dilibatkan dalam studi. Misal,
pewawancara diminta untuk keluar dan mencari sendiri 20 pria dewasa dan
20 wanita dewasa, 10 gadis remaja dan 10 remaja laki-laki untuk bertanya
tentang suatu hal. Terdapat beberapa kekurangan dengan metode ini namun
yang terpenting, metode ini tidak benar-benar acak.
1.6 Convenience Sampling Convenience Sampling merupakan metode
pengambilan sampel yang paling mudah karena partisipan dipilih dengan
cara yang paling mudah dan sering dibuka peluang untuk menjadi
sukarelawan untuk ambil bagian dalam studi. Hasil yang baik dapat diperoleh
namun kumpulan data dapat menjadi sangat bias karena adanya perbedaan
antara yang menjadi sukarelawan dengan yang tidak mau menjadi
sukarelawan.
1.7 Snowball Sampling Metode ini umumnya digunakan dalam ilmu sosial ketika
menyelidiki grup yang sulit dijangkau. Partisipan yang telah ada ditanya
mengenai temannya yang mempunyai kasus yang sama dengan partisipan
pertama, sehingga jumlah sampel meningkat seperti bola salju yang
menggelinding. Contoh, ketika melakukan survei perilaku beresiko di
kalangan pengguna narkoba suntik, para peserta diminta untuk mengajukan
pengguna lainnya untuk diwawancarai.
9
2. Penjaminan Mutu Data
Setelah data dari pengambilan sampel didapatkan, penjaminan mutu dilakukan
untuk menjaga kualitas data yang dihasilkan dihasilkan yaitu dengan uji coba
instrumen (kuesioner) dan validasi (validasi proses dan validasi isi/substansi). Uji
coba bertujuan untuk menilai keabsahan instrumen antara lain mendapatkan
kuesioner sesuai dengan tujuan studi, menentukan kelayakan dari peralatan yang
akan digunakan serta manajemen pengumpulan data.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis merupakan penarikan kesimpulan (menggeneralisasi) nilai yang
berasal dari sampel terhadap keadaan populasi. Pengujian hipotesis dapat berguna
untuk pengambilan keputusan. Prinsip uji hipotesis adalah melakukan
perbandingan nilai sampel (data hasil penelitian) dengan nilai hipotesis (nilai
populasi) yang diajukan. Peluang untuk diterima dan ditolaknya suatu hipotesis
tergantung besar kecilnya perbedaan nilai sampel terhadap nilai populasi.
Semakin besar nilai perbedaan maka peluang untuk menolak hipotesis semakin
besar, sebaliknya jika nilai perbedaan kecil peluang untuk menerima (gagal
menolak) semakin besar. Contoh : Mahasiswa Pascasarjana Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia diminta untuk mengevaluasi apakah suatu
vaksin baru lebih baik daripada yang sekarang beredar di pasaran. Interpretasi
Hasil Uji Hipotesis : Bila nilai p ≤ α, maka keputusannya adalah Ho ditolak Bila
nilai p > α, maka keputusannya adalah Ho gagal ditolak Dimana : p adalah
besarnya peluang hasil penelitian yang terjadi karena faktor kebetulan α adalah
tingkat kemaknaan, biasanya dalam bidang kesmas digunakan 5 % Ho hipotesis
yang menyatakan tidak ada perbedaan kejadian Estimasi Mendapatkan suatu
parameter dalam populasi dengan menggunakan teknik sampling.
4. Interpretasi Hasil
Parameter di populasi dinyatakan dalam bentuk interval kepercayaan dalam
(confidence interval) dengan tingkat kepercayaan tertentu (significance level).
4.1 UJI t Uji t digunakan untuk menarik kesimpulan dari dua populasi yang
berbeda apakah parameter nya berbeda atau tidak. Contohnya : apakah ada
perbedaan tekanan darah & berat badan antara sebelum dan sesudah program diet
& makanan rendah kolestrol di terapkan. Interpretasi Hasil Uji T : Bila nilai p ≤
α, maka keputusannya adalah Ho ditolak Bila nilai p > α, maka keputusannya
adalah Ho gagal ditolak 4.2 Uji Anova Uji Anova digunakan untuk menarik
10
kesimpulan dari lebih dua kelompok dimana prinsipnya dengan membagi
variabilitas data menjadi variasi dalam kelompok dan variasi antar kelompok.
Contohnya : apakah ada hubungan pendidikan ibu (SD,SLTP,SMA,PT) dengan
berat badan bayi ibu tersebut Interpretasi Hasil Uji Anova : Bila nilai p ≤ α, maka
keputusannya tidak ada perbedaan Bila nilai p > α, maka keputusannya ada
perbedaan.

2.4.Peran dan Fungsi Biostatistik dalam Kesehatan Masyarakat


Biostatistik merupakan salah satu dasar dalam pengambilan kebijakan dan keputusan
dalam ilmu kesehatan masyarakat seperti dengan membantu memberi bobot, ukuran atau
patokan data dalam mengambil suatu ukuran kesehatan. Asessmen atau penilaian kesehatan
masyarakat didasarkan pada kejadian – kejadian yang menimpa mayarakat itu sendiri yang
kemudian dijadikan indikator ukuran kesehatan masyarakat. Jadi biostatistik diterapkan dengan
segala sesuatu yang berhubungan dengan cara – cara pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan
interpretasi fakta-fakta numerik mengenai sehat, sakit, kelahiran, kematian, dan faktor
kesehatan lainnya pada populasi masyarakat.

Adapun peran dan fungsi biostatistik dalam kesehatan (Chandra, 2010) antara lain :

1. Mengukur peristiwa-peristiwa penting (vital event) yang terjadi di masyarakat.


2. Mengukur status kesehatan masyarakat dan mengetahui masalah – masalah kesehatan
masyarakat yang terdapat di berbagai kelompok masyarakat.
3. Membandingkan status kesehatan masyarakat di suatu tempat dengan tempat lain atau
status kesehatan masyarakat sekarang dengan status kesehatan lampau.
4. Meramalkan status kesehatan masyarakat di masa mendatang.
5. Evaluasi tentang perjalanan, keberhasilan, atau kegagalan suatu program kesehatan
masyarakat atau pelayanan kesehatan yang sedang dilaksanakan.
6. Keperluan estimasi tentang kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan serta
menentukan secara pasti target pencapaian tujuan.
7. Keperluan penelitian terhadap masalah-masalah kesehatan, keluarga berencana,
lingkungan hidup, dan lain-lain.
8. Perencanaan sistem administrasi kesehatan.
9. Keperluan publikasi ilmiah perihal kesehatan masyarakat di media masa.

11
2.5.Program Kesehatan Masyarakat terkait dengan Penerapan Biostatistik di Indonesia
2.5.1.Survei Demografi Kesehatan Indonesia
Salah satu penerapan biostatistik dalam kesehatan masyarakat adalah melalui Survei
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Survei pertama adalah Survei Prevalensi
Kontrasepsi Indonesia di tahun 1987. Selanjutnya barulah menjadi SDKI yang dilakukan
di tahun 1991, 1997, 2002-2003, 2007, 2012 dan 2017.
Adapaun tujuan SDKI adalah untuk mengumpulkan data mengenai perilaku fertilitas
, keluarga berencana, serta kesehatan ibu dan anak, kematian ibu dan anak, serta
pengetahuan tentang HIV/AIDS dan penyakit infeksi menular seksual.
SDKI merupakan bagian dari program internasional Demographic and Health Survey
(DHS). SDKI tahun 2017 merupakan SDKI terbaru yang dilakukan bersama Badan Pusat
Statistik (BPS), Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) serta
Kementrian Kesehatan. Adapun peran biostatistik dalam SDKI 2017 diantaranya:
a. Rancangan Sampel
Desain sampling SDKI 2017 mencakup 1.970 blok sensus yang terdiri dari daerah
perkotaan dan perdesaan. Dari jumlah blok sensus tersebut, perkiraan jumlah sampel
rumah tangga yang akan didata adalah sebanyak 49.250 rumah tangga. Dari seluruh
rumah tangga, diharapkan diperoleh sekitar 59.100 responden wanita usia subur umur
15-49 tahun, 24.625 responden pria belum kawin umur 15-24 tahun dan 14. 193
responden pria kawin umur 15-24 tahun. Kerangka sampel SDKI 2017 menggunakan
Master Sampel Blok Sensus dari hasil Sensus Penduduk 2010 (SP2010). Kerangka
sampel pemilihan rumah tangga menggunakan daftar rumah tangga biasa, tidak
termasuk rumah tangga khusus seperti panti asuhan, barak polisi/ militer, penjara, dan
indekos.
Desain sampling yang digunakan dalam SDKI 2017 adalah sampling dua tahap
berstrata, yaitu:
Tahap 1: memilih sejumlah blok sensus secara probability proportional to size (PPS)
sistematik dengan size jumlah rumah tangga SP 2010. Dalam hal ini, sistematik
dilakukan dengan proses implisit stratifikasi menurut perkotaan dan pedesaan serta
mengurutkan blok sensus berdasarkan kategori Wealth Index dari hasil SP2010.
Tahap 2: memilih 25 rumah tangga biasa di setiap blok sensus terpilih secara sistematis
dari hasil pemutakhiran rumah tangga di setiap blok sensus tersebut. Sampel pria kawin
akan dipilih dari 8 rumah tangga secara sistematis dari 25 rumah tangga tersebut.
b. Kuisioner
12
SDKI 2017 menggunakan 4 jenis kuisioner yaitu kuisioner rumah tangga (RT), wanita
usia subur (WUS), pria kawin (PK) dan pria remaja (PR). Kuisioner RT dan WUS
mengacu pada kuisioner Demographic and Health Survey (DHS) tahun 2015 sedangkan
kuisioner RP mengacu pada SDKI sebelumnya. Kuisioner RT ini nantinya akan
menentukan responden wanita dan pria yang memenuhi syarat untuk diwawancara
secara perseorangan (eligible respondent).
c. Uji Coba
Sebelum dimulai survei, kuisioner terlebih dahulu diuji coba pada Juli-Agustus 2016 di
Kabupaten Pidie dan Kota Banda Aceh di Provinsi Aceh, Kabupaten Gunung Kidul dan
Sleman di Provinsi DI Yogyakarta dan di Kabupaten Maluku Tengah dan Ambon di
Provinsi Maluku. Di setiap kabupaten dipilih satu blok sensus perkotaan atau pedesaan.
d. Pelatihan Petugas
Para petugas yang telibat dalam SDKI 2017 diberikan pelatihan dengan tujuan
menyamakan persepsi petugas terhadap konsep dan definisi operasional dari variabel-
variabel yang ditanyakan dalam SDKI 2017. Selain itu juga dilakukan latihan
wawancara dengan mendatangkan responden (role-playing) dan uji coba di lapangan.
e. Pelaksanaan Lapangan
Dalam pelaksanaannya SDKI 2017 melibatkan 145 tim yang turun ke lapangan. Secara
umum, satu tim terdiri dari 1 orang pengawas, 1 orang editor untuk WUS dan PK, 4
orang wanita pewawancara WUS, 1 orang pria pewawancara PK dan 1 orang pria
pewawancara PR.
f. Pengolahan Data
Kuisioner SDKI 2017 yang sudah diisi termasuk lembar pengawasan dikirim ke BPS
pusat di Jakarta untuk diolah. Pengolahan terdiri dari pemeriksaan isian, pemberian
kode pada jawaban pertanyaan terbuka, perekaman data, verifikasi dan pengecekan
kesalahan di computer. Tim pengolahan terdiri dari 34 orang editor, 112 orang perekam
data dan 33 orang petugas compare, 19 orang secondary editor, dan 6 orang pengawas
perekaman data. Perekaman data dilakukan sebanyak 2 kali oleh 2 orang perekam data
yang berbeda untuk menjaga kualitas data. Selanjutkan kedua hasil perekaman data
dibandingkan oleh petugas compare, untuk kemudian dilakukan perbaikan pada data
yang tidak konsisten. Perekaman dan pemeriksaan data dilakukan dengan program
computer Census and Survey Processing System (CSPro) yang khusus dirancang untuk
mengolah data semacam SDKI.

13
Menurut BKKBN, hasil SDKI 2017 ini dapat menjadi pemacu pelaksanaan program
dan rujukan dalam pencapaian program kependudukan, keluarga berencana dan kesehatan
serta sebagai dasar dalam penyusunan RPJMN periode 2020-2024.

2.5.2. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)


Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) merupakan salah satu riset berskala nasional
yang berbasis komunitas dan telah dilaksanakan secara berkala oleh Badan Litbangkes
Kemenkes RI, yaitu di tahun 2007, 2010, 2013 dan 2018. Hasil dari riskesdas bermanfaat
untuk penetapan kebijakan strategis (RPJMN, Renstra) dan perencanaan program yang
sesuai dengan kondisi kesehatan dan determinan yang diukur dalam masyarakat. Selain itu,
riskesdas dilakukan untuk melihat tren keberhasilan pembangunan dan perkembangan
Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) serta hasilnya digunakan sebagai
bahan penyusunan kebijakan oleh Kementrian Kesehatan, Bappenas, TN2PK dan
sebagainya.
Pada tahun 2007, Riskesda pertama dilakukan meliputi semua indikator kesehatan
utama yaitu status kesehatan (penyebab kematian, angka kesakitan, angka kecelakaan,
angka disabilitas dan status gizi), kesehatan lingkungan, konsumsi rumah tangga,
pengetahuan-sikap-perilaku kesehatan dan pelayanan kesehatan. Hasilnya kemudian
dimanfaatkan salah satunya untuk evaluasi dan pengembangan RPJMN 2010-2014.
Riskesdas 2018 menggunakan metode potong lintang (cross-sectional)
menggunakan kerangka sampel Blok Sensus (BS) Susenas bulan Maret 2018 dari BPS
(Sampel Rumah Tangga Riskesdas 2018 = Rumah Tangga Susenas Maret 2018). Populasi
riset adalah rumah tangga mencakup seluruh provinsi dan kabupaten/ kota (34 provinsi,
416 kabupaten dan 98 kota di Indonesia).
Berikut adalah gambaran sampel serta kerangka konsep Riset Kesehatan Dasar
2018:

Tabel 1. Sampel Riset Kesehatan Dasar (Sumber: Hasil Riskesdas 2018)

14
Gambar 1. Kerangka Konsep Riskesdas 2018 (Sumber: Hasil Riskesdas 2018)

Melalui Riskesdas 2018 ini, pemerintah dapat melihat dan menilai bagaimana
perubahan indikator terkait dengan derajat kesehatan serta determinannya di tingkat
nasional dan daerah, menilai perubahan Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat
(IPKM).
2.5.3. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS)
Survei sosial ekonomi nasional (Susenas) adalah survei rumah tangga mengenai
berbagai karakteristik sosial-ekonomi penduduk terutama yang erat kaitannya dengan
pengukuran tingkat kesejahteraan masyarakat.
Susenas pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Dalam dua dekade terakhir,
sampai dengan tahun 2010, Susenas dilaksanakan setiap tahun. Pengumpulan data Susenas
dibagi menjadi Kor (dilaksanakan tiap tahun) dan Modul (3 tahun sekali). Susenas Modul
terdiri dari tiga jenis modul, yaitu (Modul Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga; Modul
Sosial, Budaya dan Pendidikan; serta Modul Perumahan dan Kesehatan) yang
pelaksanaannya dilakukan secara bergantian. Mulai tahun 2011 pengumpulan data Susenas
Kor dan Modul Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga dilakukan secara triwulanan, pada
bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Oleh karena itu, Susenas Modul terdiri dari Modul Pendidikan dan Sosial Budaya,
Modul Kesehatan dan Perumahan, dan Modul Ketahanan Sosial yang pelaksanaannya
dilakukan secera bergantian. Mulai tahun 2015, Susenas dilaksanakan 2 (dua) kali dalam
setahun, yaitu pada bulan Maret dan September.

15
Susenas menggunakan metode potong lintang (cross-sectional) dengan
pengumpulan data melalui survei. Sampel dipilah dengan metode pemilihan sampel
probabilitas dalan beberapa tahap, diantaranya:
a. Estimasi Kabupaten/ Kota
Tahap 1:
 Memilih 25% blok sensus populasi secara Probability Propotional to Size (PPS),
dengan size jumlah rumah tangga hasil SP2010 di setiap strata.
 Memilih sejumlah n blok sensus sesuai alokasi systematic di setiap strata
urban/rural per kabupaten/kota.
 Sebelum dilakukan penarikan sampel, terlebih dahulu dilakukan implicit
stratification blok sensus berdasarkan strata kesejahteraan.
Tahap 2:
Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic sampling dengan
implicit stratification menurut pendidikan kepala rumah tangga (KRT).
b. Estimasi Provinsi
Tahap 1:
Memilih 7.500 blok sensus secara systematic sampling dari 300.000 blok sensus
estimasi kabupaten/kota sesuai alokasi dan mempertimbangkan distribusi sampel per
strata di tingkat kabupaten/kota.
Tahap 2:
Memilih 10 rumah tangga hasil pemutakhiran secara systematic sampling dengan
implicit stratification menurut pendidikan KRT.
Seperti halnya Riskesdas, populasi riset adalah rumah tangga mencakup seluruh
provinsi dan kabupaten/ kota (34 provinsi, 416 kabupaten dan 98 kota di Indonesia). Data
yang diperoleh kemudian melalui beberapa tahap metode pengolahan diantaranya batching,
editing, coding, data entri/ scan, verifikasi, validasi dan tabulasi menggunakan aplikaso
Open Data Kita (ODK) untuk koordinat lokasi rumah tangga sedangkan untuk entri dan
validasi digunakan software Microsoft Visual Studio dengan bahasa pemrograman C# dan
database Microsoft SQL Server 2008 R2. Data tersebut kemudian di analisis dan disajikan
dalam tabel ulasan dan gambar/ grafik.

16
2.6. Tantangan dan Upaya yang Dilakukan Perihal Penerapan Biostatistik

2.6.1 Tantangan yang Dihadapi

1. Letak Geografi

Biaya yang tinggi dan Hambatan akses terutama di daerah terpencil atau perbatasan

2. Kualitas Pengambilan Sampling

a. Variasi Acak (Random Variation)

Pemilihan suatu sampel acak bisa menimbulkan kesalahan pendugaan yang pada akhirnya
informasi yang diperoleh akan mengarah pada pengambilan kesimpulan yang keliru. Untuk
meminimumkan kesalahan tersebut, Peneliti hanya dapat meminimumkan munculnya
kesalahan yang disebabkan oleh varisi acak dengan memilih rancangan penarikan sampel yang
tepat.

b. Kesalahan Spesifikasi (mis-specification of sample subject)

Kesalahan karena daftar unsur populasi yang tidak benar, informasi yang tidak benar pada buku
catatan inventori, pemilihan anggota sampel yang keliru (seperti penggantian responden yang
dituju yang seharusnya ditemui tidak berada di tempat), sensivitas pertanyaan, kesalahan dalam
pengumpulan informasi tentang sampel yang disebabkan oleh bias pewancara yang disengaja
atau tidak disengaja, atau kesalahan dalam memproses informasi sample. Untuk
meminimumkan kesalahan tersebut, Peneliti dapat membuat peryataan yang sangat hati-hati
tentang tujuan survei pada permulaan studi, sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas
tentang unsur-unsur yang membentuk studi dan yang membentuk populasi. Selain itu, Peneliti
juga harus mengungkapkan kesimpulan tentang populasi aktual darimana informasi sampel
ditarik dan bukan menurut kondisi populasi lainnya yang jauh lebih menarik, yang barangkali
hanya dalam bentuk konseptual.

c. Kesalahan Karena Ketidaklengkapan Cakupan Daftar Populasi (Coverage Error)

Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage error) atau
ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur populasi yang tidak berpeluang
untuk terpilih sebagai sampel. Hal ini menghasilkan dugaan karakteristik dari populasi sasaran
(target population), bukannya karakteristik dari populasi yang sebenarnya.

d. Kesalahan Karena Ketidaklengkapan Respons (Nonresponse Error)

Kesalahan karena ketidaklengkapan respons muncul dari kegagalan untuk mengumpulkan data
dari semua individu dalam sampel. Individu yang tidak merespons belum tentu sama dengan
jawaban individu sampel yang merespons. Beberapa upaya dapat dicoba misalnya melalui surat
atau telepon untuk menyakinkan responden yang demikian agar mereka berkenan mengubah
pendiriannya untuk memberikan informasi guna validitas hasil survei.

17
e. Kesalahan Penarikan Sampel (Sampling Error)

Pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya menghasilkan suatu karakteristik populasi


yang berbeda-beda antar satu sampel ke sampel lainnya. Sampling error dapat diperkecil
dengan memperbesar ukuran sampel meskipun upaya ini mengakibatkan peningkatan biaya
survei.

f. Kesalahan Pengukuran (Measurement Error)

Kesalahan pengukuran merujuk pada ketidakakuratan dalam mencatat respons yang diberikan
responden karena kelemahan instrumen dalam meiliki pokok pertanyaan, ketidakmampuan si
penanya ataupun karena pernyataan yang dibuat cenderung mengarahkan jawaban responden.

3. Tantangan dari Responden

 Responden mengganggap wawancara tidak masuk akal dan bahkan dianggap untuk tujuan
tertentu atau komersil.
 Responden merasa terganggu dengan informasi yang dirasa menyerang dirinya atau
kepentingannya.
 Reponden menolak bekerja sama atas dasar pengalaman masa lalu.
 Responden merasa menjadi kolompok minoritas karena sering dijadikan kelinci percobaan.
 Responden orang penting dan sering merasa tahu akan apa yang akan ditelitinya.
 Responden menjawab dengan pertimbangan normatif, berpikir baik atau jelek.
 Responden merasa takut akan kebodohannya dalam menjawab pertanyaan ini.
 Responden mengatakan tidak ada waktu untuk menjawab, atau merasa ini bukan bidang
minatnya.

4. Kualitas Surveyor

Kesalahan menyampaikan konsep dan definisi dari instruktur pelatihan ke petugas


pewawancara maupun pengawas, kesalahan pada saat mengajukan pertanyaan, salah
pengertian antara responden dan pewancara, juga kesalahan waktu merekam data pada saat
pengolahan.

5. Pemilihan Metode Statistik dalam Riset, Survei atau Sensus

Kesalahan dalam penggunaan metode statistik dapat mengakibatkan bias (penyimpangan) yang
mungkin akan mengakibatkan kesalahan dalam pengambilan keputusan serta kesalahan dalam
memberikan informasi-informasi penting sebagai hasil dari sebuah penelitian yang akan
membuat penelitian menjadi tidak mempunyai manfaat dan mengurangi aspek ilmiah dari
penelitian tersebut.

Kajian kritis yang dilakukan Ross (1951), Badgley (1961), Schor dan Karten (1966), Gore,
Jones dan Rytter (1977) terhadap ratusan laporan penelitian yang dimuat dalam literatur medik
antara 1950-1976 mengungkapkan bahwa 30-50% memuat kesalahan-kesalahan pemakaian
metode statistik (Murti, 1996)

18
6. Kualitas Hasil Survei atau Sensus

Publik yang tak lagi percaya pada statistik resmi acapkali terjebak pada ungkapan verbal dan
opini yang menyesatkan atau lebih memilih menggunakan data statistik lain meski
metodologinya kurang bisa dipertanggungjawabkan. Dalam persoalan ini, upaya untuk
meningkatkan kualitas statistik resmi harus terus dilakukan. Pembenahan dalam rangkaian
kegiatan statistik baik survei atau sensus mulai dari perencanaan, pengumpulan, dan
pengolahan data, hingga diseminasi juga harus terus dilakukan. Karena, Interpretasi data yang
keliru sama bahayanya dengan data yang tak akurat (Ruslan, 2013).

7. Interpretasi Hasil Analisis Biostatistik

Menaksir parameter populasi yang menggunakan nilai tunggal (point estimate) akan
mempunyai resiko kesalahan yang lebih tinggi dibanding dengan yang menggunakan interval
estimate.

Sugiyono (2001) menyatakan bahwa dapat menaksir populasi berdasarkan data sampel
kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu:
• Kesalahan tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar
(seharusnya diterima). Di dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan alfa.
• Kesalahan tipe II adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak).
Tingkat kesalahan ini dinyatakan dengan betha.

Berdasar hal tersebut, maka hubungan antara keputusan menolak atau menerima hipotesis
dapat digambarkan pada tabel berikut:

Keputusan Keadaan Sebenarnya


Hipotesis Benar Hipotesis Salah
Terima hipotesis Tidak membuat kesalahan Kesalahan tipe II
Menolak hipotesis Kesalahan tipe I Tidak membuat kesalahan
Tabel 2. Jenis Kekeliruan Dalam Interpretasi Hasil Analisis Biostatistik

2.6.2 Upaya yang Dilakukan

1. Peningkatan Kualitas Data

Statistik yang berkualitas dapat ditunjukkan dengan meningkatnya kualitas data dan informasi
statistik kesejahteraan rakyat, manajemen survei, metodologi survei, efektivitas dan efisiensi
disemminasi dan penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

2. Peningkatan Metodologi Sensus dan Survei

- Memperbaiki kerangka sampel


- Memperbaiki peta wilayah kerja statistik dan wilayah administrasi
- Menerapkan desain sensus dan survei yang optimal
- Memperbaiki metode pengumpulan data dan monitoring atau pemantauan

19
3. Peningkatan Enumerator / Surveyor

Sebelum survei atau riset dilakukan perlu diadakan pelatihan buat para enumerator yang tidak
hanya dibekali kemampuan secara teknis tapi juga kemampuan dalam hal komunikasi dengan
masyarakat. Selain itu yang menjadi enumerator terdiri dari berbagai profesi kesehatan seperti
bidan, perawat, ahli gizi, tenaga kesehatan lingkungan dan para sarjana kesehatan masyarakat
di bidangnya masing-masing.

4. Peningkatan Sarana dan Prasarana Teknologi Informasi Komputer (TIK)

Kemajuan Teknologi Informasi Komputer (TIK) yang sangat pesat dapat membantu dalam
mempercepat pengumpulan data, pengolahan data maupun diseminasi data berbasis TIK
mutakhir.

20
Bab III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

1. Hubungan antara statistic dan kesehatan masyarakat dimulai pada tahun 1500 ketika
pencatatan kematian dilakukan oleh Raja Henry.

2. Indonesia mulai menggunakan statistic pada masa pemerintahan Hindia Belanda tahun 1920.

3. Biostatistik merupakan salah satu dasar dalam pengambilan kebijakan dan keputusan dalam
ilmu kesehatan masyarakat seperti dengan membantu memberi bobot, ukuran atau patokan data
dalam mengambil suatu ukuran kesehatan

3.2 Saran

1. Bias dalam pengambilan data harus menjadi hal yang harus diperhatikan

2. Kerahasiaan responden adalah prioritas.

3. Pengambilan data harus dihubungkan dengan teknologi agar lebih efisien dan efektif

21
Daftar Pustaka

Wibowo, Adik. 2014. Kesehatan masyarakat di Indonesia: Konsep, Aplikasi dan Tantangan,
Penerbit: Rajawali Pers.
Hastono, S., & Sabri, L. (2010). Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Kementrian Kesehatan dan Badan Litbangkes. 2018. Hasil Utama Riskesdas 2018. Diakses
melalui: http://www.depkes.go.id/resources/download/info-
terkini/materi_rakorpop_2018/Hasil%20Riskesdas%202018.pdf (14 Oktober 2019)
Kementrian Kesehatan. 2018. Menkes Persiapkan Riskesdas 2018 secara Matang. Diakses
melalui: http://www.depkes.go.id/article/print/18013000002/menkes-persiapkan-
riskesdas-2018-secara-matang.html (14 Oktober 2019)
BKKBN. 2018. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2017. Diakses melalui: https://e-
koren.bkkbn.go.id/wp-content/uploads/2018/10/Paparan-SDKI-2017-WUS.pdf (14
Oktober 2019)
Badan Pusat Statistik. 2017. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2017 – Maret (KOR).
Diakses melalui: https://mikrodata.bps.go.id/mikrodata/index.php/catalog/814 (14
Oktober 2019)
Badan Pusat Statistik. 2018. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kor, 2018.
Diakses melalui:
https://sirusa.bps.go.id/sirusa/index.php/dasar/pdf?kd=1558&th=2018 (14 Oktober
2019)
Chandra, B. 2010. Biostatistik untuk Kedokteran & Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran ECG.hlm.4.
Hastono, Sutanto Priyo. 2018. Analisis Data Pada Bidang Kesehatan. Edisi 1. Cetakan 3.
Depok. Penerbit: Rajawali Pers, 2018.
Sabri, Luknis dan Hastono, Sutanto Priyo. 2014. Statistik Kesehatan. Edisi 1. Cetakan 7.
Jakarta. Penerbit: Rajawali Pers, 2014.
Sunaryo, Sonny; Setiawan; Djuraidah, Anik; dan Saefuddin, Asep. 2012. Diakses melalui:
https://www.researchgate.net/publication/277208432_SEJARAH_PERKEMBANG
AN_STATISTIKA_DAN_APLIKASINYA. (15 Okober 2012, pukul 22.38)

22

Anda mungkin juga menyukai