Anda di halaman 1dari 6

USULAN TOPIK KARYA TULIS ILMIAH TUGAS AKHIR

Kelompok : Kelompok 11
Nama/NIM : Maria Adinda Jarung/16.9255
Nama/NIM : Raka Suryadi/16.9372
Nama/NIM : Rysma Dezryama Zoelni/16.9406
Program Studi : Statistika Program Diploma III

Proposal 1:

Judul:
Determinan Konsumsi Rokok di Pulau Jawa Tahun 2017

Latar Belakang Masalah

Rokok merupakan produk hasil tembakau yang berbahaya dan bersifat


adiktif. Produk olahan dari tembakau hingga saat ini telah menjadi kontroversi di
Indonesia dan permasalahan global. Baik itu dalam sisi ekonomi maupun
kesehatan. Menurut WHO Report on the Global Tobacco Epidemic (WHO 2017),
setidaknya terdapat 7 juta orang yang meninggal akibat pengonsumsian tembakau
tiap tahunnya di dunia. Lebih dari 6 juta orang dari korban meninggal tersebut
merupakan pengguna langsung dari tembakau (perokok aktif) dan sekitar 890.000
orang yang meninggal sisanya adalah korban akibat terpapar asap rokok (perokok
pasif). Jumlah korban meninggal tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa
merokok adalah tindakan yang mengancam kesehatan, baik untuk perokok aktif
maupun pasif.
Sementara itu, menurut Badan Pusat Statistik (2018) yang merilis data
mengenai potret kemiskinan di Indonesia menyatakan bahwa, orang miskin
mencapai 27,77 juta orang atau setara dengan 10,64 persen. Menurut data tersebut
bahwa rokok merupakan salah satu penyumbang terbesar kemiskinan dari semua
provinsi di Indonesia, yaitu sebagai penyumbang kedua kemiskinan setelah padi-
padian. Sedangkan pada tahun 2014, Indonesia tercatat sebagai 4 negara pengguna
rokok terbesar setelah Republik Rakyat Cina, Rusia, dan Amerika Serikat. (data
The Tobacco Atlas). Sampai dengan data tahun 2017 yang memperlihatkan
peningkatan jumlah perokok mencapai 58,8% yang didominasi oleh perokok
remaja laki-laki. Kebiasaan rokok ini telah membunuh setidaknya 235 ribu jiwa
setiap tahunnya (Menteri Kesehatan Nila Moeloek).
Hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi rokok di Indonesia menjadi
masalah yang sangat mengkhawatirkan. Pasalnya dari tahun ke tahun konsumsi
rokok cenderung mengalami peningkatan. Berikut data Survei Sosial Ekonomi
Nasional mengenai persentase pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok
komoditas makanan dan daerah tempat tinggal pada September 2017.
Grafik 1. Persentase pengeluaran per kapita sebulan menurut kelompok komoditas
dan daerah tempat tinggal, September 2017

33.88

10.66 11.61
9.09
7.06 5.31 6.48
3.94 2.44 2.97 1.97
1.02 1.85 1.72

Survei Sosial Ekonomi Nasional 2017

Terlihat bahwa rokok dan tembakau menjadi kelompok komoditas tertinggi kedua
setelah makanan dan minuman jadi menurut pengeluaran perkapita sebulan pada
September 2017 yaitu sebesar 11,61 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
masyarakat masih banyak mengonsumsi kelompok komoditas ini. Angka tersebut
seakan dianggap remeh oleh masyarakat. Sebab, sebagian masyarakat masih
menganggap bahwa rokok merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi.
Merokok menjadi kebiasaan dan gaya hidup di setiap jenjang masyarakat. Salah
satu alasannya adalah karena efek kesehatan dari merokok sering diremehkan.
Alasan lain adalah sifat adiktif pada nikotin yang terkandung di dalam rokok
membuat para perokok sulit untuk berhenti menghisap rokok.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan angka merokok di Indonesia tinggi.
Salah satu faktor tersebut adalah faktor jenis kelamin (Sugiharti dkk, 2015). Jenis
kelamin berpengaruh terhadap konsumsi rokok. Faktanya, jumlah perokok pria di
Indonesia diperkirakan telah meningkat hampir dua kali lipat sejak tahun 1980, dan
prevalensi perokok pria di Indonesia tercatat kedua tertinggi di dunia (WHO, 2012).
Sedangkan pada perokok perempuan terjadi penurunan jumlah konsumsi rokok.
Dalam buku Fakta Tembakau (2014) ditemukan persentase merokok pada laki-laki
tahun 2013 adalah sebesar 56,7 persen, sementara pada perempuan yaitu sebesar
1,9 persen. Laki-laki memang cenderung lebih besar dalam mengonsumsi rokok
disebabkan karena efek pergaulan, lebih percaya diri, ingin adanya pengakuan
dalam kelompok dan di beberapa tempat merokok berkaitan dengan adat dan
kebiasaan.
Selain faktor jenis kelamin, faktor lain yang ikut menyebabkan tingginya
angka merokok di Indonesia adalah tingkat pendidikan dan lapangan pekerjaan
utama. Menurut Menteri Kesehatan Nila Moeloek, setidaknya lebih dari sepertiga
atau 36,3 persen penduduk remaja usia 13-15 tahun yang notabennya masih
berpendidikan di Sekolah Menengah adalah perokok. Sedangkan untuk lapangan
pekerjaan utama juga berhubungan dengan pendidikan, dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pekerjaan yang diperolehnya yang
akan berpengaruh pada pendapatannya yang diperoleh dan kondisi sosial
ekonominya (Hourton, 1992:10). Hal ini juga berpengaruh pada pola konsumsinya,
pemilihan barang jasa yang akan digunakannya termasuk pilihan terhadap
konsumsi rokok yang dilakukannya. Menurut Riskesdas 2013, proporsi terbesar
perokok aktif setiap hari jika dilihat dari lapangan pekerjaan utama adalah petani,
nelayan dan buruh yaitu sebesar 44,5%. Dalam sehari, masyarakat Indonesia
konsumsi rokok rata-rata sebanyak 12,3 batang.
Sementara itu, fokus pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Pulau
Jawa karena menurut Proyeksi Badan Pusat Statistik Indonesia, terdapat 149 juta
jiwa atau 78 persen penduduk Indonesia terpusat di Pulau Jawa. Dengan 6 Provinsi
dan 118 Kabupaten/Kota di Pulau Jawa menurut Wikipedia, antara lain Provinsi
Banten (8 Kabupaten/Kota), Provinsi DKI Jakarta (6 Kabupaten/Kota), Provinsi
Jawa Barat (27 Kabupaten/Kota), Provinsi Jawa Tengah (35 Kabupaten/Kota),
Provinsi DI Yogyakarta (5 Kabupaten/Kota) dan Provinsi Jawa Timur (38
Kabupaten/Kota). Sehingga diharapkan dapat merepresentatif konsumsi rokok
secara nasional dari hasil penelitian ini dan tidak hanya wilayah yang banyak
mengonsumsi rokok tetapi juga wilayah dengan konsumsi rokok sedikit.
Dengan demikian, hal ini menjadi suatu ketertarikan bagi penyusun untuk
meneliti pengaruh tingkat pendidikan, jenis kelamin, lapangan pekerjaan utama dan
jumlah penduduk terhadap konsumsi rokok di Pulau Jawa tahun 2017.

Tujuan dan Metode Analisis

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat pendidikan,


jenis kelamin, jenis pekerjaan dan jumlah penduduk terhadap konsumsi rokok di
Pulau Jawa tahun 2017. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif dan analisis inferensia dengan metode regresi linear berganda
dengan variabel dependen adalah konsumsi rokok di kabupaten/kota pulau Jawa
dan variabel independen adalah tingkat pendidikan (Angka Partisipasi Sekolah usia
13-15 tahun), jenis kelamin, lapangan pekerjaan utama (pertanian, industri,
perdagangan, jasa, dan lainnya), dan jumlah penduduk di kabupaten/kota pulau
Jawa.
Ketersediaan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
untuk data jumlah penduduk di Pulau Jawa, data tingkat pendidikan (Angka
Partisipasi Sekolah usia 13-15 tahun) dan jenis kelamin diperoleh dari Badan Pusat
Statistik, data lapangan pekerjaan utama (pertanian, industri, perdagangan, jasa-jasa
dan lainnya) dan konsumsi rokok di Pulau Jawa diperoleh dari hasil Susenas 2017
yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik.

Daftar Pustaka

1. Gunawan, Eddy dan Arisna, Puput. (2016). Pengaruh tarif cukai tembakau
dan pesan bergambar bahaya rokok terhadap konsumsi rokok di banda aceh.
Jurnal ekonomi dan kebijakan publik Volume 3 Nomor 2, November 2016.
2. Lian, Tan Yen dan Ulysses Dorotheo. 2016. The Tobacco Control Atlas
ASEAN Region. Thailand: Southeast Asia Tobacco Control Alliance.
3. Liputan6. ( 30 Juli 2018 ). Bos BPS: Merokok Biang Kerok Kemiskinan.
Diunduh dari https://www.liputan6.com/bisnis/read/3604660/bos-bps-
merokok-biang-kerok-kemiskinan pada tanggal 27 September 2018.
4. Setiawan, Iman. (2014). Analisis Dampak Industri Rokok Terhadap
Perekonomian Nasional Serta Variabel-Variabel Yang Memengaruhi
Konsumsi Rokok Di Indonesia Tahun 2007-2012 [Skripsi]. Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik: Jakarta.
5. Surjono, N.D., dan Handayani, P.S. (2013). Dampak Pendapatan Dan Harga
Rokok Terhadap Tingkat Konsumsi Rokok Pada Rumah Tangga Miskin Di
Indonesia. Jurnal BPPK, Volume 6 Nomor 2, 2013, Halaman 19-34
6. Syarifudin, Andy. (2014). Pengaruh Harga Rokok, Pengeluaran Per Kapita,
Dan Pendidikan Kepala Rumah Tangga Terhadap Pengeluaran Rumah
Tangga Untuk Konsumsi Rokok Di Jawa Barat Tahun 2013 [Skripsi].
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik: Jakarta.
7. Surjono, N.D., dan Handayani, P.S. (2013). Dampak Pendapatan Dan Harga
Rokok Terhadap Tingkat Konsumsi Rokok Pada Rumah Tangga Miskin Di
Indonesia. Jurnal BPPK, Volume 6 Nomor 2, 2013, Halaman 19-34

Penelitian yang Terkait/Relevan

1. Ahsan, Abdillah.2004. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap


Perilaku Merokok Individu: Analisis Data Susenas 2004. Tesis S2
Universitas Indonesia: Depok.
2. Alkausar Bani, dkk. (2014). Hubungan Penerapan Pajak Rokok Dengan
Daya Beli Dan Tingkat Konsumsi Rokok (Studi Penelitian Pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Administrasi Brawijaya Malang). Jurnal Administrasi Bisnis
- Perpajakan (JAB)|Vol. 6 No. 1 2015|.
3. Ashar, Fatoni dan Firmansyah. (2015). Peningkatan Tarif Cukai Rokok Dan
Dampaknya Terhadap Perekonomian Dan Pendapatan Sektoral Jawa
Tengah. Kinerja, Volume 19, No.2, Th. 2015: Hal. 97-111.
4. Haref, Debby H. (2015). Faktor-faktor Yang Memengaruhi Proporsi
Pengeluaran Konsumsi Rokok Rumah Tangga Di Indonesia Tahun 2014
[Skripsi]. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik: Jakarta.
5. Huda, Anita Nurul.2008.Pengaruh Pelabelan Peringatan Kesehatan
Terhadap Pola Konsumsi Rokok [Skripsi].Fakultas Sosial Ekonomi
Pertanian Institut Pertanian Bogor: Bogor.
6. Masitho, Oktaviani Dewi. (2018). Pengaruh Pendapatan Dan Kebijakan
Pemerintah Terhadap Konsumsi Rokok Di Kota Bogor [Skripsi].
Universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta: Jakarta.
7. Setiawan, Iman. (2014). Analisis Dampak Industri Rokok Terhadap
Perekonomian Nasional Serta Variabel-Variabel Yang Memengaruhi
Konsumsi Rokok Di Indonesia Tahun 2007-2012 [Skripsi]. Sekolah Tinggi
Ilmu Statistik: Jakarta.
8. Sugiharti,Lilik,dkk.2015. Konsumsi Rokok Berdasarkan Karakteristik
Individu di Indonesia.Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan Vol.8 No.1.
9. Sulastri, Sri. (2012). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Produksi
Rokok di Indonesia serta Kontribusi Rokok Terhadap Perekonomian
Nasional [Skripsi]. Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu statistik.
10. Surjono, N.D., dan Handayani, P.S. (2013). Dampak Pendapatan Dan Harga
Rokok Terhadap Tingkat Konsumsi Rokok Pada Rumah Tangga Miskin Di
Indonesia. Jurnal BPPK, Volume 6 Nomor 2, 2013, Halaman 19-34.
11. Syarifudin, Andy. (2014). Pengaruh Harga Rokok, Pengeluaran Per Kapita,
Dan Pendidikan Kepala Rumah Tangga Terhadap Pengeluaran Rumah
Tangga Untuk Konsumsi Rokok Di Jawa Barat Tahun 2013 [Skripsi].
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik: Jakarta.
12. Wijaya, T., dan Kuncoro, A.M., & Nurhadi. (2017). Studi Eksplorasi
Perilaku Konsumsi Rokok: Perspektif Motif, Merek, Dan Iklan Rokok.
Jurnal economia, Volume 13, Nomor 2, Oktober 2017.
13. Yacoeb, M. Fadel Pahleva. (2017). Pengaruh Perubahan Harga dan Tarif
Cukai Terhadap Konsumsi Rokok Di Indonesia Tahun 2016 [Skripsi].
Sekolah Tinggi Ilmu Statistik: Jakarta.
14. Yuliastuti, Anis. (2015). Pola Determinan Konsumsi Rokok Pada Rumah
Tangga Miskin Di Indonesia Tahun 2014 [Skripsi]. Sekolah Tinggi Ilmu
Statistik: Jakarta.
15. Zahro, Luailiyat. (2014). Pola Konsumsi Rokok Dan Kaitannya Terhadap
Penetapan Harga Dan Tarif Cukai Rokok Di Indonesia Periode 2007-2012
[Skripsi]. Sekolah Tinggi Ilmu Statistik: Jakarta.
Jakarta, 23 Oktober 2018

ttd ttd

(MARIA ADINDA JARUNG) (RYSMA DEZRYAMA ZOELNI)

ttd

(RAKA SURYADI)

Anda mungkin juga menyukai