BIDANG KEGIATAN:
PKM Pengabdian Masyarakat
Diusulkan Oleh:
1
Valley Bandung. 2011. Talking with Your Kids About Drug and Alcohol. Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
2
http://sidomi.com/11117/jumlah-perokok-aktif-indonesia-652-juta/ Diakses tanggal 24 September 2012.
3
http://www.scribd.com/doc/79733502/Bab-1-Rokok-Dan-Prevalensi-Merokok-Edit091110 Diakses tanggal 24
September 2012.
adalah penduduk dengan penghasilan terbatas dan pengetahuan tentang kesehatan yang
rendah," ujar Dr. Ari dalam acara konferensi pers PAPDI mengenai rokok di Sekretariat PB
PAPDI, Cikini, Jakarta, Jumat (4/2/2011).
250
240 2005
230 2006
220 2007
210 2008
200
Grafik 1: Tingkat konsumsi rokok (dalam Milyar) di Indonesia, tahun 2005-2008. Sumber:
TCSC-IAKMI, Profil Tembakau Indonesia, Tahun 2009.4
Indonesia adalah salah satu Negara dengan korban nyawa sangat tinggi akibat rokok.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LDFEUI) menyebarkan
informasi bahwa hasil penelitian mereka tercatat angka 427.948 kematian setiap tahun di
Indonesia akibat rokok.5
Asap rokok mengandung lebih dari 4.000 senyawa kimia yang secara farmakologis
terbukti aktif, beracun, dapat menyebabkan mutasi (mutagenic), dan kanker (carcinogenic).
Tiga racun utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbon monoksida (CO).6 Bayangkan
berapa banyak racun yang masuk kedalam tubuh pengkonsumsi rokok hanya dalam satu
hisapan saja, dan ditambah dengan satu batang, bungkus, bahkan hitungan tahun.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 prevalensi perokok usia 10
tahun ke atas laki-laki 55,7% sementara Riskesdas 2010 prevalensi perokok 15 tahun ke atas
65,9%. Proporsi perokok usia 15-24 tahun 2007, tercatat 24,6% tahun 2010 mencapai 26,6%.
Jumlah perokok remaja tidak menurun malah meningkat.7 Berdasarkan data ini dapat
disimpulkan bahwasanya jumlah perokok pada usia muda cukup signifikan. Terlebih pada
usia menjelang dewasa dimana adanya aktualisasi yang dilakukan para kalangan muda untuk
mendapatkan pengakuan bahwa dirinya telah dewasa. Banyak kalangan muda yang menyalah
artikan hal ini. Salah satu hal yang dilakukan untuk menunjukkan kedewasaan mereka adalah
dengan cara merokok. Mereka terobsesi dengan propaganda lingkungan pergaulan bahkan
4
http://www.infodokterku.com/indeks.php?option=com_content&view=article&id=143:data-dan-situasi-rokok-
cigarette-indonesia-terbaru&catid=40:data&itemit=54 Diakses tanggal 25 September 2012.
5
Beritasurabay.net/indek_sub.php?categori=10&id=7306&tags=Statistic-Kematian-Akar-Kriminalisasi-
Konsumen diakses tanggal 25 September 2012.
6
Redaksi Plus. 2007. Stop Rokok. Jakarta. Penebar Swadaya.
7
http://artikel2.com/kumpulan-bermacam2-artikel/05/jumlah-perokok-kalangan-remaja
iklan yang banyak ditanyangkan di media massa yang terkesan berlebihan dimana
mengidentikkan rokok dengan “kejantanan”.
Kondisi kalangan pada saat ini masa remaja menuju tahap dewasa adalah masa peralihan
yang relative masih bersifat labil dan mencari jati diri sesungguhnya yang mudah
terpengaruh. Maka dalam hal ini diperlukan peran dari keluarga khususnya orangtua dalam
membina putera/puterinya agar tidak terlibat dalam pengkonsumsian rokok. Pendidikan pun
memiliki peran yang besar terhadap upaya penanaman sikap akan penjauhan diri dari rokok.
Apalagi mahasiswa yang merupakan panutan dan generasi penerus untuk memberikan
pengabdiannya kepada masyarakat, bangsa, dan Negara sesuai dengan Tri Darma Pendidikan
yang diemban oleh setiap mahasiswa. Berdasarkan hal ini maka lingkungan universitas
wajiblah untuk menanamkan sikap jauh dari penggunaan rokok. Salah satunya adalah dengan
cara mensterilkan kampus dari rokok.
Pada realita yang ada, universitas tidak membuat peraturan yang tegas mengenai
sterilisasi kampus dari adanya rokok. Terbukti dengan banyaknya sejumlah tempat di
kawasan kampus yang menjajakan rokok. Kantin merupakan salah satu sentralisasi bagi
mahasiswa untuk menyalurkan rokok di lingkungan kampus. Mahasiswa pun dapat
mengkonsumsi rokok di seluruh areal kampus selama tidak berlangsung proses perkuliahan.
Dapat kita bayangkan bagaimana kondisi kampus yang semula seharusnya menjadi tempat
mendidik generasi penerus bangsa berubah menjadi basecampe bagi para pengguna rokok.
Upaya pencegahan terhadap penyebaran rokok dikalangan mahasiswa, sudah seyogianya
menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak termasuk orangtua, dosen,
dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai ancaman bahaya rokok yang
dapat mengancam kesehatan mahasiswa. Survei di kota besar di Indonesia, yakni di Jakarta,
Bekasi, Medan yang dilakukan oleh Aditama sebagai bagian dari survei WHO dan CDC
(Atlanta) dan juga diselenggarakan lebih dari 100 negara di dunia, diperoleh data bahwa di
Medanmenunjukkan sebanyak 64,8% dan 9,8% wanita dengan usia di atas 13 tahun adalah
perokok. Bahkan pada kelompok remaja sebanyak 49% pelajar pria dan 8,8% wanita di
Medan sudah merokok.8 Dari data tersebut tentu sangat memprihatinkan, dimana angka
tersebut merupakan angka yang cukup besar. Dari usia remaja tersebut maka mereka akan
kecanduan sampai pada akhirnya mereka duduk di bangku perkuliahan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan upaya sterilisasi rokok di
kampus. Salah satunya adalah dengan mengikutsertakan keluarga. Banyak penelitian telah
8
http://dc225.4shared.com/doc/o9ByRqhf/preview.html. Diakses tanggal 24 September 2012
menunjukkan bahwa sikap orangtua memegang peranan penting dalam membentuk
keyakinan akan penggunaan rokok pada anaknya. Selain itu, kampus juga harus berkontribusi
dalam upaya sterilisasi rokok di lingkungan kampus. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Jadi peran kampus
tentunya sangat diharapkan dalam hal tersebut, dimana kampus setidaknya bisa
meminimalisir penggunaan rokok terhadap mahasiswanya.
C. PERUMUSAN MASALAH
Ada ungkapan yang mengatakan bahwa merokok itu “jantan” bagi kaum pria. Ada juga
yang beranggapan bahwa kalau sudah merokok telah dianggap dewasa. Selain itu, iklan di
media dalam berbagai bentuk mempromosikan rokok, secara berlebihan menghasilkan
banyak mahasiswa berpikir merokok itu tidak apa-apa dan keren. Di lingkungan kampus ada
juga yang dapat ditemui berupa spanduk-spanduk atau poster-poster gambar rokok dalam
bentuk iklan. Hal itulah yang menyebabkan mahasiswa secara tidak langsung terpengaruh
dengan rokok. Alhasil, penggunaan rokok dikalangan mahasiswa pun sangat banyak ditemui
di lingkungan kampus selama perkuliahan tidak berlangsung, seperti contohnya di kantin, di
taman, di toilet dan lain sebagainya.
Kurangnya tingkat pengetahuan mahasiswa dapat menyebabkan bertambahnya jumlah
penderita akibat merokok. Pengetahuan tentang merokok merupakan hasil dari tahu setelah
orang melakukan pengindraan melalui panca inderanya terhadap merokok dari kemampuan
seseorang dalam kemampuan merespon stimulus dari panca indranya. Pengetahuan tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pendidikan dan pengalaman. Kebiasaan
merokok yang masih dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa tersebut berawal dari karena
adanya tekanan sosial misalnya dinyatakan bukan sebagai teman atau anggota kelompok jika
tidak merokok. Ketagihan terhadap rokok pada umumnya disebabkan oleh interpretasi
terhadap efek yang segera dirasakan ketika individu merokok.9
Selain itu tidak adanya peraturan yang tegas di kampus menyebabkan mahasiswa secara
leluasa untuk menggunakan rokok. Hal tersebut diperkuat dengan tidak adanya peraturan
9
http://dc225.4shared.com/doc/o9ByRqhf/preview.html. Diakses tanggal 24 September 2012.
universitas yang melarang pedagang untuk menjajajakan rokok. Bahkan pihak kampus atau
pihak universitas memberikan peluang kepada perusahaan rokok untuk menjadi sponsor
dalam berbagai event yang diadakan di kampus yang secara tidak langsung menghipnotis
mahasiswa untuk menggunakan rokok. Ironisnya, pihak kampus atau universitas juga
menerima perusahaan rokok untuk memberikan beasiswa secara langsung kepada mahasiswa
yang berprestasi, seperti contoh pemberian Beasiswa Djarum yang sangat diinginkan banyak
mahasiswa. Hal tersebut juga tentunya memungkinkan mahasiswa berprestasi tersebut untuk
menggunakan rokok, walaupun menurut TCSC-IAKMI prevalensi perokok dewasa
pendidikan rendah lebih besar daripada perokok dewasa pendidikan tinggi. Data tahun 2004
menunjukkan bahwa sebanyak 67% laki-laki tidak bersekolah adalah perokok aktif. Disisi
lain, perokok aktif berpendidikan tinggi sebanyak 47,8%. Sedangkan menurut hasil Susenas
2004, dikatakan bahwa laki-laki tidak ada perbedaan konsumsi rokok antar tingkat
pendidikan, sedangkan pada perempuan tidak ada pola tertentu konsumsi rokok yang
berhubungan dengan pendidikan.10
Dalam upaya sterilisasi rokok dikampus diperlukan peraturan yang secara tegas untuk
melarang mahasiswa merokok. Dalam hal ini andil pemerintah juga sangat dibutuhkan dalam
membuat peraturan baru, seperti contohnya pembuatan Undang-Undang Pelarangan Merokok
di kampus. Pembuatan Peraturan daerah (Perda) baru tentang pelarangan mahasiswa merokok
secara sembarangan juga sangat perlu diciptakan mengingat banyaknya mahasiswa pengguna
rokok yang mengancam kesehatan mahasiswa.
Penerapan kawasan tanpa rokok juga sangat diperlukan di dalam lingkungan kampus,
karena penerapan kawasan tanpa rokok bertujuan melindungi hak kelompok masyarakat
bukan perokok untuk menghirup udara yang bersih dan sehat, bebas dari asap rokok. Selain
itu, peraturan kawasan tanpa rokok juga membantu perokok untuk dapat menahan/menunda
kebiasaan merokoknya dan dianggapn sebagai pembelajaran bagi perokok untuk berhenti
merokok. Penerapan kawasan tanpa rokok juga semakin menyadarkan banyak orang akan
bahaya adiktif rokok dan mengembalikan norma untuk tidak merokok di tempat umum
seperti di kampus, terutama di ruang tertutup. Selanjutnya hal yang tidak kalah penting yaitu
kampus secara tegas menolak segala bentuk bantuan terhadap proses dan segala bentuk
kegiatan pendidikan di kampus.
10
http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=143:data-dan-situasi-rokok-
cigarette-indonesia-terbaru&catid=40:data&Itemid=54
D. TUJUAN PROGRAM
1. Agar kampus mampu menggalakkan penerapan sterilisasi rokok di lingkungan
kampus.
2. Memberikan penyadaran dan pengetahuan kepada mahasiswa akan bahaya rokok
sehingga timbul kesadaran untuk tidak mengkonsumsi rokok, terutama di
lingkungan kampus, karena kampus adalah tempat proses berlangsungnya
pendidikan.
3. Memotivasi mahasiswa agar berpartisipasi untuk mendukung kampus yang steril
dari rokok.
4. Agar pemerintah membuat peraturan yang dapat berwujud Undang-Undang atau
Perda mengenai pelarangan merokok di kampus.
F. KEGUNAAN PROGRAM
1. Bagi Diri Sendiri
Menambah ilmu dan pengetahuan untuk berpikir secara dewasa bahwa merokok itu
tidak baik. Program ini juga diharapkan bermanfaat bagi diri sendiri dalam upaya
pengembangan kreativitas.
2. Bagi Masyarakat
Program ini diharapkan mampu untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat
khususnya kepada mahasiswa di kota Medan tentang bahaya rokok yang dapat
mengancam kesehatan.
3. Bagi Kampus/Universitas
Kegiatan ini diharapkan memampukan kampus untuk mensterilisasikan rokok di
lingkungan kampus.
4. Bagi Pemerintah
Kegiatan ini diharapkan mampu mengajak pemerintah untuk membuat Perda tentang
pelarangan merokok di kampus.
I. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan Bulan Ke
1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan dan
Proposal
Seminar dan
Diskusi Umum
Pembagiaan
Tim Kerjasama
Pembagian
Spanduk Besar,
Brosur dan Pin
Nonton Bareng
Evaluasi
Kegiatan
Pelaporan
Keterangan:
Persiapan dan proposal dilaksanakan selama satu bulan. Sedangkan seminar dan
diskusi umum, pembagian tim kerja sama, pembagian spanduk besar, brosur dan pin
dilakukan selama dua minggu. Selanjutnya acara nonton bareng hanya dilakukan dilakukan
selama satu minggu.Evaluasi kegiatan dilakukan setiap akhir minggu, dan yang terakhir
pelaporan dilakukan selama satu bulan penuh dibulan keempat.
J. BIAYA
Lampiran 1
NIM 2203111022
Email Tambunanmelisa00@gmail.com
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
PKM-RSH.
Lampiran 1
NIM 2202111001
Email Melimiranda175@gmail.com
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi. Demikian biodata ini
saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan
PKM-RSH.
FBS
JL. OLIMPIADE
FIS
FIK
STADION
KOLAM RENANG
AUDITORIUM
Gedung
FIP
Serbaguna
FMIPA
FT REKTORAT
S.
JL. IMTAQ
FE